Oleh :
YOGA PRANATA NPM 1502058
Oleh:
Mengetahui :
Officer HR. BP. RU III
Minhad Udin
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini,yang
disusun guna memenuhi syarat kurikulum pada Program Studi Teknik Pengolahan
Migas Politeknik Akamigas Palembang.
Penulisan Laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
Semoga amal baik yang diberikan mendapat imbalan yang sesuai dari Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa Laporan Praktek Kerja Lapangan ini jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk
kesempurnaan Laporan praktek Kerja Lapangan ini. Semoga Laporan ini dapat
iv
bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi rekan-rekan sekalian serta
bagi Program Studi Teknik Pengolahan Migas Politeknik Akamigas Palembang.
Palembang, Oktober2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
BAB III TINJAUAN KHUSUS ..........................................................................20
3.1 Uraian Proses Kilang Polypropylene ........................................... 20
3.1.1 Faktor Aliran ...................................................................... 13
3.1.2 Faktor Kelarutan ................................................................ 13
3.2 Proses Unit 300 ............................................................................ 25
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................28
4.1 Seksi Distilasi / Depropanizer ( Section – 300 ) ........................ 28
4.2 Pokok Pokok Petunjuk Pengoperasian Depropanizer ................. 29
4.3 Operasi C – 302 Pada Total Reflux............................................. 31
4.4 Spesifikasi Alat Column Depropanizer C-302 A/B dan C.......... 34
4.5 Instruksi Pengoperasian Depropanizer C–302 A/B dan C.........35
4.6 Kondisi Keadaan Darurat ...........................................................38
BAB V PENUTUP ..............................................................................................39
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
Politeknik Akamigas Palembang
BAB I
PENDAHULUAN
Manfaat
Manfat Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT.Pertamina (Persero) RU III
Plaju-Sungai Gerong. Bagi mahasiswa adalah :
1. Memahami secara umum alur proses pengolahan yang ada di PT. Pertamina
(Persero) RU III baik Primary Proces maupun Petrokimia (Polypropylene).
2. Dapat mengerti proses pembuatan biji plastik diUnit Polypropylene yang
ada di PT.Pertamina (persero) RU III.
3. Dapat mengetahui penerapan sistem K3 di PT. Pertamina (Persero) RU III
khususnya di Unit Polypropylene.
4. Dapat mengetahui proses Control yang ada di unit proses terutama di Unit
Polypropylene.
BAB II
TINJAUAN UMUM
bergabung menjadi Royal Dutch Shell yang lebih dikenal dengan sebutan Shell
dengan tiga anak perusahaan, yaitu: Bataafsche Petroleum Maatschappij yang
bertugas melakukan eksploitasi, produksi dan pengolahan; Asiatic Petroleum
bertugas sebagai pemasaran; dan Anglo Saxon Petroleum bertugas pada bidang
pengangkutan. Kilang Sungai Gerong (1926) menyusul beberapa kilang
pengolahan lainnya.Selama itu usaha pengeboran dilakukan oleh maskapai
perusahaan asing seperti Stanvac, Caltex, dan lain-lain.
(Persero) RU III memiliki luas area sebesar 384 hektar yang terbagi menjadi dua,
yaitu daerah Plaju sebesar 230 hektar dan daerah Sungai Gerong sebesar 154
hektar, pada awalnya terdapat dua kilang yang terpisah dari Refinery Unit ini,
yaitu kilang Plaju dan kilang Sungai Gerong.
Kilang Plaju didirikan pada tahun 1903 oleh perusahaan minyak dari
Belanda, yaitu Shell.Kemudian pada tahun 1926, perusahaan minyak dari
Amerika Serikat, yaitu Stanvac, mendirikan kilang Sungai Gerong. Sejarah
perkembangan Refinery Unit III Plaju-Sungai Gerong adalah sebagai berikut :
1 1903 Didirikan kilang di Plaju oleh shell dengan kapasitas 110 MBSD
2 1923 Mulai mengolah minyak mentah yang berasal dari Prabumulih dan
Jambi
4 1965 Kilang Plaju dengan kapasitas 110 MBSD di beli dari Shell.
5 1970
Kilang Sungai Gerong dengan kapasitas 70 MBSD di beli Shell.
13 1993 Total Plant Test dengan kapasitas 131,1 MBSD dan proyek RTL
hasil Plant Test.
Visi
Visi PT. Pertamina (Persero) RU III adalah:
“Menjadi Perusahaan Migas Kelas Dunia”
Misi
Misi dari PT. Pertamina (Persero) RU III adalah :
“Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan
secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat”
Dalam upaya mewujudkan efektifitas kerja PT. Pertamina (Persero) RU
III memberlakukan enam tata nilai yaitu:
1. Bersih (Clean)
2. Kompetitip (Competitive)
3. Percaya diri
4. Fokus pada pelanggan
5. Komersial
6. Berkemampuan
2.4.1Lokasi Pabrik
PT. Pertamina (Persero) RU III berada di Plaju, Kota Palembang, Provinsi
Sumatera Selatan, Kilang Pertamina RU III terbagi menjadi dua lokasi kilang
Plaju dan Sungai Gerong, kedua kilang tersebut dipisahkan oleh SungaiKomering
yang merupakan anak dari Sungai Musi. Pada tahun 2002 dibangun jembatan
yang menghubungkan kedua kilang tersebut, kemudian diresmikan pada tahun
2003.PT. Pertamina RU III menempati lokasi seluas 921 hektar, dengan distribusi
luasan wilayah efektif yang tercantum di bawah ini.
1. Area perkantoran dan kilang Plaju dengan luas wilayah 229.60 hektar.
2. Area kilang Sungai Gerong dengan luas wilayah 153.90 hektar.
3. Pusdiklat Fire&Sefety dengan luas wilayah 34.95 hektar
4. RDP dan Lapangan Golf Bagus Kuning dengan luas wilayah 51.40
hektar.
General Manager
Refinery Unit III
Sekretaris
Engineering &
Development Production Manager
Manager
Maintenance
Reliability Manager Planning &
Support
Manager Legal &
Manager,
Ref. Planning &
General Affairs
Optimization
Manager
Turn Around
Manager
HSE Manager
Procurement
Coordinating OPI
Manager
Maintenance
Execution
Gambar Manager
2.2Struktur
2.6.4Proses Blending
Proses blending adalah pencampuran bahan-bahan aditif kedalam produk
pengolahan minyak bumi untuk meningkatkan kwalitas untuk memenuhi standar
produk yang ditetapkan, contoh proses blending adalah pencampuran light
kerosine distilate dan heavy kerosine distilat untuk menghasilkan kerosin.
a. Avigas
Aviation gasoline adalah bahan bakar untuk pesawat yang digerakan
propeller (baling-baling), dengan boiling range 35oC - 170oC, misalnya digunakan
untuk pesawat Hercules. Avigas dihasilkan dari unit GP dengan kapasitas
produksi 0.06 MBSD. Pertamina RU III merupakan satu-satunya produsen Avigas
di Asia.
b. Premium atau Motor gasoline (Mogas)
Mogas yang dihasilkan di PT. Pertamina RU III adalah bahan bakar
dengan bilangan oktan 88 atau premium dengan boiling range 30oC – 200oC.
Premium standar yang berwarna kuning merupakan hasil blendingan antara
LOMC dari unit CD dan HOMC dari unit RFCCU. Kapasitas produksi premium
di PT. Pertamina RU III adalah 22.1 MBCD.
c. Avtur
Merupakan bahan bakar untuk pesawat turbin/ jet. Avtur berwarna
kuning muda dengan boilingrange 150oC – 300oC. Avtur dihasilkan dari unit GP
dengan kapasitas produksi 1,67 MBCD.
d. Kerosene
Kerosenelebih dikenal dengan minyak tanah, merupakan bahan bakar
keperluan rumah tangga dengan boiling range 177oC – 288oC. Kerosin dihasilkan
dari unit CD dengan kapasitas produksi 14, 33MBCD. Kerosin merupakan hasil
blending dari LKD dan HKD.
e. Solar atau automotive diesel oil (ADO)
Solar merupakan bahan bakar kendaraan motor diesel dengan boiling
range 160oC – 370oC. Solar dihasilkan dari unit CD dengan kapasitas produksi
30,82 MBCD.
f. Industrial diesel oil (IDO)
IDO merupakan bahan bakar mesin diesel untuk keperluan industri,
boiling range 160oC – 370oC, dengan harga dan kualitas di bawah solar. IDO
dihasilkan dari unit CD dengan kapasitas produksi 1,75 MBCD.
g. Industrial fuel oil (IFO)
IFO merupakan bahan bakar motor non diesel untuk keperluan industri,
dengan harga dan kualitas dibawah premium.
h. Racing fuel
Merupakan bahan bakar untuk kendaraan balap dan saat ini sedang
dikembangkan oleh Pertamina, Racing fuel memiliki bilangan oktan 100, dengan
harga yang sangat mahal, yaitu mencapai Rp. 75.000 per liter.
Mercaptan, dan air. RPP diumpankan ke dalam unit purifikasi dengan laju alir 9
ton/jam. Unit purifikasi terdiri atas :
1. Ekstraktor De-Ethanol Amine (DEA) untuk menghilangkan CO dan H2S.
2. Ekstraktor yang berisi NaOH untuk menghilangkan CO2.
3. Dryer untuk menghilangkan kandungan air hingga kurang dari 7 ppm.
4. Distilasi, sehingga menghasilkan Propane sebagai produk bawah yang
diumpankan kembali ke CD&L, dan propylene sebagai produk atas
dengan kemurnian 99,6%. Propylene ini kemudian diumpankan ke unit
polimerisasi dengan laju alir 6 ton/jam.
Unit polimerisasi terdiri dari impurities removal unit, reactor, dan dryer.
Di dalam impurities removal unit terdapat stripper untuk menghilangkan
metana dan etana, dehydrator untuk menghilangkan kadar air hingga kurang
dari 1 ppm, COS adsorber, dan arsine adsorber. Dari arsine adsorber, propylene
yang telah bersih dari pengotor dipolimerisasi di dalam reactor.
Ada dua reactor yang digunakan, yaitu primary reactor yang merupakan
reaktor fasa cair dengan tekanan 32 kg/cm2gauge dan temperatur 70oC, dan
secondary reactor yang merupakan reaktor fasa gas dengan tekanan 18
kg/cm2gauge dan temperatur 80oC. Reaksi polimerisasi ini berlangsung dengan
bantuan katalis, yaitu TiCl3 yang merupakan Main Catalyst (MC), katalis AT
berbahan dasar alumunium yang berfungsi sebagai pendukung katalis, dan
katalis OF yang berfungsi untuk menyesuaikan isotactic index pada polimer
yang akan dihasilkan. Ketiga katalis berbentuk serbuk, sehingga dibutuhkan
pelarut heksana untuk mempermudah reaksi. Bahan lain yang digunakan dalam
reaksi polimerisasi adalah hydrogen untuk memecahkan ikatan rangkap, dan
mengatur MFR.
Katalis MC dan OF dilarutkan dengan heksana, kemudian diumpankan
bersama hydrogen dan propylene cair ke dalam primary reaktor. Setelah itu
diumpankan pula katalis AT ke dalam reaktor. Laju alir propylene yang
diumpankan harus tinggi agar kecepatan reaksi berjalan cepat dibandingkan laju
polimerisasi berlangsung. Produk reaktor adalahslurry dan gas hydrogen. Slurry
yang terbentuk dimasukkan ke fine separator. Fungsi fine separatoradalah untuk
memisahkan slurry dari gas hydrogen yang terbawa. Gas hydrogen tersebut
dimasukkan kembali ke dalam primary reaktor. Gas hydrogenkeluaran primary
reaktor diumpankan ke bagian atas secondary reaktor, yang kemudian
dikeluarkan untuk dipompakan ke bagian bawah secondary reaktor setelah
dilewatkan pada compressor. Slurry yang berasal dari fine partikel separator
masuk ke bagian bawah secondary reaktor, dan akan terfluidisasi dengan bantuan
pengadukan dan udara bertekanan yang masuk dari bagian bawah reaktor. Hasil
reaksi berupa bubuk yang kemudian dimasukkan ke dalam kondensor drum.
Gas yang tidak terkondensasi diumpankan lagi ke dalam secondary reactor,
sedangkan bubuk PP yang masih mengandung heksana dikeringkan dalam dryer.
Bubuk PP dengan laju alir 6 ton/jam dimasukkan bersama aditif seperti
pewarna, dan anti koagulan ke dalam extruder yang berputar dengan kecepatan
1000 rpm. Dengan putaran dan pemasaran, maka terbentuklah resin yang
langsung dipotong dengan standar ukuran tertentu begitu keluar dari ujung
ekstruder. Setelah pemotongan, resin PP dikontakkan dengan air sehingga
membeku, dan terbentuklah biji plastik. Biji plastik tersebut dimasukkan ke
dalam screener untuk memastikan ukuran biji plastik sesuai dengan
productspecification. Biji plastik tadi ditransportasikan dengan bantuan N2
yang berasal dari plant tersendiri di unit PP, ke dalam silo sebelum dilakukan
pengepakan. Setiap kantong pengepakan berisi 25 kg PP.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.Unit Polymer
Unit Polymer adalah unit yang mengolah propylene menjadi pellet
homopolymer polypropylene (polytam) sebagai bahan dasar pembuatan
plastik.Untuk menunjang dan memenuhi 2 (dua) kegiatan unit produksi tersebut,
dilengkapi dengan Nitrogen Plant, Hydrogen Plant, Bagging Plant dan
Warehouse.
3. Unit Finishing
Unit Finishing terdiri dari Pelletizing dan Bagging plant (Packaging Product).
Disamping unit proses utama, kilang Polypropylenemempunyai unit penunjang
khususnya yaitu Nitrogen dan Hydrogen Plant, sehingga dalam kegiatan operasi
dapat berjalan dengan sendirinya dan tidak tergantung dari suplai Nitrogen dan
Oksigen dari Utilities Plant.
Tekanan 24 kg/cm2g
Temperatur Top 40 oC
Temperatur Bottom 70 oC
Pada seksi Persiapan Katalis (Section 100) sejumlah Main Catalyst sebagai
katalis utama, AT-Catalyst sebagai Co-Catalyst, OF-Catalyst sebagai elektron
donor dan Hexane sebagai pelarut dipersiapkan dengan proses sebagai berikut :
menuju Low pressure Flare System. Selanjutnya dari D-2206 tepung polymer
dialirkan menuju Powder Heater (M-2301) melalui Rotary Valve (ZV-2227).
Bila akan memulai untuk menjalankan unit Purifikasi ( UNIT – 300 ) , maka
kondisi pengoperasian unit ekstrasi UNIT – 200 yang berada pada up – stream
dari unit ini adalah sebagai berikut :
Semua peralatan yang berada pada unit 200 ( Kolom ekstrasi DEA , NaOH ,
kolom regenerasi dan dryer ) harus dalam kondisi mantap ( Stedy State ) sehingga
kandungan impurities seperti : hidrogen sulphida , carbon dioksida , mercaptan
dan air di dalam campuran propane – propylene yang keluar dari unit 200 dapat
dieliminir.
*) ini adalah nilai yang akan menjadi target. Nilai ini dalam kenyataannya tidak
perlu di jaga ketat karena peralatan COS telah di pasang pada downstream dari
Unit Purifikasi Propylene.
Kolom C – 302.
BAB IV
PEMBAHASAN
Berfungsi untuk memisahkan propylene dari propane dan yang lebih berat
hingga kemurnian propylene mencapai 99,6 % mol minimum dengan proses
distilasi bertekanan. Seksi ini terdiri dari 3 ( tiga ) kolom distilasi secara seri dan
disebut Depropanizer Column ( C – 302 C / A / B ) adalah distilasi bertekanan
multikomponen dan pemisahannya berdasarkan perbedaan titik didih suatu
komponen yaitu memisahkan antara propylene dengan propane dan yang lebih
berat.
Sebagai media pemanas digunakan steam 3S , yaitu steam bertekanan 3
Kg / 𝑐𝑚2 g dan temperatur 150 °C.
Perlahan – lahan buka pengontrol aliran ( FIC – 304 ) yang di pasang pada aliran
suplai umpan kolom C – 302 C , umpankan campuran propane propylene yang
telah di olah di dalam unit extraksi ke dalam kolom depropanizer C – 302 A/B/C
di tray 92.
Pada pengoperasian seperti ini bila campuran propane propylene yang di umpan
ke dalam kolom mengalami penurunan tekanan , maka juga akan di ikuti dengan
penurunan temperatur. Dalam kondisi seperti ini campuran umpan tersebut harus
di jaga dengan hati – hati .
Buka valve pada aliran air pendingin , hubungkan ke masing – masing alat
pendingin ( E – 305 , E – 306 , dan E – 307 ) dan kondesor E – 303 A/B , dan
mulailah untuk menguapkan air pendingin ke masing – masing alat penukar
panas.
Setelah fluida pada kolom C – 302 A dan reboiler Depropanizer E – 304 mencapai
level kerja yang di harapkan , perlahan – lahan buka pengontrol aliran ( FIC – 310
) yang di pasang pada aliran LP steam , dan mulailah untuk memasukan steam ke
reboiler serta memanaskan Depropanizer.
Selama operasi ini , gas sisa yang tak terkondensasi harus dikirim ke aliran flare
melalu by pass pada relief valve ( RV – 306 ). Kemudian jalankan sistem “
Overhead Pressure Control” ( PIC – 307 A / PIC – 307 B ).
Monitor tinggi cairan pada bagian bawah dengan menggunakan level controller (
LR – 1303 ) sehingga cairan tersebut di pertahankan pada level tertentu , ini
adalah untuk mensuplai kebutuhan campuran propane propylene.
Untuk mencapai kondisi operasi reflux secara terus menerus akan memakan
waktu yang cukup lama , hal ini di karenakan cukup banyak cairan yang di
butuhkan untuk mengisi ruangan di dalam kolom pada sekitar tray . maka dari itu
pompa reflux ( P – 305 ) harus di operasikan secara intermitten sehingga cairan
yang tertampung di dalam accumulator V – 303 dapat di umpan balikkan ke
kolom.
Setelah operasi dengan reflux secara terus menerus dapat berlangsung , jalankan
pengontrol bertingkat di antara pengontrol level pada accumulator LIC – 306 dan
pengontrol aliran reflux FIC – 307.
Sama Seperti di atas , bila cairan yang di tampung di bagian bawah kolom C –
302 B sudah cukup , maka jalankan pompa depropanizer transfer pump ( P – 304
A ) dan umpankan ke kolom C – 302 A. Selanjutnya bila cairan yang tertampung
di bagian bawah kolom C – 302 A sudah cukup maka jalankan depropanizer
transfer pump no,2 ( P – 306 A ) dan mulailah untuk mengumpankan ke kolom C
– 302 C.
Tinggi cairan dibagian bottom kolom dan accumulator V – 303 terus dimonitor ,
bila di perlukan cairan untuk mempertahankan level seperti disarankan , maka
umpankan campuran propane propylene ke dalam sistem . selanjutnya di monitor
juga tekanan differensial kolom untuk menghindari terjadinya “ Flooding “ ,
dengan menyesuaikan beban reboiler.
Sample produk overhead di ambil dari samping point pada pompa reflux ( P – 305
). Dan dianalisa komposisi.
Sample produk bottom diambil dari sampling point di depropanizer bottom pump
P – 303 , dan dianalisa komposisi.
Bila fraksi produk bottom mengandung banyak propylene , maka tambahkan
suplai steam dan naikkan panas pada reboiler sehingga dapat menurunkan
kandungan propylene. Bila tingkat kemurnian propylene pada fraksi overhead
produk rendah , maka kurangi beban reboiler sehingga akan mengurangi jumlah
propane yang teruapkan .
Sesuai dengan petunjuk umum proses pengoperasian secara mantap pada seluruh
unit purifikasi propylene ( Setting , target dan perkiraan besarnya laju alir ,
tekanan , temperatur ) maka selengkapnya mengacu pada proses flow diagram
untuk operasi purifikasi.
Selama operasi berjalan normal , maka sifat – sifat propylene harus di monitor
secara terus menerus dengan “ on – line analyzer “ pada overhead line ( AR – 301
) , dan di cek berdasarkan analisa contoh yang di ambil tiap hari .
Sebagian dari produk propan tersebut akan di umpankan ke dryer section melalui
aliran PL – 22 – 2 “ – 077 – 3P1 selama proses regenerasi pengaktifan dryer .
Produk yang lain dikirim ke battery limit ( tanki penyimpan produk propan V –
500 ) setelah di dinginkan di dalam pendingin produk ( E – 305 ).
Spesifikasi
1. Size ID 2505 x 38450TL dan ID 2600 x 37800TL
2. Volume - M3
3. Fluid SP.SG -
4. Flow rate Ton/jam Normal Maximum
8,5 (Treated PP) 9,5(Treated PP)
5. Design temperatur 80 0C
6. Operating temperature 66 0C
7. Design Pressure 24,4 kg/cm2G
8. Operating Pressure 22,2 kg/cm2G
A. KONDISI NORMAL
1. Persiapan
a. Pastikan sudah dilakukan leak test dengan nitrogen.
b. Pastikan sudah dilakukan flushing dengan nitrogen dan
terselimuti dengan nitrogen.
c. Check instrumentasi dan kontrol valvenya sudah bekerja baik.
d. Jalankan CW ke E-305 E306 A/B, E-307 A/B, untuk E-303 A/B
dijalankan setelah replacement vapour propane propylene
dilaksanakan.
e. Yakinkan line up Treated PP inlet C-302C C-302A C-302B
sudah dilaksanakan dan block valve’s Suction Pompa serta block
valve untuk Control Valve sudah dibuka.
f. Yakinkan LP Steam ke E-304 sudah dilakukan pendrainan dan
sudah kering.
2. Menjalankan
a. Crack open FRCZV-304 untuk memasukkan Treated PP
3. Selama Operasi
a. Monitor level E-304 / E-303 / Bottom C-302A dan B tetap
mantap.
b. Monitor Temperatur Bottom C-302C = 78 – 830 C agar proses
Distilasi sempurna.
c. Monitor Pressure C-302B (P-307A) < 25 kg/cm2 (PSV bekerja =
popping).
d. Monitor Reflux ratio 16.
e. Lakukan sampling untuk produksi Propane dan Propylene.
4. Mematikan / Menyetop
a. Sirkulasi Total Reflux C-302 A / B / C :
1) Tutup FRCZV-308 (Produksi Propylene) ke Tanki.
2) Tutup FRCZV-305 (Produksi Propane ) ke Tanki atau
Dryer, dan stop Pompa P-305 A atau B.
3) Tutup FRCZV-304 (Treated PP) feed ke C-302C, dan buka
kerangan line sirkulasi Treated PP ke Tanki T-101.
4) Sesuaikan kondisi operasi total reflux di C-302 A / B / C.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Depropanizer Column adalah Untuk memisahkan Propylene dengan
Propane dari dalam Treated PP melalui proses Distilasi.
- Di Depropanizer temperatur harus mencapai ± 80o C apabila temperatur
80o C propilene tidak akan menguap dan apabila temperatur diatas 80o C
propanenya akan ikut menguap.
- Depropanizer adalah unit yang berfungsi untuk memisahkan propane dan
propilene.
DAFTAR PUSTAKA