Kelompok (1):
2020
Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)
Rabu, 26 Februari 2020
1. TUJUAN
a. Dapat menentukan konstanta laju reaksi di Continuous Stirred Tank Reactor
(CSTR) pada berbagai suhu.
b. Dapat menentukan energi aktivasi reaksi.
2. DASAR TEORI
Reaktor adalah suatu alat proses tempat dimana terjadinya suatu reaksi
berlangsung, baik itu reaksi kimia atau reaksi nuklir dan bukan secara fisika. Reaktor
kimia adalah segala tempat terjadinya reaksi kimia, baik dalam ukuran kecil seperti
tabung reaksi sampai ukuran yang besar seperti reaktor skala industry. Reaktor CSTR
beroperasi pada kondisi steady state dan mudah dalam control temperatur, tetapi waktu
tinggal reaktan dalam reaktor ditentukan oleh laju alir dari umpan yang masuk atau
keluar, maka waktu tinggal sangat terbatas sehingga sulit mencapai konversi reaktan
pervolume reaktor yang tinggi karena dibutuhkan reaktor dengan volume yang sangat
besar (Smith, 1981)
Hatzikioseyian dkk, (2005) menyatakan komposisi campuran yang meninggalkan
CSTR adalah sama dengan yang berada dalam reaktor dan driving force dari reaksi
adalah konsentrasi dari reaktan karena konsentrasi reaktan berubah dengan waktu yaitu
semakin berkurang. Untuk mendapatkan konversi yang diinginkan dibutuhkan CSTR
dengan volume yang besar. Ketika konversi tinggi diperlukan, bebarapa CSTR dapat
dirangkai secara seri.
Komposisi sama di seluruh titik dalam reaktor baik itu di dalam reaktor dan
produk hasil reaksi serta aliran keluaran produk hasil reaksi memiliki komposisi yang
sama dengan komposisi campuran reaksi di dalam reaktor (Levenspiel, 1999).
CSTR beroperasi pada kondisi steady state. Konsentrasi dan suhu pada reaktor ini
seragam di setiap titik. Namun, waktu tinggal reaktan dalam reaktor ditentukan oleh laju
alir umpan yang masuk atau keluar. Maka, waktu tinggal sangat terbatas sehingga sulit
mencapai konversi reaktan per volume reaktor yang tinggi karena dibutuhkan reaktor
dengan volume yang sangat besar (Smith, 1981).
CSTR dimonitor oleh probe konduktivitas dari larutan yang berubah dengan
konversi dari reaktan menjadi produk. Reaktor ini digunakan untuk reaksi dase cair dan
biasanya digunakan untuk reaksi kimia organik. Keuntungan dari reaktor ini adalah
menghasilkan kualitas produk yang bagus, sistem kontrol otomatis dan tidak
membutuhkan banyak tenaga operator.
Konstanta laju reaksi (k) merupakan koefisien perbandingan laju reaksi dan hasil kali
konsentrasinya. Orde reaksi merupakan derajat ketergantungan laju reaksi pada
konsentrasi reaktan. Penentuan orde dan konstanta laju reaksi dapat dilakukan dengan
berbagai metode, salah satunya adalah metode integral dimana laju reaksi dapat
dCa dCa
dituliskan sebagai : −rA= =k . Ca2…(1) atau −rA= =k . Cao2(1-XA)2 …(2).
dt dt
CA merupakan konsentrasi awal pada waktu t, dan XA adalah konversi larutan pada
waktu t. Jika persamaan 1 dan 2 diintegralkan, maka akan diperoleh persamaan sebagai
1 1 1 Xa
berikut : −rA= − = k .t … (3).
Ca Cao Cao (1− Xa)
1
Interpretasi persamaan dapat dilakukan dengan melakukan plot antara vs t atau
Ca
Xa 1
vs t seperti pada Gambar 2.1. Apabila menggunakan plot vs t , maka nilai
(1− Xa) Ca
konstanta laju reaksi (k) sama dengan nilai slope dari grafik. Sedangkan untuk plot
Xa
vs t maka nilai konstanta laju reaksi (k) dapat diperoleh dari perhitungan k =
(1− Xa)
slope
Cao
Gambar 2.1 Integral tes untuk mekanisme reaksi bimolekuler dengan nilai Cao = CBo
Energi aktivasi adalah energi minimum yang harus dimiliki oleh reaktan untuk
menghasilkan produk reaksi. Jika terdapat 2 data, maka nilai E dapat dicari melalui
k2 E 1 1
persamaan : ln = ( − ). Namun, untuk mendapatkan nilai E yang lebih akurat,
k1 R T1 T2
biasanya dilakukan percobaan dengan lebih dari 2 suhu yang berbeda. Sehingga, nilai E
dapat dicari dengan metode plot grafik ln k vs 1/T seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2.
−E
Lalu, nilai E dapat dihitung melalui rumus: slope = .
RT
3. VARIABEL
Suhu reaksi pada 25°C, 35°C, dan 45°C
4. PROSEDUR KERJA
a. Daftar Alat
1. Alat CSTR CEM-304 Stirred Tank Reactor Armfield
2. Pipet Volume
3. Gelas Takar 2 Liter
4. Bak 5 Liter
5. Botol Semprot
6. Beaker Glass
7. Batang Pengaduk
8. Ball pipet
9. Corong
10. Komputer/PC
b. Daftar Bahan
1. Air Demineralisasi
2. Etil Asetat 0,05 M sebanyak 5 Liter
3. NaOH 0,05 M sebanyak 5 Liter
c. Skema Kerja
Mengeluarkan larutan yang masih ada di dalam reactor
↓
Membilas bagian dalam reactor dengan cara mengisinya dengan air demineralisasi
lalu keluarkan melalui drain valve
↓
Mengeluarkan probe konduktivitas dan membilasnya dengan air demineralisasi lalu
pasangkan kembali kedalam reactor.
↓
Memasukkan larutan NaOH 0,05 M ke dalam tangki Feed 1
↓
Memasukkan larutan Etil Asetat 0,05 M ke dalam tangki Feed 2
↓
Menyalakan Pc dan buka software CEM-304 Stirred Tank Reactor
↓
Mengatur waktu sampling setiap 30 detik selama 45 menit
↓
Aktifkan jendela mimic diagram
↓
Memasukkan volume reactor pada “Volume”, suhu reaksi pada “Temperature” serta
konsentrasi umpan NaOH dan Etil Asetat pada “NaOH Conc” dan “EtAC Conc”
↓
Menyalakan kedua pompa umpan dan motor pengaduk
↓
Memposisikan switch pompa pada “manual” dan diatur hingga memberikan laju alir
30 ml/ min flowrate
↓
Memposisikan switch pengaduk pada “manual” dan agitator speed controller diatur
pada 7.00
↓
Mengisi reaktor dengan larutan dan mengukur temperature dalam reaktor
↓
Apabila suhu sudah mencapai set point yang diinginkan, klik “Go” dan pindah ke
jendela table pengamatan
↓
Mengamati hingga proses mencapai kondisi steady state (konduktivitas konstan) atau
paling lama 45 menit.
↓
Klik “Stop” apabila telah selesai mengambil data
↓
Mematikan kedua pompa dan motor pengaduk
↓
Mengeluarkan semua isi reactor dengan membuka “drain valve” dibagian bawah
reaktor
↓
Melepas probe konduktivitas dan bilas dengan air demineralisasi lalu pasangkan
kembali
↓
Mengklik “Begin New Result” untuk memulai pengambilan data variable baru
↓
Mengulangi praktikum dengan menggunakan suhu reaksi yang berbeda
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Data Pengamatan
Tabel 5.1 Data Pengamatan pada suhu 25oC
c. Pembahasan
A. Danang Rizky Mahendra (1741420102)
90.00
80.00
f(x) = 0.01 x + 57.35
70.00 R² = 0.77
1 /ca (dm³/m ol) 60.00
50.00
1/ca vs t
40.00
Linear (1/ca vs t)
30.00
20.00
10.00
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Gambar 5.1 Grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca pada suhu 25oC
Hubungan Antara Waktu dengan
xa/1-xa pada Suhu 25oC
1.20
1.00
f(x) = 0 x + 0.43
R² = 0.77
0.80
x a/1 -x a
xa/1-xa vs t
0.60
Linear (xa/1-xa vs t)
0.40
0.20
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Ga
mbar 5.2 Grafik hubungan antara waktu dengan xa/1-xa pada suhu 25oC
Berdasarkan grafik pada suhu 25oC, konsentrasi larutan mengalami
penurunan dari waktu ke waktu, sehingga nilai 1/ca menjadi semakin naik. Untuk
konversi larutan cenderung meningkat seiring berjalannya waktu, sehingga nilai
xa/1-xa mengalami kenaikan, meskipun pada kedua grafik mengalami osilasi
yang kemungkinan terjadi karena laju alir yang masuk kadang naik turun. Pada
grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca diperoleh nilai slope sebesar 0,0086
dan nilai R² = 0,7678. Sedangkan pada grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca
diperoleh nilai slope sebesar 0,0002 dan nilai R² = 0,7699.
Hubungan Antara Waktu dengan
1/ca pada Suhu 35oC
120.00
100.00
1 /ca (dm³/mol)
80.00 1/ca vs t
Linear (1/ca vs t)
60.00 f(x) = 0 x + 54.02
R² = 0.25
40.00
20.00
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Gambar 5.3 Grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca pada suhu 35oC
Hubungan Antara Waktu dengan
xa/1-xa pada Suhu 35oC
1.80
1.60
1.40
1.20
xa/1-xa vs t
xa/1 -xa
1.00
Linear (xa/1-xa vs t)
0.80
0.60 f(x) = 0 x + 0.35
R² = 0.25
0.40
0.20
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Gambar 5.4 Grafik hubungan antara waktu dengan xa/1-xa pada suhu 35oC
Berdasarkan grafik pada suhu 35oC, konsentrasi larutan mengalami
penurunan dari waktu ke waktu, sehingga nilai 1/ca menjadi semakin besar.
Untuk konversi larutan cenderung meningkat seiring berjalannya waktu, sehingga
nilai xa/1-xa mengalami kenaikan, meskipun pada kedua grafik mengalami
osilasi yang kemungkinan terjadi karena laju alir yang masuk kadang naik turun.
Pada grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca diperoleh nilai slope sebesar
0,0049 dan nilai R² = 0,2459. Sedangkan pada grafik hubungan antara waktu
dengan 1/ca diperoleh nilai slope sebesar 0,0001 dan nilai R² = 0,2493. Kedua
nilai tesebut lebih rendah dari nilai pada suhu reaksi 25 oC.
Hubungan Antara Waktu dengan
1/ca pada Suhu 45oC
54.00
f(x) = 0.01 x + 48.07
53.00 R² = 0.94
52.00
Gambar 5.5 Grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca pada suhu 45oC
Hubungan Antara Waktu dengan
xa/1-xa pada Suhu 45oC
0.35
f(x) = 0 x + 0.2
0.30 R² = 0.94
0.25
0.20
xa/1 -xa
0.15 xa/1-xa vs t
0.05
0.00
0 200 400 600 800 1000 1200
t (s)
Gambar 5.6 Grafik hubungan antara waktu dengan xa/1-xa pada suhu 45oC
Berdasarkan grafik pada suhu 45oC, konsentrasi larutan mengalami
penurunan dari waktu ke waktu, sehingga nilai 1/ca menjadi semakin besar.
Untuk konversi larutan cenderung meningkat seiring berjalannya waktu, sehingga
nilai xa/1-xa mengalami kenaikan, meskipun pada kedua grafik mengalami
osilasi tetapi sudah tidak terlalu sering seperti pada percobaan sebelumnya atau
bisa dikatakan hampir mendekati linier. Pada grafik hubungan antara waktu
dengan 1/ca diperoleh nilai slope sebesar 0,0057 dan nilai R² = 0,9436.
Sedangkan pada grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca diperoleh nilai slope
sebesar 0,0001 dan nilai R² = 0,9439.
Berdasarkan pada grafik literatur pada Gambar 2.1, untuk konsentrasi
reaktan cenderung mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Sedangkan,
konversi reaktan terhadap waktu menunjukkan kenaikan nilai karena reaktan
yang bereaksi semakin banyak. Oleh sebab itu, kedua grafik tersebut seharusnya
menghasilkan garis yang cenderung naik dan linier. Hasil percobaan masih bisa
dikatakan sesuai dengan literatur meskipun grafik yang diperoleh tidak linier tapi
masih dalam kategori naik.
90.00
80.00
f(x) = 0.01 x + 57.35
70.00 R² = 0.77
1 /ca (dm³/m ol)
60.00
50.00
1/ca vs t
40.00
Linear (1/ca vs t)
30.00
20.00
10.00
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Gambar 5.7 Grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca pada suhu 25oC
Hubungan Antara Waktu dengan
xa/1-xa pada Suhu 25oC
1.20
1.00
f(x) = 0 x + 0.43
R² = 0.77
0.80
x a/1 -x a
xa/1-xa vs t
0.60
Linear (xa/1-xa vs t)
0.40
0.20
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Gambar 5.8 Grafik hubungan antara waktu dengan xa/1-xa pada suhu 25oC
120.00
100.00
1 /ca (dm³/mol)
80.00 1/ca vs t
Linear (1/ca vs t)
60.00 f(x) = 0 x + 54.02
R² = 0.25
40.00
20.00
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Gambar 5.9 Grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca pada suhu 35oC
Hubungan Antara Waktu dengan
xa/1-xa pada Suhu 35oC
1.80
1.60
1.40
1.20
xa/1-xa vs t
xa/1 -xa
1.00
Linear (xa/1-xa vs t)
0.80
0.60 f(x) = 0 x + 0.35
R² = 0.25
0.40
0.20
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Gambar 5.10 Grafik hubungan antara waktu dengan xa/1-xa pada suhu 35oC
54.00
f(x) = 0.01 x + 48.07
53.00 R² = 0.94
52.00
1/ca (dm ³/m ol)
51.00
1/ca vs t
50.00
Linear (1/ca vs t)
49.00
48.00
47.00
46.00
45.00
44.00
0 200 400 600 800 1000 1200
t (s)
Gambar 5.11 Grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca pada suhu 45oC
Hubungan Antara Waktu dengan
xa/1-xa pada Suhu 45oC
0.35
f(x) = 0 x + 0.2
0.30 R² = 0.94
0.25
0.20
xa/1 -xa
0.15 xa/1-xa vs t
0.05
0.00
0 200 400 600 800 1000 1200
t (s)
Gambar 5.12 Grafik hubungan antara waktu dengan xa/1-xa pada suhu 45oC
-2
ln k (1/ca) vs 1/T
-3
Linear (ln k (1/ca) vs 1/T)
ln k
ln k (xa/1-xa) vs 1/T
-4 Linear (ln k (xa/1-xa) vs 1/T)
-5
f(x) = 1986.62 x − 11.53
R² = 0.52
-6 f(x) = 3321.87 x − 16.77
R² = 0.77
-7
1/T (K)
Gambar 5.13 Grafik hubungan antara suhu dengan konstanta laju reaksi
Gambar diatas merupakan grafik hubungan antara suhu dengan konstanta
laju reaksi. Grafik tersebut digunakan untuk mencari nilai energi aktivasi.
Berdasarkan literature, semakin tinggi suhu reaksi, maka nilai energi aktivasinya
akan semakin kecil. Pada grafik yang dihasilkan memperoleh nilai slope sebesar
1986,6 sehingga energi aktivasi yang didapat pada suhu 25oC sebesar
-4924422,024, pada suhu 35oC sebesar -5089588 dan pada suhu 45oC sebesar
-5254754. Nilai energi aktivasi yang didapat semakin kecil seiring dengan
bertambahnya suhu sesuai dengan literature.
90.00
80.00
f(x) = 0.01 x + 57.35
70.00 R² = 0.77
1 /ca (dm³/m ol)
60.00
50.00
1/ca vs t
40.00
Linear (1/ca vs t)
30.00
20.00
10.00
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Gambar 5.14 Grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca pada suhu 25oC
Hubungan Antara Waktu dengan
xa/1-xa pada Suhu 25oC
1.20
1.00
f(x) = 0 x + 0.43
R² = 0.77
0.80
x a/1 -x a
xa/1-xa vs t
0.60
Linear (xa/1-xa vs t)
0.40
0.20
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Gambar 5.15 Grafik hubungan antara waktu dengan xa/1-xa pada suhu 25oC
120.00
100.00
1 /ca (dm³/mol)
80.00 1/ca vs t
Linear (1/ca vs t)
60.00 f(x) = 0 x + 54.02
R² = 0.25
40.00
20.00
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Gambar 5.16 Grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca pada suhu 35oC
Hubungan Antara Waktu dengan
xa/1-xa pada Suhu 35oC
1.80
1.60
1.40
1.20
xa/1 -xa xa/1-xa vs t
1.00
Linear (xa/1-xa vs t)
0.80
0.60 f(x) = 0 x + 0.35
R² = 0.25
0.40
0.20
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Gambar 5.17 Grafik hubungan antara waktu dengan xa/1-xa pada suhu
35oC
Hubungan Antara Waktu dengan
1/ca pada Suhu 45oC
54.00
f(x) = 0.01 x + 48.07
53.00 R² = 0.94
52.00
1/ca (dm ³/m ol)
51.00
1/ca vs t
50.00
Linear (1/ca vs t)
49.00
48.00
47.00
46.00
45.00
44.00
0 200 400 600 800 1000 1200
t (s)
Gambar 5.18 Grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca pada suhu 45oC
Hubungan Antara Waktu dengan
xa/1-xa pada Suhu 45oC
0.35
f(x) = 0 x + 0.2
0.30 R² = 0.94
0.25
0.20
xa/1 -xa
0.15 xa/1-xa vs t
0.05
0.00
0 200 400 600 800 1000 1200
t (s)
Gambar 5.19 Grafik hubungan antara waktu dengan xa/1-xa pada suhu
45oC
Bedasarkan Pengamatan data grafik baik pada 1/Ca vs t maupun Xa/1-Xa
vs t. Dapat dilihat bahwa Pada pengamatan diatas Semakin tinggi suhu maka
Proses reaksi terjadi semakin cepat, hal ini ditandai dengan konduktivitas yang
terlihat selama pengamatan, antara suhu 25, 35, dan 45 derajat celcius yang
teramati semakin cepat dan membutuhkan durasi paling sedikit hingga konstan
dimana pada suhu 25oC konduktivitas sangat sulit konstan hingga batas waktu 45
menit, lalu pada suhu 35oC Konduktivitas konstan tepat pada 45 menit, dan pada
45oC konduktivitas sudah berhenti sejak 17 menit reaksi . Apabila konstan, maka
dalam kondisi tersebut, reaksi sudah berlangsung pada titik jenuh atau titik
dimana reaktan tidak bereaksi lagi untuk membentuk produk.
Setelah dibuat Plot grafik antara 1/Ca vs t dan Xa/1-Xa vs t , dapat dilihat
juga pada tiap suhu memiliki nilai yang berbeda-beda juga, dimana 1/Ca dan
Xa/1-Xa apabila dalam suhu rendah memiliki nilai yang lebih tinggi (meskipun
bentuk grafik hampir sama). Hal ini dikarenakan setiap komponen memiliki
Kondisi optimum di suhu yang berbeda-beda sehingga pada reaksi saponifikasi
ini, sudah terlihat bahwa kondisi optimum reaksi berada pada suhu ruangan
(25oC). Namun Apabila dikorelasikan dengan efektifitas waktu, maka Proses
paling efektif berjalan pada suhu 35oC karena Durasi konstan tidak terlalu lama,
dan hasil konversi reaktan menjadi produk tidak terlalu sedikit.
90.00
80.00
f(x) = 0.01 x + 57.35
70.00 R² = 0.77
1 /ca (dm³/m ol) 60.00
50.00
1/ca vs t
40.00
Linear (1/ca vs t)
30.00
20.00
10.00
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Gambar 5.20 Grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca pada suhu 25oC
Pada grafik 5.19 dapat dilihat bahwa nilai 1/Ca cenderung mengalami
kenaikan dan hanya terdapat sedikit ketidakstabilan yang ditunjukkan
terbentuknya garis naik turun dibandingkan dengan garis linearnya. Pada literatur
semakin lama waktu proses, konsentrasi reaktan akan semakin berkurang dan
grafik yang diperoleh membentuk garis linear. Terjadinya perbedaan hasil
percobaan dengan literatur dikarenakan dalam waktu maksimal 45 menit (batas
maksimum) selama percobaan tersebut konduktivitas yang dihasilkan belum
mencapai kondisi steady state. Selain itu dapat disebabkan karena adanya larutan
yang tertinggal di dalam reaktor sebelum feed dimasukkan sehingga konsentrasi
awal tidak sesuai dengan feed yang masuk. Pada grafik didapatkan nilai k sebesar
0.0086 dan nilai R2 = 0.7678.
Hubungan Antara Waktu dengan
1/ca pada Suhu 35oC
120.00
100.00
1 /ca (dm³/mol)
80.00 1/ca vs t
Linear (1/ca vs t)
60.00 f(x) = 0 x + 54.02
R² = 0.25
40.00
20.00
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Gambar 5.21 Grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca pada suhu 35oC
Pada grafik 5.21 dapat dilihat bahwa nilai 1/Ca mendekati garis linearnya.
Hal ini dapat dikatakan sudah sesuai dengan literature yang ada meskipun ada
beberapa titik yang naik turun (osilasi) dalam grafik. Hal ini dikarenakan Nilai k
yang dihasilkan pada suhu 35oC yaitu sebesar 0.0049. dan R2 = 0.2459.
Hubungan Antara Waktu dengan
1/ca pada Suhu 45oC
54.00
f(x) = 0.01 x + 48.07
53.00 R² = 0.94
52.00
1/ca (dm ³/m ol)
51.00
1/ca vs t
50.00
Linear (1/ca vs t)
49.00
48.00
47.00
46.00
45.00
44.00
0 200 400 600 800 1000 1200
t (s)
Gambar 5.22 Grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca pada suhu 45oC
Pada grafik 5.22 diatas menunjukkan hubungan waktu dengan konsentrasi
pada suhu 45oC. Nilai konstanta laju reaksi yang dihitung menggunakan konversi
memiliki hasil yang lebih kecil jika dibandingkan dengan menggunakan
konsentrasi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai slope yang dihasilkan jika
menggunakan konversi lebih kecil daripada menggunakan konsentrasi. Nilai k
yang diperoleh adalah 0.0057 dan nilai R2 = 0.9436.
Hubungan Antara Waktu dengan
xa/1-xa pada Suhu 25oC
1.20
1.00
f(x) = 0 x + 0.43
R² = 0.77
0.80
x a/1 -x a
xa/1-xa vs t
0.60
Linear (xa/1-xa vs t)
0.40
0.20
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Ga
mbar 5.23 Grafik hubungan antara waktu dengan xa/1-xa pada suhu 25oC
Hubungan Antara Waktu dengan
xa/1-xa pada Suhu 35oC
1.80
1.60
1.40
1.20
xa/1-xa vs t
xa/1 -xa
1.00
Linear (xa/1-xa vs t)
0.80
0.60 f(x) = 0 x + 0.35
R² = 0.25
0.40
0.20
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Gambar 5.24 Grafik hubungan antara waktu dengan xa/1-xa pada suhu 35oC
Hubungan Antara Waktu dengan
xa/1-xa pada Suhu 45oC
0.35
f(x) = 0 x + 0.2
0.30 R² = 0.94
0.25
0.20
xa/1 -xa
0.15 xa/1-xa vs t
0.05
0.00
0 200 400 600 800 1000 1200
t (s)
Gambar 5.25 Grafik hubungan antara waktu dengan xa/1-xa pada suhu 45oC
Pada grafik 5.23, 5.24, dan 5.25 didapatkan hubungan waktu dengan
konversi pada suhu 25oC, 35oC dan 45oC. Berdasarkan literatur yang diperoleh,
konversi reaktannya akan semakin naik dari waktu ke waktu karena reaktan yang
bereaksi akan semakin banyak dan campuran yang semakin homogen yang
ditunjukkan dengan grafik linear. Nilai konstanta laju reaksi yang dihitung
menggunakan konversi memiliki hasil yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
menggunakan konsentrasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai slope yang dihasilkan.
Jika menggunakan konversi, slope akan lebih kecil daripada menggunakan
konsentrasi. Ketidaksesuaian ini terjadi karena kesalahan dalam membaca suhu
reaksi sehingga reaksi berjalan tidak pada kondisi steady state. Pada grafik 5.22,
didapatkan nilai k sebesar 0.0002 dan nilai R2= 0.7699. Pada suhu 35oC
didapatkan konstanta laju reaksi sebesar 0.0001 dan nilai R 2= 0.2493 yang
ditunjukkan pada grafik 5.24 dan pada suhu 45oC didapatkan konstanta laju reaksi
sebesar 0.0001 dan nilai R2= 0.9493 yang ditunjukkan pada grafik 5.25.
Konsentrasi reaktan seharusnya cenderung mengalami penurunan dari
waktu ke waktu. Sedangkan, konversi reaktan terhadap waktu menunjukkan
kenaikan nilai karena reaktan yang bereaksi semakin banyak. Oleh sebab itu,
pabila dibandingkan dengan hasil literatur pada Gambar 2.1, kedua grafik
tersebut seharusnya menghasilkan garis yang cenderung naik dan linier. Hasil
percobaan dapat dikatakan sesuai dengan literatur meskipun grafik yang
diperoleh tidak linier tapi cenderung naik.
-2
ln k (1/ca) vs 1/T
-3
Linear (ln k (1/ca) vs 1/T)
ln k
ln k (xa/1-xa) vs 1/T
-4 Linear (ln k (xa/1-xa) vs 1/T)
-5
f(x) = 1986.62 x − 11.53
R² = 0.52
-6 f(x) = 3321.87 x − 16.77
R² = 0.77
-7
1/T (K)
Gambar 5.26 Grafik hubungan antara suhu dengan konstanta laju reaksi
Gambar diatas merupakan grafik hubungan antara suhu dengan konstanta
laju reaksi. Grafik tersebut digunakan untuk mencari nilai energi aktivasi.
Berdasarkan literature, semakin tinggi suhu reaksi, maka nilai energi aktivasinya
akan semakin kecil. Pada grafik yang dihasilkan memperoleh nilai slope sebesar
1986,6 sehingga energi aktivasi yang didapat pada suhu 25oC sebesar
-4924422,024, pada suhu 35oC sebesar -5089588 dan pada suhu 45oC sebesar
-5254754. Nilai energi aktivasi yang didapat semakin kecil seiring dengan
bertambahnya suhu sesuai dengan literature.
Pada percobaan kali ini dilakukan reaksi antara larutan NaOH 0.05 M
dengan Ethyl Asetat 0.05 M menggunakan alat Continuous Stirred Tank Reactor
(CSTR). Variabel yang digunakan pada percobaan ini adalah suhu reaksi sebesar
25oC, 35oC dan 45oC. Pengambilan data dilakukan setiap 30 detik dengan lama
waktu pengambilan sampel selama 45 menit. Dari hasil percobaan diperolah data
yang kemudian diolah sehingga dapat diperoleh nilai dari konstanta laju reaksi
dan energi aktivasi dari masing-masing suhu yang merupakan hasil plot data-data
ke dalam bentuk grafik. Pada ketiga suhu variabel dihasilkan dua grafik yang
menunjukkan hubungan antara waktu dengan konsentrasi reaktan dan waktu
dengan konversi larutan reaktan.
Hubungan Antara Waktu dengan
1/ca pada Suhu 25oC
90.00
80.00
f(x) = 0.01 x + 57.35
70.00 R² = 0.77
1 /ca (dm³/m ol)
60.00
50.00
1/ca vs t
40.00
Linear (1/ca vs t)
30.00
20.00
10.00
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
1.20
1.00
f(x) = 0 x + 0.43
R² = 0.77
0.80
x a/1 -x a
xa/1-xa vs t
0.60
Linear (xa/1-xa vs t)
0.40
0.20
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Gambar 5.27 Grafik hubungan antara (a) waktu dengan 1/ca dan (b) waktu
dengan xa/1-xa pada suhu 25oC
Berdasarkan grafik di atas, pada suhu 25oC konsentrasi larutan mengalami
penurunan dari waktu ke waktu, sehingga nilai 1/ca menjadi semakin besar.
Sedangkan konversi larutan cenderung meningkat seiring berjalannya waktu,
sehingga nilai xa/1-xa mengalami kenaikan, meskipun pada kedua grafik
kenaikan yang terjadi tidak konstan dan masih terbentuk osilasi atau penurunan
dan kenaikan garis yang tidak beraturan. Pada grafik hubungan antara waktu
dengan 1/ca diperoleh nilai slope sebesar 0,0086 dan nilai R² = 0,7678.
Sedangkan pada grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca diperoleh nilai slope
sebesar 0,0002 dan nilai R² = 0,7699.
Hubungan Antara Waktu dengan
1/ca pada Suhu 35oC
120.00
100.00
1 /ca (dm³/mol)
80.00 1/ca vs t
Linear (1/ca vs t)
60.00 f(x) = 0 x + 54.02
R² = 0.25
40.00
20.00
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
1.80
1.60
1.40
1.20
xa/1-xa vs t
xa/1 -xa
1.00
Linear (xa/1-xa vs t)
0.80
0.60 f(x) = 0 x + 0.35
R² = 0.25
0.40
0.20
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
t (s)
Gambar 5.28 Grafik hubungan antara (a) waktu dengan 1/ca dan (b) waktu
dengan xa/1-xa pada suhu 35oC
Berdasarkan grafik di atas, pada suhu 35oC konsentrasi larutan mengalami
penurunan dari waktu ke waktu, sehingga nilai 1/ca menjadi semakin besar.
Sedangkan konversi larutan cenderung meningkat seiring berjalannya waktu,
sehingga nilai xa/1-xa mengalami kenaikan, meskipun pada kedua grafik
kenaikan yang terjadi tidak terlalu besar dan tidak konstan serta masih terbentuk
osilasi atau penurunan dan kenaikan garis yang tidak beraturan. Pada grafik
hubungan antara waktu dengan 1/ca diperoleh nilai slope sebesar 0,0049 dan nilai
R² = 0,2459. Sedangkan pada grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca
diperoleh nilai slope sebesar 0,0001 dan nilai R² = 0,2493. Kedua nilai tesebut
lebih rendah dari nilai pada suhu reaksi 25 oC.
Hubungan Antara Waktu dengan
1/ca pada Suhu 45oC
54.00
f(x) = 0.01 x + 48.07
53.00 R² = 0.94
52.00
0.35
f(x) = 0 x + 0.2
0.30 R² = 0.94
0.25
0.20
xa/1 -xa
0.15 xa/1-xa vs t
0.05
0.00
0 200 400 600 800 1000 1200
t (s)
Gambar 5.29 Grafik hubungan antara (a) waktu dengan 1/ca dan (b) waktu
dengan xa/1-xa pada suhu 45oC
Berdasarkan grafik di atas, pada suhu 45oC konsentrasi larutan mengalami
penurunan dari waktu ke waktu, sehingga nilai 1/ca menjadi semakin besar.
Sedangkan konversi larutan cenderung meningkat seiring berjalannya waktu,
sehingga nilai xa/1-xa mengalami kenaikan, meskipun pada kedua grafik
kenaikan yang terjadi tidak konstan dan masih terbentuk osilasi atau penurunan
dan kenaikan garis yang tidak beraturan. Pada grafik hubungan antara waktu
dengan 1/ca diperoleh nilai slope sebesar 0,0057 dan nilai R² = 0,9436.
Sedangkan pada grafik hubungan antara waktu dengan 1/ca diperoleh nilai slope
sebesar 0,0001 dan nilai R² = 0,9439.
Apabila dibandingkan dengan hasil literatur pada Gambar 2.1, konsentrasi
reaktan seharusnya cenderung mengalami penurunan dari waktu ke waktu.
Sedangkan, konversi reaktan terhadap waktu menunjukkan kenaikan nilai karena
reaktan yang bereaksi semakin banyak. Oleh sebab itu, kedua grafik tersebut
seharusnya menghasilkan garis yang cenderung naik dan linier. Hasil percobaan
dapat dikatakan sesuai dengan literatur meskipun grafik yang diperoleh tidak
linier tapi cenderung naik.
6. KESIMPULAN
a. Bahwa pada percobaan ini semakin tinggi suhu pada proses, semakin cepat laju
reaksi yang terjadi (ditandai dengn konduktivitas yang konstan).
b. Pada percobaan ini konversi dan produk yang terbentuk semakin banyak pada reaksi
dengan variable suhu 25oC.
c. Dengan pertimbangan 2 poin diatas, dapat disimpulkan proses terbaik terjadi pada
suhu 35oC dimana konversi dan konsentrasi produk tidak terlalu kecil, namun waktu
reaksi tidak terlalu lama.
7. DAFTAR PUSTAKA
Levenspiel, O. 1999. Chemical Reaction Engineering. John Willey and Sons: New
York
Modul Ajar Praktikum Simulasi Proses 2018, Politeknik Negeri Malang
Smith, J, M, 1981. Chemical Engineering Kinetics Mc. Graw-Hill: Tokyo
8. LAMPIRAN
Pada suhu 25oC
T (K) = 25 + 273,15 = 298,15
k (1/Ca) = 0,0086
k (Xa/1-Xa) = 0,0002/0,05
= 0,004
1/T = 1/298,15
= 0,003354
Ln k (1/Ca) = ln (0,0086)
= -4,756
Ln k (Xa/1-Xa) = ln (0,004)
= -5,521
Pada suhu 35oC
T (K) = 35 + 273,15 = 308,15
k (1/Ca) = 0,0049
k (Xa/1-Xa) = 0,0001/0,05
= 0,002
1/T = 1/308,15
= 0,003245
Ln k (1/Ca) = ln (0,0049)
= -5,319
Ln k (Xa/1-Xa) = ln (0,002)
= -6,215
Pada suhu 45oC
T (K) = 45 + 273,15 = 318,15
k (1/Ca) = 0,0057
k (Xa/1-Xa) = 0,0001/0,05
= 0,002
1/T = 1/318,15
= 0,003143
Ln k (1/Ca) = ln (0,0057)
= -5,167
Ln k (Xa/1-Xa) = ln (0,002)
= -6,215
-2
ln k (1/ca) vs 1/T
-3
Linear (ln k (1/ca) vs 1/T)
ln k
ln k (xa/1-xa) vs 1/T
-4 Linear (ln k (xa/1-xa) vs 1/T)
-5
f(x) = 1986.62 x − 11.53
R² = 0.52
-6 f(x) = 3321.87 x − 16.77
R² = 0.77
-7
1/T (K)