Disusun oleh:
Kelas : 2 EGC
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat-Nya
kami dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “KARAKTERISTIK PENGENDALIAN
PROSES” pada mata kuliah instrumentasi dan kontrol sebagai tugas kelompok.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ida Febriana, S.Si.,M.T.
sebagai pembimbing dalam mata kuliah instrumentasi dan kontrol. Yang telah memberikan
banyak saran kepada kami dalam menyelesaikan makalah berjudul “KARAKTERISTIK
PENGENDALIAN PROSES”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini dapat menjadi lebih baik
kedepannya. Kami ucapkan terima kasih.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk memberikan suatu uraian kerja pengendalian proses yang praktis perlu diuraikan
operasi-operasi yang terlibat dalam bagian-bagian yang lebih elementer . Uraian seperti ini
sebaiknya tidak tergantung dari suatu aplikasi tertentu dan harus dapat diaplikasikan untuk semua
situasi pengendalian.
Sebuah model yang dibuat dengan memakai blok-blok untuk mempresentasikan elemen-
elemen suatu lup dapat dipakai untuk keperluan ini. Selanjutnya karakteristik-karakteristik operasi
lup dapat dikembangkan dari sifat-sifat elemen dari interfis (interface).
Sejumlah model telah digunakan untuk menjelaskan pengendalian proses dan kita hanya
akan memakai model-model untuk dapat menjelaskan pengendalian proses modern dari
pengembangan teknologi yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
Selama proses berlangsung, temperatur aliran keluar atau volum cairan dalam tangki
dapat berubah dari nilai yang diinginkan karena terjadi gangguan terhadap sistem,
misalnya karena terjadi perubahan laju alir atau temperatur airan umpan. Untuk
mengatasi perubahan semacam itu suatu sistem pengendalian proses dapat diterapkan,
seperti yang ditunjukkan gambar 7.5.
Gambar 7.5 secara skematis menjelaskan cara kerja sistem pengendali guna
mencapai sasaran operasi yang pertama, yaitu mempertahankan temperatur agar T=Ts
apabila terjadi perubahan Fi atau Ti. Sistem pengendali ini terdiri atas termokopel, kran
steam, dan pengendali atau alat pengendali (controller). Termokopel akan mengukur
temperatur cairan sebesar T, kemudian T ini dibandingkan dengan harga yang
diinginkan (Ts). Apabila terjadi penyimpangan sebesar E = Ts-T, maka harga ini dibaca
oleh alat kendali yang kemudian akan menggerakkan kran stea membuka atau menutup
sesuai dengan besarnya E.
Pada gambar 7.6, ditunjukkan skema cara kerja sistem pengendali guna mencapai
sasaran operasi kedua, yaitu mempertahankan volume agar V = Vs apabila terjadi
perubahan Fi.
Perbedaan gambar (a) dan (b) terletak pada penempatan kran. Ketinggian cairan
dideteksi oleh sensor dan sinyal yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai
ketinggian yang diinginkan. Apabila terjadi penyimpangan (E) pengendali akan
membuka atau menutup kran.
Untuk sistem yang diwakilkan oleh gambar (a) kran akan membuka apabila
ketinggian cairan (h) lebih besar dari ketinggian yang diinginkan (hs) dan sebaliknya
akan menutup apabila ketinggian cairan (h) lebih kecil dari ketinggian yang diinginkan
(hs).
Untuk sistem yang diwakilkan gambar (b) menunjukkan cara kerja kebalikan gambar
(a), kran akan menutup apabila ketinggian cairan (h) lebih besar daripada ketinggian
yang diinginkan (hs) dan sebaliknya akan membuka apabila ketinggian cairan (h) lebih
kecil daripada ketinggian yang diinginkan (hs).
Susunan sistem pengendali pada gambar 7.3 dan gambar 7.4 disebut sistem
pengendali umpan balik. Pengertian sistem pengendali umpan balik adalah bahwa
tindakan baru diambil setelah gangguan memberikan akibatnya pada proses. Apabila
diamati, termokopel pada gambar 7.4 dan sensor ketinggian pada gambar 7.5 kedua-
duanya mendeteksi kondisi proses (temperatur dan ketinggian). Pengendali baru
mengambil tindakan apabila kondisi proses menyimpang dari yang diinginkan setelah
mengalami gangguan.
Susunan sistem pengendali yang lain ditunjukkan pada gambar 7.6. Gambar tersebut
mewakili sistem pegendali umpan maju. Pengertian sistem pengendali umpan maju
adalah bahwa tindakan pengendali diupayakan untuk dilakukan sebelum gangguan
terlanjur mempengaruhi proses. Sensor temperatur (termokopel) mendeteksi
temperatur umpan. Pengendali sudah mengambil tindakan sebelum kondisi proses
berubah akibat gangguan.
4. Evaluasi
Langkah selanjutnya adalah mempelajari pengukuran dan menentukan aksi-aksi apa
yang perlu dilakukan. Bagian lup ini mempunyai beberapa nama. Yang paling umum
adalah alat pengendalian. Evaluasi bisa dilakukan oleh seorang operator, oleh
pemrosesan sinyal elektronik, pemrosesan sinyal pneumatik, atau oleh komputer. Akhir-
akhir ini pemakaian komputer di bidang pengendalian proses berkembang dengan cepat
karena mudahnya adaptasi pengambilan keputusan yang dibutuhkan dalam
pengendalian proses dan karena kemampuannya untuk menangani pengendalian dari
sistem-sistem multi variabel. Alat pengendalian membutuhkan masukan dari
representasi variabel dinamis yang diukur dan representasi nilai yang dikehendaki dari
variabel tersebut, dinyatakan dalam istilah yang sama sebagai nilai terukur. Nilai/harga
yang diinginkan dari variabel dinamis disebut set-point. Jadi evaluasi terdiri dari:
a. Perbandingan antara pengukuran variabel terpengendalian dan set-point
b. Penentuan aksi-aksi apa yang dibutuhkan untuk membawa variabel
tepoegendalian pada harga set-point.
5. Elemen Pengendalian
Elemen terakhir dalam lup pengendalian proses adalah alat yang memberikan
pengaruh langsung pada proses, yaitu yang memberikan perubahan-perubahan yang
dibutuhkan pada variabel dinamis untuk membawanya pada kondisi set-point. Elemen
ini menerima masukan dari alat pengendalian, yang selanjutnya ditranformasikan pada
beberapa operasi proporsional yang dilakukan/berlangsung pada proses tersebut. Pada
contoh kita terdahulu, elemen pengendalian adalah katup yang mengatur aliran fluida
keluar tangki. Elemen ini dikenal juga dengan sebutan elemen pengendalian akhir.
b. Set-point
Harga variabel dinamis yang diinginkan dalam suatu proses dikenal dengan
sebutan set-point. Walaupun set-point dinyatakan sebagai harga dari variabel
dinamis, set-point tersebut harus disajikan dalam bentuk yang sama dengan
yang disediakan oleh pengukuran variabel dinamis. Jadi, jika suatu pengukuran
mengkonversikan tekanan menjadi kuat arus listrik maka harga set-point harus
disajikan dalam kuat arus listrik yang dinyatakan dalam kesebandingan yang
sama.
Umumnya set-point CSP dinyatakan dengan penyimpangan ± ΔC di sekitar
harga nominal. Jadi, ketika pengontrolan telah dicapai, harga sebenarnya dari
variabel terpengendalian berada dalam daerah (CSP- ΔC) sampai (CSP+ΔC). Maka,
semakin lebar penyimpangan yang diizinkan, makin mudah pencapaian
pengontrolan. Perlu dicatat bahwa penyimpangan ini tidak akan pernah lebih
rendah dari error sistem terpadu.
c. Tanggapan Dinamis
Tanggapan dinamis dari suatu sistem merupakan kriteria dasar untuk
mengevaluasi sistem. Tujuan dari regulasi variabel dinamis adalah untuk
mengontrol perubahan variabel terhadap waktu. Perubahan seperti ini bisa
terjadi oleh pengaruh transien atau karena pengaturan set-point itu sendiri.
Tanggapan dinamis adalah ukuran dari reaksi sistem, sebagai fungsi waktu,
dalam mengoreksi masukan-masukan transien, atau menyetel set-point baru.
d. Perubahan Set-point
Dalam banyak hal, set-point dari variabel dinamis dapat distel ke dalam
suatu harga baru. Lup pengendalian proses harus memberikan tanggapan
dengan mengoperasikan proses untuk mengubah variabel dinamis ke harga baru
tersebut. Tanggapan dari lup dapat diatur dalam bentuk tanggapan siklis atau
teredam, tergantung pada sifat proses.
Pada tanggapan siklis, seperti diperlihatkan pada gambar 7.7 a, harga
sebenarnya dari variabel dinamis bila melebihi (overshoot) set-point baru dan
melakukan sejumlah osilasi di sekitar titik ini, sebelum mencapai titik stabil.
Pada tanggapan teredam, seperti yang terlihat pada gambar 7.7 b, harga
variabel dinamis tidak pernah melebihi set-point ataupun melakukan osilasi,
tetapi mendekati titik kerja pada suatu kurva proses dimana suhu tidak boleh
naik melebihi suatu harga kritis.
e. Tanggapan Transien
Kegunaan dasar suatu lup pengendalian proses adalah untuk menjaga
beberapa variabel dinamis berada pada titik kerjanya. Kebutuhan akan sistem
seperti ini menyatakan bahwa pengaruh eksternal bisa mengakibatkan fluktuasi
variabel. Tanggapan transien menggambarkan kemampuan tanggapan dinamis
sistem untuk bisa pulih dari suatu pengaruh mendadak pada proses yang
mengakibatkan perubahan mendadak pada variabel terpengendalian. Pada
gambar 7.8 a, kita dapat melihat pola tanggapan siklis atau teredam dari suatu
sistem dimana reaksi lup pengendalian mengakibatkan osilasi di sekitar set-point
dari variabel. Gambar 7.8 b, memperlihatkan tanggapan teredam suatu
gangguan proses transien dimana sistem pengendalian mampu mengembalikan
variabel ke titik kerja tanpa osilasi.
2. Kriteria Evaluasi Tanggapan Proses Lup (Dinamis)
Untuk mengevaluasi tanggapan suatu lup pengendalian proses, digunakan suatu
himpunan kriteria kestabilan, baik untuk penyimpangan yang berasal dari masukan-
masukan transien maupun dari perubahan pada set-point. Kriteria-kriteria ini
merupakan karakteristik lup dan bisa diseleksi berdasarkan penerapan masing-masing,
sehingga sesuai dengan kondisi proses. Secara umum, suatu harga kriteria minimum
merupakan respon yang optimum. Definisi-definisi kriteria tanggapan dinamis seperti
berikut ini.
a. Settling Time
Suatu lup pengendalian proses akan mempunyai set-point (CSP) untuk
variabel dinamis dengan penyimpangan yang diperbolehkan di sekitar set-point
sebesar ±C. Pada saat ada masukan transien atau perubahan pada set-point,
settling time adalah waktu yang dibutuhkan oleh lup pengendalian proses untuk
membawa variabel dinamis kembali ke daerah yang diperbolehkan, yaitu CSP ± C.
d. Pengulangan (Cycling)
Tingkah laku osilasi suatu sistem pengendali harus ditekan seminimal
mungkin, bahkan untuk beberapa kasus sama sekali tidak diperbolehkan.
Berdasarkan alasan ini, pengulangan minimum sering berhubungan dengan
rancang bangun sistem pengendalian proses. Dalam hal ini, minimum cycling
berarti bahwa sistem harus distel jika terjadi transien atau perubahan set-point,
jumlah osilasi yang terjadi akan sekecil mungkin.
e. Daerah Minimum
Respon dinamis suatu sistem terhadap masukan-masukan transien
(berubah-ubah), atau perubahan-perubahan set-point mengakibatkan terjadinya
deviasi (penyimpangan) dari set-point yang dikehendaki. Dalam banyak hal
tingkat dan durasi deviasi tersebut dapat mengakibatkan produk akhir yang
jelek, atau paling tidak mengakibatkan deviasi produk akhir dari spesifikasi
keseluruhan. Dalam kasus lain, produk-produk suatu pabrik yang dibiarkan tetap
bekerja selama berlangsungnya deviasi harus dibuang mengakibatkan terjadinya
kerugian produksi yang merugikan kekayaan perusahaan. Berdasarkan alasan
ini, lup-lup pengendalian proses seringkali dirancang untuk meminimalkan
penyimpangan dari set-point operasional dan rentang waktu terjadinya deviasi
tersebut. Hal ini ditentukan dengan cara meminimalkan luas kurva deviasi
waktu, seperti diperlihatkan gambar 7.8 b. Jadi, jika C (t) menyatakan variabel
dinamis dan CSP sebagai set-point, maka error untuk setiap waktu t adalah:
Luas ini ditunjukkan oleh integral dari besaran absolut terhadap rentang
gangguan.
A = |E (t)| dt ..........(7.2)
1. Diagram Blok
Ada dua macam diagram blok yang biasa dipakai pada ilmu sistem pengendalian,
yaitu diagram balok simnolis dan diagram balok matematis. Kegunaan dari diagram blok
adalah memungkinkan penganalisaan sistem pengendalian proses pengendalian proses
sebagai interaksi dari subsistem-subsistem yang lebih kecil dan lebih sederhana
Elemen Kontrol
Csp control
Proses
Cm
Pengukuran
2. Simbol P & ID
a. Interkoneksi
Interkoneksi dalam P & ID dapat melibatkan berbagai tipe sinyal dan aliran proses,
yang penting dalam P & ID adalah untuk menunjukkan sinyal-sinyal tertentu seperti
sinyal 4-20 mA berlawanan arah dengan sinyal 10-50 mA yang keduanya digambarkan
dengan garis putus-putus (dashed line) dan simbol garis digunakan untuk
menggambarkan sinyal alami.
b. Simbol Balon
Simbol balon digunakan untuk menunjukkan instrument yang digunakan dalam
pengendalian proses. Huruf-huruf yang ada dalam balon menyatakan peralatan misalnya
FC berarti alat pengendalian aliran (FC = flow controller) dan angka menunjukkan pada
lup pengendalian proses dimana elemen tersebut bekerja.
Gambar: Kode huruf dan simbol balon
c. Simbol Instrumen
Tranduser yang digunakan dalam lup pengendalian proses seringkli dijabarkan
menjadi elemen primer (huruf E kedua dalam balon) dan transmitter (huruf T kedua)
untuk memperhitungkan tranduser dan pengondisian sinyak yang sebenarnya.
A Analysis
C Conductivity
D Density
E Voltage
F Flow Rate
I Current
L Level
M Moisture(Humidity)
P Pressure or Vacuum
T Temperature
V Viscosity
Huruf Selanjutnya Tipe Peralatan Kontrol
A Alarm
C Controller
I Indicator
T Transmitter
V Control Valve
E Element
IC Indicator Controller
FC Ratio Controller
R Recorder
HS Hand Switch
HV Hand Valve
Q Totalizer
IQ Indicating Totalizer
XV Solenoid Valve
Y Calculation
FY Ratio Callculation
SL Switch Low
SH Switch High
AL Alarm Low
AH Alarm High
2. Regulasi Diri
Regulasi diri merupakan kemampuan suatu sistem atau proses untuk stabil pada harga
baru setelah terjadi perubahan (gangguan pada proses) tanpa adanya pengaturan ataupun
pengendalian terhadap sistem atau proses.
1. Error
Error atau penyimpangan dari variable yag dikendalikan diukur dari set-point
ditunjukkan dalam persamaan berikut ini.
E = Cm - Csp
Dimana :
E = Error
Cm = Harga variable yang diukur
Csp = set-point dari variable
2. Daerah Variabel
Umumnya variable dinamis dibawah pengendalian mempunyai daerah harga dimana
pengendalian tersebut dijaga. Daerah ini dapat dinyatakan sebagai harga minimum dan
maksimum dari variable dinamis atau harga nominal ditambah dan dikurangi penyebarannya
disekitar nominal ini.
4. Kelambatan Pengendalian
Pada waktu variable dinamis mengalami perubahan mendadak, lup proses
pengendalian beraksi dengan cara mengeluarkan perintah kepada elemen pengendali akhir
untuk mengadopsi suatu harga baru guna mengkompensasikan perubahan yang dideteksi.
Kelambatan pengendalian menunjukkan bahwa pada waktu yang doperlukan oleh lup
pengendali proses untuk melakukan pengaturan-pengaturan bagi elemen pengendali akhir.
5. Waktu Mati
Waktu mati merupakan variable waktu lain yang berkaitan dengan pengendalian
proses yang merupakan fungsi dari sistem pengendalian proses dan prosws itu sendiri. Waktu
mati meruapakan selang waktu antara munclnya error (penyimpangan) dan munculnya
tindakan koreksi pada saat pertama dilakukan.
6. Sikling (Cycling)
Sikling merupakan tingkah laku dari error variable dinamis yang berada pada
berbagai mode pengontrolan, salah satu mode yang terpenting adalah osilasi error disekitar
nol. Sikling dapat terjadi pada kondisi amplitudo puncak dari error dan periode osilasi. Jika
amplitudo sikling meluruh ke nol, berarti telah mempumyai error transien siklis.