Anda di halaman 1dari 14

SISTEM 3-KOMPONEN

Nofita Megasari
Laboratorium Kimia Fisik Jurusan Kimia Universitas Negeri
Semarang
Gedung D8 Lt. 2 Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Jawa
Tengah, Indonesia
Email: nofitamegasari@gmail.com, 085640324382
ABSTRAK
Percobaan sistem 3-komponen ini bertujuan untuk
mengetahui kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut dan menggambarkan diagram
fasa untuk tiga komponen yaitu air-etanol-n-heksan pada suhu yang konstan.
Prinsip dasar dari percobaan ini adalah pemisahan suatu campuran yang terdiri
dari dua komponen cair yang saling larut dengan sempurna. Metode yang
digunakan dalam percobaan ini adalah titrasi. Metode titrasi ini
digunakan untuk memisahkan campuran yang terdiri dari dua cairan yang saling
melarut sempurna yaitu etanol dan n-heksan yang kemudian dititrasi dengan zat
yang tidak larut dengan campuran tersebut yaitu air (aquadest). Presentase etanol
yang digunakan yaitu 10%, 30%, 50%, 70%, 90% dan 95%. Semakin banyak
etanol yang dibutuhkan maka semakin banyak pula air yang dibutuhkan untuk
menitrasi. Hal ini terjadi karena perbedaan sifat kepolaran dari masing-masing
larutan tersebut. Air bersifat polar sedangkan etanol bersifat semipolar. Sesuai
prinsip like dissolve like dimana komponen dengan sifat kepolaran serupa akan
melarutkan sesamanya. Hal ini juga ditunjukkan pada diagram fasa (diagram
terner) yang menunjukkan bahwa etanol lebih suka bercampur dengan air
dibandingkan dengan n-heksan. Hal ini terlihat pada diagram terner yang lebih
condong ke arah air. Hal ini terjadi karena bertambahnya kelarutan etanol dalam
air lebih cepat dibandingkan kelarutan etanol dalam n-heksan.
Kata kunci : air, etanol, diagram terner, kelarutan, n-heksan
ABSTRACT
Experiment 3-component system is intended to determine the solubility
of a substance in a solvent and describe the phase diagram for the three
components, namely water - ethanol - n - hexane at a constant temperature. The
basic principle of this experiment is the separation of a mixture comprising two
liquid components are mutually dissolved perfectly. The method used in this
experiment is a titration. The titration method is used to separate a mixture
consisting of two liquids that dissolve each other perfectly, namely ethanol and nhexane were then titrated with substances that do not dissolve the mixture is water

( distilled water ). The percentage of ethanol used are 10 %, 30 %, 50 % , 70% ,


90 % and 95 % . The more ethanol is needed so the more water is needed to
titrate. This occurs due to differences in the nature of the polarity of each of the
solution. Water is polar, while ethanol is semipolar. According to the principles
like dissolve like where components with properties similar polarity will dissolve
his neighbor. It is also shown in the phase diagram (ternary diagram) which
indicates that prefers ethanol mixes with water compared to n - hexane. This is
shown in the ternary diagram which is more inclined towards the water. This
happens due to increased solubility of ethanol in water faster than the solubility of
ethanol in n -hexane.
Keyword : water, ethanol, ternary diagram, solubility, n hexane
PENDAHULUAN
Fasa adalah bagian dari sistem yang homogen dan terpisah
satu

sama

lain

baik

secara

fisik

ataupun

komponennya.

Sedangkan komponen adalah jumlah minimum parameter atau


variabel yang dibutuhkan untuk menggambarkan komposisi tiap
fasa dari suatu sistem. Derajat kebebasan sistem adalah
bilangan

terkecil

dari

variabel

intensif

yang

harus

dispesifikasikan untuk mengepaskan nilai dari semua variabel


intensif yang tersisa. Satu fasa membutuhkan dua derajat
kebebasan untuk menggambarkan sistem secara sempurna, dan
untuk dua fasa dalam kesetimbangan, satu derajat kebebasan.
Jadi, dapat digambarkan diagram fasa dalam satu bidang (Dogra,
2009).
Transisi dari satu fasa ke fasa lainya disebut perubahan fasa atau transisi
fasa. Perubahan dari satu fasa kefasa lain umumnya berlangsung pada kondisi
kesetimbangan fasa (phase equilibrium) antara dua fasa, dan untuk tekanan
tertentu terjadi hanya pada suhu tertentu (Young & Freedman,2002).
Kondisi kesetimbangan untuk sembarang sistem yaitu bahwa potensial
kimia dari tiap konstituen pada seluruh sistem harus sama. Bila ada beberapa fasa
dari tiap konstituen, maka potensial kimia setiap konstituen pada tiap fasa harus

mempunyai nilai yang sama. Suatu fasa didefinisikan sebagai bagian sistem yang
seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopisnya, tetapi benar-benar
terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran
padatan atau dua cairan yang tidak dapat bercampur dapat membentuk fasa
terpisah, sedangkan campuran gas-gas adalah satu fasa karena sistemnya yang
homogen. Menurut aturan fasa, derajat kebebasan diberikan oleh:
F = C P + 2
= 5 P
dan bila tekanan dan temperature ditetapkan, persamaan diatas menjadi:
F = 3 P

(Dogra, 2009)

Sistem tiga komponen mempunyai derajat kebebaan F = 3 P, karena tidak


mungkin membuat diagram dengan 4 variabel, maka sistem tersebut dibuat pada
tekanan dan suhu tetap. Sehingga diagram hanya merupakan fungsi komposisi.
Harga derajat kebebasan maksimal adalah 2, karena harga P hanya mempunyai 2
pilihan 1 fasa yaitu ketiga komponen bercampur homogeny atau 2 fasa yang
meliputi 2 pasang misibel. Umumnya sistem 3 komponen merupakan sistem caircair-cair. Jumlah fraksi mol ketiga komponen berharga 1. Sistem koordinat
diagram ini digambarkan sebagai segitiga sama sisi dapat berupa % mol atau
fraksi mol ataupun % berat (Endang Widjajanti, 2008)
Dalam sistem tiga komponen, varian adalah F = 3 P + 2
= 5 P. Jika sistem hanya mengandung satu fase, dibutuhkan
empat variabel untuk menyatakan keadaan sistem, ini mungkin
lebih menguntungkan jika diambil variabel T,p,x1.x2. Pada
tekanan dan suhu konstan, maka varian menjadi F = 3 P,
sehingga sistem memiliki paling tidak 2 varian, dan dapat
dipresentasikan
Roozeboom

pada

bidang

menggunakan

datar.

suatu

Metode

segitiga

sama

Gibbs
sisi

dan
untuk

representasi grafis. Titik A, B, C pada titik sudut segitiga


menyatakan 100% A, 100% B, 100%C. Prinsip percobaan terner
adalah like dissolve like, yaitu suatu senyawa terlarut sempurna

pada pelarut yang kepolarannya cenderung sama, misalnya


senyawa polar terlarut pada pelarut polar, ataupun sebaliknya.
Selain itu juga menggunakan prinsip kelarutan tiga komponen
menurut aturan fasa Gibbs. (Castelan, 1983)
Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen tergantung pada daya
saling larut antar zat cair tersebut dan suhu percobaan. Misalnya ada tiga zat cair
A, B dan C. A dan B saling larut sebagian. Penambahan zat C ke dalam campuran
A dan B akan memperbesar atau memperkecil daya saling larut A dan B. Pada
percobaan ini hanya akan ditinjau sistem yang memperbesar daya saling larut A
dan B. Dalam hal ini A dan C serta B dan C saling larut sempurna. Kelarutan
cairan C dalam berbagai komposisi campuran A dan B pada suhu tetap dapat
digambarkan pada suatu diagram terner. Diagram tiga sudut atau diagram segitiga
berbentuk segitiga sama sisi dimana setiap sudutnya ditempati komponen zat.
Sisi-sisinya itu terbagi dalam ukuran yang menyatakan bagian 100% zat yang
berada pada setiap sudutnya (Sari, 2006).

Gambar 1. Koordinat Triangular untuk Sistem 3-Komponen


Suatu sistem tiga komponen mempunyai dua pengubah komposisi yang
bebas, contohnya X2 dan X3. Jadi komposisi suatu sistem tiga komponen dapat
dialurkan dalam koordinat cartes dengan X2 pada salah satu sumbunya, dan X3
pada sumbu yang lain yang dibatasi oleh garis X2+X3=1. karena X itu tidak
simetris terhadap ketiga komponen, biasanya, komposisi dialurkan pada suatu

segitiga sama sisi dengan tiap-tiap sudutnya menggambarkan suatu komponen


murni, bagi suatu segitiga sama sisi, jumlah jarak dari seberang titik didalam
segitiga ketiga sisinya sama dengan tinggi segitiga tersebut. Jarak antara setiap
sudut ke tengah-tengah sisi yang berhadapan dibagi 100 bagian sesuai dengan
komposisi dalam persen. Untuk memperoleh suatu titik tertentu dengan mengukur
jarak terdekat ketiga sisi segitiga (Sari, 2007).
Percobaan

sistem

3-komponen

ini

bertujuan

untuk

mengetahui kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut dan menggambarkan diagram
fasa untuk tiga komponen yaitu air-etanol-n-heksan pada suhu yang konstan.
Prinsip dasar dari percobaan ini adalah pemisahan suatu campuran yang terdiri
dari dua komponen cair yang saling larut dengan sempurna. Pemisahan dapat
dilakukan dengan menggunakan pelarut yang tidak larut dengan sempurna
terhadap campuran, tetapi dapat melarutkan salah satu komponen (solute) dalam
campuran tersebut.
METODE
Percobaan ini dilaksanakan pada tanggal 16 September
2015 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Semarang. Metode yang digunakan dalam percobaan ini
adalah metode titrasi. Prinsip dasar dari percobaan ini adalah pemisahan
suatu campuran yang terdiri dari dua komponen cair yang saling larut dengan
sempurna. Pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut yang tidak
larut dengan sempurna terhadap campuran, tetapi dapat melarutkan salah satu
komponen (solute) dalam campuran tersebut. Metode titrasi ini digunakan untuk
memisahkan campuran yang terdiri dari dua cairan yang saling melarut sempurna
yaitu etanol dan n-heksan yang kemudian dititrasi dengan zat yang tidak larut
dengan campuran tersebut yaitu air (aquadest).
Alat yang digunakan dalam percobaan sistem 3-komponen ini adalah
sebagai berikut : erlenmeyer 100 ml 6, buret 50 ml 1, statif dan klem 1,
termometer 1, , pipet tetes 3, gelas ukur 10 ml 2, gelas kimia 100 ml 1, baskom 1,

panci 1, corong 1. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
etanol 80 ml, n-heksan 70 ml, es batu dan Aquadest
Langkah kerja yang harus dilakukan dalam percobaan
sistem 3-komponen ini adalah ,pertama mengambil bahan yaitu
etanol sebanyak 80 ml dan n-heksan sebanyak 70 ml yang
masing-masing dimasukkan ke dalam botol coklat yang bertutup.
Kemudian menyiapkan alat titrasi yang akan digunakan yaitu
memasang buret dan statif yang kemudian diisi dengan aquades
sebagai titran. Setelah itu, memanaskan air dan menyiapkan es
batu

yang

akan

digunakan

sebagai

termostat.

Langkah

selanjutnya adalah memasukkan campuran etanol dan n-heksan


ke dalam masing-masing erlenmeyer dengan presentase etanol
10%, 30%, 50%, 70%, 90% dan 95%. Langkah selanjutnya yaitu
melakukan titrasi untuk masing-masing erlenmeyer. Erlenmeyer
yang berisi campuran etanol dan n-heksan diletakkan dalam
termostat, dimana termostat yang digunakan yaitu baskom yang
diisi campuran air panas dan air dingin yang suhunya dijaga agar
tetap konstan yaitu 250C. Campuran etanol dan n-heksan dititrasi
dengan air hingga terjadi kekeruhan karena terbentuk dua fasa.
Kemudian mencatat data volume air yang dibutuhkan setelah itu
mengulangi langkah yang sama karena titrasi dilakukan secara
duplo.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan

sistem

3-komponen

ini

bertujuan

untuk

mengetahui kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut dan menggambarkan diagram
fasa untuk tiga komponen yaitu air-etanol-n-heksan pada suhu yang konstan.
Prinsip dasar dari percobaan ini adalah pemisahan suatu campuran yang terdiri
dari dua komponen cair yang saling larut dengan sempurna. Pemisahan dapat
dilakukan dengan menggunakan pelarut yang tidak larut dengan sempurna
terhadap campuran, tetapi dapat melarutkan salah satu komponen (solute) dalam

campuran tersebut.Teknik pemisahan ini juga berkaitan dengan kepolaran dari


komponen-komponen zat itu, seperti halnya prinsip like dissolve like.
Dalam percobaan ini harus diketahui terlebih dahulu massa
jenis dari masing-masing zat cair yang digunakan. Hal ini
disebabkan agar dapat menghitung fraksi mol masing-masing zat
cair yang kemudian akan digunakan dalam pembuatan grafik.
Seperti yang telah diketahui, massa jenis dari etanol sebesar
0,7893 gram/ml , massa jenis dari n-heksan 0,6548 gram/ml dan
massa jenis air sebesar 1 gram/ml. Metode yang digunakan
dalam percobaan ini adalah titrasi.
Pada percobaan ini dilakukan variasi perbandingan volume yang bertujuan
untuk mengamati besarnya pengaruh n-heksana terhadap banyaknya volume
etanol yang dibutuhkan terbentuk dua fasa. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan kepolaran yakni n-heksana bersifat nonpolar sedangkan air bersifat
polar. Pada percobaan persentase etanol yang ditentukan yaitu :10%, 30%, 50%,
70%, 90%, dan 95%. Titrasi akan dihentikan ketika terjadi kekeruhan.
Dimana ini menunjukkan titik akhir titrasi. Hal ini terjadi karena
penambahan

air

pada

campuran

kedua

larutan

itu

mengakibatkan pecahnya campuran kedua larutan, menjadi dua


larutan

konjugat

terner.

Dalam

hal

ini,

campuran

yang

merupakan fasa tunggal, kemudian berubah menjadi fasa biner.


Hal ini terjadi karena, pada penambahan air akan mempengaruhi
kelarutan dari campuran larutan antara etanol dan n-heksan.
Dimana dalam hal ini, air akan larut sebagian dalam etanol dan
akan larut sebagian pada n-heksan.
Ketika titrasi dengan aquades dilakukan, terjadi pemisahan diantara
campuran etanol dengan n-heksana, hal ini dikarenakan etanol membentuk ikatan
hidrogen yang lebih kuat dengan molekul air pada bagian OH. Oleh karena itu,
etanol yang awalnya berikatan dengan n-heksan akan terpisahkan dan berikatan
dengan air. Hal ini disebabkan karena sifat n-heksan yang tidak melarut dengan air
sehingga n-heksan yang mulanya berikatan dengan etanol akan terlepas dan

terpisah membentuk 2 larutan terner terkonjugasi yang ditandai dengan


terbentuknya larutan yang keruh. Karena kemampuannya etanol yang dapat
melarut dengan air dan juga n-heksan maka etanol (C2H5OH) dikenal sebagai
pelarut yang bersifat semi polar. Suhu pada saat dilakukan praktikum adalah
25C. Tabel 1 menunjukkan hasil titrasi campuran etanol dan n-heksan dengan air
sedangkan tabel 2 merupakan hasil perhitungan fraksi mol dari masing-masing
komponen yang perhitungannya dapat ditunjukkan pada lampiran.
Tabel 1. Hasil Titrasi Campuran Etanol dan n-heksan
dengan Air
Present
ase

Perbandingan Etanol dan


n-heksan

Etanol
10 %
30 %
50 %
70 %
90 %
95 %

1 ml etanol : 9 ml nheksan
3 ml etanol : 7 ml nheksan
5 ml etanol : 5 ml nheksan
7 ml etanol : 3 ml nheksan
9 ml etanol : 1 ml nheksan
9,5 ml etanol : 0,5 ml nheksan

V1

Air (ml)
V rataV2
rata

6,00

5,90

5,95

4,40

4,30

4,35

2,90

3,00

2,95

1,40

1,40

1,40

1,90

2,00

1,95

6,00

5,70

5,85

Tabel 2. Hasil Perhitungan Fraksi Mol Dari Masing-Masing


Komponen.

Komposisi

Fraksi mol (X)

Etanol (ml)

n-heksan (ml)

Air (ml)

Etanol

n-heksan

Air

10 %, 1 ml

9 ml

5,95

0,0413

0,1645

0,7941

30 %, 3 ml

7 ml

4,35

0,1487

0,1538

0,6975

50 %, 5 ml

5 ml

2,95

0,2982

0,1321

0,5697

70 %, 7 ml

3 ml

1,40

0,5442

0,1033

0,3525

90 %, 9 ml

1 ml

1,95

0,5712

0,0281

0,4007

95 %, 9,5 ml

0,5 ml

5,85

0,3314

0,0077

0,6608

Dari tabel dapat dilihat air yang dibutuhkan untuk titrasi


semakin menurun seiiring dengan peningkatan volume etanol
yang digunakan dan berkurangnya volume n-heksan yang
digunakan. Meskipun data yang diperoleh itu fluktuatif, tetapi
dapat

dikatakan

bahwa

fraksi

mol

dari

etanol

semakin

meningkat, sedangkan fraksi mol dari air semakin berkurang


serta n-heksan yang mengalami penurunan pada fraksi molnya.
Data yang didapat tidak sesuai dengan teori. Dimana dalam teori
menyebutkan semakin banyaknya etanol yang digunakan maka
akan

semakin

banyak

pula

air

yang

dibutuhkan

untuk

membentuk satu fasa. Hal ini terjadi karena perbedaan sifat kepolaran dari
masing-masing larutan tersebut. Air bersifat polar sedangkan etanol bersifat
semipolar. Sesuai prinsip like dissolve like dimana komponen dengan sifat
kepolaran serupa akan melarutkan sesamanya. Ketidaksesuaian data
dengan teori yang ada dapat diakibatkan karena etanol yang

lama kelamaan menguap sehingga volumenya berkurang dan


ketidaktelitian praktikan dalam melakukan titrasi.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dibuat diagram fasa
(diagram terner) sistem 3-komponen dari etanol; n-heksan dan
air sebagai berikut.

Air

Etanol

n-heksan

Gambar 2. Diagram Fasa Sistem 3-Komponen Etanol; nheksan dan air


Berdasarkan diagram fasa di atas diketahui bahwa etanol lebih suka
bercampur dengan air dibandingkan dengan n-heksan. Hal ini terlihat pada
diagram yang lebih condong ke arah air. Hal ini terjadi karena bertambahnya
kelarutan etanol dalam air lebih cepat dibandingkan kelarutan etanol dalam nheksan. Hal ini terjadi karena perbedan sifat kepolaran dari masing-masing larutan
tersebut. Air bersifat polar sedangkan etanol bersifat semipolar. Sesuai prinsip like

dissolve like dimana komponen dengan sifat kepolaran serupa akan melarutkan
sesamanya. Ketika dilakukan titrasi dengan air, terjadi pemisahan diantara
campuran etanol dan n-heksan, hal ini dikarenakan air dan etanol dapat saling
berikatan dan menyebabkan sebagian besar n-heksan berikatan sendiri dan
terpisah dari campuran etanol dan air, membentuk 2 larutan terner terkonjugasi
yang ditandai dengan terbentuknya larutan yang keruh. Berdasarkan diagram
terner tersebut daerah yang diarsir atau yang berwarna merupakan daerah 2 fase
sedangkan yang berada di luarnya adalah daerah 1 fase. Daerah 2 fase adalah titik
pada diagram fase di mana garis dari ekuilibrium berpotong

SIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa
semakin

pada sistem 3-komponen etanol; n-heksan dan air,


banyak

etanol

yang

dibutuhkan

maka

air

yang

dibutuhkan untuk menitrasi juga semakin banyak. Sedangkan nheksan

yang

dibutuhkan

semakin

sedikit.

Hal

ini

juga

berpengaruh pada fraksi mol masing-masing larutan yang


digunakan. Perbedaan yang terjadi disebabkan karena perbedaan
massa jenis dari masing-masing larutan yang digunakan. Tetapi,
dalam percobaan yang dilakukan, terdapat kesalahan dimana
semakin banyak etanol yang dibutuhkan semakin sedikit air yang
dibutuhkan. Hal ini kemungkinan dapat diakibatkan karena
etanol yang lama kelamaan menguap sehingga volumenya
berkurang dan ketidaktelitian praktikan dalam melakukan titrasi.
Sedangkan berdasarkan diagram fasa yang telah dibuat diketahui bahwa etanol
lebih suka bercampur dengan air dibandingkan dengan n-heksan. Hal ini terlihat
pada diagram yang lebih condong ke arah air. Hal ini terjadi karena bertambahnya
kelarutan etanol dalam air lebih cepat dibandingkan kelarutan etanol dalam nheksan. Hal ini terjadi karena perbedan sifat kepolaran dari masing-masing larutan
tersebut. Air bersifat polar sedangkan etanol bersifat semipolar. Sesuai prinsip like

dissolve like dimana komponen dengan sifat kepolaran serupa akan melarutkan
sesamanya.

DAFTAR PUSTAKA
Castellan, Gw. 1983. Physical Chemistry. USA : Addison-Wesley
Publishing Company, Inc
Dogra ,S. K. dan S. Dogra. 2009. Kimia Fisik dan Soal-Soal terj. Umar Mansyu.
Jakarta: UI Press.
Endang

Widjajanti,

2008.

Kesetimbangan

Fasa.

(http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/endang-widjajanti-lfx-ms
dr/kesetimbangan-fasa.pdf) diakses tanggal 17 September 2015
Sari, N.K., dkk. 2006. Komparasi Peta Kurva Residu Sistem Terner Aseton-NButanol-Etanol

Dengan Metanol-Etanol-Propanol. Reaktor, Vol. 10 No. 2,

Desember 2006, Hal. : 75-81

Sari, Ni Ketut. 2007. Komparasi Pemisahan Sistem Biner AsetonN-Butanol,

Aseton-Etanol,

Etanol-N-Butanol

Dengan

Bezene-Toluena. Jurnal Teknik Kimia Vol.1, No.2, April 2007


Young, Hugh D dan Freedman, 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.

JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan suhu consolute lebih tinggi dari sistem fenol-air?
Apa akibatnya bila ditambah KCl ke dalam sistem? Apa yang Anda pikirkan
tentang percobaan ini dan apa kegunaannya?
Jawab :
Suhu consolute lebih tinggi dari sistem fenol-air berarti pada suhu consolute
sistem fenol-air akan membentuk satu fase dimana membutuhkan suhu yang
tinggi untuk mencapai titik consolute tersebut.
2. Apa yang terjadi jika alkohol sebagai pengganti KCl ditambahkan ke dalam
air? Mengapa?
3. Pada suhu 35oC tentukan dari diagram: perbandingan komponen dalam
campuran.
4. Sarankan dua alternatif teknis secara fisik yang dapat digunakan untuk
eksperimen ini.
Jawab :
Memahami cara kerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi praktikum.
5. Apa yang dimaksud dengan garis hubung (tie-line)? Bagaimana Anda dapat
menentukan tie-line pada sistem ini?
Jawab :

Pada tekanan yang sama, titik-titik pada garis titik gelembung dan garis titik
embun dihubungkan dengan garis horizontal. Tie-line ditentukan dengan
menarik garis lurus antara persen berat raffinat dengan persen berat ekstrak.
6. Apa yang dimaksud dengan plait-point?
Jawab : Plait-point adalah titik isothermal kritis.
7. Variabel keadaan apa selain T dan P yang dapat digunakan untuk
menggambarkan sistem 2-komponen dan 3-komponen?
Jawab :Variabel komposisi

Anda mungkin juga menyukai