Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PROSEDUR ANALISIS PROKSIMAT BATUBARA


& CARA MENENTUKAN NILAI TOTAL SULFUR
BATUBARA

DISUSUN OLEH:
MURNIATI
09320200143
C1

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa menjadi bahan acuan dalam proses pembelajaran.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 26 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Maksud dan Tujuan

1.3 Rumusan Masalah

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Batubara

2.2 Analisis Proksimat

2.3 Prosedur Analisis Proksimat

2.4 Hasil dan Pembahasan

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batubara merupakan sumber energi alternatif yang sangat berperan dalam


meningkatkan laju pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Dengan
meningkatnya harga batubara di pasar domestik maupun mancanegara pada
bebrapa tahun terakhir ini, maka berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai
pihak untuk mengekploitasi dan memanfaatkan batubara yang ada di berbagai
daerah di Indonesia. Oleh karena itu produksi dan komsumsi batubara di Indonesia
akan terus ditingkatkan terutama sebagai bahan bakar.
Batubara juga merupakan bahan galian strategis dan menempati posisi
yang sangat penting dalam pembangunan nasional, maka posisi batubara sebagai
bahan bakar alternatif yang sangat diharapkan dapat mengantisipasi krisis energi
dengan meningkatkan pemanfaatannya untuk keperluan domestik sebagai bahan
bakar pada pembangkit tenaga listrik, industri maupun untuk kepentingan ekspor.
Untuk keperluan ini dibutuhkan batubara yang mempunyai kualitas yang baik.
Kualiatas dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pengaruh
kandungan kandungan air, abu, zat terbang, karbon padat yang dapat menurunkan
kualitas pada batubara.
Maka dari itu penulis melakukan penyusunan makalah mengenai proses
analisis pada batubara, dalam hal ini yaitu analisis proksimat. Penulis mengutip
salah satu contoh jurnal mengenai analisis proksimat pada batubara di salah satu
perusahaan tambang batubara dengan tujuan mempelajari persentase kandungan
air, abu, zat terbang dan karbon padat dan pengaruhnya terhadap nilai kualitas
pada batubara.
1.2 Maksud dan Tujuan

Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
preparasi dan pencucian batubara serta bertujuan untuk mengetahui serta
mempelajari prosedur analisis proksimat batubara dan cara menentukan nilai total
sulfur pada batubara.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ingin dijelaskan dalam makalah ini yaitu:
1. Mengetahui definisi dari batubara.
2. Mengetahui serta dapat mempelajari lebih dalam mengenai analisis
proksimat pada batubara.
3. Mengetahui cara menentukan nilai total sulfur pada batubara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batubara

Gambar 2.1 Batubara

Secara umum batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan purba yang


mengalami pengendapan pada kondisi tertentu selama jutaan tahun. Pada kondisi
tertentu disini yaitu pada kondisi dimana tumbuhan purba tersebut terendapkan
pada area tanpa oksigen, sehingga bakteri aerob yang akan membusukkan
tumbuhan tersebut tidak mampu berkembang dengan baik. Dengan pengendapan
yang lama dengan bantuan tekanan dan suhu yang tinggi maka setelah jutaan tahun
akan mengalami proses pembatubaraan (coalification), terbentuklah gambut, lignit,
sub-bituminus, bituminous, kemudian antrasit secara berurutan berdasarkan
kualitas batubara tersebut.
Sebenarnya berdasarkan teori tempat terbentuknya, terdapat 2 teori yang
dikenal, teori insitu dan teori drift. Pada teori insitu batubara terbentuk ditempat
tumbuhan purba tersebut ada, sedangkan teori drift, tumbuhan purba tersebut
mengalami transportasi terlebih dahulu sebelum terendapkan dan mengalami
proses coalification. Pada teori insitu biasanya batubara berkualitas baik dan
penyebarannya merata (Muara Enim, Sumatera Selatan), sedangkan batubara pada
teori drift bersifat menyebar dan kualitas kurang baik dikarenakan terdapat
pengotor yang ikut tertransportasi (Delta Mahakam, Kalimantan Timur).
Sebagai salah satu bahan galian dari alam, batubara mempunyai
heterogenitas, dan kompleksitas yang tinggi. Beberapa pakar telah mencoba
memberikan definisi batubara yaitu:
1. Spackman (1958 ): Batubara adalah suatu benda padat karbonan
berkomposisi maseral tertentu.
2. The lnternational Hand Book of Coal Petrography (1963) : Batubara
adalah batuan sedimen yang mudah terbakar, terbentuk dari sisa-sisa
tanaman dalam variasi tingkat pengawetan, diikat oleh proses kompaksi
dan terkubur dalam cekungan-cekungan pada kedalaman yang
bervariasi, dari dangkal sampai dalam.
3. Thiessen (1974) : Batubara adalah suatu benda padat yang kompleks,
terdiri dari bermacam-macam unsur kimia atau merupakan benda padat
organik yang sangat rumit.
4. Achmad Prijono, dkk. (1992) : Batubara adalah bahan bakar hydro-
karbon padat yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan dalam lingkungan
bebas oksigen dan terkena pengaruh temperatur serta tekanan yang
berlangsung sangat lama.
Dari beberapa sumber diatas, dapat dirangkum suatu definisi yaitu
“batubara adalah berupa sedimen organik bahan bakar hidrokarbon padat yang
terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah mengalami pembusukan secara
biokimia, kimia dan fisika dalam kondisi bebas oksigen yang berlangsung pada
tekanan serta temperatur tertentu pada kurun waktu yang sangat lama”
Batubara di dunia ini tentunya tidak sama, ada berbagai parameter yang
membuat batubara tersebut berbeda, sehingga memiliki sifat dan kualitas yang
berbeda pula. Saat ini paling tidak terdapat 16 parameter batubara (total sulfur,
calorific value, analisis proksimat, analisis ultimat, analisis abu, hardgrove
grindability Index, dll). Tidak semua parameter diujikan pada batubara yang akan
dijual, pengujian dilakukan sesuai dengan keperluannya saja, misal untuk bahan
bakar tanur maka perlu diketahui nilai kalornya (memenuhi panas yang diperlukan)
dan total sulfurnya (mengurangi tingkat korosi tanur).
2.2 Analisis Proksimat

Kualitas batubara yang digunakan pada pembangkit listrik tenaga uap


perlu dianalisis terlebih dahulu agar sesuai dengan standar batubara yang
diperlukan pada pembangkit listrik tenaga uap. Analisis yang dilakukan untuk
mengetahui kualitas batubara meliputi analisis proksimat, analisis persentase sulfur
dan analisis nilai kalor. Dengan menggunakan batubara berkualitas tinggi maka
dapat meningkatkan efisiensi dari pembangkit listrik tenaga uap (Kaur et al., 2015)
Analisis proksimat merupakan analisis yang meliputi moisture content,
volatile matter, ash content dan fixed carbon dari sampel batubara (Yadav &
Yadav, 2017). Analisis proksimat merupakan cara yang paling sederhana dan
paling umum digunakan dalam menilai batubara, analisis ini juga sering digunakan
bagi konsumen dalam memilih kualitas batubara sesuai kebutuhan sebelum
membeli batubara (Sepfitrah, 2016), serta digunakan oleh operator dalam
memprediksi performanya (Zhu, 2014).
Analisis proksimat bertujuan untuk mengkuantifikasi nilai moisture atau
air yang dikandung batubara, baik air permukaan (free moisture) maupun air
bawaan (inherent moisture), kemudian mengkuantifikasi pula kandungan abu (ash),
zat terbang (volatile matters), dan karbon tertambat (fixed carbon).
Dalam menentukan nilai kalor batubara, sulfur merupakan salah satu
parameter yang penting untuk dianalisis. Selain itu, analisis sulfur perlu dilakukan
karena sulfur sangat memberikan dampak terhadap lingkungan dalam bentuk emisi
SO2, sehingga perlu dipastikan jumlahnya dibawah ambang batas yang ditetapkan
(Zhu, 2014).
Dalam menghitung kandungan air bawaan secara garis besar adalah dengan
membakar sample batubara + 1 gram yang telah digerus kira-kira sebesar 200 mesh.
Masukkan sample tersebut dalam oven dengan suhu 105°-110° C selama 1,5 jam.
Dengan asumsi bahwa air akan menguap semua setelah dipanaskan dalam suhu
105°-110°. Kemudian dengan rumus seperti dibawah ini akan diketahui persentase
berat air bawaan pada batubara tersebut.
Keterangan :
IM : Inherent Moisture (Air Bawaan)
m1 : berat wadah
m2 : berat wadah + sample
m3 : berat wadah + sample (setelah dari oven)
Komponen analisis proksimat lainnya adalah menghitung kandungan abu.
Secara garis besar sama dengan menghitung kandungan air bawaan, tetapi suhu
yang digunakan adalah lebih tinggi. Panggang sample dengan suhu 500°C selama
30 menit, lalu naikkan suhu menjadi 750°C kemudian diamkan hingga 1,5 jam.
Setelah selesai, dengan menggunakan rumus di bawah ini akan didapat persentase
kandungan abu pada sample batubara tersebut.

Keterangan :
Ash : Ash Content (Kadar Abu)
m1 : berat wadah
m2 : berat wadah + sample
m3 : berat wadah + sample (setelah dari oven)
m4 : berat wadah bersih (setelah dari oven)
Perhitungan selanjutnya adalah perhitungan kandungan zat terbang pada
batubara. Pada pengujian ini masih menggunakan 1 gram sample batubara, namun
pembakaran dilakukan dengan suhu 900°C selama 7 menit dan tanpa kontak udara
(ventilasi oven/furnace ditutup). Setelah selesai, gunakan rumus dibawah ini untuk
menghitung persentase zat terbang batubara tersebut.

Keterangan :
VM : Volatile Matters (Zat terbang)
m1 : berat wadah
m2 : berat wadah + sample
m3 : berat wadah + sample (setelah dari oven)
Setelah kandungan air bawaan, kandungan abu, dan zat terbang telah
berhasil didapat, maka perhitungan terakhir dalam analisis proksimat adalah
menghitung karbon tertambat (fixed carbon). Rumusnya adalah sebagai berikut :

Keterangan :
FC : Fixed Carbon, %
IM : Inherent Moisture, %
AC : Ash Content, %
VM : Volatile Matters, %
Fixed carbon tidak dapat dihitung dengan pengujian secara langsung di
laboratorium, melainkan dengan pengurangan kandungan pengotornya, yaitu kadar
air, kadar abu dan zat terbang. Berikut beberapa istilah dalam perhitungan energy.
1. BCURA (British Coal Utilisation Research Association) yaitu rumus
untuk menghitung bahan mineral dalam batubara (MM/mineral matter
(%) = 1,1A (Ash) + 0,053S (Sulphur) + 0,74 CO2 – 0,36.
2. BOE (Barrel of Oil Equivalen) yaitu konversi barrel minyak terhadap
batubara. 1 BOE setara dengan 0,2004 Ton Batubara.
3. BTU (British Thermal Unit) yaitu jumlah panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 pound air sebanyak 1°F, untuk berat jenis maksimum
(=1) pada suhu 39,1°F. 1 BTU ekuivalen dengan 1054,35 joule atau
0,25199 Kcal.

2.3 Prosedur Analisis Proksimat

2.3.1 Analisis Kandungan air


1. Menimbang berat cawan terlebih dahulu dan dicatat beratnya sebagai
(M1).
2. Sampel batubara kemudian dimasukan ke dalam cawan lalu ditimbang
dan dicatat berat sampel kurang lebih 1 gram sebagai (M2).
3. Sampel yang sudah ditimbang kemudian di masukan ke dalam oven.
4. Menambah suhu oven kurang lebih 1050 C.
5. Sampel batubara didiamkan di dalam oven kurang lebih 2 jam.
6. Sampel dikeluarkan dari dalam oven yang sudah dipanaskan.
7. Menutup sampel dengan menggunakan penutup cawan.
8. Sampel kemudian di masukan ke dalam desikator.
9. Sampel didinginkan di dalam desikator selama 15 menit.
10. Mengeluarkan sampel dan menimbang kembali sampel yang sudah
didiginkan dan dicatat berat sample sebagai (M3).
11. Menghitung persentase kandugan moisture dengan menggunakan.
2.3.2 Analisis Kandungan Abu
1. Menimbang cawan ash pada neraca analitik dan dicatat beratnya sebagai
M1.
2. Sampel kemudian di masukan ke dalam cawan dan ditimbang beratnya
kurang lebih1 gram dan mencatat beratnya sebagai M2.
3. Sampel dimasukan ke dalam furnace menggunakan penjepit panjang.
4. Mengatur temperature Furnace pada 5000C dan didiamkan selama 60
menit.
5. Setelah 1 jam, suhu furnace dinaikan 7500C dan dibiarkan selama 120
menit.
6. Furnace dimatikan dan diamkan selama 15 menit dimana pintu furnace
dalam keadaan terbuka.
7. Sampel kemudian di keluarkan dari furnace menggunakan penjepit
panjang.
8. Menimbang sampel yang sudah di oven dan dicatat berat sampel sebagai
M3.
9. Membersihkan cawan menggunakan kuas lalu ditimbang kembali
sebagai M4.
10. Menghitung persentase ash content dengan menggunakan rumus:
% ASH (M3 − M4) / (M2 − M1) x 100 %
2.3.3 Analisis Kandungan Zat Terbang
1. Berat cawandan penutupnya terlebih dahulu ditimbang pada neraca
analitik dengan tingkat ketelitian dan dicatat beratnya sebagai M1.
2. Menuangkan 1 gram sampel kedalam cawan dan menutup cawan yang
sudah di isi sampel.
3. Berat sampel kemudian dicatat sebagai M2.
4. Sampel lalu dimasukan ke dalam furnace menggunakan penjepit
5. Memastikan suhu furnace pada temperature 9000C.
6. Sampel di dalam furnace dipanaskan selama 7 menit.
7. Sampel dikeluarkan dalam furnace dan didinginkan selama 15 menit
8. Menimbang kembali sampel yang telah di oven dicatat berat massanya
sebagai M3.
9. Melakukan perhitungan volatoile matter dengan menggunkan rumus:
%AVG = (M3 − M4) / (M2 − M1) x 100 %
V = AVG – M
2.3.4 Analisis kandungan karbon
Analisis fixed carbon merupakan bagian dari analisis proksimat dimana
nilai fixed carbon didapatkan dari pengurangan hasil dari kandungan air,
kandungan abu dan zat terbang. Perhitungan kandungan carbon ini
digunakan dengan menggunakan rumus:
FC = 100 –M−ASH – VM

2.4 Hasil dan Pembahasan

Hasil dan pembahasan pada makalah ini diambil dari salah satu jurnal hasil
penelitian dengan judul “ANALISIS PROKSIMAT TERHADAP KUALITAS
BATUBARA DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR” .
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap hasil uji
analisis proksimat pada batubara di laboratorium dari 5 sampel yang telah diuji
maka didapatkanlah hasil persentase kandunganair, kandungan abu, zat terbang
dan karbon padat serta mengetahui pengaruhnya terhadap nilai kalori batubara.
2.4.1 Pengaruh Kandungan Air
Berdasarkan gambar yang ada di bawah dapat dilihat bahwa, pada sampel
kedua menunjukan persentase kandungan air yang tinggi sebesar 18,45% dengan
nilai kalori hanya 5380 Kcal/kg, persentase ini menunjukan bahwa nilai kalori
batubara rendah karena memiliki kandungan air yang tinggi. Sedangkan pada
sampel pertama menunjukan bahwa persentase kandungan air lebih rendah dengan
persentase hanya 15,82% dengan nilai kalori 5680 kcal/kg. ini menunjukan
bahwa semakin tinggi kandungan air maka nilai kalori akan semakin turun.

Gambar 2.2 Kandungan Air Terhadap Nilai Kalori

2.4.2 Pengaruh Kandungan Abu

Gambar 2.3 Kandungan Abu Terhadap Nilai Kalori

Dari hasil analisis proksimat yang dilakukan pada lima sampel, dapat di
dilihat pada gambar grafik di bawah pada sampel kedua, persentase kandungan
abusebesar 3,65% dengan nilai kalori 5380 kcal/kg. Persentase ini menunjukan
bahwa rendahnya nilai kalori karena memiliki kandungan abu yang tinggi.
Sedangkan pada sampel pertama persentase kandungan abusebesar 2,90% dengan
nilai kalori 5680 kcal/kg. Dari gambar yang ada di bawah dapat diliat bahwa salah
satu yang menyebabkan rendahnya nilai kalori adalah karna tingginya
kandungan abu.
2.4.3 Pengaruh Zat Terbang

Gambar 2.4 Pengaruh Zat Terbang Terhadap Nilai Kalori

Dari hasil analisis proksimat yang dilakukan dari lima sampel yang diamati
dapat dilihat berapa besar pengaruh persentase kandungan zat terbang pada gambar
diatas. Pada sampel keempat persentase kandungan zat terbangsebesar 41,40%
dengan nilai kalori 5380 kcal/kg. Kemudian pada sampel kelima persentase
kandungan zat terbang sebesar 42,91% dengan nilai kalori 5643 kcal/kg.
Berdasarkan gambar grafik yang ada diatas maka disimpulkan semakin tinggi
kandungan zat terbang maka nilai kalori semakin naik.
2.4.4 Pengaruh Karbon Padat
Hasil analisis proksimat yang dilakukan dari lima sampel dapat dilihat
berapa besar pengaruh persentase kandungan karbon terhadap nilai kalori
batubara. Berdasarkan gambar dibawah ini pada sampel pertama menunjukan
bahwa persentase kandungan karbon sebesar 38,6% dengan nilai kalori sebesar
5683 kcal/kg. Kemudian pada sampel kedua menunjukan bahwa persentase
kandungan karbon sebesar 36,1% dengan nilai kalori 5380 kcal/kg. Berdasarkan
gambar dibawah maka disimpulkan bahwa semakin tinggi kandungan karbon, maka
nilai kalori semakin naik.

Gambar 2.5 Pengaruh Karbon Terhadap Nilai Kalori


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis uji proksimat yang dilakukan terhadap lima sampel
maka disimpulkanlah bahwa semakin tinggi kandungan air dan kandungan abu
maka nilai kalori pada batubara akan semakin turun, dan pengaruh zat terbang
menunjukan bahwa kadungan zat terbang yang rendah memiliki nilai kalori yang
rendah. Sedangkan pengaruh karbon menunjukan semakin rendah kandungan
karbon batubara maka nilai kalori batubara semakin turun.
DAFTAR PUSTAKA

Aich, S., Behera, D., Nandi, B. K., & Bhattacharya, S. (2020). Relationship between
proximate analysis parameters and combustion behaviour of high ash
Aldinardian-blog
Annisa, A. (2017). Diterminasi Sebaran Kuat Pengaruh Nilai Kandungan Abu
Terhadap Nilai Zat Terbang dan Nilai Kalori Dalam Presntasi. Jurnal
Geosapta, 3(2), 127–131.
Arif, Irwandy, 2014, Batubara Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Arisandy, A. A., Nugroho, W., & Winaswangusti, A. U. (2017). Peningkatan
Kualitas Batubara Sub Bituminous Menggunakan Minyak Residu Di PT. X
Samarinda, Kalimantan Timur (Upgrading The Quality of Sub Bituminous
Coal by Using Recycle Oil at PT. X Samarinda, East Kalimantan Province).
Buku Petunjuk Praktikum Analisis Kualitas Batubara, UPN Veteran Yogyakarta,
2009, Yogyakarta.
Indian coal. International Journal of Coal Science and Technology, 7(4), 766–777.
https://doi.org/10.1007/s40789-020-00312-5
Sukandarrumidi, 2004, Batubara dan Gambut, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Sukandarrumidi, 2006, Batubara dan Pemanfaatannya, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai