Disusun Oleh :
RIRIN SAPUTRI
NISN :0052343421
Komentensi keahlian
TAHUN 2023-2024
i
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
LEMBAR PENGESAN
NISN 0052343421
Bumi Sulawesi dari tanggal 11 oktober 2023 sampai dengan 13 januari 2024. Rincian
Disetujui oleh
Mengetahui :
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Allah
SWT. Yang telah memberikan limpahan rezeki dan karunia-Nya kepada kita semua,
sehingga saya mampu membuat Laporan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) ini,
yang dilakukan selama 3 bulan di PT.Tambang Bumi Sulawesi yang berlokasi di Site
Oleh sebab itu, saya berharap adanya saran dan kritik yang sifatnya
membangun agar kelak laporan yang akan digarap bisa lebih baik. Lewat
kesempatan ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
Kerja Industri ini. Rasa terima kasih itu kami sampaikan kepada :
2. Kedua Orang Tua yang telah memberi dukungan, doa dan restunya.
iii
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
6. Zulkifli Sulaeman S.T. selaku Kepala Teknik Tambang Di PT. Tambang Bumi
Sulawesi.
8. Agus Lamaga, S.T. & Aris Munandar, S.T. selaku Geologist PT. Tambang
Bumi Sulawesi.
9. Adit Pratama Putra & Arif Pramuyoga, selaku asisten Geologist (wellsite)
Akhir kata, kami berharap semoga laporan ini bisa berguna dan mempunyai
manfaat besar bagi semuanya. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih kepada
Penyusun
RIRIN SAPUTRI
NISN :0052343421
iv
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................ V
DAFTAR TABEL................................................................................................ VI
4.4 mining(PENAMBANGAN)............................................................................ 41
vii
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
..............................................................................................................................
viii
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
DAFTAR TABEL
ix
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
BAB 1
PENDAHULUAN
Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) adalah salah satu kegiatan siswa berupa
penerepan teori-teori yang dipelajari selama sekolah sebagai tujuan untuk menambah
pembelajaran dan pengalaman praktik di lapangan. Oleh sebab itu, Perguruan menengah
bangsa yang sanggup menguasai ilmu pengetahuan secara teoritis, praktis, dan aplikatif.
Untuk menciptakan tenaga kerja yang unggul dan memiliki kemampuan serta keahlian
yang mumpuni, SMK Negeri 03 Buton Tengah sebagai salah satu sekolah menengah
kejuruan yang ada di Desa panggilia kecamatan Talaga raya kabupaten buton Tengah
berusaha membentuk dan melatih lulusan-lulusan yang ada untuk siap terjun ke dunia
kerja. Laporan ini memuat dan membahas mengenai tahapan dalam kegiatan eksplorasi
pemboran nikel laterit pada Wilayah IUP PT. Tambang Bumi Sulawesi serta metode
dan kualitas sampel pemboran menggunakan mesin bor tipe Jacro 175 dan mesin bor
1
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Maksud dari laporan ini adalah sebagai syarat mengikuti ujian akhir
Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui tahapan dalam kegiatan
eksplorasi pemboran pada Wilayah IUP PT. Tambang Bumi Sulawesi, serta
metode dan kuliatas data pemboran menggunakan mesin bor tipe Jacro 175 &
dari tanggal 11 oktober 2023 sampai dengan 13 januari 2024. Praktik Kerja
Industri ini dilakukan diwilayah IUP PT. Tambang Bumi Sulawesi secara
Luas wilayah IUP PT. Tambang Bumi Sulawesi seluas 1533 Ha. Untuk
mencapai lokasi
2
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
menuju Desa Puununu dengan waktu ±1 jam, Perjalanan untuk menuju lokasi
mess IUP PT. Tambang Bumi Sulawesi. Jetty menggunakan kendaraan roda
3
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
BAB II
Lokal Yang Berada Di Tiga Desa Yaitu Desa Pongkalaero, Desa Puununu, Dan Desa
Tenggara. Pt. Tambang Bumi Sulawesi Menerapkan Sistem Tambang Terbuka (Surface
Mining) Dengan Metode Penambangan Selektif Mining Sejak Tahun 2013. Pt Tambang
Bumi Sulawesi Memiliki Izin Dari Pemerintah Indonesia Untuk Melakukan Kegiatan
Eksplorasi. Penambangan Hingga Penjualan Bijih Nikel. Pada Tanggal 22 April 2010,
(Iup Eksplorasi) Dengan Luas Wilayah 1724 Ha. Sedangakan Kegiatan Produksi
Ditetapkan Pada Tanggal 29 Desember 2012 Melalui Surat Keputusan Bupati Bombana
Nomor :516 Tahun 2012 Tentang Persetujuan Peninggkatan Izin Usaha Pertambang
4
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
5
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
2.2.1 Visi
2.2.2 Misi
6
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
7
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
8
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Waheed Ahmad (2008), Nikel Laterit adalah tanah residual (sisa)
hingga 150 meter tergantung pada periode pembentuk laterit. Endapan laterit
Co yang terbentuk akibat pelapukan yang kuat dari batuan ultramafik terutama
pada Wilayah tropis juga dapat terbentuk pada suhu tinggi hingga 40°. Secara
umum, endapan nikel laterit adalah residual atau sisa dari proses pelapukkan
batuan ultramafik pada kondisi lingkungan dengan curah hujan yang tinggi dan
dikontrol oleh pergerakkan fluktuatif muka air tanah. Proses leaching unsur-
unsur mobile menyebabkan konsentrasi sisa unsur immobile seperti besi (Fe),
berlangsung selama
9
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan nikel laterit adalah
berpengaruh terhadap kadar dari endapan nikel laterit tersebut (Adi Kurniadi,
2018).
Sulawesi merupakan wilayah yang saat ini telah dilakukan kegiatan eksplorasi,
silikat dan besi silika dengan kandungan nikel kira-kira sebesar 0.30 %.
pencucian pada mineral yang mudah larut dan mineral silika dari profil laterit
pada lingkungan yang bersifat asam, hangat, dan lembab, serta membentuk
konsentrasi endapan hasil pengayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al, Ni,
dan Co.
1
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Air permukaan yang mengandung CO2 dari atmosfer dan terkayakan Kembali
sampai pada zona pelindihan (Leaching Zone), tempat terjadinya fluktuasi air tanah
berlangsung. Akibat fluktuasi ini, air tanah yang kaya CO 2 akan mengalami kontak
dengan zona saprolite yang masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral-
mineral yang tidak stabil seperti olivine/serpentine dan piroksin. Unsur Mg, Si, dan Ni
akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah dan akan membentuk mineral-
mineral baru pada proses pengendapan kembali. Endapan besi yang bersenyawa
magnesium, nikel, dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun
selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini
Pada proses pelapukan lebih lanjut magnesium (Mg), silika (Si), dan nikel (Ni)
akan tertinggal di dalam larutan selama air masih bersifat asam. Tetapi jika
dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan atau tanah, maka zat-zat tersebut
yang disebut mineral garnierite [(Ni, Mg)6 Si4O10(OH)8] atau mineral pembawa Ni.
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal ini berupa kekar atau
rekahan pada batuan, maka Ni yang terbawa oleh air akan turun ke bawah, lambat laun
akan terkumpul di zona Ketika air sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat
1
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
(bedrock). Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO, dan H akan membentuk
mineral garnierite. Apabila proses ini berlangsung terus menerus maka yang akan
supergen ini terbentuk di zona saprolite (Saprolite Zone). Dalam satu penampang
vertikal profil nikel laterit dapat juga terbentuk zona pengayaan yang lebih dari satu,
hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubah-ubah, terutama
bergantung pada perubahan musim. Di bawah zona pengayaan supergen terdapat zona
mineralisasi primer yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan,
pembentukkan nikel laterit, berdasarkan (Waheed, 2008) terdiri atas 6 faktor sebagai
berikut :
1. Batuan Asal
Batuan asal pembawa nikel laterit adalah batuan beku ultrabasa. Batuan beku
ultrabasa adalah batuan yang secara kimia mengandung kurang dari 45% SiO 2
komposisi utama adalah piroksen dan plagioklas. Dalam hal ini pada batuan ultrabasa
tersebut terdapat elemen Ni stabil, seperti olivine dan piroksin mempunyai komponen
1
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk
nikel.
2. Iklim
nikel laterit. Tingginya tingkat curah hujan dan perubahan temperatur yang
3. Struktur
yang sering dijumpai adalah struktur kekar (Joint) dan patahan (Fault). Adanya
rekahan atau patahan akan mempermudah rembesan air kedalam batauan dasar
4. Topografi
atau pori-pori batuan dan lereng yang berkembang di suatu wilayah. Pada
1
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Pada saat kemiringan lereng curam maka proses dominan yang bekerja adalah
1
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
1985) :
proses pelapukan. Pelapukan kimia yang terjadi dapat disebabkan oleh air tanah
yang mengandung CO2 selain itu juga hadirnya asam humus dapat menyebabkan
dekomposisi batuan.
6. Waktu
Waktu merupakan faktor yang sangat penting dalam proses endapan nikel
laterit karena waktu yang lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup
intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi jadi waktu yang dibutuhkan
1
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
1. Top Soil
Zona tanah penutup, merupakan zona top soil hasil pelapukan zona-zona di
bawahnya yang memiliki kandungan Ni sangat rendah. Pada zona ini didominasi oleh
humus yang bersifat gembur dan kadang-kadang terdapat lempeng silika. Kadar Fe pada
zona ini sangat tinggi dan sering di jumpai konkresi-konkresi besi. Ketebalan lapisan
tanah paling atas atau top soil ini rata-rata 30-50 cm dan memiliki kandungan Fe 30-
50%. Berwarna lebih gelap seperti coklat tua kehitaman dan bersifat gembur.
2. Limonite
Zona limonite, merupakan zona di bawah tanah penutup yang kaya akan oksida besi.
Limonite memiliki kandungan unsur Ni yang lebih tinggi dibandingkan zona tanah
penutup tetapi kandungan unsur Fe semakin berkurang. Zona ini didominasi oleh
mineral geothite (FeO(OH)) dan mineral lain seperti magnetit [Fe2O4], hematit [Fe2O3],
kromit [Cr2O4], serta kuarsa sekunder. Zona limonite juga dikenal dengan dua istilah
yaitu : Yellow limonite ini mengacu pada variasi limonite yang memiliki warna dominan
kuning atau kuning kecoklatan. Warna kuning ini dapat diakibatkan oleh adanya
1
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
6 m. Red limonite ini mengacu pada variasi limonite yang memiliki warna dominan
merah atau merah kecoklatan. Warna merah ini diakibatkan karena adanya kandungan
3. Transisi
Zona pelindian, merupakan zona transisi dari zona limonite ke zona saprolite.
Pada zona ini akan terjadi perubahan geokimia unsur dimana kadar Fe2O3 dan A12O3
akan naik, sedangkan kadar SiO2 dan MgO akan turun. Zona ini juga bisa di sebut
sebagai zona pemisah antara limonite, saprolite dan bedrock ditandai dengan adanya
relict (tekstur batuan asal tapi masih dalam bentuk soft material limonite, serta adanya
4. Saprolite
Zona saprolite, merupakan zona yang terbentuk pada tahap awal proses
pelapukan. Batuan asal (ultramafik) pada zona ini akan berubah menjadi saprolite akibat
pengaruh air tanah. Mineral-mineral utamanya adalah serpentine, kuarsa sekunder dan
garnierite. Mineral garnierite tidak dijumpai sebagai mineral murni tetapi bercampur
dengan serpentine kadar rendah lainnya sehingga kadar nikel dalam bijih menjadi
menurun. Pada zona ini pergantian magnesium oleh nikel mengakibatkan kadar nikel
dalam serpentine akan bertambah. Ketebalan lapisan ini berkisar 1-20 m. Zona ini juga
merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa oksida besi, serpentine
1
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
magnetit dan tekstur batuan asal yang masih terlihat. kemunculan bongkahbongkah
sangat sering dan pada rekahan-rekahan batuan asal dijumpai magnesit, serpentine,
krisopras dan garnierite. Bongkah batuan asal yang muncul pada umunya memiliki
kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni dan Fe yang rendah. Campuran dari sisa-sisa
batuan, butiran halus limonite, saprolite rims, vein dari endapan garnierite, nickeliferous
quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika, bentukan dari suatu zona
transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi
biasanya di identifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous
serpentine. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. Zona ini juga terbagi menjadi
dua yaitu soft saprolite yang memiliki tekstur sangat lembut dan mudah hancur. Rocky
saprolite yang masih memiliki struktur batuan yang cukup terlihat dan masih cukup
1
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Batuan dasar (Bedrock), merupakan batuan asal berupa batuan ultramafik, seperti
harzburgite (peridotit yang kaya akan orthopiroksen), peridotit atau dunit. Lapisan
batuan dasar ini juga merupakan bagian terbawah dari suatu profil nikel laterit dan
lapisan ini merupakan batuan ultrabasa yang tidak atau belum mengalami pelapukan.
Mineral yang terkandung pada lapisan ini yaitu silika, antigorit, ensatit, olivine, dan
42,81-45-85%.
1
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
guna memberikan gambaran sebaran dari nikel laterit sehingga pada tahapan
permineralan) suatu bahan tambang yang berada pada daerah penyelidikan yang
letaknya ini berada dibawah permukaan. Selain itu, kegiatan pemboran juga dilakukan
sangat penting dalam kegiatan eksplorasi, dimana kegiatan pemboran dilakukan untuk
suatu bahan tambang yang dicari. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dan
2
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
STUDIPENDAHULUAN
SURVEYTINJAU
Daerah Prospeksi
PROSPEKSI
Daerah sasaran
EKSPLORASI UMUM
Daerah Target
EKSPLORASI RINCI
STUDIKELAYAKAN
(Feasibility Study)
Untuk kegiatan pemboran masuk dalam tahap eksplorasi rinci yang ditandai
dengan kolom merah diatas, yaitu kegiatan pengambilan sampel yang berada dibawah
permukaan.
2
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
• Pemboran Open Hole adalah metode pemboran dengan melubangi area tertentu
pun berdasarkan pada hasil potongan batuan dari tiap gerusan mata bor per-run
atau per-pipa.
• Pemboran Full Coring adalah salah satu metode pemboran yang mengambil
seluruh inti bor dari permukaan bumi hingga ke dalam target yang dibor atau
Wilayah IUP PT. Tambang Bumi Sulawesi adalah metode pemboran Full Coring.
Dimana metode ini digunakan dalam pemboran nikel laterit karena pengambilan
sampel yang full sesuai dengan kedalaman yang dibor, dari metode ini bisa
2
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
tentang kondisi geologi, potensi sumber daya alam, atau karakteristik bawah
2
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
BAB IV
adalah Metode pemboran Full Coring. Tujuan Metode ini digunakan untuk mengambil
seluruh inti bor atau inti batuan dari formasi geologi. Inti bor yang diambil dari dalam
tanah memberikan informasi penting tentang komposisi batuan, struktur, dan sifat
jenis material yang akan dibor, dan karakteristik geologi yang ada di lokasi. Dengan
metode pemboran Full Coring di PT. Tambang Bumi Sulawesi Indah ini menggunakan
2
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
mesin bor Jacro 175 dipilih dalam pemboran nikel laterit karena kinerja dari mesin
bor Jacro 175 yang sesuai untuk pemboran nikel laterit, seperti daya bor yang cukup untuk
menembus lapisan keras dari laterit serta kemampuan penyesuaian mesin bor ini
memungkinkan operator untuk menyesuaikan kecepatan, tekanan lebih kuat dan sudut
pengeboran sesuai kebutuhan. Dimana mesin bor ini mampu membor hingga kedalaman
100 meter dan untuk mesin bor tipe Jacro 175 saat dalam melakukan proses pemboran atau
Running selalu menggunakan air dengan terus menerus dan menggunakan Supervis dan
Polymer untuk mengikat material pada dinding bor agar tidak mengalami runtuhan.. Untuk
ukuran pipa 63,5 mm (HQ), Panjang pipa 3 meter dan mesin bor ini menggunakan dua
2
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Mesin bor MD ini sering kali digunakan dalam pemboran nikel laterit karena
kinerja dari mesin bor MD yang sesuai dengan karakteristik nikel laterit yang tidak
terlalu dalam dan mampu menembus lapisan nikel laterit tetapi tekanan pada mesin
bor tipe MD ini kurang kuat. Mesin bor tipe MD ini didalam proses pemboran atau
Running tidak selalu menggunkan air dengan terus menerus. Untuk ukuran pipa 47
mm (NQ), Panjang pipa 3 meter dan mesin bor ini menggunakan jenis mata bor
2
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Gambar 1.8 Mesin Bor Tipe MD Gambar 1.9 Diamond Core (NQ)
2
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Kualitas sampel yang di bor menggunakan mesin bor tipe Jacro 175 dan MD
sampel yang berbeda. Perbedaan yang paling mencolok adalah cara pengambilan
sampel atau materialnya, yang dimana mesin bor Jacro 175 cara pengambilan
materialnya tidak perlu untuk mencabut pipa, karena pada pipa Jacro 175 memiliki
jenis Triple Tube yang dimana didalam pipa terdapat Inner Tube yang dapat diangkat
dan diturunkan sehingga tidak perlu melakukan pencabutan pipa saat mengambil sampel
sehingga dinding pada lubang bor tidak mudah runtuh atau berjatuhan dan material yang
di bor selanjutnya tidak terkontiminasi dengan material lain atau material yang akan di
bor selanjutnya. Sedangkan untuk mesin bor tipe MD yang dimana cara pengambilan
materialnya mencabut pipa, karena pada pipa MD memiliki jenis Single Tube yang
menyebabkan terhambatnya waktu pemboran dan dinding pada lubang bor mudah
terganggu sehingga material mudah berjatuhan atau runtuh dan mudah terkontiminasi
dengan reruntuhan material sebelumnya. Dari pembahasan diatas bahwa kedua mesin
bor memiliki perbedaan dalam pengambilan material yang dibor diamana dari
2
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
2
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
berdasarkan dua kriteria yang menjadi dasar klasifikasi, yaitu keyakinan geologi dan
pengamatan, kualitas data dan keandalan interpretasi geologi. Pengkajian layak tambang
berdasarkan pengkajian ini, bagian sumber daya mineral yang layak tambang berubah
menjadi cadangan sedangkan yang belum layak tambang tetap menjadi sumber daya
batuan dasar. Metode pengambilan sampel ditahapan eksplorasi bawah permukaan yaitu
kegiatan pemboran.
dibawah permukaan bumi dengan menggunakan alat bor, yang digunakan di PT. Arga
Morini Indah, yaitu Jacro 200, Jacro 175 dan YBM berdasarkan SOP (Standard
3
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
yang pertama
3
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
kali dilakukan adalah mapping geologi atau pemetaan geologi. Pemetaan geologi
permukaan yang menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi sehingga dapat
mengetahui variasi profil nikel laterit yang terdapat pada area blok. Hasil dari
pemboran disebut dengan “core” yang artinya “inti”. Sampel core yang sudah diambil
a. Plan Drilling
Plan drilling atau peta lokasi yang menjadi target pemboran dengan jarak atau
spasi 25 m, 50 m, dan 100 m. Ada beberapa macam model plan pemboran, yaitu :
• Square grid
Pemetaan atau pemantauan suatu wilayah dengan menggunakan jaringan atau grid
berukuran sama (persegi) dan melakukan pemantauan atau analisis dalam setiap kotak
tersebut.
3
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
• Rectangular grid
Pola jaringan yang terdiri dari celah atau titik-titik yang tersusun dalam pola
b. Survey
Survey titik bor yaitu kegiatan mencari titik lokasi pemboran yang akan menjadi
target kegiatan eksplorasi apakah lokasi tersebut aman untuk dilakukan kegiatan
eksplorasi.
c. Drilling
melakukan running menggunakan mesin bor ada beberapa kegiatan yang perlu
diketahui, yaitu :
3
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
1. Moving,Moving yaitu kegiatan perpindahan alat bor dari titik bor awal menuju titik
• Moving manual
mesin yang sudah dipisah-pisahkan (Rig Down) dengan cara memikul yang
3
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Moving dengan alat berat adalah kegiatan perpindahan alat pemboran dari titik
pemboran awal menuju titik pemboran selanjutnya, yang dibantu dengan alat berat
pemboran mudah terjadi hambatan dalam lubang bor (Downhole Problem) yang
berpotensi terjadinya stuck pipe karena collapse dan reamming yang diakibatkan
runtuhnya material pada dinding bor. Pada saat pemboran terkadang terjadi loss pada
sampel yang diangkat akibat material yang terlalu berbutir sehingga corecase tidak
mampu menjepit material tersebut. Pada kegiatan pemboran terkadang terjadi swelling
akibat dari material yang dibor terlalu plastis yang terjadi pada zona limonite ataupun
soft saprolite yang memiliki ukuran butir lempung sehingga mudah sekali memuai
materialnya. Serta dalam kegiatan pemboran harus menjaga kualitas sampel yang
3
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
3
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
a. Melogging
mengidentifikasi dan mendeskripsi mineral pada setiap zona laterit untuk penentuan
zona limonite, transisi, saprolite, dan bedrock. Melakukan Break Geologi jika ada
zona-zona yang memiliki perbedaan karakter yang jelas dan menerus, sampel difoto
preparasi dan untuk tahapan dari preparasi bisa dilihat pada lampiran 1. Untuk tahap
1. Persiapan kerja
3
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Baca dan pahami Standard Job Sheet Logging terlebih dahulu, untuk
mengetahui perlengkapan apa saja yang dibutuhkan dan Safety apa saja yang harus
ditaati.
Lakukan pengecekan sampel meliputi coordinate, hole id, dan deposit untuk
mencegah tertukarnya sampel. Jangan lupa untuk menuliskan nama logger, driller,
tanggal start pemboran dan finish pemboran, serta total depth dan EOH atau hasil
akhir pemboran. Cek juga urutan meteran sampel dan yakinkan bahwa corebox sudah
disusun secara berurut dan rapi untuk mempermudah proses logging dan mencegah
dahulu. Core recovery pada logging harus ditekankan pada kualitas data yang akan
4. Layer general
Lihat secara “general” profil nikel laterit dari hole yang akan di logging.
Tentukan terlebih dahulu batas limonite, saprolite, dan bedrock sebelum menentukan
break geologinya.
3
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
5. Break geologi
Break geologi dilakukan pada zona nikel laterit yang berbeda atau komposisi
mineral yang berbeda. Perhatikan baik-baik pada saat melakukan break pada sampel
dengan Panjang <20 cm (minimal interval 20 cm), karena tidak akan memenuhi
syarat representative data sehingga data tersebut tidak dapat dipakai atau
dinyatakan sebagai eror. Break geologi minimal juga harus memiliki core recovery
>20% (minimal recovery 20%). Jika material memiliki length atau core recovery
yang lebih kecil, maka tidak perlu di break (digabungkan dengan material lain yang
lebih dominan). Jika diperlukan sampel boleh di split (harus rapi) untuk dilihat
bagian dalamnya.
6. Dokumentasi Corebox
Lakukan pemotretan secara baik dan hati-hati sehingga kualitas foto terjamin
(cukup terang untuk dilakukan Analisa, dan semua bagian sampel terlihat/tidak
terpotong tidak ada sampel/corebox yang terlewati, yakinkan tidak ada foto yang
terhapus/tertumpang).
7. Mendeksripsi sampel id
3
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Hal yang harus diperhatikan karena dengan adanya nomor sampel ini kita akan
mengetahui di nomor berapa setiap zona ditentukan dan memastikan bahwa nomor
memudahkan perhitungan. Catat meterannya apa adanya sesuai hasil yang didapatkan.
Gunakan meteran untuk mengukur. Pengisian kolom from-to pada area yang mengalami
swelling ataupun loss, harus memenuhi perhitungan core recovery dan harus sesuai
dengan pipa yang digunakan atau pipa yang masuk dalam lubang bor.
Pada umunya length dapat diperoleh dari mengukur Panjang sampel dalam satu
break (pada kondisi biasa, yaitu tidak mengalami swelling maupun loss). Dalam
penulisan atau pengisian kolom ini harus teliti dan berhati-hati karena kalau ada
kesalahan sedikit saja akan menyebabkan perbedaan nilai tonnage factor yang cukup
significant.
3
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
akan selalu memberikan nilai yang over estimated. Persentase dari “over estimated”
akan di study lebih lanjut. Recovery ditulis tidak dalam persen, melainkan dalam
bentuk bilangan bulat decimal. Artinya recovery 100% akan ditulis sebagai 1,
Material code diisi berdasarkan jenis material dimana dengan layerlayer yang
mungkin ada pada profil nikel laterit sesuai keterdapatannya dan Pengisian material
code ini berdasarkan SOP (Standart Operating Procedur). Material code dibagi,
menjadi :
• TS : Top Soil
• LIM : Limonite
• SAP : Saprolite
• TRN : Transisi
4
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
• BLD : Boulder
• BRK : Bedrock
• GRV : Gravelan
Rock code diisi berdasarkan jenis batuan yang didapatkan dalam pemboran,
atau scribber dan pengisian rock code ini berdasarkan SOP (Standart Operating
• HRZ : Hazburgite
• DUN : Dunite
• SRP : Serpentinite
• PXT : Piroksenit
• SIL : Silika
• LHZ : Lherzolite
• PDT : Peridotite (Jika tidak bisa dibedakan antara HRZ dan LHZ)
• CLY : Clay
• CGL : Conglomerate
4
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Jika longger menemukan batuan lain yang tidak dapat dikategorikan sebagai
salah satu nama batuan diatas, diharap segera memberitahu Geo Evaluasi untuk
Grain size diisi dengan mengkategorikan ukuran butir mineral batuan (baik
yang sudah lapuk dan individual maupun yang masih fresh dan interlocking) ke
dalam :
Colour code diisi dengan warna visual yang tampak pada batuan. Warna
• BLK : Hitam
• BRN : Coklat
4
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
• GRN : Hijau
• RED : Merah
• GRY : Abu-abu
• YEL : Kuning
• WHT : Putih
yang mencirikan adanya proses serpentinisasi. Tingkat serpentinisasi tidak hanya ada
apa batuan berukuran kasar, tetapi juga memungkinkan untuk hadir dibatuan yang
berukuran halus.
saja (warna, kelimpahan mineral hasil proses serpentinisasi, tekstur, dll). Tingkat
4
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Contoh :
44
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Mineral diisi berdasarkan kelimpahan yang ada pada batuan. Untuk nama
kolom “Sec” dan sedikit melimpah di kolom “Tertiary”. Secara umum, mineral
45
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
46
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Kolom boulder >10 cm diisi dengan total Panjang boulder yang lebih besar
dari 10 cm. Untuk Boulder <10 cm tidak perlu dikalkulasikan. Boulder >10 cm diisi
Kolom remaks dan comment diisi dengan seluruh informasi geologi baik yang
bersifat unik maupun yang berpola. Keberadaan mineral-mineral atau struktur atau
tekstur yang tidak lazim terdapat pada profil nikel laterit sebaiknya juga diidentifikasi
pada kolom comment, misal keberadaan mineral lempung sediment dalam kelimpahan
kolom- kolom sebelumnya tetapi memiliki arti yang penting dalam evaluasi geologi.
Ketidak sesuaian antara data coring dengan general geologi daerah sekitar
bukan merupakan suatu kesalahan dalam logging melainkan suatu informasi baru yang
nantinya dapat digunakan untuk meng-update geologi general daerah tersebut. Ketidak
sesuaian ini merupakan informasi geologi yang harus dicatat oleh logger. Comment
harus disimpulkan menjadi satu kalimat dibaris terakhir sebagai resume dari seluruh
47
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
4.2.1.3 Preparasi
Laboratorium atau proses sampel mulai dari basah sampai kering berukuran 200
mesh.
laboratorium.
sampel dari populasi yang lebih besar dan memilihnya secara random atau
acak.
48
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Sampling adalah suatu pekerjaan untuk mengambil sampel atau contoh dari sejumlah
material yang ada dan sampel tersebut harus mewakili (representatif) keadaan dan sifat
keseruluhan material. Sampel pemboran eksplorasi adalah sampel yang diambil pada titik
koorfinat yang sudah ditentukan sebelum kegiatan penambangan, sampel pemboran yang
telah dimasukkan kedalam kantong sampel kemudian diberi menggunakan pita sesuai
kedalaman suatu siklus pemboran. Lalu kantong sampel yang terbagi dari beberapa
kelompok sesuai kode dimasukan kedalam 1 karung untuk diberi kode kedalam yang
telah dicapai. Setelah dimasukan kedalam karung dan diikat kemudian sampel dibawa ke
1. Sampel yang masih disatukan kedalam karung diturunkan dari mobil lalu
3. Penyeragaman ukuran (sizing) sampel, dimana sampel yang masih berukuran 10-
ukurannya
49
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
pemisahan ukuran ini dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan tangan
yang bisa disebut hand sorting, kemudian sampel yang masih berukuran 10-
merata.
6. Setelah sampel dibagi menjadi 2x2 bagian, maka sampel diambil zigzag
dimana sampel yang diambil yaitu bagian sudut kiri atas disebut A dan
penampungan sampel.
50
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
manual, tujuannya untuk menghaluskan sampel agar lolos ayakan 200 mesh
10. Sampel diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 200 mesh untuk
11. Setelah sampel diayak, kemudian di mixing lagi menggunakan wadah plastik
selama kurang lebih 3menit agar sampel yang dihasilkan tercampur dengan
merata.
12. Setelah di mixing sampel dimasukan sebanyak kurang lebih 100gr kedalam
kantong sampel yang berukuran 7x10cm untuk dianalisa kadarnya, dan diberi
a) Plat Mixing
b) Palu
c) Spatula
d) Pita sampel
e) Kuas pembersih
f) Kompor/oven
g) Grinder manual
h) Nampan
i) Kantong canto
51
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
j) Ayakan 200mesh
k) Plastik sampel
berguna dan permukaan bumi atau objek astronomi lainnya. Tujuan dari kegiatan
1.2 Pengupasan OB
52
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
tanah penutup yang dilakukan untuk mengekspos endapan mineral yang akan
adalah mengambil sampel cek (SC) sampel ini diambil agar menjadi bahan
acuan kadar pada area pengambilan sampel cek tersebut setelah kadar sc
Ore Getting.
untuk acuan pengektrasan material dari hasil galian tambang yang berbahan
mineral yang dapat diambil dan diekstrak dengan nilai ekonomis yang tinggi.
Mining (SSM), kegiatan ini meliputi pengambilan ORE dengan cara disekop
ORE adalah aktifitas pengangkutan material dari area loading poin menuju
area STOKPILE.
53
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
1.4 Stokpile
tidakbeda jauh dengan kegiatan yang ada di PIT dimana kegiatan di stokpile
dibawa ke Preparasi agar sampel tersebut kembali di cek kadarnya, agar pada
dijual keatas tongkang untuk diangkut. Barge sendiri adalah suatu jenis kapal
dengan lambung kapal datar atau suatu kotak besar yang mengapung
digunakan untuk memuat barang dan ditarik dengan kapal tunda (tugboat).
54
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
BAB V
5.1 Kesimpulan
industri. Dari pengalamam-pengalaman ini, saya jadi lebih mandiri dan disiplin
pembelajaran yang saya peroleh dan dapat saya simpulkan bahwa Metode
pemboran yang digunakan dalam pemboran nikel laterit pada Wilayah IUP PT.
menggunakan mesin bor tipe Jacro 175 dan mesin bor tipe MD. Dimana
kualitas sampel pada mesin bor tipe Jacro 175 dan mesin bor tipe MD itu
berbeda karena dari mekanisme pengambilan sampel pada kedua mesin bor
berbeda, dimana mesin bor tipe Jacro 175 memiliki jenis pipa Triple Tube yang
dimana didalam pipa terdapat Inner Tube yang dapat diangkat dan diturunkan
55
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
geologi atau pemetaan geologi, setelah itu masuk dalam tahap kegiatan
pemboran, yaitu plan drilling, stacking out, survey, pembuatan akses jalan dan
drillpad, serta Drilling sebelum melakukan Running ada beberapa kegiatan yang
perlu diketahui yaitu, Moving dan Setting Rig. Serta selama melakukan kegiatan
pemboran harus selalu berhati-hati karna bisa saja akan terjadi masalah dalam
5.2 Saran
sebaik mungkin. Adapun saran saya untuk para peserta PRAKERIN diharapkan
PRAKERIN di Perusahaan agar lebih mudah dan tidak merasa bingung dan
56
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
57
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Waheed. (2008). Nickel Laterite : A Short Course On the Chemistry, Mineralogy
Vol.2, No.3.
58
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
1. FOTO CORE
59
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
2. KERTAS MELOGGING
60
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
61
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
62
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
63
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
6. ALAT-ALAT PREPARASI
64