Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI KINETIKA KIMIA

Reaksi Hidrolisis Etil Asetat dengan NaOH


Penentuan Konstanta Laju Reaksi dengan Metode Titrasi

Disusun oleh :

Sekar Nurani Saptaningtyas (652016010)

Program Studi Kimia

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017
LAPORAN RESMI KINETIKA KIMIA

Nama/NIM : Sekar Nurani Saptaningtyas (652016010)


Kelompok : I/ Rabu, 07.00-11.00
Tanggal Praktikum : 15 November 2017
Judul : Reaksi Hidrolisis Etil Asetat dengan NaOH
(Penentuan Konstanta Laju Reaksi dengan Metode Titrasi)

TUJUAN

1. Menentukkan grafik pengaruh waktu terhadap volume NaOH yang digunakan


titrasi.
2. Menentukkan pengaruh waktu terhadap volume NaOH yang digunakan titrasi.

DASAR TEORI

Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk


per satuan waktu. Satuan laju reaksi adalah M/s (Molar per detik). Sebagaimana yang
kita ketahui, reaksi kimia berlangsung dari arah reaktan menuju produk. Ini berarti,
selama reaksi kimia berlangsung, reaktan digunakan (dikonsumsi) bersamaan dengan
pembentukan sejumlah produk. Dengan demikian, laju reaksi dapat dikaji dari sisi
pengurangan konsentrasi reaktan maupun peningkatan konsentrasi produk. Secara
umum, laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan sederhana berikut :

A B

laju reaksi = [A] / t atau laju reaksi = + [B] / t

Tanda negative (-) menunjukkan pengurangan konsentrasi reaktan

Tanda positif (+) menunjukkan peningkatan konsentrasi produk

Laju reaksi berhubungan erat dengan koefisien reaksi. Untuk reaksi kimia
dengan koefisien reaksi yang bervariasi, laju reaksi harus disesuaikan dengan koefisien
reaksi masing-masing spesi. Sebagai contoh, dalam reaksi 2A B, terlihat bahwa dua
mol A dikonsumsi untuk menghasilkan satu mol B. Hal ini menandakan bahwa laju
konsumsi spesi A adalah dua kali laju pembentukan spesi B. Dengan demikian, laju
reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :laju reaksi = 1 [A] / 2. t atau
laju reaksi = + [B] / t ,Secara umum, untuk reaksi kimia dengan persamaan reaksi
di bawah ini :

aA + bB cC + dD

laju reaksi masing-masing spesi adalah sebagai berikut :

laju reaksi = 1 [A] / a. t = 1 [B] / b. t = + 1 [C] / c. t = + 1 [D] / d. t

Laju suatu reaksi kimia sangat dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi reaktan
yang digunakan dalam reaksi. Semakin besar konsentrasi reaktan yang digunakan, laju
reaksi akan meningkat. Di samping itu, laju reaksi juga dipengaruhi oleh nilai konstanta
laju reaksi (k). Konstanta laju reaksi (k) adalah perbandingan antara laju reaksi dengan
konsentrasi reaktan. Nilai k akan semakin besar jika reaksi berlangsung cepat,
walaupun dengan konsentrasi reaktan dalam jumlah kecil. Nilai k hanya dapat
diperoleh melalui analisis data eksperimen, tidak berdasarkan stoikiometri maupun
koefisien reaksi.

Titrasi atau titrimetri mengacu pada analisa kimia kuantitatif yang dilakukan
dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan
tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang
akan dianalisis. Larutan dengan konsentrasi yang diketahui tersebut disebut larutan
standar. Bobot zat yang hendak dianalisis dihitung dari volume larutan standar yang
digunakan serta hukum stoikiometri yang diketahui.

Untuk memperoleh larutan standar, perlu dilakukan proses standarisasi


sebelum melakukan analisa konsentrasi larutan yang ingin dianalisa. Secara umum,
larutan standar ada dua jenis. Pertama, larutan standar primer yang menjadi acuan
dalam proses standarisasi. Kedua, larutan standar sekunder, yaitu larutan standar
yang akan distandarisasi dan lebih lanjutnya akan digunakan untuk proses analisis
sampel. Standarisasi perlu dilakukan, karena larutan standar sekunder biasanya
bersifat tidak stabil jika disimpan dalam waktu yang lama. Sedangkan larutan standar
primer yang dipilih biasanya memiliki sifat stabil jika disimpan dalam waktu yang lama,
misalnya saja tidak higroskopis sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah.

Setelah proses standarisasi, dilanjutkan dengan proses analisa larutan sampel.


Larutan standar tersebut akan dialirkan dari buret ke larutan sampel yang biasanya
berada di labu erlenmeyer. Adapun syarat terjadinya reaksi titrasi dengan baik adalah:

1. Reaksinya berlangsung cepat, bila perlu dapat digunakan katalis untuk


mempercepat reaksi
2. Reaksi berlangsung sederhana dan persamaan stoikiometrinya jelas
3. Tidak terjadi reaksi sampingan yang dapat mengganggu jalannya reaksi utama
4. Harus ada indikator yang dapat menunjukkan kapan titrasi dihentikan

Menyangkut masalah kapan titrasi harus dihentikan, ada dua istilah yang lazim
digunakan pada titrasi. Titik ekuivalen yaitu titik saat jumlah mol larutan standar tepat
bereaksi dengan jumlah mol larutan sampel. Sehingga dengan persamaan N1.V1 =
N2.V2 (keterangan: N = normalitas; V = volume), dapat ditentukan konsentrasi larutan
sampel. Sedangkan titik akhir titrasi adalah titik saat indikator menunjukkan gejala
yang menandai bahwa titik ekuivalen telah tercapai. Titik ekuivalen adalah hitungan
teoritis, sedangkan yang dapat diamati oleh praktikan adalah titik akhir titrasi. Oleh
karena itu pemilihan indikator hendaknya disesuaikan dengan kondisi titik ekuivalen.

Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa


ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa cair tidak berwarna yang
memiliki aroma khas. Etil asetet merupakan pelarut polar yang mudah menguap, tidak
beracun dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang
lemah dan bukan donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat
asam. Pada suhu kamar, etil asetat melarutkan air hingga 3% dan larut dalam air
hingga kelarutan 8%. Etil asetat tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau
asam. Etil asetat dapat dihidrolisis dalam keadaan basa atau asam menghasilkan asam
asetat dan etanol kembali.(Harjadi,1989)
Persamaan reaksi sebagai berikut:
CH3COOC2H5 + H2O C2H5OH + CH3COOH
Reaksi ini dikatalis dengan asam.
Berdasarkan persamaan reaksi diatas maka laju reaksi dapat dituliskan sebagai
berikut:
[}
Laju reaksi = = k [E] [A] [K] (Sukardjo,1997)

Keterangan:
k : konstanta laju reaksi
[E] : konsentrasi etil asetat
[A] : konsentrasi air
[K] : konsentrasi katalis
Laju reaksi dapat ditemukan sebagai fungsi konsentrasi asam. Nilai konstanta
yang diperoleh merupakan konstanta semu sebagai akibat dari kondisi reaksi bahwa
air merupakan senyawa berlebihan sehingga konsentrasinya tidak berubah dan katalis
merupakan senyawa yang tidak ikut bereaksi sehingga konsentrasinya tetap.
[}
- = k [E]

Keterangan:
k : kosntanta laju reaksi yang teramati
Laju reaksi ini mengikuti orde reaksi satu semu sehingga laju reaksi terintegrasinya
dapat di tulis sebagai :
[]0
ln [] = k t

[E]0 : konsentrasi etil asetat pada awal reaksi


[E]t : konsentrasi etil asetat pada waktu ke t

Konsentrasi etil asetat dapat digantikan dengan volume NaOH yang digunakan
untuk menetralkan sampel pada awal reaksi (V NaOH0), pada saat t selama reaksi (V
NaOH) dan pada saat reaksi selesai (V NaOH).
0
ln = ln Q = k t

Besarnya volume NaOH pada saat selesai raksi dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
1
VNaOH, = + VNaOH,0
[]
g : densitas etil asetat pada suhu 298K (0,895 g/mol)
VE : volume etil asetat total pada sistem (5ml)
V1 : volume sampel (5ml)
ME : massa molar etil asetat
Secara teori laju Hidrolisis etil asetat memiliki orde 2. Artinya, setiap
penambahan konsentrasi pereaktan sebesar 2 kali semula, maka laju akan bertambah
menjadi 22 kali laju semula, dan begitu seterusnya untuk penambahan pereaktan
sebesar n-kali. Hukum laju reaksi orde 2:

= k (a-x)(b-x)

Keterangan:
a= konsentrasi awal (mol/L)
b= konsenrasi awal OH- (mol/L)
x= konsentrasi ester/ basa (M)
k= konstanta laju reaksi (Keenan, 1979)

ALAT dan BAHAN

a) Alat
Beaker gelas Hotplate Stirer Pillius
250ml Statif Labu takar 20ml,
Timbangan Klem 100ml, 250ml
Pipet tetes Magnetik Stirer Gelas ukur 100ml
Spatula Pipet Volume Stopwatch
Buret 10ml,5ml Erlenmeyer

b) Bahan
Akuades
Etil asetat
Asam Klorida
NaOH
Asam Oksalat
Indikator PP
METODE

1. Pembuatan Larutan Kerja


Dibuat larutan kerja NaOH 0,05M, HCl 0,05M, Etil Asetat 0,05M, Asam Oksalat
0,025M
NaOH 0,05M
n=Mxv = 0,025 x 39,997
= 0,05 x 500 ml = 0,9999 gram
= 0,05 x 0,5 liter = 1 gram NaOH
= 0,025 mol
M = n x Mr
1. 1 gram NaOH ditimbang dan dimasukkan kedalam beaker gelas
2. NaOH dilarutkan dengan sedikit aquades dan dimasukkan dalam labu
ukur 250 ml
3. Ditambah aquades sampai garis tera dan dihomogenkan
HCl 0,05M
M 1 . V1 = M 2 . V2
12 .V1 = 0,05 . 250 ml
V1 = 1,04 ml
1. Diambil 1,04 ml HCl dan dimasukkan kedalam beaker gelas
2. HCl dilarutkan dengan sedikit aquades dan dimasukkan dalam labu
ukur 250 ml
3. Ditambah aquades sampai garis tera dan dihomogenkan
Asam Oksalat 0,025M
n=Mxv Mr= 126 g/mol
= 0,025 x 50 ml M = n x Mr
= 0,025 x 0,05 liter = 0,00125 x 126
= 0,00125 mol = 0,1575 gram

1. Diambil 0,1575 gr asam oksalat dan dimasukkan kedalam beaker gelas


2. Asam oksalat dilarutkan dengan sedikit aquades dan dimasukkan
dalam labu ukur 50 ml
3. Ditambah aquades sampai garis tera dan dihomogenkan
Etil Asetat 0,05M
M1 . V1 = M2 . V2
10 . V1 = 0,05 . 250 ml
V1 = 1,04ml
1. Diambil 1,04 ml etil asetat dan dimasukkan kedalam beaker gelas.
2. Etil asetat dilarutkan dengan sedikit aquades dan dimasukkan dalam
labu ukur 250 ml.
3. Ditambah aquades sampai garis tera dan dihomogenkan.
2. Standarisasi NaOH
1. Diambil 10ml larutan asam oksalat 0,025M dan ditambahkan dengan 2
tetes indikator PP
2. Dititrasi dengan NaOH hingga warna berubah menjadi merah muda
3. Titrasi dilakukan secara triplo
3. Penentuan volume NaOH pada saat t=0
1. Diambil 100ml NaOH dan ditempatkan dalam beaker gelas yang diletakkan
diatas hotplate stirer. Dalam beaker gelas dimasukkan magnetic stirer dan
di gerakan.
2. Dimasukkan 100ml Etil asetat kedalam beaker. Saat Etil asetat dimasukkan
perhitungan waktu dimulai.
3. Diambil larutan tersebut 10 ml dan ditambahkan HCl 10ml dan
ditambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes dan di titrasi dengan NaOH.
Dicatat volume yang dibutuhkan.
4. Penentuan volume NaOH pada saat t=10 menit, 20 menit, 30 menit hingga 90
menit
1. Diulangi langkah 3.3 pada menit ke 10,20,30,40,50,60,70,80, dan 90.
2. Titrasi dilakukan secara duplo
HASIL PENGAMATAN
1. Standarisasi larutan NaOH
Volume NaOH I II III

V awal (ml) 0 10,9 21,7


V akhir (ml) 10,9 21,7 32,6
Ditambahkan (ml) 10,9 10,9 10,9

10,7+10,9+10,9
Rata-rata =
3

= 10,9
2. Penentuan Volume NaOH pada saat t=0-90 (Percobaan a)
Waktu
Volume
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

V awal (ml) 0 11,8 0 13,4 26,6 0 13,2 26,3 0 13,2


V akhir (ml) 11,8 25 13,3 39,8 22,1 13,2 26,3 39,6 13,2 26,4
Ditambahkan 11,8 13,2 13,3 13,2 13,2 13,2 13,1 13,3 13,2 13,2
(ml)

3. Pengulangan (Percobaan b)
Waktu

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

V awal (ml) 0 0 0 13,2 26,4 0 13,2 26,4 0 13,2


V akhir (ml) 11,8 13,1 13,2 26,4 39,6 13,2 26,4 39,7 13,2 26,4
Ditambahkan 11,8 13,1 13,2 13,2 13,2 13,2 13,2 13,3 13,2 13,2
(ml)
Suhu kamar : 24 oC
JAWAB PERTANYAAN
1. Bandingkan hasil praktikum anda tentang penentuan orde reaksi dengan literatur!
Jawab:
Orde reaksi yang didapat dari hasil pengamatan dengan literatur kurang sesuai
dapat dilihat dari penambahan volume NaOH yang tidak stabil. Terkadang tetap,
kemudian naik, dan volume turun. Hal ini disebabkan oleh kontaminasi, sehingga
bahan yang digunakan tidak murni lagi sehingga dapat berpengaruh di hasil
percobaan. Saat dilakukan titrasi kocokan pada erlenmeyer kekuatannya tidak sama
sehingga ketika saat titrasi yang seharusnya warna larutan sudah berubah namun
karena pengocokan yang terlalu pelan sehingga tetesan NaOH tidak menyebar merata
sehingga volume NaOH menjadi berlebih.
2. Fungsi 100 ml aquades dingin dalam praktikum?
Jawab:
Praktikum ini menggunakan akuades biasa untuk melakukan pengenceran
dan untuk membilas alat. Sehingga tidak akuades dingin tidak digunakan didalam
praktikum ini.

PEMBAHASAN
Pada praktikum ini akan dilakukan percobaan untuk menentukkan konstanta laju
reaksi dengan menggunakan metode titrasi. Pertama yang dilakukan adalah membuat dan
menyiapkan larutan kerja yang akan digunakan pada percobaan. Setelah semua larutan kerja
yang dibutuhkan siap, Kemudian dilakukan percobaan pertama yaitu standarisasi NaOH,
Dalam standarisasi NaOH,NaOH berperan sebagai titran sedangkan asam oksalat(H2C2O4)
berperan sebagai titrat. Zat yang akan dititrasi adalah larutan asam oksalat dan tidak lupa di
beri indikator PP. Indikator PP digunakan dalam percobaan ini karena PP tidak berwarna
dengan pH 8,3-10. Dengan rentang pH tersebut akan mempermudah dalam mengetahui
bahwa dalam proses sudah mencapai titik ekuivalen, sehingga warna berubah menjadi merah
muda. Hal ini bertujuan untuk menentukkan konsentrasi NaOH yang kita gunakan tersebut. .
Hasil standarisasi yang diperoleh disajikan dalam tabel berikut:
Volume NaOH I II III

V awal (ml) 0 10,9 21,7


V akhir (ml) 10,9 21,7 32,6
Ditambahkan (ml) 10,9 10,8 10,9
10,9+10,8+10,9
Rata-rata = 3

= 10,867
Pada hasil titrasi, NaOH dengan rata-rata penambahan NaOH sebesar 10,6 ml.
M H2C2O4 X V H2C2O4 0,025 M X 10 ml
M NaOH = = = 0,0230 M
V NaOH 10,867 ml

Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui molaritas NaOH yang digunakan dalam
praktikum ini adalah 0,0230 M bukan 0,05 M. Hal ini dapat terjadi karena ada sisa NaOH yang
masih menempel pada dinding gelas beaker sehingga NaOH yang larut dalam air tidak tepat
1 gram. Kemudian pada percobaan kedua yaitu penentuan volume NaOH pada saat t= 0 dan
dan pada saat t, perhitungan waktu dimulai Saat kedua larutan tersebut dicampurkan. Dan
diambil 10 ml campuran tersebut kemudian ditambahkan 10 ml HCl dan diberi 2 tetes
indikator PP kemudian dititrasi. Penambahan HCl ini juga berfungsi untuk mengikat NaOH
yang tidak bereaksi dengan etil asetat. Reaksinya yaitu:
CH3COOC2H5+ OH CH3COO + C2H5

OH + NaOH sisa reaksi

NaOH sisa reaksi + 2 HCl NaCl + H2O + HCl sisa

Setelah waktu menunjukkan 10 menit diambil lagi campuran tersebut 10 ml dengan 10


ml HCl dan ditambah dengan indikator. Percobaan diteruskan sampai menit ke 90. Dalam hasil
pengamatan secara duplo dari t = 0 sampai t = 90, diperoleh hasil pada menit ke 10-20 volume
NaOH yang digunakan tidak konstan, namun setelah menit ke 30 sampai menit ke 50,
perlahan-lahan volume NaOH yang digunakan untuk titrasi konstan, Namun pada menit ke 60
volume NaOH yang digunakan berkurang, begitu pada menit ke 70 volume NaOH yang
digunakan mengalami kenaikan, berikutnya (menit ke- 80- 90) volume NaOH berkurang dan
kembali konstan. Perubahan volume yang digunakan ini dapat terjadi karena etil asetat
bereaksi dengan ion OH- pada NaOH. Sisa NaOH akan bereaksi dengan HCl, sedangkan sisa
HCl akan bereaksi dengan NaOH pada buret. Sehingga grafik yang didapatkan tidak linier
karena ada beberapa volume yang tidak tepat.
Dari hasil grafik yang didapat pada percobaan 1 dan 2, menunjukkan orde 1 karena R 2
mendekati 1.
M NaOH x V NaOH
N= V HCl
(a-x) = 0,05 Nmasing-masing waktu
Tabel percobaan 1
Menit N ln (a-x) (1/a)-x

0 0,02714 In 0,02286 = -3,7784 (1/0,05)- 0,02714= 19,9733

10 0,03036 In 0,01964= -3,9302 (1/0,05)- 0,03036= 19,9696

20 0,03059 ln 0,01941= -3,9419 (1/0,05)- 0,03059= 19,9694

30 0,03036 ln 0,01964= -3,9302 (1/0,05)- 0,03036= 19,9696

40 0,03036 ln 0,01964= -3,9302 (1/0,05)- 0,03036= 19,9696

50 0,03036 ln 0,01964= -3,9302 (1/0,05)- 0,03036= 19,9696

60 0,03013 ln 0,01987 = -3,9185 (1/0,05)- 0,03013= 19,9698

70 0,03059 ln 0,03059 = -3,9419 (1/0,05)- 0,0304= 19,9694

80 0,03036 ln 0,01964= -3,9302 (1/0,05)- 0,03036= 19,9696

90 0,03036 ln 0,01964= -3,9302 (1/0,05)- 0,03036= 19,9696

Tabel percobaan 2
Menit N ln (a-x) (1/a)-x

0 0,02714 In 0,02286 = -3,7784 (1/0,05)- 0,02714= 19,9733

10 0,03013 ln 0,01987 = -3,9185 (1/0,05)- 0,03013= 19,9698

20 0,03036 ln 0,01964= -3,9302 (1/0,05)- 0,03036= 19,9696

30 0,03036 ln 0,01964= -3,9302 (1/0,05)- 0,03036= 19,9696

40 0,03036 ln 0,01964= -3,9302 (1/0,05)- 0,03036= 19,9696

50 0,03036 ln 0,01964= -3,9302 (1/0,05)- 0,03036= 19,9696


60 0,03036 ln 0,01964= -3,9302 (1/0,05)- 0,03036= 19,9696

70 0,03059 ln 0,03059 = -3,9419 (1/0,05)- 0,0304= 19,9694

80 0,03036 ln 0,01964= -3,9302 (1/0,05)- 0,03036= 19,9696

90 0,03036 ln 0,01964= -3,9302 (1/0,05)- 0,03036= 19,9696

Percobaan 1.

ln (a-x)
-3.75
0 50 100
-3.8

-3.85
ln (a-x)

ln (a-x)
-3.9 Linear (ln (a-x))
-3.95 y = -0.0008x - 3.8799
R = 0.2498
-4
Waktu (menit)

(1/a)-x
19.974
19.973
19.972
(1/a)-x

19.971
(1/a)-x
19.97
Linear ((1/a)-x)
y = -2E-05x + 19.971
19.969
R = 0.2575
19.968
0 50 100
Waktu (menit)
Percobaan 2.

ln (a-x)
-3.75
0 50 100
-3.8

-3.85
ln (a-x)

ln (a-x)
-3.9 Linear (ln (a-x))

-3.95 y = -0.0009x - 3.8739


R = 0.3273
-4
Waktu (menit)

(1/a)-x
19.974
19.973
19.972
(1/a)-x

19.971
(1/a)-x
19.97
Linear ((1/a)-x)
y = -2E-05x + 19.971
19.969
R = 0.3114
19.968
0 50 100
Waktu (menit)

Pada percobaan ini, nilai ln (a-x) dapat ditentukan grafiknya, dari hasil yang diperoleh
dapat dilihat bahwa nilai ln (a-x) terus mengalami penurunan, hal ini membuktikan bahwa
seiring pertambahan waktu makan nilai dari ln(a-x) terus mengalami penuruan. Diperoleh
juga nilai slope sebesar 0,2498 dan 0,3273. Dari nilai slope yang diperoleh nilainya kurang dari
satu, hal ini dapat disebabkan oleh penentuan titik akhir titrasi yang tidak tepat sehingga hal
tersebut berdampak pada nilai slope yang diperoleh. Sedangkan nilai 1/a x pada percobaan
pertama dan kedua sesuai dengan litereatur dimana nilai tersebut semakin rendah seiring
pertambahan waktu.

Untuk mengetahui pengaruh waktu terhadap nilai volume NaOH maka dapat dibuat
grafik sebagai berikut :
Percobaan a

Volume
Menit
NaOH (mL)

0 11,8
Volume NaOH (mL)
10 13,2 13.5

20 13.3 13

NaOH
12.5 y = 0.0075x + 12.735 Volume NaOH
30 13,2 R = 0.2518 (mL)
12 Linear (Volume
40 13,2 NaOH (mL))
11.5
50 13,2 0 50 100
Waktu (menit)
60 13,1

70 13,3

80 13,2

90 13,2

Percobaan b

Volume
Menit
NaOH (mL)

0 11,8
Volume NaOH (mL)
10 13,1 14
13.5
20 13,2
13
NaOH

y = 0.0084x + 12.684 Volume NaOH


30 13,2 12.5 R = 0.3235 (mL)
12 Linear (Volume
40 13,2 NaOH (mL))
11.5
0 50 100
50 13,2
Waktu (menit)

60 13,2

70 13,3

80 13,2
90 13,2

KESIMPULAN

1. Dapat ditentukkan grafik pengaruh waktu terhadap volume NaOH yang digunakan
titrasi sebagai berikut :
Percobaan a Percobaan b

Volume NaOH (mL) Volume NaOH (mL)


13.5 14
13 13.5
Volume Volume NaOH
NaOH

NaOH
NaOH (mL) 13 (mL)
12.5 y = 0.0084x +
y = 0.0075x + 12.5
12 12.735 12.684
12 R = 0.3235
R = 0.2518 Linear Linear
11.5 (Volume 11.5 (Volume
0 50 100 NaOH (mL)) 0 50 100 NaOH (mL))
Waktu (menit) Waktu (menit)

2. Dapat ditentukkan pengaruh waktu terhadap volume NaOH yang digunakan titrasi adalah
Semakin lama waktu yang digunakan unuk mencampurkan NaOH dengan etil asetat, semakin
banyak pula volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi larutan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Sukardjo.1997. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta.

Keenan. 1979. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

LAMPIRAN
1. Laporan sementara
2. Tugas awal

Anda mungkin juga menyukai