Disusun oleh :
ABDI TUNGGAL
061740411493
5EGA
b. Kualitas Biopelet
Kualitas biopelet merupakan aspek yang penting baik bagi produsen pakan
maupun peternak. Kualitas pelet ditentukan dengan durabilitas, kekerasan (hardness )
dan ukuran. Kualitas pelet yang baik membutuhkan konsekuensi bagi produsen pakan,
yaitu berupa tingginya biaya produksi, tingginya energi danmodal yangdibutuhkan.
Menurut Behnke (1994), faktor –faktor yang mempengaruhi kualitas pelet adalah
formulasi (pengaruhnya sebesar 40%), conditioning(20%), ukuran partikel (20%),
spesifikasi die (cetakan) dari mesin pelet (15%), dan pendinginan (5%). Bahan
tambahan perekat tapioka dan sagu merupakan bahan yang sering digunakan dalam
pembuatan biopelet karena mudah didapat, harganya pun relatif murah dan dapat
menghasilkan kekuatan rekat kering yang tinggi. Penggunaan perekat tidak melebihi 5%
karena semakin besar penambahan perekat, maka akan mengakibatkan bertambahnya kadar air
pada biopelet. Hal ini akan mengurangi nilai pembakaran biopelet (Zamirza, 2009).
Inovasi Biopelet yang akan di kembangkan adalah biopelet yang bertahan baku biji karet
yang akan diaplikasikan untuk kegiatan rumah tangga seperti memasak. hal tersebut
didasarkan pada kelimpahan tanaman karet indonesia dengan nilai kalorinya yang relatif
tinggi, biopelet diproduksi dengan menghancurkan biji karet dengan menggunakan hammer
mill. sehingga diperoleh massa partikel bioenergi yang berukuran seragam, masa partikel
tersebut kemudian diumpankan kedalam mesin pengepres dengan diameter 6-8 mm dan
panjang 10-12 mm, tekanan yang sangat tinggi menyebabkan suhu biji karet meningkat,
sehingga senyawa lignin pada biji karet berubah sifat plastisitasnya membentuk perekat
alami yang mengahsilkan pelet pelet yang padat dan kompak pada saat dingin,.
Aplikasi biopelet yang dibuat difokoskan untuk bahan bakar rumah tangga, pada proses
pembakaran biopelet biji karaet, cara penggunaan kompor ini tergolong sangat sederhana,
sehingga dapat digunaka dengan mudah oleh lapisan masyarakat indonesia.
III. Prosedur Percobaan Pembuatan BioPellet Biji Karet
Dimana:
Biopelet
30 cm
Alat Ukur Ketinggian
Lantai
Gambar 3.1. Pengujian Drop Test (Shatter Index)
Dimana :
a : berat pelet sebelum dijatuhkan (gram)
b : berat pelet setelah dijatuhkan (gram)
h) Lakukan percobaan berulang pada sampel berikutnya.
BAGIAN BIJI KAPUK
l. Dasar Teori
Kadar Zat Ekstraktif Terlarut dalam Etanol-Benzena (1:2) (TAPPI T 204 om-88)
BKTA − BKTB
Kadar zat ekstraktif % = × 100%
BKTA
dengan BKTA= berat serbuk kering sebelum ekstraksi (g), dan BKTB= berat serbuk
kering setelah ekstraksi.
Zat ekstraktif terutama berada dalam rongga sel dan sebagian kecil terdapat
di dalam dinding sel. Zat ekstraktif meliputi banyak jenis senyawa yang dapat
diekstraksi dengan menggunakan pelarut polar dan nonpolar.
45
37.68
40
34.61
35
Gambar 1 Kadar zat ekstraktif pada kulit buah kapuk
30 12.86 Jawa Barat
10.23 Jawa Tengah
25 12.18 9.52
4.92 8.96
4.39
20 Jawa Timur
3.68
15
Larut dalam Larut dalam Air Larut dalam Air Larut dalam
Etanol-Benzena Panas Dingin NaOH 1%
(1:2)
Parameter
pengujian