Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

PENGAMATAN KEGIATAN PELEDAKAN


DI PT JHONLIN BARATAMA SATUI SUNGAI DANAU KABUPATEN TANAH
BUMBU SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD ZHAQIR HUSSIEN (1710813310009)

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

PENGAMATAN KEGIATAN PELEDAKAN

DI PT JHONLIN BARATAMA SATUI SUNGAI DANAU KABUPATEN TANAH

BUMBU SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Disusun Oleh:

Mahasiswa 1

Muhammad Zhaqir Hussien


NIM. 1710813310009

Mengetahui :
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan

Eko Santoso, S.T., M.T.


NIP. 19850419 201404 1 001

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat-Nyalah sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya
seperti apa yang diharapkan oleh penyusun.
Pada kesempatan ini, perkenankan penyusun menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc. Selaku Rektor Universitas
Lambung Mangkurat.
2. Bapak Dr. Bani Noor Muchamad, S.T., M.T. Selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat.
3. Bapak Eko Santoso, S.T., M.T. Selaku Kepala Program Studi Teknik
Pertambangan Universitas Lambung Mangkurat.
4. Ibu Karina Shella Putri S.T., M.T. Selaku Dosen Koordinator Kerja Praktek.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna,
oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan proposal ini. Akhir kata semoga proposal ini
dapat bermanfaat bagi semua kegiatan studi selanjutnya.

Banjarbaru, Mei 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... iv

1.1. Latar Belakang..................................................................................... 1

1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian ............................................................. 2

1.3. Batasan Masalah ................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4

2.1. Dasar Teori .......................................................................................... 4

2.1.1. Sistem Pemboran ....................................................................... 5

2.1.2. Sistem Pemboran Mekanik ......................................................... 5

2.1.3. Geometri Pemboran ................................................................... 6

2.1.4. Pola Pemboran ........................................................................... 7

2.2. Kegiatan Peledakan ............................................................................. 8

2.2.1. Pola Peledakan ......................................................................... 9

2.2.2.Geometri Peledakan ................................................................ 11

2.2.3. Geometri Peledakan (Menurut R.L.Ash) ................................... 14

2.3. Peralatan dan Perlengkapan Peledakan ............................................ 17

BAB III METODE PENGAMATAN .................................................................... 21

3.1. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 21

3.2. Metode Kegiatan Praktek ................................................................... 21

BAB IV SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................... 22

iv
4.1. Sistematika Penulisan Kerja .............................................................. 22

BAB V JADWAL KEGIATAN ............................................................................ 24

5.1. Jadwal Kegiatan ................................................................................ 24

5.2. Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek .................................................. 24

5.3. Peserta Kerja Praktek ........................................................................ 24

BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 25

6.1.Penutup .............................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Prinsip Pemboran ............................................................... 5


Gambar 2.2 Pola Pemboran ............................................................................... 8
Gambar 2.3 Pola Peledakan Box Cut ............................................................... 10
Gambar 2.4 Pola Peledakan Echelon ............................................................... 10
Gambar 2.5 Pola Peledakan V-Cut .................................................................. 10
Gambar 2.6 Pola Peledakan Flat Face ............................................................. 11
Gambar 2.7 Geometri peledakan ..................................................................... 14

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kerja praktek merupakan mata kuliah yang wajib diambil sebagai


persyaratan untuk menyelesaikan studi pada suatu perguruan tinggi, dimana
dalam kegiatan ini kita dituntut untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh selama berada dibangku kuliah dengan keadaan di lapangan yang
sebenarnya.

Adapun pelaksanaan kerja praktek (KP) tersebut dilakukan pada


perusahaan yang bergerak pada bidang usaha yang sesuai atau relevan
dengan bidang ilmu yang dipelajari, dalam hal ini bidang usaha
Pertambangan. Perusahaan yang ditunjuk untuk kegiatan praktek tersebut
adalah perusahaan yang bersedia membina dan mengarahkan serta bersedia
memberikan pengalaman ilmu praktek secara langsung di lapangan kepada
mahasiswa yang melaksanakan kerja praktek. Sesuai dengan alasan inilah
yang menjadi dasar praktikan memilih tempat kegiatan kerja praktek di PT
jhonlin baratama satui sungai danau kabupaten tanah bumbu selatan provinsi
kalimantan selatan.

Dunia pertambangan di Kalimantan Selatan sudah berkembang


pesat terutama untuk pertambangan batubara. Banyak pihak perusahaan
menggunakan metode–metode pembongkaran yang mereka pakai guna
mengeksploitasi sumber daya mineral seperti batubara. Pembongkaran
overburden tidak semua batuan bisa digali dengan metode free digging dan
ripping, hal ini dikarenakan tingkat kekerasan batuan yang berbeda–beda,
sehingga perlu diterapkan metode peledakan untuk batuan yang memiliki
tingkat kekerasan yang tinggi. Tujuan peledakan itu sendiri adalah untuk
menghancurkan batuan yang semula berdimensi besar menjadi berdimensi
kecil sehingga mudah dalam pembongkaran dan pengangkutannya. Dalam
perencanaan yang matang dari seorang ahli sangat menentukan dalam

1
keberhasilan suatu kegiatan peledakan mulai dari rancangan geometri
peledakan sampai pada perangkaian dan kegiatan peledakan itu sendiri harus
direncanakan dengan baik agar menghasilkan hasil fragmentasi yang baik.
Adapun judul dari kerja praktek yang ingin kami ajukan yaitu
Pengamatan Kegiatan Peledakan Batubara di PT jhonlin baratama satui
sungai danau kabupaten tanah bumbu selatan provinsi kalimantan selatan

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian


Adapun maksud kerja praktek ini adalah mengamati aktivitas
peledakan batubara di PT jhonlin baratama dan mempraktekan secara
langsung teori yang didapatkan dari bangku kuliah secara langsung di
lapangan.
Tujuan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kegiatan pemboran untuk penyediaan lubang ledak
2. Mengetahui tahapan peledakan PT jhonlin baratama
3. Membandingkan geometri peledakan yang digunakan PT jhonlin baratama
dengan geometri peledakan secara teoritis menggunakan metode R.L. Ash
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu kegiatan
peledakan.

2
1.3. Batasan Masalah

Dalam kegiatan kerja praktek ini masalah yang dipelajari dan dibahas
yaitu mengamati perbandingan geometri peledakan pada PT jhonlin baratama
dengan geometri peledakan menurut metode R.L. Ash secara teoritis dan
tidak membahas mengenai produksi pengeboran dan peledakan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori

Dalam suatu operasi peledakan batuan, kegiatan pemboran


merupakan pekerjaan yang pertama kali dilakukan dengan tujuan untuk
membuat sejumlah lubang ledak dengan geometri dan pola yang sudah
tertentu pada massa batuan, yang selanjutnya akan diisi dengan sejulah
bahan peledak untuk diledakkan.
Dalam industri pertambangan, teori peledakan merupakan area yang
sangat menarik dan menantang tetapi sekaligus juga kontroversial. Teori
peledakan ini melibatkan bidang keilmuan yang cukup banyak seperti kimia,
fisika, termodinamika, interaksi gelombang kejut, dan mekanika batuan. Teori-
teori peledakan yang ada saat ini hampir selalu membahas faktor yang
mempengaruhi fragmentasi dan kriteria rancangan peledakan secara umum.
Tujuan peledakan adalah untuk mengkonversi batu dari satu bagian padat
bahan geologi menjadi beberapa potongan kecil sehingga dapat digali oleh
peralatan yang tersedia. Untuk mengerjakan ini ada dua faktor utama untuk
dipertimbangkan, yaitu fragmentasi dan gerakan atau lemparan. Kedua harus
sesuai dengan kebutuhan perancangan (Koesnaryo, 2001).
Banyak cara untuk membongkar dan memberai lapisan batuan,
namun hal itu tergantung mudah atau tidaknya lapisan batuan itu untuk digali
dan diberai, mulai dari peralatan non mekanik (konvensional) seperti cangkul
dan sekop, sampai peralatan mekanik seperti backhoe, shovel, dragline,
bulldozer-ripper. Jika peralatan-peralatan tersebut sudah tidak mampu
membongkar dan memberainya maka lapisan batuan tersebut harus
dibongkar dengan menggunakan cara peledakan, dengan catatan kegiatan
peledakan jika dilakukan masih bernilai ekonomis bagi perusahaan.

4
2.1.1. Sistem Pemboran
Kegiatan pemboran untuk penyediaan lubang ledak umumnya
dilakukan dengan mesin bor mekanik (perkusif, rotari, rotari-perkusif)
dengan berbagai ukuran dan kemampuan, tergantung pada kapasitas
produksi yang diinginkan seperti pada gamabr 2.1.

Gambar 2.1
Skema Prinsip Pemboran
2.1.2. Sistem Pemboran Mekanik
Komponen utama dari suatu sistem pemboran secara mekanik
adalah sumber energi mekanik, batang bor penerus (transmitter) energi
tersebut, mata bor sebagai aplikator energi terhadap batuan, dan
peniupan udara (flushing) sebagai pembersih dari serbuk pemboran
(cuttings) dan memindahkannya keluar lubang bor. Berdasarkan
sumber energi mekaniknya, sistem pemboran mekanik terbagi menjadi
3 (tiga) yaitu : perkusif, rotari-perkusif, dan rotari dengan berbagai
ukuran dan kemampuan, tergantung pada kapasitas produksi yang
diinginkan (Koesnaryo, 2001 : 5).
1. Metode Pemboran Perkusif
Pada pemboran perkusif, energi dari mesin bor (rock drill)
diteruskan oleh batang bor dan mata bor untuk meremukkan batuan.
Komponen utama dari mesin bor ini adalah piston yang mendorong

5
dan menarik tangkai (shank) batang bor. Energi kinetik piston
diteruskan ke batang bor dalam bentuk gelombang kejut (shock
wave) yang bergerak sepanjang batang bor dengan kecepatan ±
5000 m/detik (searah kecepatan suara pada baja). Frekuensi impak
normal untuk rockdrill ialah ± 50 tumbukan/detik, yang berarti jarak
antara gelombang kejut ialah ± 100 m. Pada metode perkusif, yang
terjadi ialah proses peremukan (crushing) permukaan batuan oleh
mata bor. Metode ini cocok diterapkan pada batuan dengan
kekerasan yang keras.
2. Metode Rotari
Berdasarkan sistem penetrasinya, metode rotari terbagi
menjadi dua sistem yaitu tricone dan drag bit, disebut tricone jika hasil
penetrasinya berupa gerusan (crushing) dan drag bit jika hasil
penetrasinya berupa potongan. Sistem yang pertama digunakan
untuk batuan dengan kekerasan sedang hingga lunak dan sistem
yang kedua untuk batuan lunak.
3. Metode Pemboran Rotari-Perkusif
Pada pemboran rotari-perkusif, aksi penumbukan oleh mata
bor dikombinasi dengan aksi putaran, sehingga terjadi proses
peremukan (crushing) dan penggerus (cutting atau abrasive)
permukaan batuan.
(Koesnaryo, 2001 : 6 - 7)
2.1.3. Geometri Pemboran
Geometri dan pola pemboran dirancang secara terpadu dalam
rancangan peledakan. Geometri pemboran meliputi:
1. Diameter
Diameter disini yang dimaksud adalah diameter dari lubang
bor yang akan dibuat untuk lubang ledak. Pemilihan lubang bor
secara tepat adalah untuk memperoleh hasil fragmentasi dan
produksi yang diharapkan. Semakin besar diameter lubang berarti
luas penampang lubang yang harus ditembus semakin besar
sehingga faktor gesekan juga semakin semakin besar. Hal ini akan
sangat mempengaruhi kinerja mesin bor dalam arti kecepatan
pemboran akan menjadi lambat.

6
2. Burden (B)
Burden adalah jarak antara lubang dengan free face dan
atau jarak lubang antara row dengan row. Jarak burden yang baik
adalah jarak dimana energi ledakan bisa menekan batuan secara
maksimal sehingga pecahnya batuan sesuai dengan fragmentasi
yang direncanakan dengan mengupayakan sekecil mungkin
terjadinya batuan terbang, bongkah, dan retaknya batuan pada batas
akhir jenjang.
3. Spasi antar lubang ledak (S)
Spasi adalah jarak antara lubang tembak satu dengan
lubang tembak lainnya dalam satu baris dan diukur sejajar terhadap
dinding jenjang atau tegak lurus dengan burden.
4. Kedalaman lubang ledak (H)
Kedalaman disini dimaksudkan sebagai jarak dari permukaan
lubang sampai ke dasar lubang bor. Kedalaman lubang ledak
biasanya disesuaikan dengan tingkat produksi (kapasitas alat muat)
dan pertimbangan geoteknik. Semakin dalam lubang bor maka akan
membuat gesekan antara drilling string dengan dinding lubang
semakin besar. Di samping itu kehilangan energi juga akan semakin
besar akibat semakin panjangnya drilling string. Hal ini akan dapat
menurunkan kinerja mesin bor.
5. Kemiringan
Pada kegiatan pemboran ada dua macam arah lubang ledak
yaitu arah tegak lurus dan arah miring, arah lubang ledak
berpengaruh terhadap aktifitas pemboran. Bila suatu jenjang di bor
dengan arah lubang ledak tegak lurus, maka pada ketinggian jenjang
yang sama dengan arah lubang ledak miring, mempunyai kedalaman
lubang ledak lebih kecil, sehingga waktu yang digunakan untuk
melakukan pemboran menjadi lebih singkat. Hal ini akan
berpengaruh terhadap waktu edar mesin bor maka waktu total untuk
membuat satu lubang ledak akan semakin cepat begitu juga
sebaliknya.
2.1.4. Pola Pemboran
Menurut (Jimeno, C. L., cs, 1987) pola pemboran merupakan
suatu pola pada kegiatan pemboran dengan menempatkan lubang-

7
lubang tembak secara sistematis. Terdapat tiga pola pemboran untuk
peledakan (lihat gambar 2.2):
1. Pola bujursangkar (square pattern), yaitu jarak burden dan spasi
sama (B = S)
2. Pola persegi panjang (rectangular pattern), yaitu jarak spasi dalam
satu baris lebih besar dibanding burden (B ≠ S)
3. Pola zig-zag (staggered pattern), yaitu antar lubang bor dibuat
selang-seling yang berasal dari pola bujursangkar maupun persegi
panjang.

3m 3m

3m 2,5 m

Bidang bebas Bidang bebas


a. Pola bujursangkar b. Pola persegipanjang

3m 3m

3m 2,5 m

Bidang bebas Bidang bebas

c. Pola zigzag bujursangkar d. Pola zigzag persegipanjang

Gambar 2.2
Pola Pemboran

2.2. Kegiatan Peledakan

Pada proses penambangan, ada bermacam-macam cara untuk


memberaikan material dari batuan induknya. Salah satu cara yang biasa
digunakan adalah peledakan menggunakan bahan peledak. Menurut kamus
pertambangan umum, bahan peledak adalah senyawa kimia yang dapat
bereaksi dengan cepat apabila diberikan suatu perlakuan, menghasilkan
sejumlah gas bersuhu dan bertekanan tinggi dalam waktu yang singkat.
Peledakan memiliki daya rusak bervariasi tergantung jenis bahan
peledak yang digunakan dan tujuan digunakannya bahan peledak tersebut.

8
Bahan galian seperti besi, baja, dan logam lainnya, serta bahan galian industri
seperti batubara dan batugamping seringkali menggunakan peledakan untuk
memperoleh bahan galian tersebut, apabila dianggap lebih ekonomis dan
efisien daripada penggalian bebas (free digging) maupun penggaruan
(ripping). Suatu operasi peledakan dinyatakan berhasil dengan baik pada
kegiatan penambangan apabila:
1. Target produksi terpenuhi (dinyatakan dalam ton/hari atau ton/bulan).
2. Penggunaan bahan peledak efisien yang dinyatakan dalam jumlah batuan
yang berhasil dibongkar per kilogram bahan peledak.
3. Diperoleh fragmentasi batuan berukuran merata dengan sedikit bongkah
kurang dari 15% dari jumlah batuan yang terbongkar per peledakan).
4. Diperoleh dinding batuan yang stabil dan rata (tidak ada overbreak,
verhang, retakan–retakan).
5. Aman
6. Dampak terhadap lingkungan minimal.
(Koesnaryo, 1988 : 1 - 2)
2.2.1. Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara
lubang – lubang bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris
berikutnya ataupun antara lubang bor yang satu dengan lubang bor
yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan urutan waktu
peledakan serta arah runtuhan material yang diharapkan.
Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Box Cut, yaitu pola ini arah lemparan seluruhnya ke tengah area
peledakan, biasa digunakan apabila kesulitan atau tidak ada free
face lain selain di atas.
2. Echelon, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke
salah satu sudut dari bidang bebasnya.
3. “V” cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya
kedepan dan membentuk huruf V.
4. Flat Face, yaitu pola peledakan dengan waktu tunda yang sama
untuk tiap deret lubang ledak (row by row).
Beberapa contoh pola peledakan berdasarkan sistem inisiasi
dapat dilihat pada gambar berikut:

9
Gambar 2.3
Pola Peledakan Box Cut

Gambar 2.4
Pola Peledakan Echelon

Gambar 2.5
Pola Peledakan V-Cut

10
Gambar 2.6
Pola Peledakan Flat Face

Secara umum pola peledakan menunjukan urutan ledakan dari


sejumlah lubang ledak. Adanya urutan peledakan berarti terdapat
jeda waktu ledakan diantara lubang-lubang ledak yang disebut
dengan waktu tunda atau delay time. Beberapa keuntungan yang
diperoleh dengan menerapkan waktu tunda (delay time) pada sistem
peledakan antara lain adalah:
1. Mengurangi getaran
2. Mengurangi overbreak dan batu terbang (fly rock)
3. Mengurangi suara (air blast)
4. Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan
5. Dapat memperbaiki ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan
2.2.2.Geometri Peledakan
Untuk memperoleh hasil pembongkaran batuan sesuai
dengan yang diinginkan maka perlu suatu perencanaan ledakan dengan
memperhatikan besaran-besaran geometri ledakan (gambar 3.8), yaitu:
diameter dan kedalaman lubang ledak, burden, spasi, tinggi jenjang,
stemming, dan subdrilling.
1. Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak
terhadap bidang bebas terdekat dan merupakan arah pemindahan
batuan (displacement) akan terjadi. Jarak burden yang baik adalah
jarak yang memungkinkan energi ledakan dapat secara maksimal
bergerak keluar dari kolom isian menuju bidang bebas, dan
dipantulkan kembali dengan kekuatan yang cukup untuk melampaui

11
kuat tarik batuan sehingga akan terjadi penghancuran batuan,
sehingga pecahnya batuan yang terjadi dapat sesuai dengan
fragmentasi batuan yang direncanakan dengan mengupayakan
sekecil mungkin terjadinya batu terbang (flyrocks), bongkah dan
retaknya batuan pada batas akhir jenjang.
2. Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak
terhadap bidang bebas terdekat dan merupakan arah pemindahan
batuan (displacement) akan terjadi. Jarak burden yang baik adalah
jarak yang memungkinkan energi ledakan dapat secara maksimal
bergerak keluar dari kolom isian menuju bidang bebas, dan
dipantulkan kembali dengan kekuatan yang cukup untuk melampaui
kuat tarik batuan sehingga akan terjadi penghancuran batuan,
sehingga pecahnya batuan yang terjadi dapat sesuai dengan
fragmentasi batuan yang direncanakan dengan mengupayakan
sekecil mungkin terjadinya batu terbang (flyrocks), bongkah dan
retaknya batuan pada batas akhir jenjang.
3. Spasi (S)
Spasi adalah jarak terdekat antara dua lubang ledak yang
berdekatan di dalam satu baris (row). Perbandingan jarak spasi
dengan burden (S/B) pada pola peledakan dan penyebaran
energinya. Apabila spasi terlalu besar, akan menyebabkan banyak
bongkah atau bahkan batuan hanya mengalami keretakan dan
menimbulkan tonjolan diantara dua lubang ledak setelah diledakkan,
karena energi ledakan dari lubang yang satu tidak mampu
berinteraksi dengan energi dari lubang lainnya tetapi bila jarak spasi
terlalu keci,akan menyebabkan batuan hancur menjadi halus,
disebabkan karena energi yang menekan terlalu kuat dan
menimbulkaan efek ledakan berupa noise (kebisingan) dan flyrocks.
4. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah tambahan kedalaman pada lubang bor di
bawah lantai jenjang yang dibuat dengan maksud agar batuan dapat
terbongkar sebatas lantai jenjangnya. Jika panjang subdrilling terlalu
kecil maka batuan pada batas lantai jenjang tidak lengkap terbongkar
sehingga akan menyisakan tonjolan pada lantai jenjangnya.

12
Sebaliknya bila panjang subdrilling terlalu besar akan menghasilkan
ground vibration dan secara langsung akan menambah biaya
pemboran dan peledakan.
5. Stemming (T)
Stemming adalah tempat material penutup di dalam lubang
ledak, yang letaknya di atas kolom isian bahan peledak. Fungsi
stemming adalah agar terjadi keseimbangan tekanan dan
mengurung gas-gas hasil ledakan sehingga dapat menekan batuan
dengan energi yang maksimal. Disamping itu stemming juga
berfungsi untuk mencegah agar tidak terjadi batuan terbang (flyrocks)
dan ledakan tekanan udara (airblast) saat peledakan.
Dalam hal ini panjang stemming juga dapat mempengaruhi
ukuran fragmen batuan hasil peledakan, dimana stemming yang
terlalu panjang dapat mengakibatkan terbentuknya bongkah apabila
energi ledakan tidak mampu untuk menghancurkan batuan di sekitar
stemming tersebut, dan stemming yang terlalu pendek dapat
mengakibatkan terjadinya batuan terbang dan pecahnya batuan
menjadi lebih kecil.
6. Kedalaman lubang ledak (L)
Kedalaman lubang ledak merupakan panjang kolom ledak
dari permukaan lubang sampai ke dasar lubang ledak. Dalam
penentuan kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan
tingkat produksi (kapasitas alat muat).
7. Tinggi Jenjang (H)
Tinggi jenjang merupakan jarak vertikal antara permukaan
lubang ledak sampai lantai jenjang.
8. Powder Column (PC)
Powder Column merupakan tinggi kolom pada lubang ledak
yang diisi dengan bahan peledak.

13
J
H L
L
H

Gambar 2.7
Geometri peledakan

2.2.3. Geometri Peledakan (Menurut R.L.Ash)


1. Burden (B)
Untuk menentukan burden, R.L. Ash (1967) mendasarkan
pada acuan yang dibuat secara empirik, yaitu adanya batuan standar
dan bahan peledak standar.
a. Batuan standar adalah batuan yang mempunyai berat jenis atau
densitas 160 lb/cuft (2,00 ton/m3 ), tidak lain dari densitas batuan
rata-rata.
b. Bahan peledak standar adalah bahan peledak yang mempunyai
berat jenis (SG) 1,2 dan kecepatan detonasi (Ve) 12.000 fps
(4.000 m/det).
Apabila batuan yang akan diledakkan sama dengan batuan
standar dan bahan peledak yang dipakai ialah bahan peledak
standar, maka digunakan burden ratio (Kb) yaitu 30. Tetapi bila
batuan yang akan diledakkan tidak sama dengan batuan standar dan
bahan peledak yang digunakan bukan pula bahan peledak standar,
maka harga Kb-standar itu harus dikoreksi menggunakan faktor
penyesuaian (adjustment factor).

Kb x De Kb x De
................
B (ft) atau B  (m)
12 39.3 ........................( 2.1)

14
Keterangan :

De = Diameter lubang ledak (inchi)


Kb = Burden Ratio
B = Burden
Bobot isi batuan standar (Dst) = 160 lb/cuft
Bahan peledak : SGstd = 1,20 Vestd = 12000 fps
Kbstd = 30
Maka :
Kb terkoreksi = 30 x AF1 x AF2 ..................................(2.2)
Keterangan:
AF1 = adjustment factor untuk batuan yang diledakan
AF2 = adjustment factor untuk bahan peledak yang dipakai
Dengan :
1
 Dstd  3
AF1 =   .......................................(2.3)
 D 
D = bobot isi batuan yang diledakan
1
 SGxVe 2
 3
AF2 =  2
 ............................................(2.4)
 SG std xVestd 
SG = berat jenis bahan peledak yang dipakai
Ve = VOD bahan peledak yang dipakai
Kbterkoreksi xDe
Jadi : B = (meter) .........................................(2.5)
39,3
2. Spacing (S)
Ks = S / B ...............................................(2.6)
Dimana : Ks = Spacing ratio (1,00 – 2,00)
S = Ks . B (meter) ...........................................(2.7)
Ukuran spacing dipengaruhi oleh:
a. Cara peledakan yang digunakan (serentak atau beruntun)
b. Fragmentasi yang diinginkan
c. Delay interval
Berdasarkan cara urutan peledakannya, penentuan spacing
adalah sebagai berikut:

15
a. Peledakan serentak, S=2B
b. Peledakan beruntun dengan delay interval (second delay), S = B
c. Peledakan dengan millisecond delay, S antara 1B hingga 2B
d. Jika terdapat kekar yang tidak saling tegak lurus, S antara 1,2B
hingga 1,8B
e. Peledakan dengan pola equateria dan beruntun tiap lubang ledak
dalam baris yang sama, S = 1,15B
3. Stemming (T)
T = Kt x B ......................................................(2.8)
Dimana:
Kt = stemming ratio (0,75 – 1,00)
Kt = T / B (meter)
4. Kedalaman Lubang Ledak (L)
L = Kl x B .....................................................(2.9)
Dimana:
Kl = hole depth ratio (1,5 – 4,0)
5. Subdrilling (J)
J = Kj x B .......................................................(2.10)
Dimana:
Kj = subdrilling ratio (0,2 – 0,4)
Kj = J / B (meter)
Panjang subdrilling dipengaruhi oleh struktur geologi, tinggi
jenjang dan kemiringan lubang ledak.
6. Powder Column (PC)
PC = L – T ...................................................(2.11)
Dimana:
PC = panjang kolom isian (meter)
L = kedalam lubang ledak (m)
T = stemming (m)
7. Loading Density (LD)
LD = ¼ π D2 x handak ..........................................(2.12)

E = PC x LD x n ................................................(2.13)
Keterangan:
D = diameter isian handak (cm)
handak = densitas handak (gr/cc)

16
n = jumlah lubang ledak
9. Powder Factor (PF)
PF = E/W ................................................(2.14)
Keterangan :
Pf = Powder Faktor (kg/bcm)
W = berat batuan yang diledakan (bcm)
E = berat handak yang digunakan (kg)

2.3. Peralatan dan Perlengkapan Peledakan


Peralatan peledakan adalah alat bantu peledakan yang dapat dipakai
berulang-ulang dalam kegiatan peledakan, secara umum terdiri atas alat
pemicu peledakan, alat pencampur dan pengisi, serta alat pendukung
peledakan.
1. Alat Pemicu Peledakan
Alat pemicu peledakan tergantung pada jenis detonator, yaitu:
a. Lighter, untuk menyulut sumbu api pada peledakan dengan detonator
biasa.
b. Blasting machine, untuk peledakan menggunakan detonator listrik.
c. Shotgun, untuk peledakan menggunakan detonator non-elektrik.
2. Alat bantu peledakan listrik:
a. Blasting Ohmmeter (BOM)
b. Pengukur kebocoran arus listrik
c. Multimeter peledakan
d. Pengukur kekuatan blasting machine
e. Pelacak kilat (lightning detector)
3. Alat Pendukung Peledakan
Alat pendukung peledakan berkaitan dengan aspek keselamatan
dan keamanan kerja serta lingkungan dalam rangka meraih target
produksi, terdiri atas dari:
a. Alat pengangkut bahan peledak, adalah alat atau kendaraan yang
digunakan untuk mengangkut bahan peledak dari gudang ke lokasi
peledakan atau dari satu lokasi ke lokasi peledakan yang lain.
b. Alat pengamanan peledakan harus selalu dipersiapkan pada saat
pelaksanaan peledakan, di antaranya radio komunikasi (HT), sirine,
bendera merah atau pita pembatas area yang akan diledakkan, dan

17
rambu-rambu di lokasi yang diperkirakan terkena dampak negatif
langsung akibat peledakan.
c. Alat pemantau dampak peledakan, berfungsi untuk mengukur adanya
kemungkinan dampak negatif dari getaran dan kebisingan akibat
peledakan terhadap lingkungan sekitar titik peledakan. Alat pemantau
peledakan antara lain pemantau getaran dan pemantau kebisingan
suara
d. Alat penelitian, antara lain VOD meter untuk mengukur kecepatan reaksi
detonasi bahan peledak dan video kamera untuk menganalisis suatu
operasi peledakan ditinjau dari aspek pelemparan batuan, gerakan
fragmentasi batuan, dan dimensi fragmentasi butiran hasil peledakan.
Perlengkapan peledakan adalah bahan pelengkap yang habis pakai
dalam sekali peledakan. Berikut ini adalah beberapa perlengkapan peledakan:
1. Detonator
Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi
dalam bentuk letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang
memberikan efek kejut terhadap bahan peledak peka detonator atau
primer. Detonator disebut dengan blasting capsule atau blasting cap.
Berikut ini adalah jenis-jenis detonator berdasarkan sumber energi
pemicunya:
a. Detonator biasa (plain detonator), sumber energi pemicunya berupa
panas hasil pembakaran sumbu api (safety fuse). Sumbu api dinyalakan
dengan penyulut api (lighter) atau dengan lead spritter.
b. Detonator listrik (electric detonator), sumber energi pemicunya berupa
arus listrik. Detonator ini dinyalakan dengan blasting machine, isian
detonator listrik sama dengan detonator biasa. Detonator listrik
dilengkapi dengan dua kawat yang dinamakan leg wire.
c. Detonator Non-Listrik (non-electric detonator) atau bisa juga disebut
nonel, sumber energi pemicunya berupa gelombang detonasi. Alat
penyalaan nonel berupa shotgun, sumbu ledak, dan dapat juga
menggunakan satu detonator, baik detonator biasa maupun detonator
listrik. Delay time nonel bisa dipasang di dalam lubang disebut in-hole
delay, dan di permukaan disebut surface delay.

18
2. Sumbu api
Sumbu api adalah alat berupa sumbu yang fungsinya
merambatkan api dengan kecepatan tetap. Perambatan api tersebut dapat
menyalakan ramuan pembakar (ignition mixture) di dalam detonator biasa,
sehingga dapat meledakkan isian primer dan isian dasarnya.
3. Sumbu ledak
Berbagai nama untuk sumbu ledak yang dikenal di lapangan
antara lain detonating cord, detonating fuse, atau cordtex. Pada bagian inti
sumbu ledak terdapat bahan peledak PETN, yaitu salah satu jenis bahan
peledak kuat dengan kecepatan rambat sekitar 6000 – 7000 m/s.
Komposisi PETN di dalam tersebut bervariasi dari 3,6 – 70 gr/m.
4. Connector (Penyambung)
Penyambung adalah perlengkapan yang diperlukan untuk
menghubungkan kawat listrik atau sumbu peledakan antar lubang ledak.
Jenis connector beserta fungsinya antara lain:
a. Igniter cord connector, berfungsi menyambung sumbu api antar lubang
pada peledakan dengan detonator biasa.
b. Delay detonator, berfungsi menyambung sumbu ledak antar lubang dan
sekaligus mengatur waktu tunda permukaan.
c. Connecting Wire, berfungsi menyambung leg wire antar lubang pada
peledakan dengan detonator listrik.
d. Lead wire (kawat utama), berfungsi menghubungkan rangkaian
peledakan listrik dengan blasting machine.
e. Lead in line, berfungsi menyambung nonel dengan alat pemicu ledak.
5. Primer
Primer adalah peledak berbentuk dodol yang sudah dirangkai
dengan detonator dan diletakkan di dalam kolom lubang ledak. Cara
pembuatan primer pada prinsipnya sama untuk semua jenis detonator,
yaitu menyisipkan detonator pada dodol/ booster.
6. Bahan Peledak
Bahan peledak adalah campuran senyawa kimia yang dapat
bereaksi dengan kecepatan tinggi. Gas dan panas yang dihasilkan akan
menyebabkan suatu tekanan yang sangat tinggi yang dapat bersumber dari
panas, gesekan, tumbukan. Bahan-bahan peledak yang dipergunakan
umumnya adalah campuran dari persenyawaan-persenyawaan yang

19
mengandung 4 (empat) elemen-elemen dasar, yaitu: C (Carbon), H
(Hidrogen), N (Nitrogen), dan O (Oksigen).
Secara umum peledakan akan terjadi jika terdapat 3 komponen,
yaitu: oxidizer, bahan bakar, dan pemicu (penyalaan). Oxidizer berfungsi
sebagai agen yang mentransfer oksigen bagi keberlangsungan reaksi
pembakaran pada bahan bakar. Bahan peledak yang terdiri dari oxidizer
dan bahan bakar tidak akan meledak jika tidak adanya pemicu atau
penyalaan (initiation).
Agen peledakan adalah campuran bahan-bahan kimia yang tidak
diklasifikasikan sebagai bahan peledak, dimana campuran tersebut terdiri
dari bahan bakar (fuel) dan oksida. Agen peledakan disebut juga dengan
nama nitrocarbonitrate, karena kandungan utamanya nitrat sebagai
oksidator yang diambil dari ammonium nitrat (NH4NO3) dan karbon sebagai
bahan bakar.

20
BAB III
METODE PENGAMATAN

3.1. Metode Pengumpulan Data


Pengamatan di lapangan ditujukan untuk mendapatkan data-data
yang diperlukan secara langsung di lapangan. Data yang dibutuhkan dan
diperoleh merupakan data yang berhubungan dengan akurasi geometri
lubang ledak. Untuk terpenuhinya data yang dibutuhkan maka dilakukan
beberapa teknik pengumpulan data, meliputi:
1. Observasi Lapangan, teknik ini dilakukan dengan cara peninjauan
lapangan untuk melakukan pengamatan secara langsung terhadap situasi,
kondisi, dan aktifitas di lokasi kegiatan serta jika diperkenankan mengikuti
atau ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan perusahaan.
2. Studi Literatur, teknik ini dilakukan dengan cara pengumpulan sumber
informasi yang berkaitan dengan kegiatan kerja praktek dan berasal dari
referensi pihak perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan.
3. Wawancara, teknik ini dilakukan dengan cara tanya jawab langsung
terhadap personal (manusia) dari pihak perusahaan yang merupakan
sumber informasi yang berhubungan dengan kegiatan dan masalah yang
disoroti pada kegiatan kerja praktek ini.

3.2. Metode Kegiatan Praktek

Dalam pelaksanaan kerja praktek akan menggunakan metode


peledakan yang dipakai di PT jhonlin baratama dengan menggunakan
peralatan yang ada atau tersedia di perusahaan. Dalam kegiatan praktek
diperlukan pengambilan data, data yang diperlukan berupa data primer dan
data sekunder, data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di
lapangan. Khususnya mengenai tata laksana kegiatan peledakan dan cara-
cara melakukan peledakan serta data yang diperoleh dari hasil peledakan
khususnya dalam hal praktiknya. Data sekunder diperoleh dari perusahaan
terkait berupa kondisi geologi, letak topografi dan lain-lain.

21
BAB IV
SISTEMATIKA PENULISAN

4.1. Sistematika Penulisan Kerja


Laporan kerja praktek (KP) akan kami rangkum secara rinci dan
sistematik dengan rencana daftar isi sebagai berikut:
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Batasan Masalah
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.2 Kondisi Umum Perusahaan
2.3 Keadaan Geologi
2.3 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Batubara
2.4 Target Produksi
2.5 Kegiatan Penambangan
BAB III DASAR TEORI
3.1 Pemboran Lubang Ledak
3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran
3.3 Pola Pemboran
3.4 Kegiatan Peledakan
3.5 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Peledakan
3.6 Pola Peledakan
3.7 Geometri Peledakan
3.8 Geometri Peledakan (Menurut R.L.Ash)

22
3.9 Peralatan dan Perlengkapan Peledakan
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Kegiatan Pemboran Lubang Ledak
4.2 Kegiatan Peledakan
4.3 Geometri Peledakan
4.4 Faktor-faktor yang Menghambat Peledakan
BAB V PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
5.1 Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Peledakan
5.2 Hasil Pengamatan dan Pembahasan
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

23
BAB V
JADWAL KEGIATAN

5.1. Jadwal Kegiatan


Kegiatan kerja praktek ini kami usulkan/ajukan di PT jhonlin baratama
yang akan dilaksanakan selama 1 bulan, di mulai dari tanggal 20 februari- 20
maret 2020 Dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
Tabel 5.1
Rincian Kegiatan Kerja Praktek
Agustus September Oktober
Kegiatan Kerja
Keterangan
Praktek 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Orientasi Lapangan
Lapangan

Pengambilan Data
Pembuatan Laporan
Presentasi
Bimbingan Laporan
Kampus

Seminar Hasil KP
Sidang KP

5.2. Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek


Kegiatan kerja praktek ini bertempat di di Pt Jhonlin Baratama Satui Sungai
Danau Kabupaten Tanah Bumbu Selatan Provinsi Kalimantan Selatan

5.3. Peserta Kerja Praktek


Peserta kerja praktek adalah mahasiswa jurusan teknik
Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat, yang
berjumlah 2 orang yaitu:
1. M. Zhaqir Hussein (1710813310009)

24
BAB VI
PENUTUP

6.1. Penutup

Demikian proposal kerja praktek ini kami buat dengan tema yang
diusulkan sebagai bahan pertimbangan pihak perusahaan agar dapat
menerima dan memberikan kesempatan bagi kami untuk melaksanakan kerja
praktik. Mengenai topik tidak menutup kemungkinan usulan dari perusahaan
dan kami bersedia mengikuti aturan dari perusahaan. Atas perhatian pihak
perusahaan kami ucapakan terima kasih.

25
DAFTAR PUSTAKA

Koesnaryo, S. 1998. “Bahan Peledak dan Metode Peledakan”, Jurusan Teknik


Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”, Yogyakarta, Halaman 1-2

Koesnaryo, S. 2001, Pemboran untuk Penyediaan Lubang Ledak, Fakultas


Teknologi Mineral – Jurusan Teknik Pertambangan UPN “Veteran”
Yogyakarta. Hal : 5 - 21.

Jimeno, C. L., cs. 1995. Drilling and Blasting of Rocks, A.A. Balkema, Nederlands.
Hal 191 – 216.
Rully Rumanda. 2019. Proposal kerja praktek pengamatan kegiatan peledakan di
PT antang gunung meratus. Fakultas Teknik . Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarbaru

Anda mungkin juga menyukai