Disusun oleh :
Ferdi Fransyah
No Mhs : 15612131
FERDI FRANSYAH
No Mhs: 15612131
Mengetahui,
Pembimbing Instansi
Menyetujui,
Dosen Penguji, Dosen Pembimbing,
Ferdi Fransyah
No Mhs: 15612131
PERBANDINGAN NILAI KALORI DAN NILAI KARBON PADA
BATUBARA YANG DIGUNAKAN DI PLTU SURALAYA
Disusun oleh:
FERDI FRANSYAH
No. Mhs: 15612131
INTISARI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN....................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iv
INTISARI................................................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR TABEL.....................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................2
1.4 Manfaat..............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Perusahaan...............................................................................................4
2.1.1 Visi dan Misi Perusahaan.........................................................................5
2.1.2 Moto Perusahaan......................................................................................6
2.1.3 Tujuan Perusahaan...................................................................................6
2.1.4 Budaya dan Nilai Perusahaan PT. Indonesia Power (IP-AKSI) .............7
2.1.5 Makna bentuk dan Warna Logo ............................................................10
2.2 Unit Pembangkit Suralaya................................................................................11
2.2.1 Sejarah UP Suralaya...............................................................................11
2.2.2 Lokasi UP Suralaya................................................................................14
2.2.3 Struktur Organisasi UP Suralaya............................................................16
18
20
2.3 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)..........................................................21
2.3.1 Prinsip Kerja PLTU................................................................................22
2.4 Batubara...........................................................................................................23
2.4.1 Jenis Batubara........................................................................................24
2.4.2 Analisa Batubara....................................................................................25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat Penelitian..................................................................................................28
3.2 Bahan Penelitian...............................................................................................28
3.3 Cara Kerja........................................................................................................28
3.3.1 Penentuan Residual Moistur dan Total Moistur dalam Batubara...........28
3.3.2 Pengukuran Nilai Kalor (Gross Heat Value) dalam Batubara................29
3.3.3 Pengoperasian alat bomb calorimeter....................................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.................................................................................................................31
4.2 Pembahasan......................................................................................................33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan......................................................................................................38
5.2 Saran.................................................................................................................38
Daftar Pustaka........................................................................................................39
Lampiran................................................................................................................40
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
2. Nitrogen.
kandungan nitrogen dari batubara merupakan hal yang signifikan, khususnya
dengan hubungan polusi udara. jadi batubara dengan nitrogen yang rendah lebih
diharapkan pada industri. Batubara tidak boleh mengandung nitrogen lebih dari
1.5-2.0% (d.a.f.)
3. Oksigen.
Oksigen merupakan komponen dari banyak campuran organik dan anorganik
pada batubara, sebagaimana kandungan moisture. Ketika batubara teroksidasi,
oksigen dapat hadir sebagai oksida, hidroksida dan mineral sulfat, seperti
material orgaink yang teroksidasi. Perlu diingat bahwa oksigen merupakan
indikator penting rank coal.
4. Sulfur
Di dalam batubara, sulfur bisa berupa bagian dari material carbonaceous
atau bisa berupa bagian mineral seperti sulfat dan sulfida.
Kandungan total dari sulfur pada steam coal yang digunakan untuk
pembangkit listrik tidak boleh melebihi 0.8-1 % (air-dried); jumlah maksimum
tergantung dari peraturan emisi lokal. Pada industri semen, total sulfur > 2%
masih diterima, tapi pada coking coals diperlukan maksimum 0.8% (air-dried)
karena value yang lebih tinggi mempengaruhi kualitas baja.
5. Calorivic Value
Calorivic Value atau nilai kalori yaitu jumlah panas yang dihasilkan apabila
batubara dibakar. Panas ini merupakan reaksi eksotermal yang melibatkan
senyawan hidrokarbon dan oksigen. Nilai kalor dibagi menjadi dua, yaitu nilai
kalori kotor dan nilai kalori bersih, Gross Calorific Value (GCV) adalah
nilai kalori kotor sebagai nilai kalor hasil dari pembakaran batubara dengan
semua air dihitung dalam keadaan wujud gas. Net Calorific Value (NCV) adalah
nilai kalori bersih hasil pembakaran batubara dimana kalori yang dihasilkan
merupakan nilai kalor. Harga nilai kalori bersih ini dapat dicari setelah nilai
kalori kotor batubara (Mulyana, 2005).
a. Budaya Perusahaan
Salah satu aspek dari pengembangan sumber daya manusia perusahaan
adalah pembentukan budaya perusahaan. Unsur-unsur budaya perusahaan:
1. Perilaku akan ditunjukan seseorang akibat adanya suatu keyakinan
akan nilai-nilai filosofi.
2. Nilai adalah bagian daripada budaya atau kultur perusahaan yang
dirumuskan untuk membantu upaya mewujudkan budaya perusahaan
tersebut. Di PT. Indonesia Power, nilai ini disebut dengan "Filosofi
Perusahaan".
3. Paradigma adalah suatu kerangka berfikir yang melandasi cara
seseorang menilai sesuatu.
Budaya perusahaan diarahkan untuk membentuk sikap dan perilaku yang
didasarkan pada 5 filosofi dasar dan lebih lanjut, filosofi dasar ini
diwujudkan dalam empat nilai perusahaan PT. Indonesia Power (IP-AKSI).
Tahap II: Membangun dua unit PLTU, yaitu unit 3 dan 4 dengan
kapasitas masing-masing 400MW. Dimana pembangunan-nya
dimulai pada bulan juni 1985 sampai dengan bulan desember
1990 dan telah beroperasi tanggal 6 Februari 1989 untuk unit 3
dan 6 November 1995 untuk unit 4.
Tahap III: Membangun tiga unit PLTU, yaitu unit 5, 6 dan 7 dengan
kapasitas masing-masing 600MW. Dimana pembangunan-nya
dimulai pada bulan januari 1993, dan telah beroperasi pada
bulan oktober 1996 untuk unit 5, bulan april 1997 untuk unit 6
dan oktober 1997 untuk unit 7.
Tahap IV: Membangun satu unit PLTU, yaitu unit 8 dengan kapasitas
625MW. Dimana pembangunannya dimulai pada bulan April
2007, dan telah beroprasi pada bulan April 2011.
Canada untuk Unit 1-4 sedangkan untuk Unit 5-7 dari Black & Veatch
International (BVI) Amerika Serikat. Dalam melaksanakan proyek
pembangunan PLTU Suralaya, mereka dibantu oleh beberapa kontraktor lokal
dan asing.
Saat ini telah terpasang dan siap beroperasi PLTG (Pembangkit Listrik
Tenaga Gas) dengan kontraktor pembuat, yaitu John Brown Engineering,
England. PLTG ini dimaksud untuk mempercepat suplai satu daya sebagai
penggerak peralatan Bantu PLTU, apabila terjadi "black out" pada sistem
kelistrikan Jawa-Bali.
Batubara diperoleh dari tambang Bukit Asam, Sumatera Selatan dari jenis
Subbituminos dengan nilai kalor 5000-5500 kkal/kg.
Keterangan :
Kelebihan dari PLTU adalah daya yang dihasilkan sangat besar. Konsumsi
energi pada peralatan PLTU bersumber dari putaran turbin uap. PLTU Boiler
BB udara Turbin Generator Kondensor Cooling tower Pompa 6 adalah suatu
pembangkit yang menggunakan uap sebagai penggerak utama (prime mover).
Untuk menghasilkan uap, maka haruslah ada proses pembakaran untuk
memanaskan air. PLTU merupakan suatu sistem pembangkit tenaga listrik
yang mengkonversikan energi kimia menjadi energi listrik dengan
menggunakan uap air sebagai fluida kerjanya, yaitu dengan memanfaatkan
energi kinetik uap untuk menggerakkan proses sudu-sudu turbin
menggerakkan poros turbin, untuk selanjutnya poros turbin menggerakkan
generator yang kemudian dibangkitkannya energi listrik. Energi listrik yang
dihasilkan akan menyuplai alat-alat yang disebut beban. (Abdul Kadir, 1996).
2.4 Batubara
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan
oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika
dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Potensi
sumber daya batu bara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau
Kalimantan dan Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu
bara walaupun dalam jumlah kecil dan belum dapat ditentukan
keekonomisannya. Meski batu bara termasuk sumber energi tak terbarukan,
namun hasil penelitian 5 menunjukkan bahwa cadangan batu bara di dunia
saat ini masih sangat melimpah. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data pada
PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, hingga tahun 1991 jumlah batu bara yang
ditambang baru sebesar 14,5 ribu ton dari total cadangan yang diperkirakan
sebesar 34 milyar ton. Jumlah ini cukup untuk memasok kebutuhan energi
listrik hingga ratusan tahun ke depan (Anonim, 2009).
Batu bara adalah campuran berbagai zat. Batu bara berisi zat-zat yang
volatil (bahan-bahan yang dengan mudah menguap) dan embun. Batu bara
mempunyai banyak macam karbon terikat, yaitu bagian padat yang terbakar
sesudah bahan yang mudah menguap dan lembab dipisahkan. Dalam batu bara
terdapat juga abu dalam suatu persentase tertentu. Abu ini adalah bahan yang
tertinggal sesudah pembakaran terjadi (Grolier Internation, 2002). Batu bara
ditemukan dalam lapisan batu bara yang menyelip diantara lapisanlapisan batu
lainnya. Kira-kira 350 juta tahun yang lalu, banyak bagian bumi ini tertutup
daerah yang berpaya dan basah. Pohon-pohon dan pakis tumbuh di payapaya.
Pohon-pohon yang mati jatuh ke lumpur yang lembut. Disini pohonpohon
tersebut membusuk dan berubah menjadi gambut, yang secara bertahap
berubah menjadi batu bara (Dineen, 2001).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Salah satu metode standar yang digunakan untuk coal ultimate analysis
adalah ASTM D3176-09 Standard Prsctice for Ultimate Analysis of Coal and
Coke. Klasifikasi batubara berdasarkan tingkat energinya (SNI 13–6011-1999)
dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu Batubara Energi Rendah dan Batubara
Energi Tinggi.
Batubara energi tinggi (Hard Coal) merupakan semua jenis batubara yang
peringkatnya lebih tinggi dari brown coal, kompak, sulit rapuh, bersifat lebih
keras, memiliki kadar air relatif rendah, umumnya struktur kayu tidak tampak
lagi, pada saat penanganan (coal handling) relatif tahan terhadap kerusakan
fisik. Nilai kalorinya > 7000 kalori per gram (dalam bentuk dry–ASTM).Selain
itu ada juga ASTM 5373-13 Standard Test Methods for Determination Of
Carbon, Hydrogen and Nitrogen in Analysis Samples of Coal and Coke.
Penggunaan analisis ini sebagai berikut:
4.1 Pembahasan
Dalam penelitian ini pengambilan sampel batubara dilakukan pada Coal
Feeder, sebab batubara pada Coal Feeder merupakan batubara yang telah
direduksi sesuai kebutuhan Fan Mill oleh Double Roll Crusher yang berasal
dari Coal Bunker, sehingga menjadi bahan bakar siap pakai
untuk proses pulverized di furnace.
Berdasarkan data yang didapat diketahui bahwa hasil Calorific Value dari
setiap sampel berbeda-beda, hal ini dapat terjadi karena batubara yang datang ke
PT Indonesia Power PLTU UP Suralaya berasal dari Sumatera dan Kalimantan
sehingga dalam perjalanan bisa terkena faktor cuaca seperti hujan yang dapat
menaikan kadar air dalam batubara itu sendiri sehingga hasil pengukuran kalori
berbeda-beda tepengaruh dari seberapa banyak kita memasukan sampel juga.
Berdasarkan Tabel 3 pada sampel BB/2255 didapat nilai kalori yang lebih
besar dari pada sampel BBE/2225 yakni masing-masing dengan rata-rata nilai
sebesar 5821.75 dan 5769.45 Cal/g kemudian dibandingkan dengan nilai karbon
pada sampel yang sama dengan rata-rata bernilai 64.48 dan 63.59. Nilai karbon
yang didapat dari sampel BBE/2255 juga lebih besar dari pada nilai karbon dari
sampel BBE/2225, hal ini menerangkan bahwasanya nilai kalori yang
didapatkan dari sampel berbanding lurus dengan nilai karbon yang didapatkan
dari hasil analaisis ultimate. Pada sampel BBE/2224 didapat nilai karbon lebih
besar daripada sampel BBE/57 akan tetapi pada pengukuran nilai kalor dari
sampel BBE/2224 didapatkan nilai yang lebih kecil dari BBE/57, hal ini
kemungkinan karena adanya kesalahan pada pengukuran nilai kalori dari sampel
BBE/57. Mengapa dapat dikatakan seperti itu ? karena telah dibandingkan
kembali dengan sampel lainnya seperti sampel BBE/2255 yang mana seharusnya
nilai kalori dari sampel BBE/57 lebih kecil dari sampel BBE/2255 karena nilai
karbonnya pun lebih kecil dari sampel BBE/2255. Akan tetapi nilai kalori yang
didapatkan dari sampel BBE/57 lebih besar dari BBE/2255. Kemudian pada
sampel BBE/203 didapatkan nilai rata rata karbon sebesar 62.09 dan nilai
kalorinya sebesar 5736.5 Cal/g dibandingkan dengan rata-rata nilai karbon dan
nilai kalori yang didapat dari sampel BBE/8 dengan rata- rata nilai karbon
sebesar 58.46 dan rata-rata nilai kalori sebesar 5528,65 Cal/g maka dapat
dijelaskan bahwa semakin besar nilai karbon, semakin besar pula nilai kalorinya.
Pada sampel berikutnya yaitu sampel BBE/148 dan sampel BBE/179 dapat
dilihat pada Tabel 3 bahwa rata-rata nilai karbon pada sampel BBE/148 lebih
kecil dari sampel BBE/179 yaitu 58.98 untuk sampel BBE/148 dan 59.41 untuk
sampel BBE/179, kemudian pada Tabel 4 didapatkan hasil nilai kalori dari
sampel BBE/148 yang lebih kecil juga dari sampel BB/179 yaitu sebesar 5599.6
Cal/g untuk sampel BBE/148 dan 5644.05 Cal/g untuk sampel BBE/179. Dan
yang terakhir pada sampel BBE/205 didapatkan rata-rata nilai karbon yang tidak
berbanding lurus dengan sampel BBE/206, yang mana nilai karbon yang
dihasilkan dari analisis ultimate pada sampel BBE/205 lebih besar dari sampel
BBE/206 akan teteapi nilai kalori dari sampel BBE/205 lebih kecil dari sampel
BBE/206. Hal tersebut kemungkinan karena pada proses pengukuran nilai kalori
dari sampel BBE/205 terdapat kesalahan ketika menimbang sampel atau hal
lainnya seperti pengisian oksigen pada bejana.
Salah satu parameter penentu kualitas batubara ialah nilai kalornya, yaitu
seberapa banyak energi yang dihasilkan per satuan massanya. Nilai kalor
batubara diukur menggunakan alat yang disebut bom kalorimeter. Bom
kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai
kalor) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O 2 belebih) suatu
senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada
tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter),
dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat lodam terpasang dalam
tabung.Sejumlah sampel dalam suatu ruang bernama “BOM” dan dinyalakan
atau dibakar dengan sistem penyalaan elektrsis sehingga sampel tersebut
terbakarhabis dan menghasilkan panas. Nilai kalor bahan bakar adalah suatu
besaran yang menunjukkan nilai energi kalor yang dihasilkan dari suatu proses
pembakaran setiap satuan massa bahan bakar.
Berdasarkan hasil data yang telah dibahas diatas dapat ditentukan bahwa
tidak semua data nilai karbon dan nilai kalori pada setiap sampel berbanding
lurus. Karena adanya kesalahan pada proses pengukuran nilai kalori pada sampel
BBE 57 dan BBE 205. Hal ini karena kurang telitinya analis dalam melakukan
pengukuran atau pengujian kualitas batubara dengan menggunakan alat bom
kalorimeter (Bomb Automatic Calorimeter Parr 6200).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktik kerja lapangan yang dilakukan di PT.
Indonesia Power UP Suralaya, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengujian nilai kalori dari barubara dapat dilakukan dengan
menggunakan instrument bomb calorimeter dan nilai karbon batubara
dapat ditentukan dengan metode ultimat dengan menggunakan
instrument LECO CHN 2000 Analyzer.
2. Nilai kalori yang terkandung didalam batubara yang baik akan
berbanding lurus dengan nilai karbon yang dihasilkan dari metode
ultimate pada batubara untuk digunakan dalam pembakaran. Nilai kadar
karbon ini akan semakin bertambah seiring dengan meningkatnya kualitas
batubara.
5.2 Saran
Peraturan dan safety laboratorium analisis batubara diharapkan ditaati
dengan baik. Contohnya adalah dilarang merokok dalam labotarium
dan wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
DAFTAR PUSTAKA
Dineen, J. 2001. Minyak, Gas dan Batubara. PT Ikrar Mandiri Abadi. Jakarta.
32 hlm.