BAB I
PENDAHULUAN
PT. Pertamina (Persero) memiliki Visi dan Misi adalah sebagai berikut :
a. Visi
“Menjadi Perusahaan yang Unggul dan Terpandang” (To be a respected
leading company).
b. Misi
1) Melakukan usaha dalam bidang energi dan petrokimia
2) Merupakan identitas bisnis yang dikelola secara provesional, kompetitif,
dan berdasar tata nilai unggulan
3) Memberikan nilai tambah lebih bagi pemegang saham, pelanggan, pekerja,
dan masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
PT. Pertamina (Persero) juga memiliki slogan Always There yang
diterjemahkan menjadi “Selalu Hadir Melayani”. Dengan slogan ini diharapkan
prilaku seluruh jajaran pekerja akan berubah menjadi enterpreneur dan customer
oriented, terkait dengan persaingan yang sedang dihadapi dan akan dihadapi oleh
perusahaan.
Sementara untuk logo PT. Pertamina (Persero) sebagai identitas perusahaan
yang digunakan saat ini merupakan logo baru yang dikukuhkan dan diberlakukan
Kilang minyak Plaju didirikan oleh Shell sebuah perusahaan asing milik
Belanda pada tahun 1903, yang mengolah minyak mentah dari Prabumulih dan
Laporan Kerja Praktik 4
Politeknik Negeri Sriwijaya
juga mengolah minyak mentah dari Jambi di tahun 1923. Pada tahun 1965
pemerintah Indonesia mengambil alih kilang Plaju dari PT. Shell Indonesia.
Kilang Plaju mempunyai kapasitas produksi 110 MBCD (Million Barrel Calender
Day). Kilang Sungai Gerong didirikan oleh Stanvacsebuah perusahaan minyak
asing milik Amerika Serikat pada tahun 1922. Kilang yang berkapasitas produk 70
MBCD ini kemudian dibeli PT.PERTAMINA (PERSERO)pada tahun 1970,
sekarang kapasitasnya tinggal 25 MBCD sesuai dengan unit yang masih ada.
Pada tahun 1973, kedua kilang ini mengalami proses integrasi, kedua
kilang ini disebut dengan Kilang Musi. Kilang ini di bawah pengawasan
PT.PERTAMINA (PERSERO)RU III dan bertanggung jawab dalam pengadaan
BBM untuk wilayah Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung.
Tahun Sejarah
1903 Pembangunan Kilang Minyak di Plaju oleh Shell (Belanda)
1922 Kilang Sungai Gerong dibangun oleh STANVAC (AS)
1957 Kilang Plaju diambil alih oleh PT. Shell Indonesia
Kilang Plaju/Shell dengan kapasitas 100 MBCD dibeli oleh
1965 negara/PERTAMINA
b. Sumber bahan baku relatif dekat, yaitu berasal dari daerah Sumatera, teutama
Sumatera bagian selatan (Sumbagsel)
c. Sumber air pendingin dapat diambil dari Sungai Komering
d. Air hasil proses di kilang dapat dibuang di Sungai Komering dan Sungai
Musi
PT. Pertamina RUIII memiliki 2 buah kilang, yaitu kilang unit operasi
Plaju dan kilang unit operasi Sungai Gerong. Kilang unit operasi Plaju terletak di
sebelah selatan Sungai Musi dan sebelah barat Sungai Komering. Berdasarkan
tata letak, kilang unit operasi Plaju terdiri dari unit-unit:
a. Pengilangan utara
Unit-unit yang terdapat di pengilangan utara adalah : Crude Distiller II,
Crude Distiller III, Crude Distiller IV.
b. Pengilangan tengah
Unit-unit yang terdapat di pengilangan tengah adalah : Crude Distiller V,
Redistiller I/II, Stabilizer C/A/B, Straight Run Main Gas Compressor
(SRMGC).
c. Pengilangan selatan (Gas Plant)
Unit-unit yang ada di pengilangan selatan adalah : Butane Butylene Motor
Gas Compressor (BBMGC), Butane Butylene Distiller,Butane Butylene
Treating, Polymerisasi, Alkylasi, Storage & Blending Musicool.
d. Kilang Petrokimia
Kilang Petrokimia, yakni: Kilang Polypropylene yang mengolah raw pp dari
RFCCU SG.
Sementara Kilang Unit Operasi Sungai Gerong (SG) terletak di
persimpangan Sungai Musi dan Sungai Komering. Kilang Minyak SG terdiri dari
unit-unit Crude Distiller VI, Redistiller III/IV, High Vacuum Unit II, Residue Flu-
id Catalytic Cracking Unit, Stabilizer III, Caustic Treater Unit, Merichame Unit.
Gambar 3 adalah tata letak setiap unit di kilang unit operasi Plaju dan juga kilang
unit operasi Sungai Gerong PT. Pertamina RU III.
PT. PERTAMINA RU III yang sedang dikembangkan karena refrijeran ini lebih
efisien dibanding refrijeran konvensional yakni dapat menghemat penggunaan
refrijeran sebesar 70%. MusiCool terdiri dari tiga jenis yakni propane murni,
isobutane murni, dan campuran propan-isobutan. Jenis musicool yang
dipasarkan yakni MC-12 yang menggantikan R-12, MC-22 yang menggantikan
R-22, MC-134 yang menggantikan R-134, dan MC-600.
Adapun tugas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh stuktur organisasi
pada PT.PERTAMINA (PERSERO) RU III, yaitu :
1. General Manager Refenery Unit III
Tanggung jawab yang dimiliki oleh Engineering and Development adalah :
a. Menetapkan kebijakan perusahaan dengan menentukan rencana dan tujuan
perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Mengkoordinir dan mengawasi seluruh aktivitas yang dilaksanakan dalam
perusahaan.
c. Memperbaiki dan menyempurnakan segi penataan agar tujuan organisasi
dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
d. Menjadi perantara dalam mengkomunikasikan ide, gagasan dan strategi
antara pimpinan dan staf.
e. Membimbing bawahan dan mendelegasikan tugas-tugas yang dapat
dikerjakan oleh bawahan secara jelas.
2. Secretary
Tanggung jawab yang dimiliki oleh Secretary adalah :
a. Koordinasi perencanaan dan penyelenggaraan RUPS
5. Manager Reliability
Reliability bertugas dalam hal-hal berikut ini :
a. Menganalisa kehandalan atau kinerja instrumen pada kilang.
b. Melakukan perawatan terhadap instrumen yang sudah tidak optimal.
c. Menguji kehandalan instrumen setelah dilakukan perawatan.
8. Manager Procurement
Kegiatan utama Procurement bergerak dalam bidang-bidang antara lain :
a. Pengendalian persediaan (inventory controlling)
b. material (purchasing).
c. Kontrak jasa (officers).
d. Service and warehousing
BAB II
URAIAN PROSES
Jumlah dan jenis minyak mentah yang diolah disesuaikan dengan kapasitas
dan spesifikasi masing–masing crude distiller (CD) karena setiap CD telah
didesainuntuk mengolah minyak mentah dengan jumlah dan spesifikasi tertentu.
Jenis minyak mentah yang diolah di masing-masing CD dapat dilihat pada Tabel
5.
Tabel 5. Jenis Minyak Mentah pada masing-masing Crude Distiller
Unit Kapasitas Pengolahan Sumber
CD II 16,2 MBSD Kaji, Jene, SPD, TAP
CD III 30,0 MBSD Ramba, Kaji, Jene
CD IV 30,0 MBSD Ramba, Kaji, Jene
CD V 35,0 MBSD SPD, TAP
CD VI 15,0 MBSD Geragai, Bula, Klamono
Sumber : PT. PERTAMINA (PERSERO) RU III Plaju, 2014
CD-II memiliki kapasitas 2000 ton/hari dengan tekanan 8,1 kg/cm2. Fungsi
CD-II ini adalah untuk memisahkan fraksi-fraksi tertentu pada minyak mentah.
Umpan unit berasal dari Sumatra Light Crude (SLC) dan Jene Crude. Unit ini
terdiri atas 5 kolom Fraksionatordan 1 kolom evaporator. Crude Oil dipompakan
kedalam preheater untuk pemanasan awal crude oil dipompakan dengan pompa P-
31/32/33 menuju preheater 6-5/6 dan 6-1/2/3/4 sebagai pemanasan awal untuk
mengurangi kerja furnace. Temperatur crude oil setelah keluar preheater yaitu
138oC kemudian dialirkan ke dalam furnace 1 untuk menaikkan temperatur
menjadi 256oC. Crude oil dialirkan ke dalam evaporator 3-1 untuk memisahkan
fase gas dan fase cair dengan tekanan 1,8 kg/cm 2 dan temperatur 255oC. Fase gas
dari evaporator 3-1 masuk ke kolom destilasi-I sedangkan fase cair dipompakan
dengan P-1/2 menuju furnace 2 yang bertujuan untuk meningkatkan temperatur
menjadi 344oC dan selanjutnya masuk ke dalam kolom destilasi-IV.
Pada kolom destilasi-I terjadi proses distilasi bertingkat. Overheat kolom
destilasi-I masuk ke kolom destilasi-V. Side stream kolom destilasi-I masuk
kekolom destilasi-II. Produk bawah kolom destilasi-II berupa LKD (Long
Kerosen Destilate). Produk atas masuk ke reboiler yang bertujuan untuk
menaikkan temperatur menjadi 188oC sebelum masuk ke tangki accumulator dan
diumpankan kembali sebagai reflux. Produk bawah kolom destilasi-I ditampung
ke side stream LCT (Light Cold Test Gas Oil) 2-1 dan diumpankan ke top kolom
destilasi-IV.
Pada kolom destilasi-V terjadi proses pemisahan berdasarkan fraksi gas
dan nafhta. Temperatur top kolom yaitu 144oC dan temperatur bottom kolom yaitu
128oC. Produk atas kolom destilasi-V berupa fraksi gas kemudian
dikondensasikan dan ditampung pada tangki akumulator 8-8. Pada tangki 8-8
terbagi menjadi 2 aliran, aliran atas berupa produk gas feed SRMGC (Straight
Run Motor Gas Compressor) dan aliran bawah dikembalikan ke kolom destilasi V
sebagai reflux dan sebagian keluar sebagai produk Straight Run (SR)-Tops. Aliran
gas yang tidak terkondensasi dari produk atas kolom destilasi V berupa gas
yang digunakan sebagai feed pada SRMGC (Straight Run Motor Gas
Compressor) dan sebagian lagi dikondensasikan kembali sehingga menjadi
Crude Residual (CR) Butane. Side stream destilasi-V dipompakan ke kolom
destilasi III untuk memisahkan nafhta. Produk bawah kolom destilasi V
dikembalikan ke kolom destilasi-I sebagai reflux.
Pada kolom destilasi IV, temperatur bagian atas kolom yaitu 188 oC dan
temperatur bagian bawah kolom yaitu 250oC. Produk atas kolom IV
dikondensasikan dan dimasukkan ke tangki akumulator 8-6 dan digunakan
sebagai reflux. Side stream kolom IV dimasukkan dimasukkan ke LCT (Light
Cold Test Gas Oil), yang merupakan komponen produk solar. Produk bawah
kolom destilasi IV didinginkan dan menghasilkan produk Long Residue sebagai
feed HVU. Produk Crude Distiller II dapat dilihat pada tabel 6.
berupa cairan. Produk atas stabilizer dikondensasi melaui kondensor 5-4, 5-6 lalu
masuk ke akumulator 8-4. Gas yang terdapat pada akumulator 8-4 dialirkan ke
unit SRMGC (Straight Run Motor Gas Compressor), sedangkan liquid diisap
oleh pompa P/34-35 dengan sebagian dipompakan sebagai stream produk crude
buthane dan sebagian lagi kembali sebagai reflux kolom stabilizer. Produk bawah
Laporan Kerja Praktik 22
Politeknik Negeri Sriwijaya
antara gas dan liquid. Produk atas yang berupa gas akan dikembalikan ke kolom
1-2 sedangkan produk bawak yang berupa Heavy Kerosen Destilate (HKD) dari
stipper 2-3, Light Cold Test Gas Oil (LCT) dari stripper 2-2 dan Heavy Cold Test
Gas Oil (HCT) dari stripper 2-1 akan ditampung ke stroge tank masing-masing
sebagai produk. Produk bawah kolom 1-2 berupa long residue akan dikirim ke
High Vacum Unit (HVU). Reboiling kolom 1-2 dilakukan menggunakan furnace
II yang juga digunakan unutuk memanaskan umpan kolom 1-2.
per. Pada aliran kedua produk bawah stripper akan didinginkan dengan cooler 4-
2/3 sehingga didapatkan produk LKD (Light Kerosen Destilate). Produk atas dari
1-1 akan diumpankan ke kolom destilasi 1-3.
Pada kolom destilasi 1-2 temperatur top kolom 105oC dan bottom kolom
160oC. Produk bawah kolom destilasi berupa nafhta IV dan sebagian lagi
Laporan Kerja Praktik 25
Politeknik Negeri Sriwijaya
dikembalikan sebagai reflux. Produk atas berupa fraksi gas yang dikondensasi
dengan condenser 5-5/6/7/8 dan ditampung pada akumulator 8-1. Fase yang tidak
terkondensasi dalam akumulator keluar sebagai produk gas sedangkan fase cair
sebagian akan masuk sebagai umpan kolom destilasi 1-4 dan sebagian lagi akan
dikembalikan ke kolom destilasi 1-3. Side stream kolom destilasi 1-3 masuk ke
stripper untuk proses pemisahan. Produk atas dari stripper yang berupa gas akan
dikembalikan sebagai reflux dan produk bagian bawah berupa fase cair sebagian
akan dikembalikan ke dalam stripper dengan proses reboiler dan sebagian lagi
akan didinginkan dengan cooler sehingga diperoleh produk nafhtha II.
Pada kolom destilasi 1-2 temperatur top kolom 200oC dan bottom kolom
340oC. Umpan yang berasal dari produk bawah kolom 1-1 dengan temperatur
325oC masuk ke dalm destilasi 1-2. Produk kolom 1-2 ditampung pada tangki
akumulator kolom 8-3 yang berupa produk Heavy Kerosene Destillate (HKD).
Side stream yang keluar terdiri dari 3 aliran. Side stream 1 didinginkan dan
sebagian dikembalikan ke reflux dan sebagian lagi menjadi produk BGO
(Bandung Gas Oil) atau SGO (Special Gas Oil). side stream 2 yang keluar masuk
ke stripper 2-1 untuk proses pemisahan. Fase gas akan dikembalikan lagi ke
kolom 1-2 sedangkan fase cair didinginkan sehingga didapat produk LKD (Light
Kerosen Destilate). Side stream 3 masuk ke side stripper 2-3 untuk proses
pemisahan. Fase gas akan dikembalikan pada kolom 1-2 sedangkan fase cair akan
akan didingikan sebagai produk HCT (Heavy Cold Test Gas Oil). Produk bawah
dari kolom 1-2 di dinginkan dengan 4 HE sehigga didapatkan produk Long
Residue yang akan sebagian diolah pada HVU dan sebagian lagi ditampung dalam
tangki. Pada kolom destilasi 1-4 termperatut top kolom 70oC dan temperatur
botom kolom 100oC. Umpan kolom destilasi 1-4 berasal dari side stream 1-3.
Produk atas kolom 1-4 akan dikondensasi oleh condenser 5-9/10 yang kemudian
akan ditampung pada akumulator 8-2. Produk atas pada akumulator didapatkan
produk berupa gas yang akan diolah pada unit SRMGC (Straight Run Motor Gas
Comperessor). Pada bagian bawah akumulator sebagian dikembalikan pada kolom
1-4 dan sebagian lagi dijadikan produk Straight Run (SR)-TOP.
5. Gas Plant
Produk atas Crude Destiler II - IV yang berupa fraksi ringan (C1 – C4) akan
diolah lebih lanjut dalam unit gas plant. Pada unit gas plant ini akan terjadi
pemisahan dari fraksi ringan.
Gas Plant terdiri dari beberapa unit yaitu :
A. Butane-Butylene Distiller (BB Distiller)
Unit ini berfungsi memisahkan butan dan butilen yang terdapat pada
gas hasil Crude Distiller. Unit ini menghasilkan produk-produk berikut :
a. Refinery gas (C1-C2) sebagai bahan bakar furnace
ngan temperatur bawah 120°C dan atas 42°C. Pada kondisi ini maka
liquidpropane (C3) dapat dipisahkan sebagai produk atas. Gas yang terbentuk
pada akumulator 8-11 akan digunakan sebagai refinery gas. Komponen C4dan
yang lebih berat akan keluar sebagai produk bawah dan diumpankan ke kolom
debutanizer 1-3.
Kondisi operasi debutanizer adalah pada tekanan 6 kg/cm2 dan
temperatur bawah 120 °C sedangkan temperatur atas 50 °C.Pada kondisi ini,
butane dan i-C4 (FBB) akan didapatkan sebagai produk atas sedangkan
komponen-komponen C5dan yang lebih berat akan keluar sebagai produk
bawah dan masuk ke kolom stripper 1-4.
Pada kolom stripper dengan tekanan 0,7 kg/cm2, maka sebagian fraksi,
terutama pentana akan menguap menjadi produk Stab CR TOPS (sebagai
LOMC). Produk bawah kolom stripper adalah minyak yang digunakan
menyerap umpan pada kolom absorber (lean oil).
C. Unit Polimerisasi
Sebelum FBB (Fresh Butane-Buthylene) masuk ke unit alkilasi, FBB
akan diolah terlebih dahulu di Unit Polimerisasi. Pada unit ini selain
Laporan Kerja Praktik 28
Politeknik Negeri Sriwijaya
D. Unit Alkilasi
Bahan baku unit ini adalah Raw Buthane-Buthylene (RBB) yang
merupakan hasil dari unit polimerisasi ditampung di tangki. Feed dari tangki
sebelum masuk reaktor bersama isobutane recycledipompakan melewati HE
dari bagian bawah depropanizercolumn menuju reactor feed blending tank (8-
8)untuk mencampur feed dan memisahkan airnya supaya tidak mengencerkan
katalis asam sulfat yang bisa menurunkan kecepatan reaksi alkylasi dan
meninggikan konsumsi asam.Aliran dari feed settler dengan asam dan
sirkulasi produk reaktor bersama-sama memasuki propane chiller dengan
pompa untuk didinginkan sampai 3-10 o C, dan selanjutnya dimasukkan ke
reaktor.
- Kolom Deisobuthanizer
Kolom ini berfungsi untuk memisahkan isobutan yang tidak
bereaksi dan propan dari campuran produk. Produk atas kolom ini adalah i-
C4- dan C3. Produk atas ini merupakan umpan kolom Depropanizer,
sedangkan produk bawah (alkilat dan n-butan) sebagai umpan kolom
Stabilizer.
- Kolom Depropanizer
Kolom ini berfungsi untuk memisahkan propan dari i-butan. Produk
atas kolom ini berupa propan yang sebagian digunakan untuk
chillingsystem sebagai media pendingin dan sebagian lagi dimanfaatkan se-
recycle dan excessnya sebagai produk i-butan untuk bahan baku refrigerant
hydrocarbon atau sebagai komponen LPG.
- Kolom Stabilizer
- Kolom Rerun
E. Stabilizer C/A/B
Stabilizer C/A/B merupakan unit proses yang berfungsi untuk
memisahkan SR Tops yang berasal dari CD dengan distilasi bertekanan. Unit
ini berkapasitas 550 Ton/hari. Produk hasil pengolahan ini adalah gas, crude
buthane, SBPX, dan Diisoheksan Top (DIH Top). Perolehan produk unit ini
dapat dilihat pada tabel 9 :
Tabel 9 Perolehan Produk Stabilizer C/A/B
Komponen %wt
Gas 1,45
Crude buthane 17,27
SBPX 40 40,27
DIH Top 40,36
Loss 0,25
Sumber : Pertamina RU III Plaju, 2012
4/5-5 dan kemudian masuk ke Accu tank (8-6). Produk bawah dari accu
tank 8-2 dengan pompa P-25/26 dipompakan sebagian sebagai refluks dan
sebagian lagi sebagai produk Raw Buthane. Gas yang tidak terkondensasi
pada accu tank 8-6 dialirkan ke SRMGC.
Produk bawah stabilizer sebagian dikembalikan sebagai reboiling
dan sebagian lagi didinginkan melalui HE 6-1/6-2 dan Cooler 4-6/4-7
yang selanjutnya dengan pompa P-25/26 dipompakan ke tangki
penampung sebagai produk SBPX-40B.
menggunakan furnace. Ketiga aliran ini digabung dan dialirkan menuju fresh
feed akumulator. Selanjutnya aliran yang telah tergabung tadi kembali
Laporan Kerja Praktik 33
Politeknik Negeri Sriwijaya
mempertajam pemisahan produk vacuum gas oil-nya. Feed untuk unit ini adalah
long residue dari CDII,III,IV,V dan VI. Sebagai produk, diperoleh offgas,LVGO
(Light Vacuum Gas Oil), MVGO (Medium Vacuum Gas Oil), HVGO (Heavy
Vacuum Gas Oil) serta vacuum residue. Residue yang merupakan produk bawah
HVU adalah light sulphur waxes residue (LSWR). Kapasitas produksi HVU
adalah 6.489 Ton/Hari.
Proses diawali dengan memanaskan feed dengan menggunakan heat
exchanger (sebagai pre-heater), yang kemudian dipanaskan kembali didalam
furnace. Umpan HVU yang berasal dari CDII,III,IV dan V dipanaskan dengan
menggunakan pre-heater, lalu dipanaskan lebih lanjut dalam furnace, sedangkan
yang berasal dari CD VI dapat langsung dialirkan menuju HVU sebagai
umpan.
Hal ini dikarenakan CD VI berada di dekat unit HVU sedangkan unit CDII-V
berada jauh dari unit HVU sehingga ada panas yang hilang ketika mengalirkan
long residue dari CDII-V ke unit HVU.
Beberapa heat exchanger yang digunakan sebagai pre-heater adalah E-
14-006A/B (HVGO exchanger), E-14-003A/B/C (MVGO exchanger), E-14-
010A (vacuum residue exchanger) dan E-14-009A/B/C/D (vacuum residue
exchanger). Rangkaian heat exchanger ini diharapkan dapat menghasilkan feed
A. Feed system
Umpan RFCCU terdiri dari campuran antara VGO dan long residue
dengan perbandingan 165.000 BPSD VGO dan 4.000 BPSD long residue.
VGO yang berasal dari HVU dengan temperatur 220 0C dipompakan ke
vessel bersama-sama dengan long residue dari CD-II/III/IV/V dengan
temperatur 1500C.
Untuk mencapai temperatur yang sesuai untuk feed reactor maka
umpan tersebut dipanaskan di furnace sehingga mencapai temperatur 3310C.
sebelum masuk reaktor, umpan diinjeksi dengan antimony dengan kecepatan
0,75 – 2,1 kg/jam untuk mencegah adanya pengaruh metal content dalam
umpan terhadap katalis. Metal content tersebut dapat menyebabkan
deaktivasi katalis.
rator. Hasil cracking yang berupa uap hidrokarbon dialirkan dari reaktor ke
main fractionator untuk dipisahkan fraksi-fraksinya.
Spent catalyst dari reaktor disirkulasikan ke regenerator yang
dikontrol oleh Spent Slide Valve (SSV) untuk diregenerasi. Untuk
memperlancar aliran spent catalyst di stand pipe maka dialirkan Control Air
Blower (CAB) dengan laju alir 7.000 kg/jam dengan tekanan 2,49 kg/cm2g.
Regenerasi katalis dilakukan dengan mengoksidasi coke pada katalis
dengan udara yang di-supply oleh Main Air Blower (MAB). Flue gas hasil
pembakaran kemudian masuk ke lima buah cyclone yang memiliki dua
stage
untuk memisahkan partikel-partikel katalis yang terbawa. Flue gas dengan
temperatur 6760C yang keluar dari stack tersebut dimanfaatkan panasnya di
flue gas cooler untuk membangkitkan steam HHP. Temperatur dilute phase
sedikit lebih tinggi dari pada temperatur dense, yang disebabkan oleh adanya
reaksi oksidasi CO. Dengan adanya kondisi tersebut, maka perlu
diperhatikan konsentrasi oksigen sebagai udara pembakar. Semakin banyak
kandungan oksigen atau berkurangnya coke yang terbentuk, maka akan
tercapai kondisi temperatur dilute phase yang tinggi (>7000C) sehingga
terjadi kondisi after burning yang menyebabkan meningkatnya temperatur
secara mendadak sehingga dapat merusak peralatan dan catalyst lost melalui
stack.
C. Main fractionator
Gas hasil cracking dengan temperatur 5200C dialirkan ke
bottomkolom primary fractionator. Produk bawah dari primary
fractionator yang berupa slurry oil ditarik dengan pompa menuju ke HE
untuk memanaskan umpan. Produk atas (overhead vapour) dari primary
fractionator ditransfer ke bottom kolom secondary fractionator.
Produk bawah secondary fractionator yang berupa Light Crude
Oil(LCO) dibagi menjadi dua aliran yaitu internal reflux dan sebagai
umpan pada kolom stripper. Internal reflux dikembalikan ke kolom
primary absorber yang dikontrol oleh LIC 2005. Tujuh side stream dari
1. Unit Purifikasi
2. Unit Polimerisasi
rendah, slurry ini akan dengan mudah menggumpal. Untuk mencegah terjadinya
hal ini, maka laju alir campuran reaksi yang menuju reaktor I harus lebih besar
daripada laju reaksi pre–polimerisasi.
3. Unit Pelletizing
Berfungsi untuk membentuk powder polypropylen menjadi pellet dengan
cara mencampur powder polymer dan additive, kemudian di-extrude pada
temperatur 236–241 °C dan memotong menjadi butir-butiran polypropylene
(pellet). Sebagai alat pemotong digunakan cutter (titanium atau stainless steel).
Sedangkan additive atau stabillizer yang digunakan disesuaikan dengan grade
produksi. Sebagai media pengalir powder atau pellet adalah gas nitrogen.
Polimer berbentuk bubuk yang keluar dari pengering kemudian
ditambahkan sejumlahstabillizer atau aditive dengan resep tertentu sesuai dengan
jenis polimer yang akan dihasilkan. Stabillizer tersebut ditimbang secara otomatis
dan dimasukkan kedalam pelletizer.
Stabillizer padatan dimasukkan kedalam stabillizer mixer, diaduk selama
waktu tertentu, kemudian dialirkan dan disimpan pada stabilizer hopper,dengan
pengaduk ringan pada tekanan atmosfir (nitrogen). Dari stabilizer hopperdialirkan
secara otomatis kedalam stabillizer measuring feeder dan diumpankan menuju
pelletizing system. Khusus DB-stabillizer digunakan DB-stabillizer hopper dan
DB-stabillizer measuring feeder, sedangkan AH-stabillizer dimasukkan kedalam
4. Unit Bagging
Unit ini menampung dan mengantongi polytam. Pellet atau bijih plastik
yang dihasilkan unit pelletizing ditampung dalam silo yang berkapasitas total 840
ton.
Pellet silo adalah tempat penampungan produk polytam sebelum
dikantongi. Setelah diblending dan dilakukan pemeriksaan oleh bagian laborato-
rium, pellet selanjutnya dialirkan menuju bagging plant melalui rotary feeder dan
blower.
Pada bagging plant, pellet akan dikantongi secara otomatis dengan berat
25 kg per karung dan diberi nomor lot, baru kemudian ditampung di gudang
(ware house) dan siap untuk dijual atau dikirim ke konsumen.
2.3 Utilitas
Unit Utilitas merupakan sistem yang menunjang keberlangsungan proses
produksi pengolahan crude oil pada PT. PERTAMINA (PERSERO) RUIII. Sistem
utilitas disini juga tidak hanya memenuhi kebutuhan produksi di kilang tetapi juga
memenuhi kebutuhan perkantoran, pemukiman komplek Pertamina, serta juga
Laporan Kerja Praktik 45
Politeknik Negeri Sriwijaya
clarifier. Proses utama yang terjadi pada unit ini adalah koagulasi, flokulasi, dan
sedimentasi. Bahan kimiayang digunakan dalam pengolahan air ini antara lain,
aluminium sulfat (Al2(SO3)4) untuk terbentuknya flok, polyelectrolite untuk
mempercepat pada proses koagulasi, dan NaOH sebagai Ph adjuster.
Air yang berasal dari clarifier akan mengalir kedalam bak spliter
kemudian menuju sand filter secara gravitasi untuk proses filtrasi agar pengotor
yang masih terdapat di dalam air dapat dihilangkan. Kemudian airyang telah
jernih akan mengalir ke clearwell tank dan siap untuk didistribusikan untuk feed
pada demin plat, make up colling water dan air minum
b. Demineralization Plant
Pada unit demin plant dilakukan pengolahan air untuk air umpan boiler
dengan cara menghilangkan kesadahan air (demineralisasi). Proses demineralisasi
yang dilkukan yaitu dengan cara melewatkan air pada cation exchanger, anion
exchanger dan mixed bed. Berikut merupakan diagram alir sederhana dari unit
Demineralization Plant ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
di Light End Unit. Dalam pengopersian Steam turbine menggunakan steam yang
bertekanan 8,5 kg/cm2 untuk menghasilkan listrik. Steam turbine dioperasikan bila
terjadi masalah dengan gas turbine. Sedangkan bila terjadi masalah dengan kedua
pembangkit listrik, maka secara otomatis diesel generator akan beroperasi. Diesel
generator menggunakan diesel oil sebagai bahan bakar.
1. Furnace
ngan tersebut. Berikut ini adalah berbagai macam jenis limbah yang terdapat diPT.
PERTAMINA (PERSERO) RU III :
1. Limbah Cair
Berikut ini limbah cair yang dihasilkan PT.PERTAMINA (PERSERO)
RU III Plaju :
1. Air buangan CDU dan Catalytic Cracking
2. Air buangan Caustic Treater
3. Air kondensat dari HVUyang menggunakan Steam Ejector
4. Drain pompa-pompa akumulator
5. Air pendingin
6. Boiler Water
7. Cooling Water
8. Water Treating Plant
9. Backwash Demint Water Plant
2. Limbah Gas
Berikut ini limbah gas yang dihasilkan PT.PERTAMINA (PERSERO)
RU III Plaju :
1. Fuel Gas dari pembakaran di Furnace I, Boiler
2. Buangan gas dari gas turbin
3. Flare
4. LPG Markapan Injection
5. Tangki Asam Asetat
3. Limbah Padat
Berikut ini limbah padat yang dihasilkan PT.PERTAMINA (PERSERO)
RU III Plaju :
1. Coke
2. Oil Sludge ex Tankage
3. Dissolved Air Flotation Sludge
4. Catalyst Spent
5. Separator Sludge
Pemisahan minyak dan air atas dasar perbedaan kerapatan atau gravitasi
(Physical Treatment) untuk oil trap, API Separator dan CPI Separator. Dikilang
dipompakan ke tangki Slop Oil untuk diolah kembali. sedangkan air yang berada
di bawah akan dibuang ke Sungai Komering atau Sungai Musi. Kilang Plaju
memiliki delapan OC dan kilang Sungai Gerong memiliki dua oil separator (OS).
Limbah ini memiliki standar bahan baku mutu sebelum dibuang ke lingkungan
atau dikirim untuk diolah lebih lanjut.
Reaksi : CO + O2 CO2
salah satu contoh di FCCU telah terpasang Cyclone di unit Regenerator dan
Reactor yang berfungsi untuk mengurangi emisi particular.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
(beda tekan negatif terhadap atmosfer) yang akan menghisap aliran udara
atmosfer ke dalam ruang pembakaran. Jadi natural draft ini akan menghisap udara
pembakaran masuk ke ruang pembakaran dan mengangkat gas hasil pembakaran
hingga terbuang. Besarnya draft adalah fungsi dari tingginya stack, semakin tinggi
stack maka draft yang dihasilkan semakin tinggi juga. Kebocoran pada stack akan
mengurangi draft tersebut. Burner menggunakan udara pembakaran dengan
sistem langsung / secara natural dengan perbedaan draft.
2. Tubes
Perangkat ini merupakan bagian yang paling penting dalam struktur
furnace karena komponen ini berfungsi sebagai tempat mengalirnya fluida
yang akan dipanaskan. Tube disusun sedemikian rupa dan dihubungkan satu
sama lain dengan sambungan U. Fluida yang akan dipanaskan dialirkan di
dalam tube selanjutnya menuju area panas konveksi dan turun ke area radiasi
kemudian akan keluar sebagai fluida yang panas.
3. Cerobong (stack)
Berfungsi sebagai tempat pembuangan gas hasil pembakaran. Biasanya
tinggi cerobong ditentukan berdasarkan dengan perhitungan draft di dalam
ruang pembakaran sehingga gas hasil pembakaran tidak mencemari udara
sekitar. Bahan yang digunakan untuk struktur cerobong biasanya terbuat dari
Laporan Kerja Praktik 60
Politeknik Negeri Sriwijaya
pelat baja karbon dan bagian dalamnya dilapisi dengan insulatin refractory
dari jenis fire brick dan castable.
5. Burner
Burner berfungsi untuk melaksanakan pembakaran pada bahan bakar
yang terdiri dari campuran gas dan udara. Gas dan udara harus bercampur
dengan baik pada jumlah tertentu sehingga proses pembakaran dapat terjadi
dengan baik. Apabila bahan bakar berbentuk cair (fuel oil) maka terlebih
dahulu dipanaskan agar uapnya dapat mengalami kontak dengan udara
sehingga akan lebih mudah terbakar.
6. Tube support
Tube support atau penyangga tube berfungsi untuk menyannga tube
furnace agar tidak melengkung akibat dari panas pembakaran pada saat
operasi. Tube yang melengkung memiliki beberapa akibat yaitu, tube dapat
menempel pada dinding furnace dan mempengaruhi kinerja tube-tube lainya.
7. Stack damper
Stack damper berfungsi untuk mengatur draft diruang pembakaran.
Jika damper dibuka dengan lebar, maka udara pembakaran akan bertambah
sehingga pembakaran sempurna dapat terjadi dan efisiensi furnace menjadi
kecil. Damper diatur sedemikian rupa sehingga dapat mencapai keadaan
optimal antara kesempurnaan pembakaran dan efisiensi panasnya.
8. Jendela pengamat
Laporan Kerja Praktik 61
Politeknik Negeri Sriwijaya
- Udara berlebih
Udara berlebih atau excess air merupakan kelebihan udara. Untuk
memeriksa kelebihan udara di furnace, digunakan alat orsat atau oxygen
analyzer, tetapi pemeriksaan dengan kedua alat tersebut belum menjamin
bahwa oksigen didalam furnace cukup karena kadar oksigen yang tinggi
dari hasil pemeriksaan dengan kedua alat tersebut bisa juga berasal dari
kebocoran tubing sample. Excess air atau udara berlebih pada pembakaran
furnace kilang berfungsi untuk meyakinkan bahwa terjadi pembakaran
sempurna.
- Kehilangan panas
Panas hasil pembakaran tidak seluruhnya dapat diserap oleh fluida
dalam tube karena ada panas yang hilang melalui dinding furnace atau
cerobong. Kehilangan panas melalui dinding furnace dipengaruhi oleh
temperature disekeliling furnace, daya hantar batu tahan api yang
digunakan, dan tidak dilengkapi bahan isolator (refractory) yang baik.
Kehilangan panas melalui cerobong dipengaruhi oleh kapasitas dan
kecepatan pembakaran lewat cerobong, panas yang hilang melalui
Laporan Kerja Praktik 63
Politeknik Negeri Sriwijaya
Ada beberapa hal yang mempengaruhi nilai efisiensi furnace, antara lain yaitu :
1. Jumlah molekul O2 yang ikut terbakar dalam proses pembakaran.
2. Temperatur stack.
3. Deposit / fouling pada tube yang terdapat di furnace.
4. Perbedaan tekanan furnace dengan tekanan luar di sekitar stack.
BAB IV
TUGAS KHUSUS
4.3 Tujuan
Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk menentukan efisiensi
furnace melalui perhitungan berdasarkan data aktual RFCC kilang CD&L
di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong.
4.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari menghitung efisiensi furnace
RFCCU pada PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong adalah
sebagai berikut :
1. Mengenal unit dan peralatan industry khusunya furnace
2. Mengetahui efisiensi secara aktual
3. Menambahwawasan tentang furnace dan aplikasinya di industri
4. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi furnace
Misal :
CH4 = % mol CH4 x Kmol fuel gas
∑ kg
BM rata-rata =
∑ kmol
OUTPUT
OUTPUT
a. Menghitung Panas Sensibel Oil (Feed) Keluar Furnace (Q6)
Q6 ¿ m. Cp .(Tmasuk −Tref )
Dimana, m = Massa Long Residue, (lb)
Cp = Kapasitas PanasLong Residue, (Btu/lb ˚F)
Fuel Gas
3,10 T/D
T = 36 oC
CH4 84,8 %
C2H4 6,4 % Udara (30 oC, RH 60%)
C3H6 1,235 % O2Excess= 16,9 %
i-C4H10 0.33 %
n-C4H10 0.23 %
i-C5H12 0.065 %
n-C5H12 0.065 %
C6H14 0.02 %
CO2 3,125 %
CO 1,63 %
N2 2,1 %
tuk perhitungan efisiensi termal meliputi data desain dan data aktual adalah
sebagai berikut:
- Temperatur Feed Masuk Furnace
- Temperatur Feed Keluar Furnace
- Flowrate Feed Masuk Furnace
- Flowrate Feed Keluar Furnace
- Komposisi Fuel Gas
- Temperatur Fuel Gas
- Flow rate Fuel Gas
- Heating Value Fuel Gas
- Temperatur Udara Pembakaran Furnace
- Excess Udara Pembakaran
- Temperatur Flue Gas Keluar Stack.
2018 di PT. Pertamina (Persero) RU III pada Riser Fluidized Catalytic Cracking
Unit (RFCCU).
Tabel 14. Kondisi Operasi, HV, O2 Excess dan Komposisi Fuel Gas
Komponen Volume (%)
CH4 84,8
C2H6 6,4
C3H8 1,235
iC4H10 0.33
nC4H10 0.23
iC5H12 0.065
nC5H12 0.065
C6H14 0.02
CO2 3,125
CO 1,63
N2 2,1
Total 100
Temperatur Fuel Gas 36 °C
Heating Value 934 Btu/ft3
Udara Excess 16,9 %
Sumber: Morning Report RFCCU, CD&L PT. Pertamina (Persero) RU III, 2018
Komponen
Keluar
Feed 107.982,083 107.810,000 107.960,000 108.737,917 108.424,167
CO2 Keluar
271,0426 222,3396 322,9218 315,5105 328,2156
Stack
N2 Keluar
1.421,0456 1.165,7015 1.693,0426 1.654,1859 1.720,7974
Stack
O2 Keluar
62,2656 51,0773 74,1836 72,4811 75,3998
Stack
H2O Keluar
238,2683 195,4556 283,8731 277,3581 288,5266
Stack
Komponen
Keluar
Panas
Sensibel 358.138,6545 256.719,0956 466.014,2713 449.352,1120 456.473,7769
Flue Gas
Panas
Sensibel
12.857,0977 8.537,4239 17.423,7756 16.705,8326 16.792,2806
H2O di
Flue Gas
Heat Loss
1.388.548,0 1.388.548,0 1.388.548,0 1.388.548,0 1.388.548,0
dinding
4.10 Pembahasan
Furnace FC F-2 merupakan alat pemanas yang digunakan pada unit
RFCCU yang berfungsi sebagai pemanas kembali umpan atau feed yang akan
masuk kedalam regenerator - reaktor. Meninjau dari fungsinya tersebut, maka
kinerja furnace yang baik tentu akan mempengaruhi kualitas umpan dan energi
yang dikonsumsi. Semakin baik efisiensi maka akan semakin hemat energi yang
digunakan dan kondisi operasi bagi umpan juga akan tercapai dengan lebih baik.
Furnace FC F-2 merupakan jenis furnace tipe silinder vertical yang
menggunakan sistem natural draft dimana udara pembakaran diambil secara
alamiah sehingga menyebabkan tekanan didalan ruang bakar diperoleh secara
alamiah karena ketinggian stack atau cerobong asap furnace.
Sebelum menghitung efisiensi, pada dasarnya harus mengetahui teori
dalam proses pembakaran. Dimana proses pembakaran adalah pencampuran
antara bahan bakar dengan udara (oksigen) sehingga terbentuk api yang
menghasilkan panas dan gas hasil pembakaran (flue gas). Pembakaran dikatakan
sempurna bila campuran bahan bakar dan oksigen (dari udara) mempunyai
perbandingan yang tepat, hingga tidak diperoleh sisa. Untuk melakukan
pembakaran bahan bakar dibutuhkan oksigen yang di supplay dari udara.
Komposisi udara akan menentukan kualitas oksigen yang digunakan. Selain
oksigen dan nitrogen, pada kenyataannya ada partikel-partikel lain sebagai inert
yang akan ikut keluar stack. Kelembaban udara juga akan mempengaruhi
besarnya panas yang hilang karena terbawa oleh uap air.
75.00%
66.80% 66.34% 67.52%
62.83%
57.42%
karena itu untuk meningkatkan efisiensi pada furnace perlu ditekan adanya heat
loss pada dinding furnace dengan memperhatikan refractory dan besi/ batu tahan
api yang terdapat pada dinding furnace sehingga panas yang hilang melalui
dinding furnace dapat diminimalisir dan efisiensi furnace dapat dimaksimalkan.
Kemudian panas juga bisa hilang karena terbawa oleh flue gas.
Dari hasil pengamatan dapat dianalisa bahwa faktor yang mempengaruhi
efisiensi furnace adalah temperatur long residu (Feed), flow Rate dari bahan
bakar, panas yang hilang diakibatkan terserap oleh dinding furnace dan kapasitas
produksi long residu melebihi daya dari furnace tersebut serta juga O2 Excess
yang melebihi batasan maksimum.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Furnace FC F-2 dari segi pasokan udara merupakan Natural Draft.
Berdasarkan bentuk konstruksi merupakan tipe Silinder Vertical.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hougen, Olaf A., Watson, Kenneth M., ragatzm Roland A. 1961. Chemical
Process Principles Part 1: Material & Energy Balance. John willey and
Sons Inc: New York.
Kern, Donald Q. 1965. Process Heat Transfer. New York: Mc Graw-Hill Book
Company.
Tanggal Parameter
Pengambilan Flow Rate Flow Rate Tin Tout Tstack
Data
30 Juli 2018 Feed (T/D)
2591,57 Fuel
2,56 (°C)
282 (°C)
343,20 (°C)
230,15
31 Juli 2018 2587,44 2,10 282 341,10 205,42
1 Agustus 2018 2591,04 3,05 282 347,49 248,00
2 Agustus 2018 2609,71 2,98 282 343,70 245,24
3 Agustus 2018 2602,18 3,10 282 345,57 240,35
Rata-rata 2596,39 2,76 282 344,21 233,83
Sumber: Morning Report RFCCU, CD&L PT. Pertamina (Persero) RU III,2018
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
Fuel Gas
3,10 T/D
T = 36 oC
CH4 84,8 %
C2H4 6,4 % Udara (30 oC, RH 60%)
C3H6 1,235 % O2Excess= 16,9 %
i-C4H10 0.33 %
n-C4H10 0.23 %
i-C5H12 0.065 %
n-C5H12 0.065 %
C6H14 0.02 %
CO2 3,125 %
CO 1,63 %
N2 2,1 %
Tabel A.1. Komposisi Fuel Gas dan Perhitungan Massa Fuel Gas
(%) Mol BM Masssa
Komponen
Volume (Kmol) (Kg/Kmol) (Kg)
CH4 84,8 84,8 16 1356,8
C2H6 6,4 6,4 30 192
C3H8 1,235 1,235 44 54,3
iC4H10 0,33 0,33 58 19,1
nC4H10 0,23 0,23 58 13,3
iC5H12 0,065 0,65 72 4,68
nC5H12 0,065 0,65 72 4,68
C6H14 0,02 0,02 86 1,72
CO2 3,125 3,125 44 137,5
1888,6 Kg
BM Campuran = = 18,8864 Kg/Kmol
100 kmol
Suplai fuel gas
Total Kmol Gas =
BM Campuran
129,1667 Kg
= = 6,8391 Kmol
18,8864 Kg / Kmol
Tabel A.2 Komposisi Fuel Gas dan Perhitungan Molalitas Fuel Gas
Mol
Komponen (%) Vol
(Kmol)
CH4 84,8 5,7996
C2H6 6,4 0,4377
C3H8 1,235 0,0845
iC4H10 0,33 0,0226
nC4H10 0,23 0,0157
iC5H12 0,065 0,0044
nC5H12 0,065 0,0044
C6H14 0,02 0,0014
CO2 3,125 0,2137
CO 1,63 0,1115
N2 2,1 0,1436
Total 100 6,8391
5. Menghitung O2 Teoritis
nC4H10 0,1022
i 5H10
C 0,0356
nC5H10 0,0356
C6H14 0,0130
CO2 -
CO 0,0557
N2 -
Total 13,9423
Dari Fig. 19 Hal. 120, Hougen 1954 apabila ditarik garis antara RH 60
dan temperatur 30℃ didapatkan kelembaban udara adalah 0,0203 Kg
H2O/Kg udara kering
Maka, H2O di udara = 0,0203 x udara dari udara suplai
= 0,0203 x 2182,8008 Kg
= 44,3109 Kg
OUTPUT
1. Menghitung Oil (feed) Keluar Furnace
Total CO2 teoritis digunakan untuk membakar fuel gas adalah 7,2457
Kmol
= 7,2457 Kmol x 44 Kg/Kmol
= 318,8118 Kg
CO2 total keluar stack = CO2 hasil reaksi + CO2 fuel gas
= (7,2457 + 0,2137) Kmol
= 7,4594 Kmol
= 7,4594 Kmol x 44 Kg/Kmol
= 328,2156 Kg
CO -
N2 -
Total 13,5046
Total H2O digunakan untuk membakar fuel gas adalah 13,5046 Kmol
= 13,5046 Kmol x 18 Kg/Kmol
= 243,0821 Kg
H2O total keluar stack = H2O hasil reaksi + H2O dari udara
= (13,5046 + 2,4614) Kmol
= 15,9659 Kmol
= 15,9659 Kmol x 18 Kg/Kmol
= 287,3994 Kg
INPUT
1. Panas Sensibel Oil (Feed) Masuk Furnace
- T in = 282 °C = 540°F
- T ref = 25 °C = 77 °F
- Cp = 0,710 Btu/lb°F
Maka,
Q1 = 239.075,2875 lb x 0,710 Btu/lb°F x (540 - 77) °F
= 78.523.321,8782 Btu
Q2 = m x HV
= 6.121,2007 ft³ x 934 Btu/ft³
= 5.717.201,429 Btu
Cp = a + bT + cT2 + dT3, T in K
Cp = 7,8385 Kkal/Kmol K
Maka,
Q5 = n x Cp x ∆ T
= 2,4617 Kmol x 7,8385 Kkal/Kmol K x (303 - 298) K
= 96,4802 Kkal
= 382,6404 Btu
OUTPUT
1. Panas Sensibel Oil (feed) Keluar Furnace (Q6)
- T in = 346 °C = 654°F
- T ref = 25 °C = 77 °F
- Cp = 0,77 Btu/lb°F
Maka,
Q6 = 239.075,2875 lb x 0,77 Btu/lb°F x (654 - 77) °F
= 106.223.545,7706 Btu
n = 15,9663 Kmol
Total Input−TotalOuput
η = Total Input
x 100
5.731 .207,707−1.850 .100,410
= 5.731.207,707
x 100
= 67,72%