Anda di halaman 1dari 18

PERCOBAAN 1

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA
KINETIKA REAKSI SAPONIFIKASI ETIL ASETAT

Dosen Pengampu :
Dr. Nazriati, M.Si
Dr. Fauziatul Fajaroh, M.S

Oleh :
Kelompok 7
*Ahmat Fanani Hidayatulloh 160331605670 :)
Siti Rochmawati 160331605646
Wendri Kususma Hapsari 160331605636

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
APRIL 2018
1. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan mahasiswa diharapkan mampu menunjukkan bahwa
reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida adalah reaksi orde dua, dan mampu
menentukan konstanta laju reaksi pada reaksi tersebut.

2. DASAR TEORI

Reaksi penyabunan atau saponifikasi adalah proses hidrolisis basa kuat seperti KOH
dan NaOH terhadap lemak (lipid). Dimana reaksinya akan menghasilkan gliserol sebagai
hasil sampingan. Dengan reaksi sebagai berikut:

Sabun bertindak sebagai suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan
sabun teradsorpsi pada butiran kotoran. Kinetika kimia merupakan bagian dari ilmu kimia
fisika yang mempelajari tentang kecepatan ataupun laju reaksi-reaksi kimia dan
mekanisme reaksi-reaksi yang terlibat didalamnya. Kecepatan reaksi atau laju reaksi
adalah kecepatan perubahan konsentrasi terhadap waktu, jadi tanda negatif hanya
menunjukkan bahwa konsentrasi berkurang bila waktu bertambah.

Laju reaksi dapat pula digunakan untuk memprediksi kebutuhan bahan pereaksi tiap
satuan waktu dan dapat juga digunakan untuk menghitung kebutuhan energi untuk
produksi hydrogen. Seiring bertambahnya waktu dalam suatu reaksi, mka jumLah zat
pereaksi akan menjadi produk, dan sebaliknya jumLah zat hasil reaksi(produk) akan
semakin bertambah. Satuan laju reaksi adalah mol/L det atau M det-1. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi adalah : 1) Temperaturr , semakin tinggi temperatur dalam
sistem maka reaksi dalam sistem akan semakin cepat pula, 2) Katalis, keberadaan katalis
dalam suatu reakasi ini akan memperepat jalannya suatu reaksi dalam sistem tanpa
merubah komposisi, 3) Konsentrasi reaktan, semakin tinggi konsentrasi reaktan maka
semakin cepat reaksi yang terjadi, 4) Tekanan, tekanan yang dimaksud adalah tekanan
gas, semakin tinggi tekanan reaktan maka reaksi akan semakin cepat berlangsung, 5) Luas
permukaan, semakin luas permukaan suatu partikel maka reaksi akan semakin cepat
berlangsung.

Selain penentuan laju reaksi, percobaan juga dapat menunjukkan orde suatu reaksi.
Orde reaksi merupakan jumLah pangkat dari faktor konsentrasi dalam hukum laju bentuk
deferensial. Umumnya orde reaksi terhadap suatu zat tidak sama dengan koefisien dalam
persamaan stoikiometri reaksi.

Reaksi yang terjadi pada penyabunan etil asetat merupakan salah satu reaksi berorde
dua, meskipun reaksi yang terjadi pada penyabunan etil asetat bukan reaksi sederhana.
Sehingga hukum hukum laju reaksi untuk penyabunan etil asetat dapat dinyatakan
sebagai:

−𝑑[𝐸𝑠𝑡𝑒𝑟]
= 𝑘1 [𝐸𝑠𝑡𝑒𝑟][𝑂𝐻 − ]
𝑑𝑡
atau,
−𝑑𝑋
= 𝑘1 [𝑎 − 𝑥][𝑏 − 𝑥]
𝑑𝑡

dengan:
a : konsentrasi awal ester dalam (mol/L)
b : konsentrasi awal ion OH‾ dalam (mol/L)
x : jumLah (mol/L) ester atau basa yang telah bereaksi pada waktu t
k1 : konstanta laju reaksi

Persamaan tersebut dapat diintegrasikan dengan memperhatikan berbagai keadaan :


 Bila a ≠ b maka persamaan tersebut jika diintegrasikan diperoleh :
b(𝑎 − 𝑥)
𝑙𝑛 = 𝑘1 (𝑎 − 𝑏)𝑡
𝑎 (𝑏 − 𝑥)
Yang dapat dituliskan menjadi :
1 b(𝑎−𝑥) (𝑎−𝑥) 𝑎
. 𝑙𝑛 = 𝑘1 atau 𝑙𝑛 = 𝑘1 (𝑎 − 𝑏)𝑡 + 𝑙𝑛
(𝑎−𝑏)𝑡 𝑎 (𝑏−𝑥) (𝑏−𝑥) 𝑏

Apabila dialurkan terhadap waktu (t) akan diperoleh garis lurus dengan arah lereng ,
sehingga dari arah lereng ini memungkinkan perhitungan dari tetapan reaksi . Hubungan
tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

(𝑏−𝑥)
𝑙𝑛
(𝑎−𝑥)

𝑎
𝑦 = 𝑘1 (𝑎 − 𝑏)𝑥 + 𝑙𝑛
𝑏

t (detik)

Gambar 1. Plot terhadap t

Apabila ln (a-x)/(b-x) dialurkan terhadap t akan diperoleh garis lurus dengan arah
lereng k1(a-b), sehingga penentuan dari arah lereng ini memungkinkan perhitungan dari
tetapan laju reaksi k1.

 Bila a = b konsentrasi kedua pereaksi sama maka persamaan dapat dituliskan sebagai :
−𝑑𝑋
= 𝑘1 (𝑎 − 𝑥)2
𝑑𝑡
Persamaan tersebut dapat diintegrasikan menjadi :
1 1
𝑘1 𝑡 = −
(𝑎 − 𝑥) 𝑎

Dalam praktikum ini akan membuktikan bahwa penyabunan etil asetat oleh ion
hidroksida adalah reaksi orde dua dan menentukan tetapan laju reaksi pada penyabunan
etil asetat.
3. METODOLOGI
1. Alat :
- Kaca arloji
- Labu ukur
- Erlenmeyer
- Buret
- Statif dan klem
- Corong
- Beaker glass
- Stopwatch
- Pipet gondok dan pipet tetes
- Botol semprot
- Termometer
2. Bahan :
- Etil asetat
- NaOH
- HCl
- Indikator fenoftalein
- Aquades
- Asam oksalat

3. Prosedur Kerja
250 mL Etil Asetat 0,02 N

 Diambil 100 mL dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer


 Dimasukkan 100 mL larutan NaOH 0,02 N pada Erlenmeyer lain
 Kedua Erlenmeyer dicelup termometer dan disamakan temperatur larutannya
 Disiapkan tujuh buah Erlenmeyer yang masing-masing diisi 20 mL larutan HCl 0,02 N
 Setelah NaOH dan Etil Asetat temperaturnya sama, kedua larutan dicampur dengan cepat lalu
dikocok
 Stopwatch dijalankan saat pencampuran dilakukan
 Setelah 3 menit dicampurkan, Campuran larutan dipipet 10 mL dan dimasukkan dalam
Erlenmeyer berisi 20 mL HCl 0,02 N yang telah disiapkan lalu campuran diaduk
 Kelebihan HCl dititrasi dengan dipakai larutan standar NaOH 0,02 N
 Pengambilan campuran untuk dimasukkan dalam Erlenmeyer berisi 20 mL HCl lalu dititrasi
dengan larutan NaOH 0,02 N diulang pada menit ke 8, 15, 25, 40 dan 65
 Volume Hasil titrasi dicatat

HASIL
4. DATA PENGAMATAN

1. Volume total etil asetat = 250 mL


2. Volume etil asetat untuk campuran = 50 mL
3. Volume NaOH untuk campuran = 50 mL
4. [NaOH] = 0,02 N
5. [HCl] = 0,02 N
6. [Etil Asetat] = 0,02 N
7. Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi sebagai berikut:

Waktu
VCampuran VHCl VNaOH Titrasi
Pengambilan
3 menit 20 detik 10 mL 20 mL 15,7 mL
8 menit 2 detik 10 mL 20 mL 16,0 mL
15 menit 10 mL 20 mL 17,0 mL
25 menit 10 mL 20 mL 17,9 mL
40 menit 10 detik 10 mL 20 mL 18,3 mL
65 menit 10 mL 20 mL 19 mL

5. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Persamaan reaksi :
CH3COOC2H5 (aq) + OH- (aq) CH3COO- (aq) + C2H5OH (aq)
 Ketika t = 3 menit 20 detik
Diket : [NaOH] = 0,02 N
[HCl] = 0,02 N
t = 200 s
VNaOH = 15,7 mL
a = [Etil asetat] awal
b = [NaOH]
x = konsentrasi OH- yang bereaksi
Jawab :
a) Mol OH- titrasi yang bereaksi dengan HCl sisa
mol OH- = MNaOH x VNaOH
mol OH- = 15,7 mL x 0,02 N
mol OH- = 0,314 mmol Mol HCl sisa
b) Mol HCl yang bereaksi dengan OH- sisa penyabunan
mol HCl = Mol HCl awal – Mol HCl sisa
mol HCl = (20mL x 0,02 M) – 0,314 mmol
mol HCl = 0,4 mmol – 0,314 mmol
mol HCl = 0,086 mmol Mol NaOH sisa penyabunan
-
c) Mol OH yang bereaksi saat proses penyabunan
mol OH- = Mol OH- awal – Mol OH- sisa
mol OH- = (50mL x 0,02 M) – 0,086 mmol
mol OH- = 1 mmol – 0,086 mmol
mol OH- = 0,914 mmol
d) Konsentrasi OH- yang bereaksi dengan etil asetat (x)
[OH-] = Mol OH- yang bereaksi
Vcampuran
-
[OH ] = 0,914 mmol
100mL
-
[OH ] = 0,00914 N
e) Ketetapan Laju Reaksi (k1) a=b
1 1
𝑘1 𝑡 = −
(𝑎 − 𝑥) 𝑎
1 1
𝑘1 𝑡 = −
(0,02 − 0,00914) 0,02
𝑘1 𝑡 = 42,08

42,08 𝑁 −1
𝑘1 =
200 𝑠
k1 = 0,21041 mol-1 L s-1

 Ketika t = 8 menit 2 detik


Diket : [NaOH] = 0,02M
[HCl] = 0,02M
t = 482s
VNaOH = 16,0 mL
a = [Etil asetat] awal
b = [NaOH] awal
x = konsentrasi OH- yang bereaksi
Jawab :
a) Mol OH- titrasi yang bereaksi dengan HCl sisa
mol OH- = MNaOH x VNaOH
mol OH- = 16 mL x 0,02 M
mol OH- = 0,32 mmol Mol HCl sisa
b) Mol HCl yang bereaksi dengan OH- sisa penyabunan
mol HCl = Mol HCl awal – Mol HCl sisa
mol HCl = (20mL x 0,02M) – 0,32 mmol
mol HCl = 0,4 mmol – 0,32 mmol
mol HCl = 0,08 mmol Mol NaOH sisa penyabunan
-
c) Mol OH yang bereaksi saat proses penyabunan
mol OH- = Mol OH- awal – Mol OH- sisa
mol OH- = (50mL x 0,02 M) – 0,08 mmol
mol OH- = 1 mmol – 0,08 mmol
mol OH- = 0,92 mmol
d) Konsentrasi OH- yang bereaksi dengan etil asetat (x)
[OH-] = Mol OH- yang bereaksi
Vcampuran
-
[OH ] = 0,92 mmol
100mL
-
[OH ] = 0,0092 N
e) Ketetapan Laju Reaksi (k1)

1 1
𝑘1 𝑡 = −
(𝑎 − 𝑥) 𝑎

1 1
𝑘1 𝑡 = −
(0,02 − 0,0092) 0,02

𝑘1 𝑡 = 42,593

42,593 𝑁 −1
𝑘1 =
482 𝑠
k1 = 0,0884 mol-1 L s-1

 Ketika t = 15 menit
Diket : [NaOH] = 0,02M
[HCl] = 0,02M
t = 900s
VNaOH = 17,0 mL
a = [Etil asetat] awal
b = [NaOH] awal
x = konsentrasi OH- yang bereaksi
Jawab :
a) Mol OH- titrasi yang bereaksi dengan HCl sisa
mol OH- = MNaOH x VNaOH
mol OH- = 17 mL x 0,02 M
mol OH- = 0,34 mmol Mol HCl sisa
b) Mol HCl yang bereaksi dengan OH- sisa penyabunan
mol HCl = Mol HCl awal – Mol HCl sisa
mol HCl = (20mL x 0,02M) – 0,34 mmol
mol HCl = 0,4 mmol – 0,34 mmol
mol HCl = 0,06 mmol Mol NaOH sisa penyabunan
-
c) Mol OH yang bereaksi saat proses penyabunan
mol OH- = Mol OH- awal – Mol OH- sisa
mol OH- = (50mL x 0,02 M) – 0,06 mmol
mol OH- = 1 mmol – 0,06 mmol
mol OH- = 0,94 mmol
d) Konsentrasi OH- yang bereaksi dengan etil asetat (x)
[OH-] = Mol OH- yang bereaksi
Vcampuran
-
[OH ] = 0,94 mmol
100mL
-
[OH ] = 0,0094 N
e) Ketetapan Laju Reaksi (k1)

1 1
𝑘1 𝑡 = −
(𝑎 − 𝑥) 𝑎

1 1
𝑘1 𝑡 = −
(0,02 − 0,0094) 0,02

𝑘1 𝑡 = 44,339

44,339 𝑁 −1
𝑘1 =
900 𝑠
k1 = 0,0493 mol-1 L s-1
 Ketika t = 25 menit
Diket : [NaOH] = 0,02M
[HCl] = 0,02M
t = 1500s
VNaOH = 17,9 mL
a = [Etil asetat] awal
b = [NaOH] awal
x = konsentrasi OH- yang bereaksi
Jawab :
a) Mol OH- titrasi yang bereaksi dengan HCl sisa
mol OH- = MNaOH x VNaOH
mol OH- = 17,9 mL x 0,02 M
mol OH- = 0,358 mmol Mol HCl sisa
b) Mol HCl yang bereaksi dengan OH- sisa penyabunan
mol HCl = Mol HCl awal – Mol HCl sisa
mol HCl = (20mL x 0,02M) – 0,358 mmol
mol HCl = 0,4 mmol – 0,358 mmol
mol HCl = 0,042 mmol Mol NaOH sisa penyabunan
-
c) Mol OH yang bereaksi saat proses penyabunan
mol OH- = Mol OH- awal – Mol OH- sisa
mol OH- = (50mL x 0,02 M) – 0,042 mmol
mol OH- = 1 mmol – 0,042 mmol
mol OH- = 0,958 mmol
d) Konsentrasi OH- yang bereaksi dengan etil asetat (x)
[OH-] = Mol OH- yang bereaksi
Vcampuran
-
[OH ] = 0,958 mmol
100mL
-
[OH ] = 0,00958 N
e) Ketetapan Laju Reaksi (k1)

1 1
𝑘1 𝑡 = −
(𝑎 − 𝑥) 𝑎

1 1
𝑘1 𝑡 = −
(0,02 − 0,00958) 0,02

𝑘1 𝑡 = 45,969

45,969 𝑁 −1
𝑘1 =
1500 𝑠
k1 = 0,030646 mol-1 L s-1
 Ketika t = 40 menit 10 detik
Diket : [NaOH] = 0,02M
[HCl] = 0,02M
t = 2410s
VNaOH = 18,3 mL
a = [Etil asetat] awal
b = [NaOH] awal
x = konsentrasi OH- yang bereaksi
Jawab :
a) Mol OH- titrasi yang bereaksi dengan HCl sisa
mol OH- = MNaOH x VNaOH
mol OH- = 18,3 mL x 0,02 M
mol OH- = 0,366 mmol Mol HCl sisa
b) Mol HCl yang bereaksi dengan OH- sisa penyabunan
mol HCl = Mol HCl awal – Mol HCl sisa
mol HCl = (20mL x 0,02M) – 0,366 mmol
mol HCl = 0,4 mmol – 0,366 mmol
mol HCl = 0,034 mmol Mol NaOH sisa penyabunan
-
c) Mol OH yang bereaksi saat proses penyabunan
mol OH- = Mol OH- awal – Mol OH- sisa
mol OH- = (50mL x 0,02 M) – 0,034 mmol
mol OH- = 1 mmol – 0,034 mmol
mol OH- = 0,966 mmol
d) Konsentrasi OH- yang bereaksi dengan etil asetat (x)
[OH-] = Mol OH- yang bereaksi
Vcampuran
-
[OH ] = 0,966 mmol
100mL
-
[OH ] = 0,00966 N
e) Ketetapan Laju Reaksi (k1)

1 1
𝑘1 𝑡 = −
(𝑎 − 𝑥) 𝑎

1 1
𝑘1 𝑡 = −
(0,02 − 0,00966) 0,02

𝑘1 𝑡 = 46,7118
46,7118 𝑁 −1
𝑘1 =
2410 𝑠
k1 = 0,01938 mol-1 L s-1

 Ketika t = 65 menit
Diket : [NaOH] = 0,02M
[HCl] = 0,02M
t = 3900s
VNaOH = 19,0 mL
a = [Etil asetat] awal
b = [NaOH] awal
x = konsentrasi OH- yang bereaksi
Jawab :
a) Mol OH- titrasi yang bereaksi dengan HCl sisa
mol OH- = MNaOH x VNaOH
mol OH- = 19 mL x 0,02 M
mol OH- = 0,38 mmol Mol HCl sisa
b) Mol HCl yang bereaksi dengan OH- sisa penyabunan
mol HCl = Mol HCl awal – Mol HCl sisa
mol HCl = (20mL x 0,02M) – 0,38 mmol
mol HCl = 0,4 mmol – 0,38 mmol
mol HCl = 0,02 mmol Mol NaOH sisa penyabunan
-
c) Mol OH yang bereaksi saat proses penyabunan
mol OH- = Mol OH- awal – Mol OH- sisa
mol OH- = (50mL x 0,02 M) – 0,02 mmol
mol OH- = 1 mmol – 0,02 mmol
mol OH- = 0,98 mmol
d) Konsentrasi OH- yang bereaksi dengan etil asetat (x)
[OH-] = Mol OH- yang bereaksi
Vcampuran
-
[OH ] = 0,98 mmol
100mL
-
[OH ] = 0,0098 N
e) Ketetapan Laju Reaksi (k1)
1 1
𝑘1 𝑡 = −
(𝑎 − 𝑥) 𝑎

1 1
𝑘1 𝑡 = −
(0,02 − 0,0098) 0,02

𝑘1 𝑡 = 48,0392

48,0392 𝑁 −1
𝑘1 =
3900 𝑠
k1 = 0,0123177 mol-1 L s-1

Berdasarkan perhitungan di atas di dapatkan data sebagai berikut :

t (s) k1 x (N) a (N) b (N) a-x 1/(a-x)


200 0,21041 0,00914 0,02 0,02 0,01086 92,08103131
482 0,0884 0,0092 0,02 0,02 0,0108 92,59259259
900 0,0493 0,0094 0,02 0,02 0,0106 94,33962264
1500 0,030646 0,00958 0,02 0,02 0,01042 95,96928983
2410 0,01938 0,00966 0,02 0,02 0,01034 96,71179884
3900 0,0123177 0,0098 0,02 0,02 0,0102 98,03921569
Grafik Reaksi Orde Satu
-4.51
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
-4.52

-4.53

-4.54

-4.55
ln (a-x)

-4.56

-4.57

-4.58

-4.59 y = -2E-05x - 4.5267


R² = 0.8906
-4.6
t (sekon)

Grafik Rekasi Orde Dua


100

99 y = 0.0016x + 92.439
R² = 0.8954
98

97

96
1/(a-x)

95

94

93

92

91
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
t (sekon)
Grafik Reaksi Orde Tiga
4900
y = 0.153x + 4271.1
4800 R² = 0.9002

4700
1/(2(a-x)2)

4600

4500

4400

4300

4200
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
t (sekon)
Percobaan yang dilakukan kali ini adalah Kinetika Saponifikasi Etil Asetat.
Perlakuan awal dari percobaan ini adalah dengan pencampuran NaOH 0,02 N dan etil
asetat hasil pengenceran yaitu 0,02 N. Agar dapat terjadi reaksi saponifikasi dalam
kondisi yang setara maka pencampuran larutan dilakukan dengan temperatur yang
sama agar laju reaksi yang dihasilkan tidak mengalami perubahan yang besar yaitu
ketika temperaturr NaOH dan etil asetat adalah 27oC. Adapun reaksi pencampuran
larutan yaitu :
CH3COOC2H5 (aq) + OH- (aq) CH3COO- (aq) + C2H5OH (aq)

Kecepatan terbentuknya produk dari waktu pertama to ke tn berbeda. Semakin


lama waktu reaksi maka volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi semakin banyak
dikarenakan NaOH dalam campuran etil asetat dan NaOH akan semakin berkurang.
Hali ini disebabkan larutan NaOH sisa yang bereaksi dengan HCl saat dicampurkan
semakin sedikit, itu membuktikan bahwa jumlah larutan HCl yang diperlukan
semakin banyak. Oleh karena itu untuk menetralkan HCl setelah pencampuran
diperlukan larutan NaOH pada saat titrasi yang semakin lama semakin banyak.

Konstanta kecepatan reaksi rata-rata yang didapat dari perhitungan ialah


0,06840895 mol-1 L s-1. Reaksi saponifikasi merupakan reaksi orde dua yang
dibuktikan dengan harga konstanta laju reaksi pada menit ke 3, 8, 15, 25, 40, dan 65
relatif mengalami penurunan konstan. Adanya penurunan nilai konstanta laju reaksi
ini disebabkan karena waktu berbanding terbalik terhadap konstanta kecepatan.
Semakin lama waktu yang dibutuhkan pada reaksi maka hasil konsentrasi akan
semakin kecil. Hal ini dapat dilihat dari tabel diatas.

Pada penentuan orde reaksi penyabunan etil asetat, digunakan kurva untuk
membuktikan orde reaksi yang terjadi. Kurva yang digunakan pada penentuan orde
reaksi adalah kurva yang menunjukkan linearitas yang terbesar. Dari ketiga kurva
dapat dilihat bahwa pada pembuktian orde dua, kurva menunjukkan linearitas paling
tinggi. Hal ini membuktikan bahwa pada reaksi penyabunan etil asetat merupakan
reaksi orde dua selain dibuktikan dari penurunan nilai konstanta kecepatan.

Pada percobaan ini penyebab yang menjadikan adanya tingkat kesalahan


(%Error) adalah waktu yang berbeda ketika menjalankan Stopwatch yang seharusnya
dilakukan bersamaan dengan pencampuran larutan etil asetat dengan larutan NaOH
hal ini dikarenakan pencampuran dan penyetelan Stopwatch dijalankan oleh dua
pengamat. Selain itu, terjadi pemoloran waktu pengambilan campuran larutan etil
asetat dan larutan NaOH sehingga waktu yang digunakan untuk acuan penentuan
konstanta laju menjadi kurang akurat.

6. KESIMPULAN

Reaksi penyabunan etil asetet oleh ion hidroksida adalah reaksi orde dua yang
dapat dibuktikan dengan kurva dengan linearitas paling tinggi dan penurunan secara
konstan harga konstanta kecepatan dari to ke tn. Konstanta laju reaksi saponifikasi etil
asetat rata-rata sebesar 0,06840895 mol-1 L s-1.

DAFTAR PUSTAKA

Sumari, dkk. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Malang: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.
https://www.hajarfisika.com/2017/09/laporan-praktikum-saponifikasi.html/
https://www.ilmukimia.org/2013/05/reaksi-saponifikasi.html/
https://yprawira.wordpress.com/reaksi-saponifikasi-pada-proses-pembuatan-sabun/
https://wanibesak.wordpress.com/2012/01/22/turunan-asam-karboksilat-ester/
LAMPIRAN 2

I. JAWABAN PERTANYAAN
1. Kenyataan apakah yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil
asetat ini adalah reaksi orde dua?
Kenyataan pada percobaan ini yang membuktikan bahwa reaksi
penyabunan etil asetat ini adalah reaksi orde dua dapat dilihat dari harga k1
(konstanta kecepatan) yang secara konstan menurun (dikarenakan berbanding
terbalik dengan waktu) dan kurva orde dua yang paling linear dibanding
dengan kurva orde satu dan orde tiga.
2. Apakah perbedaan antara orde reaksi dengan kemolekulan reaksi?
- Orde reaksi adalah jumlah pangkat dari faktor konsentrasi dalam
hukum laju bentuk diferensial.
- Kemolekulan reaksi adalah jumlah spesi tahap penentu laju reaksi yang
merupakan suatu konsep teoritis yang dapat digunakan jika sudah
diketahui mekanisme reaksinya.
a. Apakah yang mempengaruhi kecepatan reaksi? Jelaskan!
- Luas Permukaan Sentuh
Apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka makin
kecil tumbukan yang terjadi antar partikel. Sehingga laju reaksi pun
semakin kecil, begitupun sebaliknya.
- Temperaturr
Bila temperatur dinaikkan, partikel semakin aktif bergerak
sehingga tumbukan yang terjadi makin sering dan menyebabkan
laju reaksi makin besar. Hal ini juga berlaku sebaliknya saat
temperatur diturunkan.
- Molaritas
Makin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat suatu reaksi
berlangsung.
- Konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi maka makin banyak molekul reaktan
yang tersedia dengan demikian kemungkinan bertumbukan akna
semakin banyak sehingga kecepatan reaksi meningkat.
- Katalis
Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau
memungkinkan reaksi pada temperatur lebih rendah akibat
perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi.
b. Apa yang dimaksud dengan konstanta kecepatan reaksi?
Konstanta kecepatan reaksi adalah kecepatan dari banyaknya
reaktan yang berubah saat terjadi reaksi kimia per satuan waktu.

Anda mungkin juga menyukai