NAMA KELOMPOK :
1. MUHAMMAD RAFIQ VITRUVI (061840411713)
2. VENNY KRYSTHIN (061840411722)
3. ZAKIYAH SRI REZEKI (061840411723)
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas karunia
dan rahmat-Nya serta dengan diiringi dengan usaha yang kami lakukan, kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Simulasi Peralatan Pengendalian”. Makalah ini
kami susun sesuai dengan materi yang dipelajari pada modul mata kuliah instrumentasi dan
kontrol. Pada makalah ini kami akan membahas pokok pembahasan Simulasi Peralatan
Pengendalian yang terdiri dari : Programmable Logic Control (PLC), Pengendalian Aliran
(CRF), Simulasi Pengendalian pH (CRpH), dan Simulasi Pengendalian Ketinggian (CRL).
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya . Semoga apa
yang telah kami tulis mengenai “Simulasi Peralatan Pengendalian” ini dapat bermanfaat bagi
kita semua kedepannya. Sebelumnya, kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila tulisan pada makalah kami ini terdapat kesalahan, karena manusia tidak
akan pernah sempurna walaupun manusia itu selalu berusaha dan mencoba untuk menjadi
seseorang yang sempurna karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT.
Tim Penyusun
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 1
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Programmable Logic Control (PLC) ................................................................. 3
2.1.1 Sejarah PLC ............................................................................................... 3
2.1.2 Keunggulan PLC ......................................................................................... 4
2.1.3 Perangkat Keras PLC ................................................................................. 4
2.1.4 Modul Inpur/Outpu .................................................................................... 5
2.1.5 Perangkat Lunak PLC ................................................................................ 7
2.1.5.1 Simbol Kontak ............................................................................... 7
2.1.5.2 Diagram Ladder ............................................................................. 8
2.2 Pengendalian Aliran (CRF) ................................................................................. 10
2.2.1 Aksi Proporsional ....................................................................................... 11
2.2.2 Aksi Integral ............................................................................................... 12
2.2.3 Aksi Derivatif ............................................................................................. 13
2.3 Simulasi Pengendalian pH (CRpH) .................................................................... 14
2.4 Simulasi Pengendalian Ketinggian (CRL) .......................................................... 16
2.4.1 Pengendalian Diskontinyu (On – Off) ........................................................ 16
2.4.2 Pengendalian Kontinyu .............................................................................. 17
ii
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Instrumentasi dan Kontrol dan untuk menambah wawasan
tentang Simulasi Peralatan Pengendalian.
1
1.3 Rumusan Masalah
Apa itu Programmable Logic Control (PLC) ?
Apa itu Pengendalian Aliran (CRF) ?
Apa itu Simulasi Pengendalian pH (CRpH) ?
Apa itu Simulasi Pengendalian Ketinggian (CRL) ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1.2 Keunggulan PLC
Dengan memanfaatkan teknologi PLC banyak kemudahan – kemudahan yang bisa
dilakukan antara lain :
Lebih cepat dan lebih sedikit duplikasi aplikasi.
Lebih mudah dan cepat apabilaada perubahan sistem.
Memiliki kemampuan memeriksa kesehatan diri sendiri (diagnostic).
Memiliki kemampuan fungsi paksa (override force).
Memiliki kemudahan membuat dokumentasi.
Ukuran lebih kecil.
Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah daya cipta seorang programmer
(brainware). Sebagai contoh : apabila ada beberapa generator dan bila salah satu generator
trip, maka PLC mampu menghitung dan mempertimbangkan apakah perlu dilakukan
pemadaman (load shedding) atau tidak. Kalau beban saat itu masih rendah (misalnya ada
equipment yang tidak beroperasi) dan bisa dipenuhi oleh generator sisa, maka tidak perlu
dilakukan load shedding.
4
PLC terdiri dari komponen – komponen berikut :
1. Input modul
2. Mikroprosesor unit atau Central Processing Unit (CPU), didalamnya terdapat
memori/register untuk manipulasi data.
3. Output modul
4. Power Supply
5
menyatakan kecepatan, suhu, berat, tinggi permukaan, dll. Batas sinyal berkisar 4-20 mA
atau 0-10 VDC.
Diskrit Output
Modul ini bekerja seperti sebuah skalar
Analog Output
Modul ini mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog untuk mengontrol peralatan luar
(field device) seperti selenoid valve, servo motor, dan sebagainya.
6
Gambar 2.3 Output PLC
7
Gambar 2.4 Simbol Kontak
8
Gambar 2.5 Contoh Diagram Ladder
Pada diagram ladder yang sudah canggih biasanya program dibagi 2 yaitu :
1. Main Program Block, merupakan program utama yang menjadi pokok dalam
pengoperasian.
2. Program Blok Hitung, merupakan subprogram yang diberi nama “Hitung”
9
Jenis bilangan dalam diagram ladder :
1. Bit : unit memori terkecil yang memiliki 2 kondisi ‘1’ atau ‘0’
2. Unsigned Integer (unit) : bilangan integer positif nilainya 0-65535 (FFFF hex)
memakai memori 16 bit.
Untuk membuat diagram Ladder dan memasukkannya ke dalam PLC bisa dilakukan dengan
salah satu cara berikut ini :
Menggunakan handheld PLC
Menggunakan Personal Computer (PC). Kelebihan PC dibanding handheld, program
yang telah dibuat bisa dilakukan secara simulasi
Bahasa pemrograman mengalami perkembangan. PLC saat ini tidak hanya mengerti
diagram Ladder, tetapi juga mampu menerima program dalam bentuk Function Block
Diagram (Logic Diagram and Structure Text)
10
pengukuran kemudian diumpankan ke controller yang setelah melakukan evaluasi antara
harga pengukuran dengan harga set point lalu memberikan input kepada katup kontrol untuk
memperbesar atau memperkecil aliran air.
Antara katup kontrol dan pipa aliran balik ke tangki terdapat pipa bercabang yang
memungkinkan untuk dilakukannya simulasi gangguan terhadap harga yang telah
dikendalikan, karena harga gangguan ini diberikan setelah turbin sebagai alat pengukur besar
aliran.
Tujuan dari pengendalian adalah menjaga aliran air sirkulasi konstan dan berada pada
kondisi yang diinginkan (set-point) walaupun terjadi gangguan pada sistem oleh adanya
noise, dengan mengatur gerakan katup kontrol pneumatik.
Pada sistem pengendalian ini, variable yang dikendalikan oleh aliran dan aksi
pengendalian dilakukan oleh sinyal yang menjadi input katup kontrol dan memerintahkan
katup tersebut untuk memperbesar atau memperkecil aliran.
Mode pengendali yang digunakan pada unit CRF adalah mode kontinyu dengan aksi
proporsional / integral / derivatif. Mode tidak kontinyu, On – Off; yang membuka katup pada
posisi 100 % (terbuka penuh) dan menutup pada 0 % (tertutup penuh) sulit digunakan untuk
mengendalikan laju aliran yang berubah – ubah dengan cepat dan oleh karenanya tidak
dipergunakan pada simulasi di unit CRF. Penggunaan mode On - Off akan memaksa sistem
untuk melakukan lonjakan – lonjakan kontrol yang berbahaya bagi unti CRF itu sendiri.
Mode kontrol kontinyu memungkinkan setiap error yang terjadi diikuti oleh evaluasi dan
tindakan langsung, sehingga keluaran kontrol berjalan mulus.
11
Proporsional band (PB) adalah interval error yang diizinkan dimana sinyal kontrol
masih dapat memberikan harga regulasi pada range 0 % - 100 %.
X = e. 100/ PB atau X = e.Kp
Semakin besar PB dengan harga error yang sma, maka semakin kecil harga X dan
karenanya mengecilkan harga Proporsional Gain dari controller. Misal, proporsional
controller digunakan untuk mendapatkan aliran sebanding dengan 50 % harga maksimum.
Pada awal, tanpa adanya aliran sinyal kontrol X akan mengakibatkan katup terbuka untuk
mengalirkan air dan mengakibatkan error awal dan menutupnya katup sebagian. Katup
kemudian mengecilkan aliran air dan kemudian mencapai kesetimbangan. Dari sisi jelas
bahwa kondisi tidak dapat dicapai apabila error = nol (0), karena sinyal kontrol X juga akan
nol dan katup akan menutup sehingga tak ada air mengalir. Keadaan ini dicapai oleh adanya
error yang konstan dan residu (sisa) yang disebut Off – set.
Aksi integral disini akan mengurangi error residu yang diakibatkan oleh aksi
proporsional saja. Di sini, sinyal regulasi dapat mempunyai harga selain nol walaupun error
sama dengan nol.
Pada kondisi kesetimbangan, stabil, dimana tidak ada error residu untuk mode dengan
aksi proporsional integral, maka apabila terdapat error, aksi integral dari persamaan di atas
akan menghasilkan sinyal regulasi tinggi yang akan mengkontradiksi asumsi kesetimbangan
di atas. Karenanya, kondisi kesetimbangan dicirikan oleh error = nol. Mode pengendalian
proporsional dan integral digunakan apabila diinginkan variasi perubahan yang lambat dari
variabel kontrol.
12
2.2.3 Aksi Derivatif
Aksi ini digunakan bersama dengan proporsional atau proporsional integral dan
dalam unir CRF digunakan secara bersamaan dengan P dan I, dengan persamaan :
X(t) = Kp. E(t) + Ki. E(x) dx + Kd d/dt. E(t).
Aksi derivatif yang sering disebut ‘laju’ terhadap error mempunyai efek antisipasi
terhadap keseluruhan aksi controller. Aksi ini berdasarkan laju perubahan error, dimana
semakin laju penambahan error, semakin besar aksi antisipasi yang dilakukan.
Jika error tetap konstan, aksi derivatif akan nol dan kerannya tak ada keluaran dari
derivatif. Aksi PID ini sebaiknya digunakan untuk situasi dimana terjadi beban proses yang
cepat.
13
2.3 Simulasi Pengendalian pH (CRpH)
Peralatan proses pengendalian pH terdiri dari dua buah tangki yang terletak di bagian
atas dan bagian dasar peralatan. Tangki atas dua, tangki A dan B yang masing – masing berisi
larutan umpan berupa larutan asam. Dan tangki bawah sebagai tangki penampungan.
Tujuan utama pengendalian pH adalah pengendalian pH larutan yang terdapat pada
tangki utama (MAIN) yang mengalir ke bawah menuju tangki pencampur. Jumlah larutan
yang masuk dapat diketahui dengan mengatur katup dan mengukur laju alir dengan
flowmeter. Gangguan (noise) dari tangki mengalir menuju tangki pencampur di tangki dan
diaduk dengan stirrer, kondisi dalam tangki pencampur diukur oleh elektroda, hasil
pengukuran diberikan ke controller CRpH yang berhubungan dengan sebuah komputer.
Output dari controller kemudian diberikan ke pompa peristaltik yang memompa sejumlah
larutan koreksi sehingga pH di dalam tangki akan sama atau mendekati harga set-point yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Pengukuran pH berdasarkan adanya tegangan sel galvanik yang terdiri dari dua
elektroda (elektroda reference dan elektroda kerja) dicelupkan ke dalam campuran atau
cairan yang tidak diketahui. Beda potensial tergantung pada konsentrasi ion hidrogen yang
dihasilkan oleh elektroda kerja yang mengandung diafragma gelas sensitif terhadap pH.
Output instrumen (indikator, recorder dan controller) harus dihubungkan ke sel galvanic
melalui sebuah analiser. Skema sel pengukuran pH dan simulasi peralatan pengendalian pH
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
14
Gambar 2.7 Sel Pengukuran pH
15
2.4 Simulasi Pengendalian Ketinggian (CRL)
Interval antara level yang dikehendaki dengan salah satu batas level dinamakan histerisis.
Semakin besar histerisis, semakin rendah tekanan pada aktuator. Selain pengendalian on –
off, pengendalian level secara diskontinyu bisa juga menggunakan sistem pengendalian
dengan resistive probes.
16
2.4.2 Pengendalian Kontinyu
Pengendalian secara kontinyu untuk mengendalikan level dapat dilakukan dengan
cara berikut :
Pengendalian Proporsional (P)
Pengendalian Proporsional – Integral
Pengendalian Proporsioanl – Integral – Derivatif (PID)
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diagram Ladder disusun dari beberapa tingkat yang disebut Rung. Setiap rung
menyatakan suatu operasi logik. Dalam satu rung bisa terdiri dari beberapa macam
komponen seperti input, timer, counter, relay dan lain – lain.
Tujuan dari pengendalian adalah menjaga aliran air sirkulasi konstan dan berada pada
kondisi yang diinginkan (set-point) walaupun terjadi gangguan pada sistem oleh
adanya noise, dengan mengatur gerakan katup kontrol pneumatik.
Tipe pengendali on-off merupakan cara sederhana untuk mengimplementasikan
kontrol otomatis menggunakan aktuator dua posisi seperti controller dengan open -
close position atau berdasarkan terminologi biasa, on – off position.
18
DAFTAR PUSTAKA
Marlin, Thimas. 2000. Designing Process and Control Systems For Dynamic
Performance. Second Edition. Mc. Graw Hill International Editions.
Naryono, Eko, dkk. 1995. Pengendalian Proses Kimia. Pusat Pengembangan
Pendidikan Politeknik Bandung, Bandung.
19