Anda di halaman 1dari 6

1

PENGARUH RASIO REAKTAN TERHADAP KONSTANTA REAKSI


PENYABUNAN ETIL ASETAT DENGAN NaOH PADA REAKTOR IDEAL
ALIRAN KONTINYU
Arlunanda Adhiarta (21030113130175), Dimas Akbar Ramdani (21030113130114),
Kristianingtyas Fanny Putranti (21030113120024)
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058
Abstrak
Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering dijumpai dalam industri kimia. Hal ini
dikarenakan kemampuan operasinya yang dapat diatur kapasitasnya. Percobaan reaktor alir kontinyu bertujuan
untuk menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH, menghitung harga konstanta reaksi
penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH, mengetahui pengaruh rasio reaktan dalam reaktor terhadap konstanta
reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH, dan membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model
matematis reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu. Pada percobaan ini variabel tetap yang digunakan
adalah konsentrasi NaOH 0,2 N dan etil asetat 0,2 N, serta konsentrasi HCl 0,05 N, sedangkan variabel berubahnya
adalah rasio etil asetat dan NaOH 1:1, 2:1, dan 1:2. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa reaksi
penyabunan etil asetat dan NaOH termasuk reaksi orde 2, pemakaian salah satu reaktan yang berlebih meningkatkan
konstanta kecepatan reaksi, dan dengan perhitungan metode Range Kutta didapat bahwa Ca model lebih besar
daripada Ca percobaan.
Kata kunci : Reaktor tangki berpengaduk; pengadukan; konstanta reaksi penyabunan
Abstract
Continuous stirred tank is a reactor that usually use in chemical industry. Because of the control capacity in process
is easy. Purposes of continuous stirrer tank experiment are to count the reaction order of saponification reaction of
ethyl acetate with NaOH, to count the value saponification constants between ethyl acetate and NaOH, to know the
effect of ratio of reactans in saponification constants between ethyl acetate and NaOH, and compare experiment result
with mathematics model from reaction ethyl acetate and NaOH in continuous stirer tank. In this experiment the
dependent variabel NaOH and ethyl acetate 0.2 N, and HCl 0,05 N. The independent variabel is ratio of ethyl acetate
and NaOH 1:1, 2:1, and 1:2. Based on the experimental results, saponification reaction of ethyl acetate and NaOH
including second-order reaction, using one of the excess reactants can increases the reaction rate constants, and with
Range Kutta method, that Ca model is greater than Ca experiment.
Keywords : stirred tank reactor; ratio of reactans; saponification reaction constants
PENDAHULUAN
Reaktor tangki berpengaduk merupakan
reaktor yang paling sering dijumpai dalam industri
kimia.Pada industri berskala besar, reaktor alir tangki
berpengaduk lebih sering diaplikasikan karena
kemampuan operasinya
yang dapat diatur
kapasitasnya. Kerja reaktor alir berpengaduk perlu
dipelajari untuk mengetahui karakteristik aliran fluida,
reaksi yang terjadi secara optimasi pengoperasian
reaktor. Untuk itu, dilakukan percobaan reaktor alir
kontinyu dengan tujuan menentukan harga orde reaksi
penyabunan etil asetat dengan NaOH, menghitung
harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil asetat
dengan NaOH, mengetahui pengaruh rasio reaktan
dalam reaktor terhadap konstanta reaksi penyabunan
etil asetat dengan NaOH, dan membandingkan hasil
percobaan dengan perhitungan model matematis
reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu

Pada reaktor tangki berpengaduk dipelajari 2


macam reaktor, yaitu reaktor batch dan kontinyu
(CSTR). Reaktor batch merupakan reaktor yang tidak
ada input dan output selama reaksi. Sehingga didapat
neraca massa reaktor batch adalah:
X
dXA
t = Nao 0 a
Vi (rA)

Reaktor kontinyu (CSTR) merupakan reaktor


yang pengoperasiannya meliputi tiga tahap yaitu
pengisian reaktor tinggi overflow, kondisi kontinyu
dan kontinyu steady state. Evaluasi variabel-variabel
operasi sangat mudah dilakukan pada kondisi steady
state (Hill, 1977).
Pemodelan matematik diperlukan untuk
mempermudah analisa permasalahan yang timbul
dalam pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk
(Charles, 1987). Model matematika yang diusulkan
diuji keakuratannya dengan membandingkan datadata percobaan. Model matematika yang diusulkan

2
diselesaikan dengan cara analisis jika persamaan itu
mudah diselesaikan. Namun untuk reaksi yang
kompleks akan diperoleh model matematika yang
kompleks juga. Penyelesaian numerik sangat
dianjurkan untuk memperoleh nilai k, tetapan transfer
massa, dan orde reaksi yang merupakan adjustable
parameter.
Reaksi yang terjadi pada reaktor adalah:
CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH
Jika ditinjau secara thermodinamika, dengan harga H
sebagai berikut:
H CH3COOC2H5
= -444.500 J/mol
H NaOH
= -425.609 J/mol
H CH3COONa
= -726.100 J/mol
H C2H5OH
= -235 J/mol
Didapat H bernilai negatif, maka reaksi tersebut
bersifat eksotermis yaitu menghasilkan panas.
Jika ditinjau secara kinetika, dengan harga G sebagai
berikut:
G CH3COOC2H5
= -328 000 J/mol
G NaOH
= -379 494 J/mol
G CH3COONa
= -631 200 J/mol
G C2H5OH
= -168 490 J/mol
dan dengan menggunakan rumus mencari K standar
(pada T=25oC) yaitu:
G = RT ln K
Kemudian menggunakan rumus mencari harga K saat
suhu operasi yaitu:
ln

K
H 1 1
=
( )

K
R T T

Maka didapat harga K > 1 artinya reaksi berlangsung


searah (irreversible).
Sifat fisis dan kimia reagen (NaOH dan etil asetat
adalah sebagai berikut:
1) NaOH
Sifat fisis :
-Berat Molekul = 40 gr/mol
-Titik didih = 134 C
-Titik lebur = 318, 4 C
-Berat jenis = 2, 130 gr/mol
-Kelarutan dalam 100 bagian air dingin 10 C = 42
-Kelarutan dalam 100 bagian air panas 100C = 32
Sifat kimia :
-Dengan Pb(NO3)2 membentuk endapan Pb(OH)2
yang larut dalam reagen excess, merupakan basa
kuat, mudah larut dalam air.
2) Etil Asetat
Sifat fisis :
-Titik didih = 85 C
-Berat molekul = 88 gr/mol
-Titik lebur = -111 C
Sifat kimia:
Bereaksi dengan Hg+ membentuk endapan Hg2Cl2
putih yang tidak larut dalam air panas dan asam
encer tetapi larut dalam ammonia encer dan KCN
tiosulfat, beraksi dengan Pb2+ membentuk PbCl2
putih, mudah menguap apabila dipanaskan.
Faktor yang mempengaruhi harga k (konstanta
kecepatan reaksi) adalah:

Persamaan Arhenius :
=
1. Frekuensi tumbukan
Pengadukan akan memperbesar tumbukan
partikel sehingga akan menurunkan energi
aktivasi,jika energi aktivasi turun, maka kecepatan
reaksi juga naik.
2. Energi aktivasi
Energi aktivasi merupakan energi minimum
yang diperlukan bagi reaksi untuk berlangsung.
Semakin rendah energi aktivasi, maka reaksi akan
berjaan semakin cepat.
3. Suhu
Semakin tinggi suhu, maka reaksi akan berjalan
semakin cepat.
4. Katalis
Katalis dapat mempercepat reaksi karena
kemammpuannya mengadakan reaksi dengan
paling sedikit satu molekul reaktan untuk
menghasilkan senyawa yang lebih aktif. Interaksi
ini akan meningkatkan laju reaksi (Levenspiel,
1999).
Untuk mengetahui orde reaksi antara NaOH dan etil
asetat dapat dihitung menggunakan cara berikut ini:
1. Diberikan data waktu (t) dan Ca, Cao adalah Ca
pada t=0
2. Membuat data -ln(Ca/Cao) dan 1/Ca
3. Pertama menebak orde reaksi pertama dengan
membuat grafik -ln(Ca/Cao) vs t , h a s i l
grafik harus lurus
4. a.Jika hasil grafik tidak lurus, maka meneba orde
reaksi kedua dari grafik antara 1\Ca vs t,
hasil grafik harus lurus. (Apabila Cao = Cbo)
a. Jika hasil grafik tidak lurus, maka menebak orde
reaksi kedua dari grafik antara ln
(Cb/Ca) vs t, hasil grafik harus lurus.
(Apabila CaoCbo)
5. Membentuk persamaan y = a + bx , a = intercept
dan b = slope dari grafik log t vs ln Cao
METODOLOGI PERCOBAAN
1. Percobaan Batch

Gambar 1. Alat Utama Proses Batch


Keterangan :
1. Reaktor Batch
2. Stirer
3. Statif

3
Untuk percobaan batch, percobaan dilakukan
dengan menyiapkan reagen etil asetat 0,2 N, NaOH 0,2
N, dan HCl 0,05 N. Kemudian memasukkan etil asetat
dan NaOH ke dalam reaktor batch dengan rasio 1:1,
2:1, dan 1:2 (sesuai variabel). Sampel diambil 5 ml
tiap 1 menit, kemudian ditambahkan indikator MO 3
tetes dan dititrasi dengan HCl sampai warna merah
orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang
digunakan 3 kali konstan.
2. Percobaan Kontinyu

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa konsentrasi


NaOH dalam reaktor batch cenderung mengalami
penurunan tiap menitnya. Hal ini dikarenakan semakin
lama waktu reaksi, maka NaOH yang bereaksi dengan
etil asetat menjadi natrium asetat semakin banyak,
sehingga konsentrasi NaOH dalam reaktor akan
berkurang sesuai reaksi:
NaOH + CH3COOC2H5 CH3COONa + C2H5OH
Penurunan konsentrasi NaOH ini sesuai
dengan rumus:
1
1
= . +

Gambar 2. Alat Utama Proses Kontinyu


Keterangan :
1. Reaktor Kontinyu
2. Stirrer
3. Statif
4. Tangki umpan NaOH
5. Tangki umpan etil asetat
6. Pompa
Untuk percobaan kontinyu, percobaan
dilakukan dengan menyiapkan reagen etil asetat 0,2 N,
NaOH 0,2 N, dan HCl 0,05 N. Kemudian memasukkan
etil asetat dan NaOH ke dalam tangki umpan masingmasing. Masing-masing reaktan dalam tangki umpan

dengan Ca
= konsentrasi NaOH sisa
Cao
= konsentrasi NaOH mula-mula
k
= konstanta laju reaksi
t
= waktu tinggal
Dari rumus tersebut dapat diketahui bahwa
nilai t berbanding terbalik dengan Ca, sehingga
semakin lama waktu reaksi, konsentrasi NaOH dalam
reaktor akan menurun. Selain itu, dari grafik juga
terlihat bahwa nilai Ca pada waktu tertentu memiliki
nilai konstan. Hal ini terjadi karena reaktan NaOH
telah bereaksi dengan etil asetat hingga konsentrasinya
menjadi kecil karena konsentrasinya yang kecil
sehingga perbedaan konsentrasi NaOH sisa dari waktu
ke waktu menjadi konstan , dengan kata lain reaktan
telah menjadi produk yang diinginkan. Oleh karena
itu, konsentrasi CA akan selalu konstan/tidak berubah
lagi (Levenspiel, O.1999)
b.

0.12

dipompa ke dalam CSTR yang kosong dan menjaga


konstan laju alir dan rasio reaktan dalam reaktor 1:1,

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


Hubungan konsentrasi NaOH sisa terhadap waktu
a. Proses Batch
0.12
0.1
1:1
2:1
1:2

Ca

0.08
0.06
0.04
0.02
0
0

waktu (menit)

Gambar 3. Hubungan Konsentrasi NaOH sisa


terhadap Waktu pada Proses Batch

0.1

1:1

0.08

Ca

2:1, dan 1:2 (sesuai variabel). Sampel diambil 5 ml


tiap 1 menit, kemudian ditambahkan indikator MO 3
tetes dan dititrasi dengan HCl sampai warna merah
orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang
digunakan 3 kali konstan.

Proses Kontinyu

2:1

0.06
0.04

1:2

0.02
0
0

waktu (menit)

Gambar 4. Hubungan Konsentrasi NaOH sisa


terhadap Waktu pada Proses Kontinyu
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa
konsentrasi NaOH dalam reaktor kontinyu cenderung
mengalami penurunan tiap menitnya. Hal ini
dikarenakan semakin lama waktu reaksi, maka NaOH
yang bereaksi dengan etil asetat menjadi natrium
asetat semakin banyak, sehingga konsentrasi NaOH
dalam reaktor akan berkurang sesuai reaksi:
NaOH+CH3COOC2H5CH3COONa+C2H5OH
Reaktor kontinyu CSTR biasanya beroperasi
pada kondisi steady state dan diasumsikan tercampur
sempurna. Kondisi steady state pada percobaan ini
berarti konsentrasi reaktan dalam reaktor tetap,
sehingga konsentrasi NaOH sisa (CA) cenderung
konstan.

Sehingga dapat diperoleh hasil R2 (regresi kuadrat)


dari tiap-tiap variabel percobaan sebagai berikut :
Tabel 1. Hubungan antara variabel percobaan terhadap
R2 pada Orde1&Orde 2
R2
Variabel rasio NaOH :
No.
CH3COOH
Orde 1 Orde 2
1
2
3

1:1
2:1
1:2

0,8915
0,9011
0,6

0,892
0,9032
0,6

Regresi adalah suatu metode analisis statistik


yang digunakan untuk melihat pengaruh antara dua
atau lebih variabel. Hubungan antar variabel tersebut
bersifat fungsional yang diwujudkan dalam suatu
model matematis. Pada analisis regresi, variabel
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu variabel respons
(response variable) dan variabel bebas (independent
variabel). Salah satu cara melihat kelayakan model
regresi ialah dengan cara melihat nilai R2 dalam
regresi. Semakin mendekati 1 nilai R2 maka
kesesuaian model semakin tingi sebaliknya nilai R2
semakin rendah kecocokan model makin rendah. Nilai
R2 merupakan nilai koefesien korelasi Pearson yang
dikuadratkan. Oleh karena itu, jika koefesien korelasi
kecil maka nilai R2 juga akan kecil.
Dari data hasil percobaan trial yang terlihat
pada tabel diatas. Pada kondisi reaksi orde 1
didapatkan nilai regresi kuadrat 0,8914;0,9011;0,6.
Sedangkan pada kondisi reaksi orde 2 didapatkan nilai
regresi kuadrat 0,892;0,9032;0,6 untuk variabel 1,2
dan 3. Berdasarkan data dari seluruh variabel dapat
dilihat hasil yang menunjukkan nilai regresi kuadrat
yang mendekati 1 yaitu pada reaksi orde 2, sehingga
pada variable tanpa pengadukan merupakan reaksi
dengan orde 2.
(Levenspiel, O. 1999)
(Sarwono, Jonathan 2008)

0.2
0.15

Rasio 1:1

Penentuan Orde Reaksi


Pada percobaan, reaksi yang terjadi adalah:
CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH
Nilai konstanta kecepatan reaksi k pada variable tanpa
pengadukan dapat diperoleh dari proses reaksi secara
batch. Orde reaksi dapat dicari dengan persamaan:
-ra= k[CH3COOC2H5][NaOH]
-ra= k[Ca][Cb] dimana [Ca]=[Cb]
-ra = k[Ca]2
Orde 1 (-ln(Ca/Ca0)) = k.t
Orde 2 1/Ca = k.t + 1/Cao

Pengaruh Rasio Reaktan Terhadap Konstanta


Kecepatan Reaksi
0.25

0.1

Rasio 2:1

0.05

Rasio 1:2

0
Rasio 1:1 Rasio 2:1 Rasio 1:2
NaOH : CH3COOC2H5
Gambar 5. Hubungan rasio NaOH : CH3COOC2H5
dengan Konstanta Kecepatan Reaksi
Dari hasil percobaan yang terlihat pada gambar
4.3 terlihat bahwa semakin besar reaktan yang
ditambahkan akan membuat semakin besar nilai
konstanta kecepatan reaksi.. Hal ini disebabkan
pemakaian reaktan yang berlebih akan memperbesar
frekuensi tumbukan. Kecepatan reaksi sebanding
dengan besarnya jumlah reaktan. Bila jumlah zat
pereaktan diperbesar, maka kecepatan reaksi akan
meningkat. Jumlah molekul yang bertumbukan akan
bertambah, apabila zat pereaktan yang digunakan
semakin murni, sehingga mempercepat terjadinya
reaksi.Pada variabel 2 dengan rasio NaOH :
CH3COOC2H5 = 2:1 konstanta kecepatan reaksinya
sebesar 0,1269. Sementara untuk variabel 3 dengan
rasio NaOH : CH3COOC2H5 = 1:2 konstanta
reaksinya sebesar 0,222. Hal ini disebakan karena
semakin tinggi perbandingan reaktan akan diperoleh
konversi yang semakin besar untuk suhu yang sama.
Hal ini dikarenakan pemakaian salah satu reaktan yang
berlebih akan memperbesar kemungkinan tumbukan
antara molekul zat yang bereaksi sehingga kecepatan
reaksinya bertambah besar. Konstanta kecepatan
reaksi maksimum dicapai pada rasio NaOH : etil asetat
= 1:2 (Said dkk, 2013).
Perbandingan Ca model dengan Ca percobaan
0.081
0.08
0.079

Ca

(Levenspiel, O. 1999)
(Fogler, H. Scott. 2010)

0.078

Ca model

0.077

Ca
percobaan

0.076
0.075
0.074
0

waktu (menit)

Gambar 6. Perbandingan Ca model dengan Ca


percobaan pada variabel 1:1

5
Gambar 8. Hubungan Konsentrasi NaOH sisa
terhadap Waktu pada Proses Batch dan Kontinyu
Variabel 1:1

0.105
0.1
Ca model

Ca

0.095

Ca
percobaan

0.09

0.103
0.1

0.085

0.097
Batch
Kontinyu

Ca

0.08
0

0.094

0.091

waktu (menit)

Gambar 7. Perbandingan Ca model dengan Ca


percobaan pada variabel 2:1

0.088
0.085
0

Waktu (menit)

0.054

Ca model

Gambar 9. Hubungan Konsentrasi NaOH sisa


terhadap Waktu pada Proses Batch dan Kontinyu
Variabel 2:1

Ca
percobaan

0.054

0.052

Ca

0.05
0.048
0.046

0.052

0.044
1

0.05

Batch
Kontinyu

Ca

waktu (menit)

0.048

Gambar 8. Perbandingan Ca model dengan Ca


percobaan pada variabel 1:2

0.046
0.044

Berdasarkan grafik 4.7, 4.8, dan 4.9, dapat


dilihat bahwa secara keseluruhan grafik yang dibentuk
oleh Ca model lebih teratur daripada grafik yang
dibentuk oleh Ca percobaan. Hal ini dikarenakan Ca
model diperoleh dari perhitungan matematis.
Perhitungan matematis ini menggunakan metode
Runge Kutta. Metode ini dipilih karena Runge Kutta
dianggap metode yang memberikan keakuratan tinggi.
Perhitungan model matematis ini tidak dipengaruhi
oleh variabel-variabel percobaan sehingga diperoleh
Ca model yang merupakan Ca ideal. Sedangkan Ca
percobaan diperoleh dari percobaan dengan variabel
rasio reaktan sehingga keakuratannya lebih rendah
dari Ca model (Munir, 2003).
Perbandingan Proses Batch dan Kontinyu
0.081
0.08

Batch

Ca

0.079

Kontinyu

0.078
0.077
0.076
0.075
0.074
0

Waktu (menit)

1
2
Waktu (menit)

Gambar 10. Hubungan Konsentrasi NaOH sisa


terhadap Waktu pada Proses Batch dan Kontinyu
Variabel 1:2
Reaktor kimia adalah sebuah alat industri kimia
, dimana terjadi reaksi bahan baku menjadi produk jadi
yang lebih berdaya guna. Berdasarkan prosesnya
reaktor diklasifikasikan menjadi reaktor Batch dan
reaktor Alir (kontinyu) .Pada percobaan yang
dilakukan menggunakan prinsip reaktor batch dan
reaktor alir tanki berpengaduk. Reaktor batch adalah
reaktor dimana tidak terjadinya aliran masuk atau
aliran keluar selama proses. Reaktor Batch mengalami
suatu reaksi kimia tunggal, yaitu reaksi yang
berlangsung dengan hanya satu persamaan laju reaksi
yang berpasangan dengan persamaan kesetimbangan
dan stoikiometri. Reaktor Alir tanki berpengaduk
hampir sama dengan reaktor batch tetapi umpan dan
produk mengalir secara kontinyu dan pada reaktor
dilengkapi dengan alat penambahan zat pereaksi dan
pengambilan
produk
secara
kontinyu
(id.wikipedia.org).
Tabel 2. Perbandingan proses batch dan kontinyu
Batch

Kontinyu

Baik untuk produksi


skala kecil

Baik untuk produksi


skala besar dan kontinyu

6
Capital cost rendah
Fleksibel untuk multi
produk dan multi
operasi
Mudah untuk
shutdown dan
maintenance
Waktu tinggal zat
pereaksi lebih lama
Operations cost tinggi

Capital cost tinggi


Hanya untuk satu jenis
produk dan operasi
Tidak mudah shutdown
dan maintenance
Waktu tinggal singkat
Operations cost rendah

Berdasarkan data hasil percobaan dan gambar


grafik dapat disimpulkan bahwa pada reaktor kontinyu
konversi produk lebih tinggi daripada reaktor batch
dibuktikan dengan jumlah NaOH sisa pada reaktor
kontinyu lebih rendah daripada reaktor batch disetiap
variabel rasio reaktan. Hal ini dikarenakan pada
reaktor kontinyu kontak patern antar molekul etil
asetat dengan molekul NaOH sangat besar terjadi.
Sedangkan untuk kecepatan mencapai kondisi reaksi
steady/setimbang antara reaktor batch dan reaktor
kontinyu, lebih baik reaktor batch hal ini dibuktikan
dengan waktu untuk mencapai nilai konstan pada
reaktor batch lebih cepat daripada reaktor kontinyu
disetiap variabel rasio reaktan. Hal ini dikarenakan
waktu tinggal pada reaktor batch relatif lebih lama
sehingga reaksi antara molekul etil asetat dengan
NaOH cepat mencapai kesetimbangan.
(I Gusti S Budiman,2007)
PENUTUP
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa
pada proses reaksi etil asetat dan NaOH secara batch
dan kontinyu, konsentrasi NaOH sisa (Ca) mengalami
penurunan seiring dengan bertambahnya waktu,
hingga mencapai kondisi konstan/setimbang.
Harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan
NaOH yaitu 2. Harga konstanta kecepatan reaksi (k)
penyabunan NaOH dengan etil pada variabel ratio
reaktan 1:1 , 2:1 , 1:2 adalah 0,112 ; 0,1269 ; 0,2221.
Secara keseluruhan pada setiap variabel percobaan,
nilai konsentrasi NaOH sisa (CA) pada perhitungan
model matematis lebih teratur dibandingkan dengan
nilai CA yang didapat dari percobaan. Perhitungan
matematis ini memiliki nilai keakuratan yang lebih
tinggi daripada hasil percobaan, dan tidak dipengaruhi
oleh variabel percobaan, sehingga Ca model lebih
teratur dari Ca percobaan. Reaktor batch
menghasilkan konversi produk yang lebih tinggi,
sedangkan reaktor kontinyu cepat dalam mencapai
kondisi reaksi steady/setimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Abu
Khalaf,
A.M.Chemical
Engineering
Education, 28 (1), 48. 1994
Anonim.2012. informit.com. Diakses pada tanggal 2
Mei 2015.

Anonim. 2013. Chem-is-try.org/ materi_kimia/kimiasmk/kelas_x/faktor-faktor-yangmempengaruhi-kecepatan-reaksi-3


Diakses
pada tanggal 4 Mei 2015
Budiman , I Gusti S,2007. Perancangan Reaktor.
Jurusan
Teknik
Kimia
Fti
Upn
VeteranYogyakarta.
Charles, E. R, Harold, SM and Thomas K.S.,Applied
Mathematics in Chemical Engineering 2nd
end.,Mc. Graw Hill Book Ltd. 1987, New York
Fogler, H. Scott. 2010. Essentials of Chemical
Reaction Engineering: Mole Balances.
Id.wikipedia.org/Reaktor-batch-dan-kontinyu
Hill, G.C., An Introduction to Chemical Engineering
Kinetika and Reactor Design. 1st ed, John
Willey, New York, N.Y, 1977
Levenspiel, Octave. 1999. Chemical Engineering
Reaction 3rd Edition. USA : John Wiley and
Sons, Inc.
Munir, 2003. Metode Numerik. Bandung :
Informatika.
Said dkk. 2013. Pengaruh Rasio Reaktan Dan
Jumlah Katalis Terhadap Konversi Minyak
Jagung Menjadi Metil Ester. Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Palembang.
Sarwono, Jonathan. 2008. Pengertian Dasar
Structural Equation Modeling (Sem).
UKRIDA, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai