Disusun Oleh :
NELSON
NISN :0011423253
2023
i
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
LEMBAR PENGESAHAN
NELSON
NISN :0011423253
Disetujui oleh
Mengetahui
ii
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Allah SWT.
Yang telah memberikan limpahan rezeki dan karunia-Nya kepada kita semua,
sehingga saya mampu membuat Laporan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) ini,
yang dilakukan selama 3 bulan di PT.Tambang Bumi Sulawesi yang berlokasi di
Site Kabaena, Desa Pununuu Dan Pongkalaero, Kecamatan Kabaena selatan,
Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Oleh sebab itu, saya berharap adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun
agar kelak laporan yang akan digarap bisa lebih baik. Lewat kesempatan ini, saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu
dalam pelaksanaan praktik dan pembuatan Laporan Praktik Kerja Industri ini. Rasa
terima kasih itu saya sampaikan kepada :
1. Allah SWT. dengan segala Rahmat serta karunia-Nya yang
memberikan kekuatan bagi penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
2. Kedua Orang Tua yang telah memberi dukungan, doa dan restunya.
3
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Akhir kata, saya berharap semoga laporan ini bisa berguna dan mempunyai
manfaat besar bagi semuanya. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang sudah terlibat dalam penyusun laporan ini.
NELSON
4
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
DAFTAR ISI
5
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
4.3 PREPARASI………………………………………………………..34
4.3.1 Tujuan Utama Dari Preparasi………….……………………….34
4.3.2 Proses Pengolahan Preparasi Sampel…………………………..35
4.3.3 Proses Pengolahan Sampel Pemboran………………………....36
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................42
6
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
LAMPIRAN ......................................................................................................43
7
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
DAFTAR GAMBAR
vii
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
DAFTAR TABEL
88
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
DAFTAR LAMPIRAN
9
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
BAB 1
PENDAHULUAN
1K
SM
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
2
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
BAB 2
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
3
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
2.2.1. Visi
2.2.2. Misi
4
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Waheed Ahmad (2008), Nikel Laterit adalah tanah residual (sisa)
yang telah berkembang diatas batuan ultrabasa melalui proses pelapukan kimiawi
dan pengkayaan supergen. Ketebalannya bervariasi dari beberapa meter hingga 150
meter tergantung pada periode pembentuk laterit. Endapan laterit Sebagian besar
berada di Wilayah Tropis dan Sub-Tropis.
Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik
(dunit, peridotit) dan ubahannya (serpentinite). Proses ini berlangsung selama
jutaan tahun dimulai, ketika batuan ultramafik tersingkap di permukaan bumi. Salah
satu faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan nikel laterit adalah batuan
asal, selain mempengaruhi pembentukan endapan nikel juga sangat berpengaruh
terhadap kadar dari endapan nikel laterit tersebut (Adi Kurniadi, 2018).
5
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
6
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
dengan Mg, SiO, dan H akan membentuk mineral garnierite. Apabila proses ini
berlangsung terus menerus maka yang akan terjadi adalah proses pengayaan
supergen/supergen enrichment. Zona pengayaan supergen ini terbentuk di zona
saprolite (Saprolite Zone). Dalam satu penampang vertikal profil nikel laterit dapat
juga terbentuk zona pengayaan yang lebih dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena
muka air tanah yang selalu berubah-ubah, terutama bergantung pada perubahan
musim.
Di bawah zona pengayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer yang
tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering disebut
sebagai zona batuan dasar (bedrock).
3.1.2 Faktor Pembentukkan Nikel Laterit
Proses laterisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pembentukkan nikel laterit, berdasarkan (Waheed, 2008) terdiri atas
6 faktor sebagai berikut :
1. Batuan Asal
2. Iklim
3. Struktur
7
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
4. Topografi
8
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
6. Waktu
1. Top Soil
Zona tanah penutup, merupakan zona top soil hasil pelapukan zona-
zona di bawahnya yang memiliki kandungan Ni sangat rendah. Pada zona
ini didominasi oleh humus yang bersifat gembur dan kadang-kadang
terdapat lempeng silika. Kadar Fe pada zona ini sangat tinggi dan sering di
jumpai konkresi-konkresi besi. Ketebalan lapisan tanah paling atas atau top
9
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
2. Limonite
3. Transisi
4. Saprolite
10
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
11
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
12
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
letaknya ini berada dibawah permukaan. Selain itu, kegiatan pemboran juga
dilakukan untuk pengambilan sampel.
STUDI PENDAHULUAN
SURVEY TINJAU
Daerah Prospeksi
PROSPEKSI
Daerah sasaran
EKSPLORASI UMUM
Daerah Target
EKSPLORASI RINCI
STUDI KELAYAKAN
(Feasibility Study)
13
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
14
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mesin bor Jacro 175 dipilih dalam pemboran nikel laterit karena kinerja dari
mesin bor Jacro 175 yang sesuai untuk pemboran nikel laterit, seperti daya bor
yang cukup untuk menembus lapisan keras dari laterit serta kemampuan
penyesuaian mesin bor ini memungkinkan operator untuk menyesuaikan
kecepatan, tekanan lebih kuat dan sudut pengeboran sesuai kebutuhan. Dimana
mesin bor ini mampu membor hingga kedalaman 100 meter dan untuk mesin bor
tipe Jacro 175 saat dalam melakukan proses pemboran atau Running selalu
menggunakan air dengan terus menerus dan menggunakan Supervis dan Polymer
untuk mengikat material pada dinding bor agar tidak mengalami runtuhan.. Untuk
ukuran pipa 63,5 mm (HQ), Panjang pipa 3 meter dan mesin bor ini menggunakan
dua jenis mata bor dapat dilihat pada gambar 4.1.
15
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
16
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
17
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
18
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
19
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
20
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
a. Plan Drilling
Plan drilling atau peta lokasi yang menjadi target pemboran dengan
jarak atau spasi 25 m, 50 m, dan 100 m. Ada beberapa macam model plan
pemboran, yaitu :
• Square grid
• Rectangular grid
Pola jaringan yang terdiri dari celah atau titik-titik yang tersusun
dalam pola berlian (diamond) yang tergeser.
b. Stacking Out
21
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
c. Survey
Survey titik bor yaitu kegiatan mencari titik lokasi pemboran yang
akan menjadi target kegiatan eksplorasi apakah lokasi tersebut aman untuk
dilakukan kegiatan eksplorasi.
e. Drilling
1. Moving
Moving yaitu kegiatan perpindahan alat bor dari titik bor awal
menuju titik bor selanjutnya. Kegiatan moving ini dibagi menjadi dua,
yaitu :
22
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
• Moving manual
23
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
2. Setting Rig
Setting Rig yaitu kegiatan mengatur alat pemboran (Rig) agar posisi
alat bor dalam keadaan rata dengan permukaan tanah, dengan melihat
kemelurusan dari Waterpass atau overshoot. Agar saat kegiatan pemboran
tidak terjadi vibrasi yang berlebihan yang dapat menghambat dalam
kegiatan pemboran.
a. Melogging
25
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
1. Persiapan kerja
Baca dan pahami Standard Job Sheet Logging terlebih dahulu, untuk
mengetahui perlengkapan apa saja yang dibutuhkan dan Safety apa saja
yang harus ditaati.
4. Layer general
Lihat secara “general” profil nikel laterit dari hole yang akan di
logging. Tentukan terlebih dahulu batas limonite, saprolite, dan bedrock
sebelum menentukan break geologinya.
5. Break geologi
Break geologi dilakukan pada zona nikel laterit yang berbeda atau
komposisi mineral yang berbeda. Perhatikan baik-baik pada saat melakukan
break pada sampel dengan Panjang <15 cm (minimal interval 15 cm),
karena tidak akan memenuhi syarat representative data sehingga data
26
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
tersebut tidak dapat dipakai atau dinyatakan sebagai eror. Break geologi
minimal juga harus memiliki core recovery >15% (minimal recovery
15%). Jika material memiliki length atau core recovery yang lebih kecil,
maka tidak perlu di break (digabungkan dengan material lain yang lebih
dominan). Jika diperlukan sampel boleh di split (harus rapi) untuk dilihat
bagian dalamnya.
6. Dokumentasi Corebox
7. Mendeskripsi sampel id
27
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
28
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
• TS : Top Soil
• LIM : Limonite
• SAP : Saprolite
• TRN : Transisi
• BLD : Boulder
• BRK : Bedrock
• GRV : Gravelan
• HRZ : Hazburgite
• DUN : Dunite
• SRP : Serpentinite
• PXT : Piroksenit
• SIL : Silika
• LHZ : Lherzolite
• PDT : Peridotite (Jika tidak bisa dibedakan antara HRZ dan LHZ)
• CLY : Clay
• CGL : Conglomerate
29
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Colour code diisi dengan warna visual yang tampak pada batuan.
Warna batuan dapat tediri :
• BLK : Hitam
• BRN : Coklat
• GRN : Hijau
• RED : Merah
• GRY : Abu-abu
• YEL : Kuning
• WHT : Putih
30
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Contoh :
31
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
32
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
33
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
4.3 Preparasi
34
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
4.3.2 Proses pengolahan preparasi sampel
35
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
4.3.3 Proses Pengolahan Sampel Pemboran
1. Sampel yang masih disatukan di karung diturunkan dari mobil lalu di
bawah keruang preparasi sampel,jumlah sampel yang berada di dalam
karung kurang lebih 5-10 kantong sampel.
2. Mengadakan pengecekan kode sampel agar tidak keliru pada saat
melakukan preparasi sampel.
3. Penyeragaman ukuran (sizing) dimana sampel yang masih berukuran 10-
15mm dipisahkan material atau partikel menjadi bagian-bagian yang
berbeda dalam ukurannya,pemisahan ukuran ini di lakukan dengan cara
sederhana yaitu dengan tangan yang biasa disebut HANDSORTING,
kemidian sampel yang masih 10-15 mm dilakukan comninutiom agar
ukurannya lebih kecil dari sebelumnya.
4. Sampel yang telah dihancurkan kemudian digabung dan diaduk atau
mixing 3x proses mixing ini merupakan suatu cara yang dilakukan untuk
me campur sampel yang bersifat heterogen menjadi homogen secara
merata.
5. Setelah sampel dianggap homogen,maka sampel tersebut dibagi menjadi
(2x2) bagian atau dikenal dengan istilah matriks .Proses maktriks ini
bertujuan untuk mengurangi jumlah sampel yang sudah mewakili dari
sampel yang dianggap representatif .
6. Setelah sampel dibagi menjadi 2x2 bagian, maka sampel diambil zig-zag
dimana sampel diambil yaitu bagian sudut kiri atas disebut A dan sudut
kanan bawah di sebut D, sampel diambil 1 sekop ukuran 10D diisi kurang
lebih 50 gr.
7, Sisa bagian dari matriks (2x2) kemudian di simpan ketempat
penampungan sampel .
8. Hasil matriks tersebut dimasukkan kedalam wajan untuk di lakukan
pengeringan sampel selama kurang lebih 25-30 menit.Tujuannya untuk
menghilangkan kadar air dari sampel yang akan dianalisa dilaboratorium
dengan suhu tertentu.
36
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
9. Sampel dikeluarkan dari wajan,selanjutnya akan diadakan grinding
manual,tujuannya untuk menghaluskan sampel agar lolos ayakan 200
mesh.
10. Sampel diayak ,dengan mengunakan ayakan 200 mesh untu mendapatkan
sampel yang berdasarkan perbedaan ukuran besar butirnya.
11. Setelah sampel diayak,kemudian di mixing lagi menggunakan wadah
plastik selama kurang lebih 3 menit agar sampel yang dihasilkan
tercampur merata.
12. Setelah dimixing sampel 200 mesh diisi kedalam palep yang berukuran
7x10 cm kurang lebih 100 gram dan kemudian diberikan masing-masing
label.
13. Setelah semua sampel selesai,kemudian palep-palep sampel tersebut
dimasukan kedalam kantong sampel yang berukuran 45x75cm, setelah
itu kantong sampel tersebut dibawa ketempat analisa kadar.
Penambanngan
37
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
1.2 Pengupasan OB
38
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Pengapala adalah proses pemuatan bahan galian yang telah siap dijual keatas
tongkang untuk diangkut . Barge sendiri adalah suatu jenis kapal dengan
lambung kapal datar atau suatu kotak besar yang mengapung digunakan untuk
memuat barang dan ditarik dengan kapal tunda (tugboat).
39
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
40
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
selalu berhati-hati karna bisa saja akan terjadi masalah dalam pemboran (Hole
Problem).
5.2 Saran
41
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
DAFTAR PUSTAKA
42
LAMPIRAN
1. Foto Core
FORM LOGGING Hole Information Date logged Logger : Collar Coordinates Truncation Flag
Revised : Hole_ID : Grid Number : X Y Z Yes :
Page : Of Deposit : Structure Mineral No :
Weat
Length Recov. Material Rock Grain Serpent. Colour Mag Total BLD
From To hering Primary Sec. Primary Sec. Tertiary Comment
(m) Length Code Code Size Suscept. Fracture Length
45
5. Stuktur Organisasi PT. Tambang Bumi Sulawesi
46
6. Kegiatn Preparasi Sampel Mining
47
Lampiran 6 Kegiatan Preparasi Minning
48
7. Pengerjaan Sampel Pemboran
49
Lampiran 7 Kegiatan Pengeboran
50
Lampiran 8 Kegiatan Minning
51
Lampiran 9 Alat-Alat Preparasi
52