2
diselesaikan dengan cara analisis jika persamaan itu
mudah diselesaikan. Namun untuk reaksi yang
kompleks akan diperoleh model matematika yang
kompleks juga. Penyelesaian numerik sangat
dianjurkan untuk memperoleh nilai k, tetapan transfer
massa, dan orde reaksi yang merupakan adjustable
parameter.
Reaksi yang terjadi pada reaktor adalah:
CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH
Jika ditinjau secara thermodinamika, dengan harga H
sebagai berikut:
H CH3COOC2H5
= -444.500 J/mol
H NaOH
= -425.609 J/mol
H CH3COONa
= -726.100 J/mol
H C2H5OH
= -235 J/mol
Didapat H bernilai negatif, maka reaksi tersebut
bersifat eksotermis yaitu menghasilkan panas.
Jika ditinjau secara kinetika, dengan harga G sebagai
berikut:
G CH3COOC2H5
= -328 000 J/mol
G NaOH
= -379 494 J/mol
G CH3COONa
= -631 200 J/mol
G C2H5OH
= -168 490 J/mol
dan dengan menggunakan rumus mencari K standar
(pada T=25oC) yaitu:
G = RT ln K
Kemudian menggunakan rumus mencari harga K saat
suhu operasi yaitu:
ln
K
H 1 1
=
( )
K
R T T
Persamaan Arhenius :
=
1. Frekuensi tumbukan
Pengadukan akan memperbesar tumbukan
partikel sehingga akan menurunkan energi
aktivasi,jika energi aktivasi turun, maka kecepatan
reaksi juga naik.
2. Energi aktivasi
Energi aktivasi merupakan energi minimum
yang diperlukan bagi reaksi untuk berlangsung.
Semakin rendah energi aktivasi, maka reaksi akan
berjaan semakin cepat.
3. Suhu
Semakin tinggi suhu, maka reaksi akan berjalan
semakin cepat.
4. Katalis
Katalis dapat mempercepat reaksi karena
kemammpuannya mengadakan reaksi dengan
paling sedikit satu molekul reaktan untuk
menghasilkan senyawa yang lebih aktif. Interaksi
ini akan meningkatkan laju reaksi (Levenspiel,
1999).
Untuk mengetahui orde reaksi antara NaOH dan etil
asetat dapat dihitung menggunakan cara berikut ini:
1. Diberikan data waktu (t) dan Ca, Cao adalah Ca
pada t=0
2. Membuat data -ln(Ca/Cao) dan 1/Ca
3. Pertama menebak orde reaksi pertama dengan
membuat grafik -ln(Ca/Cao) vs t , h a s i l
grafik harus lurus
4. a.Jika hasil grafik tidak lurus, maka meneba orde
reaksi kedua dari grafik antara 1\Ca vs t,
hasil grafik harus lurus. (Apabila Cao = Cbo)
a. Jika hasil grafik tidak lurus, maka menebak orde
reaksi kedua dari grafik antara ln
(Cb/Ca) vs t, hasil grafik harus lurus.
(Apabila CaoCbo)
5. Membentuk persamaan y = a + bx , a = intercept
dan b = slope dari grafik log t vs ln Cao
METODOLOGI PERCOBAAN
1. Percobaan Batch
3
Untuk percobaan batch, percobaan dilakukan
dengan menyiapkan reagen etil asetat 0,2 N, NaOH 0,2
N, dan HCl 0,05 N. Kemudian memasukkan etil asetat
dan NaOH ke dalam reaktor batch dengan rasio 1:1,
2:1, dan 1:2 (sesuai variabel). Sampel diambil 5 ml
tiap 1 menit, kemudian ditambahkan indikator MO 3
tetes dan dititrasi dengan HCl sampai warna merah
orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang
digunakan 3 kali konstan.
2. Percobaan Kontinyu
dengan Ca
= konsentrasi NaOH sisa
Cao
= konsentrasi NaOH mula-mula
k
= konstanta laju reaksi
t
= waktu tinggal
Dari rumus tersebut dapat diketahui bahwa
nilai t berbanding terbalik dengan Ca, sehingga
semakin lama waktu reaksi, konsentrasi NaOH dalam
reaktor akan menurun. Selain itu, dari grafik juga
terlihat bahwa nilai Ca pada waktu tertentu memiliki
nilai konstan. Hal ini terjadi karena reaktan NaOH
telah bereaksi dengan etil asetat hingga konsentrasinya
menjadi kecil karena konsentrasinya yang kecil
sehingga perbedaan konsentrasi NaOH sisa dari waktu
ke waktu menjadi konstan , dengan kata lain reaktan
telah menjadi produk yang diinginkan. Oleh karena
itu, konsentrasi CA akan selalu konstan/tidak berubah
lagi (Levenspiel, O.1999)
b.
0.12
Ca
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0
waktu (menit)
0.1
1:1
0.08
Ca
Proses Kontinyu
2:1
0.06
0.04
1:2
0.02
0
0
waktu (menit)
1:1
2:1
1:2
0,8915
0,9011
0,6
0,892
0,9032
0,6
0.2
0.15
Rasio 1:1
0.1
Rasio 2:1
0.05
Rasio 1:2
0
Rasio 1:1 Rasio 2:1 Rasio 1:2
NaOH : CH3COOC2H5
Gambar 5. Hubungan rasio NaOH : CH3COOC2H5
dengan Konstanta Kecepatan Reaksi
Dari hasil percobaan yang terlihat pada gambar
4.3 terlihat bahwa semakin besar reaktan yang
ditambahkan akan membuat semakin besar nilai
konstanta kecepatan reaksi.. Hal ini disebabkan
pemakaian reaktan yang berlebih akan memperbesar
frekuensi tumbukan. Kecepatan reaksi sebanding
dengan besarnya jumlah reaktan. Bila jumlah zat
pereaktan diperbesar, maka kecepatan reaksi akan
meningkat. Jumlah molekul yang bertumbukan akan
bertambah, apabila zat pereaktan yang digunakan
semakin murni, sehingga mempercepat terjadinya
reaksi.Pada variabel 2 dengan rasio NaOH :
CH3COOC2H5 = 2:1 konstanta kecepatan reaksinya
sebesar 0,1269. Sementara untuk variabel 3 dengan
rasio NaOH : CH3COOC2H5 = 1:2 konstanta
reaksinya sebesar 0,222. Hal ini disebakan karena
semakin tinggi perbandingan reaktan akan diperoleh
konversi yang semakin besar untuk suhu yang sama.
Hal ini dikarenakan pemakaian salah satu reaktan yang
berlebih akan memperbesar kemungkinan tumbukan
antara molekul zat yang bereaksi sehingga kecepatan
reaksinya bertambah besar. Konstanta kecepatan
reaksi maksimum dicapai pada rasio NaOH : etil asetat
= 1:2 (Said dkk, 2013).
Perbandingan Ca model dengan Ca percobaan
0.081
0.08
0.079
Ca
(Levenspiel, O. 1999)
(Fogler, H. Scott. 2010)
0.078
Ca model
0.077
Ca
percobaan
0.076
0.075
0.074
0
waktu (menit)
5
Gambar 8. Hubungan Konsentrasi NaOH sisa
terhadap Waktu pada Proses Batch dan Kontinyu
Variabel 1:1
0.105
0.1
Ca model
Ca
0.095
Ca
percobaan
0.09
0.103
0.1
0.085
0.097
Batch
Kontinyu
Ca
0.08
0
0.094
0.091
waktu (menit)
0.088
0.085
0
Waktu (menit)
0.054
Ca model
Ca
percobaan
0.054
0.052
Ca
0.05
0.048
0.046
0.052
0.044
1
0.05
Batch
Kontinyu
Ca
waktu (menit)
0.048
0.046
0.044
Batch
Ca
0.079
Kontinyu
0.078
0.077
0.076
0.075
0.074
0
Waktu (menit)
1
2
Waktu (menit)
Kontinyu
6
Capital cost rendah
Fleksibel untuk multi
produk dan multi
operasi
Mudah untuk
shutdown dan
maintenance
Waktu tinggal zat
pereaksi lebih lama
Operations cost tinggi