Oleh:
Dosen Pembimbing,
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-
Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek di Fungsi
Operasi PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu yang berjudul “Aktivitas
Operasi Produksi Panas Bumi di PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu
Provinsi Lampung”. Kerja praktek ini di laksanakan pada tanggal 9 Januari
sampai 30 Januari 2018
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr. Ir. H. Maulana Yusuf M.S., M.T. selaku Dosen Pembimbing yang
membimbing dalam penyelesaian Laporan Kerja Praktek ini. Penulis juga
berterima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Hj. Rr. Harminuke Eko Handayani, S.T., M.T., dan Ir. Bochori, MT. IPM.,
selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.
2. Ir. A. Taufik Arief, M.S., Syarifudin, S.T, M.T. dan Ir. Makmur Asyik, M.S.
selaku dosen pembimbing akademik.
3. Staf dosen dan Karyawan Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan
telah membantu dalam menyukseskan kerja praktek ini.
4. Bapak Yanwaris Dwi C dan Bhaskara AP selaku Pembimbing Lapangan Kerja
Praktek di PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu.
5. Seluruh Staf Karyawan dan Staf Fungsi, khususnya kepada seluruh Staf
Fungsi Operasi di PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari
kesalahan, maka diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
penyempurnaan isi dari laporan ini. Semoga laporan ini berguna dan dapat
menunjang perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi Penulis
khususnya, juga bagi pembaca pada umumnya.
Indralaya, Januari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
COVER............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL............................................................................................. ix
BAB
1. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Tujuan Kerja Praktek........................................................................ 2
1.3. Manfaat Kerja Praktek .................................................................... 2
1.4. Matrik Rangkaian Kegiatan Kerja Praktek ..................................... 3
1.5. Sistematika Penulisan ...................................................................... 3
2. TINJAUAN UMUM..................................................................................... 5
2.1. Profil dan sejarah singkat PT. Pertamina Geothermal Energy ........ 5
2.2. Profil PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu ................. 6
2.3. Visi, Misi dan Tata Nilai PT. Pertamina Geothermal Energy........... 7
2.4. Wilayah Kerja PT. Pertamina Geothermal Energy........................... 9
5. KESIMPULAN ............................................................................................ 54
5.1. Kesimpulan..................................................................................... 54
Gambar Halaman
2.1. Lokasi PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu....................... 6
2.2. WKP PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu......................... 7
2.3. PLTP milik PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu................ 10
3.1. Sistem produksi panas bumi................................................................... 12
3.2. Bagan Alir Aktivitas Operasi Produksi di PT. Pertamina Geothermal
Energy Area Ulubelu.............................................................................. 12
3.3. Skema rangkaian Casing........................................................................ 15
3.4. Konfigurasi Valve 1 fasa dan 2 fasa........................................................ 15
3.5. Sumur Produksi PT. Pertamina Geothermal Energy Area ulubelu......... 17
3.6. Separator berbentuk “U” dan webre cyclone separator......................... 18
3.7. Cyclone Separator PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu..... 19
3.8. Scrubber di PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu .............. 19
3.9. Silencer 2 fasa......................................................................................... 20
3.10. AFT (Atmospheric Flash Tank) PT. Pertamina Geothermal Energy
Area Ulubelu........................................................................................... 21
3.11. EDV (Emergency Dumping Valve) di PT Pertamina Geothermal
Energy Ulubelu....................................................................................... 21
3.12. Skema Fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi 1 fasa............. 22
3.13. Skema Fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi 2 fasa............. 23
3.14. Roda turbin uap....................................................................................... 23
3.15. Atmospheric Exaust................................................................................ 24
3.16. Condensing Unit Turbine........................................................................ 24
3.17. Double Flow Turbine.............................................................................. 24
3.18. Turbin pada PLTP PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu..... 25
3.19. Skema Direct Contact Jet Condenser, Counter Current Low Level....... 26
3.20. Skema Direct Contact/Jet Condenser, Cross Current Barometric Log.. 26
3.21. Skema Surface Condenser...................................................................... 28
3.22. Kondenser yang digunakan pada PLTP PT. Pertamina Geothermal
Area Ulubelu........................................................................................... 28
3.23. Mechanical Draft Cooling Tower........................................................... 28
3.24. Natural Draught Cooling Tower............................................................. 29
vii
Universitas Sriwijaya
3.25. Cooling Tower pada PLTP PT. Pertamina Geothermal Energy Area
Ulubelu................................................................................................... 29
3.26. Water Pond PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu............... 30
4.1. Klasifikasi pola aliran 2 fasa gas-cairan ................................................ 45
4.2. Perubahan komposisi fluida ................................................................... 46
4.3. Peta lapangan PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu ........... 53
viii
Universitas Sriwijaya
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. Spesifikasi Sumur Panas Bumi PT. Pertamina Geothermal Energy Area
Ulubelu ..................................................................................................... 16
4.1. Data Produktivitas sumur Produksi Sebelum dan sesudah proses
Acidizing.................................................................................................... 49
ix
Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
Sumber daya energi panas bumi dapat ditemukan pada air dan batuan panas
1
Universitas Sriwijaya
2
Universitas Sriwijaya
3
Menjelaskan pencapaian
14 26 Januari PRESENTATION
yang telah didapat
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
4
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan yang berkaitan dengan penjelasan berdasarkan
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN UMUM
5
Universitas Sriwijaya
6
terbentuk, yang mana hal itu mendorong PT. Pertamina untuk membentuk PT.
Pertamina Geothermal Energy (Perusahaan) berdasarkan akta Nomor 10 tanggal
12 Desember 2006 serta telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat Keputusan Nomor W7-
00089HT.01.01-TH2007 tertanggal 3 Januari 2007 sebagai anak perusahaan yang
akan mengelola kegiatan di bidang Geothermal.
Universitas Sriwijaya
7
Saat ini PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu memasok uap ke
Power Plant milik PT. PLN dengan kapasitas pembangkitan 2 x 55 MW pada Unit
1 dan Unit 2. Unit 1 COD pada 16 September 2012, Unit 2 pada 23 Oktober 2012.
Sedangkan pada Unit 3 dan 4 PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu
memasok dalam bentuk Listrik secara langsung ke PT. PLN dengan kapasitas
pembangkitan 2 x 55 MW. Unit 3 COD pada 26 juli 2016 dan Unit 4 COD pada
26 Maret 2017.
2.3. Visi, Misi, dan Tata Nilai PT. Pertamina Geothermal Energy
Universitas Sriwijaya
8
Competitive
Mampu berkompetisi dalam skala nasional dan intemasional, mendorong
pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai
kinerja.
Confident
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor
pengusahaan panas bumi, dan membangun kebanggaan bangsa.
Customer Focused
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
Commercial
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
Capable
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki
kompetensi dan penguasaan teknis yang tinggi, berkomitmen dalam membangun
kemampuan riset dan pengembangan.
Universitas Sriwijaya
9
Area Kamojang
Terletak di WKP Kamojang-Darajat, Jawa Barat, PT. Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang memiliki total kapasitas terpasang sebesar 235 MW yang
dihasilkan dari lima unit PLTP yang beroperasi.
Area Lahendong
Berlokasi di WKP Lahendong, Sulawesi Utara, dengan total kapasitas
terpasang 120 MW yang dihasilkan dari 6 unit PLTP.
Area Sibayak
Terletak di WKP Gunung Sibayak-Gunung Sinabung, Sumatera Utara
memiliki satu unit monoblok dengan kapasitas terpasang sebesar 2 MW dan dua
Unit PLTP dengan kapasitas 2x5 MW. Total kapasitas terpasang Area Sibayak saat
ini mencapai 12 MW. Selain unit-unit yang telah beroperasi diatas, saat ini PT.
Pertamina Geothermal Energy juga sedang mengembangkan beberapa
pembangunan energi Geothermal di Indonesia, diantaranya adalah sebagai
berikut.
Area Ulubelu
PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu berlokasi di WKP Gunung
Way Panas, Provinsi Lampung, dengan dua unit PLTP yang beroperasi dengan
masing masing memiliki kapasitas terpasang sebesar 55 MW. Selain dua unit
PLTP di Ulubelu (unit 1 dan 2) yang telah beroperasi, pada saat ini terdapat dua
unit tambahan dengan kapasitas masing-masing 55 MW yang Sudah beroperasi
Universitas Sriwijaya
10
yaitu PLTP unit 3 dan 4 yang sudah beroperasi secara komersial mulai pada 26
juli 2016 untuk unit 3 dan pada 26 Maret 2017 untuk unit 4.
Gambar 2.3. PLTP milik PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu
Karaha Unit 1
Proyek Karaha Unit I terletak di WKP Karaha Cakrabuana, Jawa Barat.
Proyek ini sendiri merupakan tindak lanjut dari pengembangan proyek Karaha
Universitas Sriwijaya
11
Bodas yang menjadi penugasan dari pemerintah Indonesia. Proyek Karaha Unit 1
ini direncanakan dapat menghasilkan kapasitas produksi sebesar 1x30 MW dan
ditargetkan dapat beroperasi komersial mulai tahun 2018.
Universitas Sriwijaya
BAB 3
AKTIVITAS OPERASI PRODUKSI PANAS BUMI
12
Universitas Sriwijaya
13
EDV
Sumur Produksi Separator
Scrubber
Listrik Generator
Generator
Turbin
Kondenser
Kondenser
Hot Well
Pump AFT
Cooling
Cooling Tower
Tower
Water Pond
Universitas Sriwijaya
14
3.1.1 Sumur
Berbeda dengan Sumur migas, sumur panas bumi tidak menggunakan
tubing dan juga tidak di perforasi. Pada umumnya, sumur panas bumi
menggunakan serangkaian Casing berukuran 20”, 13 3/8”, 9 5/8” yang di
sambung lagi dengan liner berukuran 7” namun dapat juga digunakan rangkaian
Casing dengan ukuran 30“, 20” ,13 3/8”, 9 5/8”. Pada resevoir dengan batuan
yang memiliki permeabilitas tinggi, penggunaan sumur dengan konfigurasi
rangkaian Casing yang lebih besar dapat meningkatkan lajur produksi.
Universitas Sriwijaya
15
Pada kepala sumur terdapat Valve yang di gunakan untuk mengatur aliran
fluida dari sumur. Konfigurasi Wellhead dengan 4 Valve digunakan untuk sumur
yang menghasilkan uap kering. Sedangkan untuk sumur yang memproduksi fluida
2 fasa dapat menggunakan konfigurasi Valve seperti pada (Gambar 3.4.)
Universitas Sriwijaya
16
Tabel 3.1. Spesifikasi Sumur Panas Bumi PT. Geothermal Energy Ulubelu.
KOORDINAT 452,430.0 dan 452,433.0 dan 452,429.07 dan 452,429.07 dan 452,435.0 dan
9,412,849.0 9,412,833.0 9,412,856.75 9,412,856.75 9,412,825.0
ELEVASI 768.0 MDPL 768.0 MDPL 768.0 MDPL 768.0 MDPL 778.0 MDPL
KEDALAMAN 1644.0 Mku 1482.6 Mku 1664.6 Mku 1715.0 Mku 1966.41 Mku
Universitas Sriwijaya
17
3.1.2. Separator
Apabila fluida sumur merupakan fluida 2 fasa (campuran uap-air), maka
uap dan air dipisahkan di dalam separator. Terdapat 2 separator yang sering di
gunakan dalam produksi panas bumi, yaitu separator berbentuk lengkungan “U”
dan Webre Cyclone Separator.
Pada separator berbentuk “U” campuran uap-air di alirkan melalui pipa
dengan lekukan 180 diharapkan akan mendapatkan gaya sentrifugal yang cukup
besar untuk melempar fluida ke arah dinding sehingga akan terpisah menjadi fasa
uap dan fasa air. Dimana air akan mengalir ke dinding dan terus di alirkan
sedangkan uap akan mengisi bagian tengah pipa.
Universitas Sriwijaya
18
Universitas Sriwijaya
19
Universitas Sriwijaya
20
3.1.3. Silencer
Silencer atau peredam suara merupakan fasilitas yang di gunakan untuk
mengontrol kebisingan yang dihasilkan oleh proses penyemburan fluida dari
pompa untuk dibuang, fasilitas ini juga di gunakan untuk mengontrol aliran fluida
yang akan dibuang. Bagian atas dari Silencer dibiarkan terbuka sehingga Silencer
juga sering disebut sebagai Atmospheric Flash Tank. Umumnya Silencer
merupakan silinder dengan pelapis untuk mengedapkan suara dengan bagian atas
terbuka untuk melepaskan uap ke atmosfer.
Apabila fluida dari sumur berupa uap kering, maka Silencer yang di
gunakan biasanya berupa lubang yang diisi dengan batuan yang mempunyai
ukuran dan bentuk beraneka ragam.
PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu menggunakan AFT 2 fasa
sebagai aliran pembuangan yang dipakai apabila tekanan di dalam Separator
terlalu tinggi. Jika hal tersebut terjadi, maka EDV (Emergency Dumping Valve)
akan terbuka dan uap akan dialirkan ke AFT ini. AFT juga berfungsi sebagai
pemisah aliran dua fasa, seperti uap dan air sebelum uap dan air di buang ke
kolam penampungan.
Universitas Sriwijaya
21
EDV atau Emergency Dumping Valve adalah Valve yang berfungsi sebagai
katup yang dapat membuka dan menutup secara otomatis. Pada saat level fluida
pada Separator terlalu tinggi, maka Valve secara otomatis akan membuka yang
membuat Steam atau uap mengalir ke AFT.
Universitas Sriwijaya
22
Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) bekerja dengan prinsip yang
sama dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya saja pada PLTU uap
dihasilkan oleh pemanasan air dengan Boiler, Sedangkan pada PLTP uap berasal
dari Resevoir panas bumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka
uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dimana turbin akan mengubah
energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga di
hasilkan energi listrik.
Apabila fluida panas bumi yang di produksi oleh sumur merupakan fluida
dua fasa (uap-air) maka akan dilakukan proses separasi pada fluida. Hal ini di
capai dengan mengalirkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan
terpisahkan dari fasa cairnya.Fasa uap yang terpisahkan inilah yang akan di
alirkan ke turbin.
Universitas Sriwijaya
23
Gambar 3.13. Skema Fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi 2 fasa
(Saptadji, 2001)
3.2.1 Turbin
Turbin adalah suatu mesin penggerak dimana energi fluida kerja, dalam hal
ini, uap dipergunakan langsung untuk memutar roda turbin. Roda turbin terletak di
dalam rumah turbin. Dimana roda turbin merupakan roda yang memutar poros
yang akan menggerakan generator listrik.
Pada dasarnya, dikenal dua jenis turbin : Turbin dengan tekanan keluaran
sama dengan tekanan udara luar atau turbin tanpa kondenser, dan turbin dengan
kondenser pada turbin tanpa kondenser, fluida yang keluar dari turbin langsung di
buang ke udara, sedangkan pada turbin dengan kondenser fluida yang keluar dari
turbin di alirkan ke kondenser untuk di kondensasikan.
Universitas Sriwijaya
24
Universitas Sriwijaya
25
(blade) untuk memutar turbin. Bagian turbin yang berputar dinamakan roda
turbin. Roda turbin ini terletak didalam rumah turbin. Roda turbin memutar poros
yang menggerakkan atau memutar bebannya, yang dalam hal ini adalah generator
listrik. Prinsip kerjanya adalah uap masuk ke dalam Turbin sehingga terjadi
konversi energi dari Energi Kalor yang terkandung dalam uap menjadi Energi
Kinetik yang diterima oleh Blade Turbin. Turbin yang disambung dengan
generator akan menyebabkan generator berputar saat turbin berputar sehingga
terjadi konversi dari Energi Kinetik menjadi Energi listrik.
Gambar 3.18. Turbin pada PLTP PT. Pertamina Geothermal Energy Area
Ulubelu
3.2.2. Condenser
Fungsi dari kondenser adalah untuk menciptakan tekanan vakum (tekanan di
bawah tekanan atmosfer). Proses terjadinya kondisi vakum ini adalah secara
thermodinamik dan bukan secara mekanik. Hal ini dimungkinkan karena setelah
fluida keluar dari turbin yang sebagian besar berbentuk uap akan bercampur
dengan air dingin di kondenser dan akan mencapai kesetimbangan masa dan
energi.
Dikarenakan uap memiliki volume yang berkali kali lipat dari air, maka jika
uap dalam massa tertentu mengisi sebuah ruangan dalam kondensor dan kemudian
disemprotkan air maka volume uap akan menyusut karena sebagian atau
seluruhnya terkondensasi menjadi air yang memiliki volume lebih kecil dari uap.
Akibat penyusutan volume uap dalam kondenser tersebut maka ruangan dalam
kondenser akan menjadi vakum.
Universitas Sriwijaya
26
Terdapat dua jenis kondensor, yaitu Direct Contact atau Jet Condenser dan
Surface Condenser. Pada Direct Contact Condenser, uap yang keluar dari turbin
langsung bersentuhan dengan fluida pendingin sedangkan pada Surface
Condenser, uap yang keluar dari turbin tidak bersentuhan langsung dengan fluida
pendingin. Proses pendinginanya terjadi pada alat penukar kalor (Heat
Exchanger) yang umumnya berupa Shell Heat Exchanger atau Tube Heat
Exchanger.
Universitas Sriwijaya
27
Gambar 3.22. Kondenser yang digunakan pada PLTP PT. Pertamina Geothermal
Area Ulubelu
Universitas Sriwijaya
28
Universitas Sriwijaya
29
Universitas Sriwijaya
30
Gambar 3.26. Water Pond PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu
Universitas Sriwijaya
31
BAB 4
KEGIATAN WORKOVER DENGAN METODE ACIDIZING
Universitas Sriwijaya
32
a. Reaming tanpa melakukan Well killing Metode ini merupakan metode yang
paling umum di gunakan karena casing tidak mengalami tekanan yang di
akibatkan dari well killing dengan mengunakan Fluida pendingin. Metode ini
dilakukan dengan memasang drilling rig yang dilengkapi dengan top drive dan
penutup khusus yang tahan terhadap tekanan dan temperatur tinggi. Setelah
drilling rig terpasang maka di lakukan proses drilling seperti pada pengeboran
Universitas Sriwijaya
33
sumur biasa . dikarenakan proses well killing tidak dilakukan maka sumur dapat
beroperasi kembali dalam waktu yang singkat.
b. Reaming dengan Well killing Metode ini hampir sama dengan metode
sebelumnya, tetapi sebelum proses drilling dilakukan, sumur tersebut di matikan
dengan cara mengalirkan air atau fluida pendingin lainya kedalam sumur sehingga
uap akan terkondensasi di dalam sumur dan tidak mengalir ke permukaan. Metode
ini dapat merusak casing dikarenakan tekanan yang di akibatkan oleh proses well
killing ke casing. Pada metode ini sumur baru dapat kambali berproduksi setelah
uap kembali panas. Sehingga membutuhkan waktu yang lama sebelum sumur
dapat beroperasi kembali.
c. High Pressure Jetting Metode ini dilakukan dengan cara memasang jet nozzle
Pada coiltube rig dan memompakan air dengan tekanan 200 – 300 bar. Metode ini
dapat juga digunakan untuk membersihkan scaling yang terbentuk pada valve,
separator, maupun pipa aliran.
3. Acidizing/Pengasaman
Zat asam memiliki sifat korosif dan melarutkan. Dengan sifat tersebut
diharapkan dapat melarutkan scale pada sumur biasanya untuk calcium carbonate.
Umumnya digunakan HCl dengan campuran corrosion inhibitors untuk mencegah
terkorosinya liner akibat meningkatnya pH oleh HCl.
Metode ini digunakan untuk melepaskan Scale yang terbentuk dari
sedimentasi kalsit, dikarenakan kalsit dapat larut dalam larutan asam dan akan
melepaskan gas CO2, dikarenakan larutan asam murni dapat merusak casing maka
umumnya digunakan larutan Hidrogen Klorida (HCl). Pertama, sumur dimatikan
Universitas Sriwijaya
34
lalu dilakukan proses injeksi HCl dengan mengunakan tubing. Proses Ini
dilakukan hingga tidak ada gas CO2 yang keluar dari sumur, yang menandakan
scale telah terlarut seluruhnya.
4.4. Acidizing
Prinsip dasar acidizing adalah melarutkan batuan dari material-material
yang menghambat aliran dalam reservoir dengan cara menginjeksikan sejumlah
asam ke dalam lubang sumur/ lapisan produktif, biasanya dilakukan untuk
menghilangkan pengaruh penurunan permeabilitas formasi di sekitar lubang
sumur (kerusakan formasi) dengan cara memperbesar pori-pori batuan dan
melarutkan partikel-partikel penyumbat pori-pori batuan .
2. Spotting
Proses utama pemompaan asam untuk memperbaiki permeabilitas batuan.
Pemompaan dengan laju yang rendah dilakukan untuk memperbaiki kerusakan
disekitar lubang sumur, sedangkan laju yang tinggi dilakukan untuk jangkauan
yang lebih jauh ke dalam formasi.
Universitas Sriwijaya
35
b. Matriks Acidizing
Matriks acidizing dilakukan dengan cara menginjeksikan larutan asam dan
additif tertentu secara langsung ke dalam pori-pori batuan formasi disekitar
lubang sumur dengan tekanan penginjeksian di bawah tekanan rekah formasi,
dengan tujuan agar reaksi menyebar keformasi secara radial.
Asam akan menaikkan permeabilitas matriks baik dengan cara
membesarkan lubang pori-pori ataupun melarutkan partikel-pertikel yang
membuntu saluran pori-pori tersebut. matriks acidizing digunakan baik untuk
batuan karbonat (limestone/dolomite) maupun sandstone.
Walaupun jenis asamnya berlainan, asam akan mencapai kemampuan efektif
secara radial pada jarak 1-2 feet dari lubang sumur. Bila sumur tidak mengalami
kerusakan (damage), matriks acidizing tidak akan banyak membantu pada
peningkatan produksi. Untuk mendapatkan hasil yang besar pada peningkatan
produksi, maka jumlah asam yang digunakan tidak akan ekonomis.
Universitas Sriwijaya
36
c. Fracturing Acidizing
Digunakan hanya untuk batuan karbonat (limestone/dolomite).
penginjeksian asam dialirkan melalui rekahan atau fracture. Pada fracturing
acidizing ini dua permukaan yang terbelah kiri dan kanan akan dilarutkan,
sehingga waktu rekahan menutup bagian-bagian yang terlarut tak dapat menutup
rapat kembali. Dalam hal ini pola aliran disumur produksi akan menjadi lebih
linier dan kurang radial disekitar sumurnya. Dalam fraturing acidizing diperlukan
jumlah acid yang relatif lebih banyak dibanding matriks acidizing, tetapi hasilnya
pun akan cukup memadai. Prinsip fracturing acidizing sama dengan hydraulic
fracturing walaupun pada fracturing acidizing jarang sekali digunakan proppant
(pasir pengganjal).
1. Mineral Acid
Mineral Acid terbagi menjadi dua jenis asam, yaitu:
a. Hydrochloric acid (HCl)
Hydrochloric acid merupakan jenis asam yang pertama kali dan sering
Universitas Sriwijaya
37
2. Organic Acid
Organik acid terdiri dari dua jenis asam, yaitu :
a. Asam Asetat (CH3COOH)
Asam Asetat adalah asam organik pertama yang digunakan pada operasi
stimulasi pengasaman. Laju reaksi asam asetat lebih lambat dibandingkan dengan
asam HCl karena derajat ionisasi nya yang kecil. Asam Asetat relatif lebih mahal
dibandingkan dengan asam HCl. Tingkat korosifitas asam ini sangat rendah
sehingga dapat digunakan dalam waktu relatif lebih lama didalam sumur karena
pengaruhnya terhadap peralatan logam didalam sumur relatif kecil. Asam ini
sering juga digunakan sebagai fluida perforasi pada formasi batu gamping
(Limestone). Keuntungan yang didapatkan dari penggunaan asam asetat yaitu :
tidak menimbulkan pengendapan dengan ion besi, tidak merusak peralatan
aluminium, tidak merusak lapisan chrome pada temperatur di atas 200F.
Universitas Sriwijaya
38
3. Powdered Acid
Powdered acid terdiri dari asam sulfamik (NH2SO3H) dan asam
chloroacetic (ClCH2CO2H). Kedua jenis asam ini tidak mudah menguap,
berbentuk kristal berwarna putih yang mudah larut dalam air. Keuntungan yang
didapat dari penggunaan asam ini yaitu mudah dibawa ke lokasi karena bentuk
fisiknya berupa bubuk, kecepatan reaksinya sama cepatnya dengan HCl, tingkat
korosifitas nya lebih rendah dibandingkan asam HCl. Sedangkan kerugiannya,
harganya relatif mahal sehingga jarang digunakan.
4. Acid Mixture
Kategori ini terdiri dari Acetic-Hydrochloric Acid, Formic-Hydrochloric
Acid dan Formic-Hydrofluoric Acid. acetic-hydrofluoric Acid dan formic-
hydrochloric Acid dapat digunakan pada formasi karbonat, dengan tingkat
korosifitas yang rendah dibandingkan asam organik meskipun digunakan pada
temperatur tinggi.
Sedangkan formic-hydrofluoric Acid digunakan untuk pengasaman pada
formasi batu pasir dengan temperatur tinggi dengan tingkat korosifitas yang relatif
lebih rendah dibandingkan dengan asam HCl-HF.
5. Retarded Acid
Retarded Acid terdiri dari dua jenis asam, yaitu :
a. Gelled Acid
Jenis asam ini biasanya digunakan untuk memperlambat kecepatan reaksi
Universitas Sriwijaya
39
b. Emulsified Acid
Merupakan suatu campuran antara HCl dengan 10-30% hidrokarbon yang
diemulsikan. Naiknya viskositas yang disebabkan oleh emulsifikasi dan
penambahan minyak dalam asam dapat memperlambat kecepatan reaksi antara
asam dengan batuan formasi. Jenis asam ini dapat juga digunakan pada
pengasaman rekah.
1. Surfactant
Surfactant merupakan zat kimia yang dapat memperkecil tegangan
permukaan dari suatu cairan dengan mengabsorbsi pada permukaan antara cairan
dan gas. Penambahan surfactant harus sesuai dengan aditif yang lain agar tidak
menimbulkan masalah lain yang merugikan. Beberapa jenis Surfactant yang biasa
digunakan berdasarkan fungsinya antara lain :
b. Suspending Agent
Suspending Agent digunakan untuk mencegah terbentuknya endapan butiran
yang tidak larut dalam asam dengan cara mensuspensikannya dalam larutan asam,
sehingga dapat terangkut ke permukaan bersama larutan asam sisa.
Universitas Sriwijaya
40
d. Retarder Agent
Retarder Agent digunakan untuk mengontrol laju reaksi asam sehingga
spending time nya menjadi lebih lama. Aditif ini diperlukan terutama jika volume
asam yang digunakan besar dan sumur relatif dalam.
2. Mutual Solvent
Umumnya Mutual Solvent digunakan pada saat After Flush (Overlfush) di
belakang campuran HF-HCl. Fungsinya adalah untuk membersihkan formasi dari
sisa-sisa pengasaman. Kegunaan Mutual Solvent adalah menjadikan formasi basah
air. Butiran basah air untuk mencegah stabilitas emulsi, menurunkan tegangan
permukaan dan meningkatkan pembersihan. Kerugiannya adalah, masalah jika
digunakan konsentrasi yang lebih tinggi.
3. Suspending Agent
Kebanyakan formasi karbonat mengandung bahan-bahan yang tidak larut
dan jika dibiarkan mengendap akan terjadi penyumbatan dalam pori-pori atau
rekahan batuan. Suspending Agent dapat digunakan untuk mencegah terjadinya
endapan-endapan dari butiran-butiran yang tidak larut dalam asam dengan cara
mensuspensikan dalam larutan asam, sehingga dapat terangkut ke permukaan
bersama larutan asam sisa.
4. Corrosion Inhibitor
Corrosion Inhibitor merupakan additif yang selalu digunakan dalam setiap
operasi pengasaman, dengan mengingat kondisi asam yang korosif terhadap
peralatan logam. Dengan adanya Corrosion Inhibitor, walaupun tidak bisa 100%
menghilangkan korosi, tetapi dapat mengurangi laju korosi hingga batas yang
dapat ditolerir. Corrosion Inhibitor mengurangi laju korosi dengan cara
membentuk lapisan film tipis di permukaan peralatan logam Tubing atau Casing.
Universitas Sriwijaya
41
5. Diverting Agent
Dalam setiap Treatment pengasaman, penting untuk menangani seluruh
zona produktif. Biasanya permeabilitas tidak seragam di setiap interval produksi
sehingga penyebaran asam di tiap interval berbeda, lebih banyak masuk ke
permeabilitas tinggi. Karena itulah perlu penggunaan Diverting Agent untuk
memblok sementara saluran perforasi pada zona dengan permeabilitas tinggi.
Dengan ini asam dapat diarahkan masuk ke zona permeabilitas rendah.
Penggunaan Diverting Agent terutama diperlukan untuk interval panjang melebihi
20 ft.
6. Alkohol
Alkohol digunakan untuk membantu meningkatkan efisiensi pembersihan
sumur pada operasi pengasaman untuk sumur gas. Alkohol dan campuran alkohol
-asam mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah daripada campuran
asam. Hal ini memudahkan sumur dengan tekanan dasar sumur yang rendah untuk
mendorong keluar fluida Treatment dari lubang sumur.
Universitas Sriwijaya
42
1. Aliran gelembung (Bubble), dimana fasa gas atau uap disebarkan sebagai
gelembung yang mempunyai ciri tersendiri dalam fasa cairan secara kontiniu
dan kadang-kadang gelembung mempunyai ukuran yang sama (Uniform).
2. Aliran kantung udara (Slug), gas yang mengalir membentuk gelembung
besar (kadang-kadang gelembung kecil terdistribusi di cairan).
3. Aliran acak (Churn), disini terjadi gerakan osilasi sehingga cairan menjadi
tidak stabil.
4. Aliran cincin (Annular), dimana sebagian fasa liquid berlaku sebagai film
didinding pipa dan sebagian lagi berupa tetesan yang terdistribusi dalam gas
yang mengalir pada bagian tengan pipa.
5. Aliran cincin kabut tetes cairan (Wisphy Annular), konsentrasi tetesan
dalam gas bertambah dan akhirnya bergabung membentuk gumpalan.
Universitas Sriwijaya
43
Ketiga hal tersebut membentuk distribusi yang rumit antara gas dan cairan
yang bergerak sepanjang pipa. Secara umum distriubusi gas dan cairan dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian fasa yang kontinu dan bagian fasa yang
tidak kontinu (diskontinu) Secara umum, dapat terjadi dua kecenderungan dalam
pembentukan pola aliran, yaitu:
1. Pada fasa yang diskontinu, fasa cenderung membentuk butiran. Sebagai contoh
jika jumlah yang mengalir kecil, maka gas akan membentuk gelembung-
gelembung gas (butir-butir gas). Sama halnya jika gas mengalir dalam jumlah
yang lebih besar dibandingkan dengan cairan, maka aliran akan merupakan
fasa diskontinu, dan akan membentuk butir-butir cairan.
2. Dinding pipa cenderung lebih mudah dibasahi cairan. Hal ini menyebabkan fasa
gas akan terkumpul di bagian tengah pipa, baik dalam bentuk butir-butir gas
maupun dalam bentuk kolom gas di tengah-tenah pipa.
Universitas Sriwijaya
44
Universitas Sriwijaya
45
Geothermal
Industri pertambangan
Micro Chip Heat Exchangers
Air-Lift Pump
Pada saat terjadi Boiling terjadi perubahan fasa, dan unsur yang mudah
menguap akan bergabung dengan fasa uapnya, sedangkan unsur yang tidak
mudah menguap akan bergabung dengan fasa cair.
Universitas Sriwijaya
46
Asam
c. Spesies netral, misalnya SiO2, B, CO2, H2S, NH3
Berikut ini adalah data kandungan fluida panas bumi di daerah yang
berbeda, maupun di satu wilayah yang sama namun di titik-titik yang berbeda.
Universitas Sriwijaya
47
Tabel 4.1. Data Produktivitas sumur Produksi Sebelum dan sesudah proses
Acidizing
Tekanan Tekanan Produktivitas Produktivitas
Nama
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Sumur
(Bar) (Bar) (MW) (MW)
UBL-G5 8.4 9.7 - -
UBL-I1 7.8 8.7 - -
UBL-Z1 8.3 8.5 6 4
UBL-Z2 9.75 9.07 4.2 5.7
UBL-Z3 10.7 9.66 8 9.7
Dimana :
Sp = Selisih Produktifitas (MW)
P1 = Produktifitas Sebelum Acidizing (MW)
P2 = Produktifitas Setelah Acidizing (MW)
Universitas Sriwijaya
48
Sp = P2 – P1
=0–0
=0
4.14. Pembahasan
Pada PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu, digunakan metode
Acidizing untuk membersihkan sumur dari Scale Silica dan Calcite yang dapat
menghambat laju Produksi dari suatu sumur. Pemakaian metode Acidizing pada
sumur-sumur produksi yang ada di PT. Pertamina Geothermal Energy Area
Ulubelu semuanya menggunakan metode Acidizing yang sama, yaitu dengan
menginjeksikan zat asam HCl-HF.
Proses penginjeksian asam ke dalam formasi dilakukan dengan terlebih
dahulu memompakan asam yang konsentrasinya rendah dan jumlahnya kira-kira
setengah dari volume untuk Acidizing sebenarnya, yang tujuannya untuk
menghilangkan material formasi yang dapat bereaksi dengan HCl, memindahkan
Universitas Sriwijaya
49
digunakan seperti minyak diesel, nitrogen, ammonium klorida (N Cl) dan HCl.
Sedangkan untuk penggunaan asam, pengasaman yang di lakukan adalah
dengan metode Matriks Acidizing, yaitu penginjeksian larutan asam dan aditif
tertentu secara langsung ke dalam pori-pori batuan formasi disekitar lubang sumur
dengan tekanan penginjeksian di bawah tekanan rekah formasi, dengan tujuan
agar reaksi menyebar keformasi secara radial.
Asam akan menaikkan permeabilitas matriks baik dengan cara
membesarkan lubang pori-pori ataupun melarutkan partikel-pertikel yang
membuntu saluran pori-pori tersebut. Matriks Acidizing digunakan baik untuk
batuan karbonat (Limestone/Dolomite) maupun Sandstone. Walaupun jenis
asamnya berlainan, asam akan mencapai kemampuan efektif secara radial pada
jarak 1-2 feet dari lubang sumur. Bila sumur tidak mengalami kerusakan
(Damage), Matriks Acidizing tidak akan banyak membantu pada peningkatan
produksi. Untuk mendapatkan hasil yang besar pada peningkatan produksi, maka
jumlah asam yang digunakan tidak akan ekonomis.
Jenis asam yang digunakan dalam proses Acidizing di PT. Pertamina
Geothermal Energy Area Ulubelu adalah Hydrochloric Acid (HCl) yang
merupakan jenis asam yang pertama kali dan sering digunakan dalam operasi
pengasaman di lapangan. Asam ini merupakan larutan larutan hidrogen klorida
yang berupa gas di dalam air dengan berbagai konsentrasi. Secara umum yang
Universitas Sriwijaya
50
biasa digunakan di lapangan adalah konsentrasi 15% HCl yang dikenal dengan
sebutan Regular Acid. Keuntungan penggunaan asam HCl antara lain memiliki
daya reaksi yang cukup tinggi terhadap batu gamping dan dolomite, serta
harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan asam jenis lainnya. Sedangkan
kerugiannya, asam memiliki sifat korosifitas paling tinggi, terutama pada
temperatur tinggi diatas 250F.
Selain HCl, dapat juga di gunakan Hydrochloric-Hydrofluoric Acid (HCl-
HF) yang termasuk jenis asam mineral yang memiliki daya reaksi yang kuat
dengan bau yang sangat keras dan bersifat korosif. Asam HF tersedia sebagai
larutan dengan konsentrasi bervariasi antara 40-70%. Dalam penggunaannya pada
operasi pengasaman asam ini dikombinasikan dengan asam HCl. Campuran kedua
jenis asam ini bisa didapatkan dengan melarutkan campuran dari asam-asam
berkonsentrasi tinggi dengan air atau menambahkan garan-garam fluoride ke
dalam larutan asam HCl. Garam akan menjadi asam HF Jika dilarutkan kedalam
asam HCl.
Berdasarkan Tabel 4.1. , dapat di simpulkan bahwa Proses Acidizing pada
sumur UBL-Z2, dan UBL-Z3 berhasil meningkatkan produktifitas dari kedua
sumur tersebut, dimana produktivitas UBL-Z2 meningkat sebanyak 1.5 MW dan
UBL-Z3 Mengalami peningkatan sebanyak 1.7 MW.
Sedangkan Proses Acidizing pada sumur UBL-Z2, UBL-I1 dan UBL-G5
berhasil Melepaskan scaling pada dinding cementing dan meningkatkan tekanan
pada ketiga sumur tetapi sumur UBL-Z2 mengalami penurunan produksi
sebanyak 2 MW dikarenakan faktor faktor yang belum di ketahui dan kenaikan
tekanan pada sumur UBL-G5 dan UBL-I1 tidak cukup untuk mencapai nilai
tekanan untuk kedua sumur dapat berproduksi.
Meskipun Sumur UBL-G5 (Cluster G) dan UBL-I1 (Cluster I) memiliki
nilai tekanan yang sama dengan nilai tekanan pada sumur UBL-Z1, UBL-Z2 dan
UBL-Z3 yang berada di Cluster Z, sumur UBL-G5 dan UBL-I1 belum dapat
melakukan produksi dikarenakan jarak tempuh fluida dari Cluster-G5 dan I3
menuju ke central separator yang cukup jauh, dan mengakibatkan terjadinya
kehilangan tekanan (Pressure loss) pada pipeway menuju ke central separator
yang mengakibatkan fluida dua fasa dari kedua sumur tidak dapat mengalir
Universitas Sriwijaya
51
dengan baik ke separator, selain dari pressure loss tersebut terdapat juga faktor
lain seperti Heat Loss.
Cluster Y
Cluster X
Cluster Z
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari uraian sebelumnya mengenai Aktivitas Operasi Produksi Panas Bumi Di
PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu Provinsi Lampung dapat
disimpulkan :
1. Aktivitas Operasi Produksi di PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu
dimulai dari kegiatan pengeboran menggunakan sistem pengeboran Rotary
Drilling, kemudian dilakukan pemasangan Casing, Liner dan proses
Cementing kemudian dilakukan tahap produksi Panas bumi dengan
mengalirkan fluida dari formasi.
2. Pemisahan uap (pure steam) dari benda-benda asing seperti partikel berat
(Sodium, Potasium, Calsium, Silika, Boron, Amonia, Fluor, dll.) dilakukan
dengan menggunakan Separator. Fluida hasil dari separasi akan dialirkan ke
Scrubber untuk dipisahkan kembali dari zat-zat selain Pure Steam. Setelah
didapatkan Pure Steam, lalu dialirkan ke Turbin, sedangkan Fasa Liquid akan
dialirkan ke Injection Well.
3. Uap masuk ke dalam Turbin sehingga terjadi konversi energi dari Energi Kalor
yang terkandung dalam uap menjadi Energi Kinetik yang diterima oleh Turbin.
Turbin yang disambung dengan generator akan menyebabkan generator
berputar saat turbin berputar sehingga terjadi konversi dari Energi Kinetik
menjadi Energi Listrik. Generator yang diputar oleh Turbin tersebut akan
menghasilkan Listrik yang selanjutnya akan dijual ke PLN.
52
Universitas Sriwijaya
55
digunakan untuk dimasukkan ke Re-Injection well dan ada juga yang terlepas ke
atmosfer saat proses pendinginan di Cooling Tower.
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017. Data-data dan Arsip PT. Pertamina Geothermal Energy Area
Ulubelu
Carter, R. D. 1957. "Derivation of the general equation for estimating the extent of
the fractured area." Appendix I of “Optimum Fluid Characteristics for
Fracture Extension,” Drilling and Production Practice, GC Howard and CR
Fast, New York, New York, USA, American Petroleum Institute : 261-269.
ESDM. 2017. Sistem Satu Data Tekan Biaya Eksplorasi Panas Bumi.
http://ebtke.esdm.go.id/post/2017/02/15/1558/sistem.satu.data.tekan.biaya.e
ksplorasi.panas.bumi (diakses pada tanggal 11 januari 2018 pukul 14.00)
Howard, G.C. and Fast, C.R., 1970. “Hydraulic fracturing”. New York : NEW
YORK SOCIETY OF PETROLEUM ENGINEERS OF AIME, 210 P.
Kahar, Abdul.2009. Model Aliran Dua Fasa Pada Kolom Vertikal. (online).
http://id.scribd.com/doc/23775508/Model-Aliran-Dua-Fase-Pada-Kolom-
Vertikal. (diakses pada tanggal 18 januari 2018 pukul 10.00)
McCabe, W. L., Smith, J. C., & Harriott, P. 1993. Unit operations of chemical
engineering (Vol. 5, p. 154). New York: McGraw-Hill.
54
Universitas Sriwijaya
Schechter, R.S., 1992. Oil well stimulation. New Jersey : A Simon & Schuster
Company.
Sudibjo, R dan Anisa, M., 2015. “Analisis Perencanaan Pengasaman Sumur Pada
Sumur JRR-2 Dan JRR-4 Di Lapangan Y”. Jakarta : Jurusan Teknik
Perminyakan Trisakti.
55
Universitas Sriwijaya