Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ZEOLIT

Oleh:
AGRES KRISMANTONA (13101101017)
STEVANO O. MANOPO (13101101027)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016

ZEOLIT

1. DEFINISI
Mineral zeolit banyak ditemukan di alam sebagai batuan sedimen vulkano.
Penyusunan utama zeolit adalah mordenit dan klipnotilonit dalam berbagai variasi
komposisi. Nama zeolit berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu zein yang
berarti mendidih dan lithos yang berarti batuan. Disebut demikian karena mineral ini
mempunyai sifat mendidih atau mengembang apabila dipanaskan. Dimana air dalam
rongga-rongga zeolit akan mendidih bila dipanaskan pada suhu 100o C (Sutarti dan
Rahmawati, 1994, Anwar dan Nugraha, 1985).

Zeolit didefenisikan sebagai senyawa aluminosilikat yang mempunyai struktur


kerangka tiga dimensi dengan rongga didalamnya. Struktur kerangka zeolit tersusun
atas unitunit tetrahedral (AlO4)-5 dan (SiO4)-4 yang saling berikatan melalui atom
oksigen membentuk pori-pori zeolit. Ion silikon bervalensi 4, sedangkan aluminium
bervalensi 3. Hal ini yang menyebabkan struktur zeolit kelebihan muatan negatif
yang diseimbangkan oleh kationkation logam alkali atau alkali tanah seperti Na+, K+,
Ca+ atau Sr+ maupun kation-kation lainnya. Kation-kation tersebut terletak diluar
tetrahedral, dapat bergerak bebas dalam rongga-rongga zeolit dan bertindak sebagai
counter ion yang dapat dipertukarkan dengan kation-kation lainnya, sifat-sifat inilah

yang mendasari zeolit sebagai penukar kation. Berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
zeolit tersebut zeolit dapat dimanfaatkan sebagai penukar ion, penyaring molekuler,
adsorben dan katalis (Muhammad, 1995).
Zeolit pertama kali ditemukan oleh Freiherr Axel Cronstedt, seorang ahli
mineralogy dari Swedia pada tahun 1756 (Sheppard, 1969: 875-886). Zeolit menurut
proses pembentukannya dibagi 2, yaitu : zeolit alam (natural zeolit) dan zeolit sintetis
(syntetic zeolit). Sedangkan berdasarkan ukuran porinya, zeolit dapat diklasifikasikan
menjadi 3 golongan, yaitu: zeolit dengan pori kecil (small pore zeolit), zeolit dengan
pori medium (medium pore zeolit), dan zeolit dengan pori besar (large pore zeolit).
Zeolit alam biasanya mengandung kation-kation K+ ,Na+, Ca2+ atau Mg2+
sedangkan zeolit sinteti biasanya hanya mengandung kation-kation K+ atau Na+.
Pada zeolit alam, adanya molekul air dalam pori dan oksida bebas di permukaan
seperti Al2O3, SiO2, CaO, MgO, Na2O, K2O dapat menutupi pori-pori atau situs
aktif dari zeolit sehingga dapat menurunkan kapasitas adsorpsi maupun sifat katalisis
dari zeolit tersebut. Inilah alasan mengapa zeolit alam perlu diaktivasi terlebih dahulu
sebelum digunakan. Aktivasi zeolit alam dapat dilakukan secara fisika maupun kimia.
Secara fisika, aktivasi dapat dilakukan dengan pemanasan pada suhu 300- 400 oC
dengan udara panas atau dengan sistem vakum untuk melepaskan molekul air.
Sedangkan aktivasi secara kimia dilakukan melalui pencucian zeolit dengan larutan
Na2EDTA atau asam-asam anorganik seperti HF, HCl dan H2SO4 untuk
menghilangkan oksida-oksida pengotor yang menutupi permukaan pori.

2. PROSES PEMBENTUKAN ZEOLIT


Secara geologi, zeolit ditemukan dalam batuan tufa dari reaksi antara batuan
tufa asam berbutir halus dan bersifat riolitik dengan air pori atau air meteoric (air
hujan). Zeolit terbentuk dari hasil sedimentasi debu vulkanik yang telah mengalami
proses alterasi. Ada empat proses sebagai gambaran awal terbentuknya zeolit, yaitu

proses sedimentasi debu vulkanik pada lingkungan danau yang bersifat alkali,
proses alterasi, proses diagenesis dan proses hidrotermal.

2.1 Proses sedimentasi


Pada tahap ini, terbentuk karena proses sedimentasi, yakni meliputi
pelapukan, dapat berupa pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Erosi dan
transportasi terutama dilakukan oleh media air. Proses pengendapan terjadi jika energi
transport sudah tidak mampu mengangkut detritus tersebut. Kerangka tektonik
pada suatu proses sedimentasi adalah sebagai kombinasi antara adanya penurunan
(subsiding),keadaan stabil dan pengangkatan (rising) dari elemen-elemen tektonik di
daerah batuan asal dan daerah pengendapan.

2.2 Alterasi
Alterasi merupakan perubahan komposisi mineralogi batuan (dalam keadaan
padat) karena pengaruh suhu dan tekanan yang tinggi, dan tidak dalam kondisi
isokimia menghasilkan mineral lempung, kuarsa, oksida atau sulfida logam. Proses
alterasi merupakan peristiwa sekunder pembentukan batuan. Alterasi terjadi pada
intrusi batuan beku yang mengalami pemanasan dan pada struktur tertentu yang
memungkinkan

masuknya

air

meteoric

mineralogy batuan(Kaharmen, 2008).

untuk

dapat mengubah komposisi

2.3 Proses Diagenesis


Diagenesis merupakan proses fisika, kimia dan biologi yang secara umum
mengubah sedimen menjadi batuan sedimen. Diagenesis kemungkinan berlanjut
bekerja setelah sedimen menjadi batuan, mengubah tekstur dan mineraloginya.
Proses diagenesis material organik yang diakibatkan oleh proses biologis lebih
dominan terjadi dalam sedimen yang baru terendapkan (recently deposited) dan
biasa terjadi pada kedalaman hingga 2 km serta temperatur maksimal 75oC
Proses diagenesis:
A. Kompaksi
Kompaksi adalah proses yang menyebabkan volume sedimen berkurang.
Ini dihasilkan oleh tekanan penutup (overburden), yang diakibatkan oleh berat
dari sedimen dan batuan di atasnya. Tekanan ini mengakibatkan penyusunan kembali
butiran dan pengeluaran fluida, hal ini menghasilkan pengurangan porositas batuan
sedimen. Kemungkinan tingkat kompaksi merupakan fungsi dari ukuran butir,
bentuk

butir, pemilahan, porositas awal dan jumlah fluida yang terdapat dalam

sedimen.

B. Rekristalisasi dan pelarutan


Rekristalisasi

adalah

proses

dimana

menyebabkan pengorientasian kembali kristal

kondisi
lattice pada

fisika

dan

butir

kima
mineral.

Rekristalisasi bekerja melalui pelarutan dan presipitasi dari fase mineral yang terdapat
pada batuan. Ketika fluida melewati batuan atau sedimen, komponen pada sedimen
yang tidak stabil karena tekanan, pH, dan temperatur akan mengalami pelarutan.
Kemudian material yang terlarut itu akan

mengalami

transportasi

dan

terpresipitasi pada pori-pori sedimen yang memiliki kondisi yang berbeda.

akan

C. Sementasi
Sementasi adalah proses di mana terjadi presipitasi kimia pada
pembentukan kristal baru, terbentuk didalam pori-pori sedimen atau batuan yang
mengikat satu butir dengan butir lainnya. Semen yang umum yaitu kuarsa, kalsit dan
hematit
D. Autigenisasi
Autigenesis (neocrystalitation) adalah proses saat fase mineral baru mengalami
kristalisasi di dalam sedimen atau batuan selama proses diagenesis maupun
setelahnya. Mineral baru terbentuk melalui reaksi di dalam fase yang terdapat dalam
sedimen atau batuan, dan juga muncul karena presipitasi dari material yang masuk
melalui fase fluida, atau dihasilkan dari kombinasi sedimen primer dan material yang
masuk. Beberapa yang tergolong dalam fase autogenesis, silikat seperti
kuarsa,carbonat seperti kalsit dan dolomite, evaporate mineral seperti gypsum dan
oksida seperti hematite.

E. Replacement
Replacement yaitu proses ketika mieral baru menggantikan (secara kimia dan fisika)
kondisi dalam pada endapan mineral. Replacement mungkin bersifat :
a. neomorphic, yang mana butiran yang baru memiliki fase yang sama dengan
asalnya atau polimorpisme dari fase asalnya.
b. Pseudomorfic yang mana fase baru merupakan tiruan dari bentuk eksternal dari
fase yang digantikan tetapi fasenya berbeda,
c. allomorphic yaitu replacement dalam bentuk fase baru yang biasanya berbeda
bentuk kristalnya dan menggantikan sepenuhnya fase sediment asal.

Fase replacement sama beragamnya dengan fase autigenesis, tetapi fase replacement
yang penting yaitu dolomite, opal, kuarsa dan ilite.

f. Bioturbasi
Bioturbasi adalah aktifitas biologis yang terjadi dekat permukaan, termasuk
burrowing, boring dan pencampuran sedimen oleh organisme. Pada beberapa kasus
proses ini dapat meningkatkan kompaksi, menghancurkan laminasi dan perlapisan.
Selama proses bioturbasi beberapa organisme mempresipitasikan material yang
berfungsi sebagai semen.
3. Proses hidrotermal
Produk akhir dari proses diferensiasi magmatik adalah suatu larutan yang
disebut larutan magmatik yang mungkin dapat mengandung konsentrasi logam yang
dahulunya berada dalam magma. Larutan magmatik ini yang juga disebut larutan
hidrotermal banyak mengandung logam-logam yang berasal

dari magma, yang

sedang membeku dan diendapkan di tempat-tempat sekitar magma yang sedang


membeku tadi. Larutan yang makin jauh dari magma, akan makin kehilangan
panasnya. Dalam

perjalanan

menerobos

batuan, larutan

hidrotermal

akan

mendepositkan mineral-mineral yang dikandungnya di rongga-rongga batuan dan


membentuk

deposit

celah

(cavity

filling

deposit)

atau

melalui

proses

metasomatik membentuk deposit pergantian (replacement deposit) (Geofact,


2010).

4. SIFAT KIMIA DAN FISIKA MINERAL ZEOLIT

Sifat-sifat unik zolit meliputi dehidrasi, adsorben dan penyaring molekul,


katalisator dan penukar ion dan katalis. Penjabarannya adalah sebagai berikut :

4.1 SIFAT FISIK


Morfologi
Mineral zeolit yang terdapat di batu-batuan dapat berupa kristal tunggal (single
crystal) dengan ukuran beberapa mm.
dense pollycrystalline aggregate; tahan dengan segala perubahan cuaca
zeolit yang terpisah dikenal sebagai serpihan
Mineral zeolit ditemukan pada batuan sedimen
kristal berbutiran halus (fine grain)
Sulit diindetifikasi dari sifat-sifat optisnya dan baru dapat diamati setelah
ditemukan XRD untuk powder
Zeolit sintesis Umumnya berbentuk polikristalin
Jumlah tetrahedra (Si / Al penyusun cincin): 4MR, 8MR,12MR

Selektif berdasarkan ukuran pori (size selective _molecular sieve)

Sifat zeolit sebagai adsorben dan penyaring molekul dimungkinkan karena struktur
zeolit yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang
berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya. Selain itu kristal zeolit
yang telah terdehidrasi merupakan adsorben
yang selektif dan mempunyai efektivitas adsorpsi yang tinggi.

Densitas / Kerapatan
Kerapatan zeolit cukup rendah, berkisar antara 1,9 2,3 g/ml.
Dipengaruhi oleh keterbukaan kerangka dan jenis kation
Meningkat bila dilakukan pertukaran kation dengan ion logam yang berat
BaZeolit 2,8 g/ml
Diamond
Warna
Pada keadaan murni (pure state), mineral zeolit tidak berwarna
Colourless
Berwarna (bila ada pengotor logam-logam transisi)
Besi berwarna pink pada Chabazite
Bubuk dari zeolit sintesis: Putih (umumnya)
Pertukaran kation : Golongan IA atau IIA ditukar dengan logam transisi dapat
memberikan warna pada zeolit yang bergantung dari tingkat hidrasi dari kation
tersebut
Ni-zeolite: lilac (terhidrasi) berwarna light green (dehidrasi)
Co-zeolite: pink (terhidrasi) dan biru (dehidrasi)
Perubahan warna pada zeolite dapat digunakan sebagai indikator adanya uap air
Daya hantar listrik
Dipengaruhi oleh kehadiran kation dan molekul air dalam rongga (cavities)
Hantaran listrik pada zeolit bersifat ionik, disebabkan oleh perpindahan kationkation

4.2 SIFAT KIMIA


Air dalam zeolit
Zeolit mempunyai beberapa sifat antara lain mudah melepas air akibat
pemanasan, tetapi juga mudah mengikat kembali molekul air dalam udara lembab.
Pada umumnya struktur kerangka zeolit akan menyusut. Tetapi kerangka dasarnya
tidak mengalami perubahan secara nyata. Disini molekul
H2O seolah-olah mempunyai posisi yang spesifik dan dapat dikeluarkan secara
reversibel. Bila merupakan bagian dari pembentuk kerangka berikatan hydrogen
dengan O atau Si-OH
Bila dipanaskan secara mendadak dapat meyebabkan kerangka rusak
Proses hidrasi/dehidrasi kadang irreversible Bila bukan merupakan bagian dari
pembentuk kerangka
Ikatan dengan kerangka lemah membentuk ikatan Van der Waals
Bila dipanaskan dapat terusir seluruhnya
Proses reversible : air keluar = air masuk
Pengaruh pertukaran kation
Keberadaan atom aluminium ini secara keseluruhan akan menyebababkan zeolit
memiliki muatan negatif. Muatan negatif inilah yang menyebabkan zeolit mampu
mengikat kation. Sifat zeolit sebagai penukar ion karena adanya kation logam alkali
dan alkali tanah. Kation tersebut dapat bergerak bebas di dalam rongga dan dapat
dipertukarkan dengan kation logam lain dengan jumlah yang sama. Akibat struktur
zeolit berongga, anion atau molekul berukuran lebih kecil atau sama dengan rongga
dapat masuk dan terjebak. Pertukaran kation biasanya diikuti dengan perubahan yang
dramatis pada kestabilan termal, sifat adsorpsi, selektivitas dan aktivitas katalisis.
Contoh pertukaran kation

Pertukaran kation untuk memperoleh H-zeolit


Na, K Zeolite + NH4 NH4 Zeolite + Na+, K+
NH4 - Zeolite H - Zeolite (dilakukan pada T tinggi, terjadi thermolysis/
penguraian NH3)
NH4 - Zeolite H - Zeolite + NH3(g)
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat pertukaran kation pada zeolit
Kation: jenis, ukuran (terhidrat / anhidrat)
Suhu mempengaruhi kinetika reaksi
Konsentrasi kation dalam larutan
Anion yang berpasangan dengan kation tersebut dalam larutan
Pelarut (sebagian besar pertukaran ion dilakukan dalam pelarut air, aqueous)
Kemampuan sebagai katalis
Kemampuan zeolit sebagai katalis berkaitan dengan tersedianya pusatpusat
aktif dalam saluran antar zeolit. Pusat-pusat aktif tersebut terbentuk karena adanya
gugus fungsi asam tipe Bronsted maupun Lewis. Perbandingan kedua jenis asam ini
tergantung pada proses aktivasi zeolit dan kondisi reaksi. Pusat-pusat aktif yang
bersifat asam ini selanjutnya dapat mengikat molekulmolekul basa secara kimiawi.
Sifat katalitis zeolit disebabkan kation pada atom Al zeolit yang dapat dipertukarkan
dengan ion H dan aktif sebagai katalisis reaksi.
5. RUMUS UMUM
Rumus umum zeolit adalah Mx/n[(AlO2)x(SiO2)y].mH2O
Mx/n = kation bermuatan
[ ] = kerangka aluminosilika
X = jumlah AlO4

Y = jumlah SiO4, y>x


Z = jumlah H2O
kerangka zeolit berupa rongga yang berisi kation M+ sebagai kation penyumbang
muatan AlO4(Lisley and Elain, 1992).
Rasio Si/Al merupakan perbandingan jumlah atom Si terhadap jumlah atom Al di
dalam kerangka zeolit. Zeolit-A merupakan zeolit sintetik yang mempunyai rasio
Si/Al sama dengan satu. Beberapa zeolit mempunyai rasio Si/Al yang tinggi seperti
zeolit ZK-4 (LTA), yang mempunyai struktur kerangka seperti zeolit-A, mempunyai
rasio 2,5. Banyak zeolite sintetik yang dikembangkan untuk katalis mempunyai kadar
Si yang tinggi seperti ZMS-5 (MFI) (Zeolit Socony-Mobil) dengan rasio Si/Al antara
20 sampai tak terhingga (murni SiO2). Ini jauh melebihi mordenit (rasio Si/Al = 5,5)
yang merupakan zeolit alam yang dikenal paling banyak mengandung Si.
6. STRUKTUR ZEOLIT
Zeolit umumnya memiliki struktur tiga dimensi, yang terbentuk dari
tetrahedral alumina dan silika dengan rongga-rongga di dalam yang berisi ion-ion
logam, biasanya alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas.
Secara empiris, rumus molekul zeolit adalah Mx/n.(AlO2)x.(SiO2)y.xH2O. Struktur
zeolit sejauh ini diketahui bermacam-macam, tetapi secara garis besar strukturnya
terbentuk dari unit bangun primer, berupa tetrahedral yang kemudian menjadi unit
bangun sekunder polihedral dan membentuk polihendra dan akhirnya unit struktur
zeolit.

Beberapa contoh jenis mineral zeolit beserta rumus kimianya :


Nama Mineral

Rumus Kimia Unit Sel

Analsim
Kabasit
Klipnoptolotit
Erionit
Ferrierit
Heulandi
Laumonit
Mordenit
Filipsit
Natrolit
Wairakit

Na16(Al16Si32O96). 16H2O
(Na2,Ca)6 (Al12Si24O72). 40H2O
(Na4K4)(Al8Si40O96). 24H2O
(Na,Ca5K) (Al9Si27O72). 27H2O
(Na2Mg2)(Al6Si30O72). 18H2O
Ca4(Al8Si28O72). 24H2O
Ca(Al8Si16O48). 16H2O
Na8(Al8Si40O96). 24H2O
(Na,K)10(Al10Si22O64). 20H2O
Na4(Al4Si6O20). 4H2O
Ca(Al2Si4O12). 12H2O

7. SIFAT UNIK ZEOLIT


Karena sifat fisika dan kimia dari zeolit yang unik, sehingga dalam dasawarsa
ini, zeolit oleh para peneliti dijadikan sebagai mineral serba guna. Sifat-sifat unik
tersebut meliputi dehidrasi, adsorben dan penyaring molekul, katalisator, dan penukar
ion. Zeolit mempunyai sifat dehidrasi (melepaskan molekul H20) apabila
dipanaskan. Pada umumnya struktur kerangka zeolit akan menyusut. Tetapi kerangka

dasarnya tidak mengalami perubahan secara nyata. Disini molekul H2O seolah-olah
mempunyai posisi yang spesifik dan dapat dikeluarkan secara reversibel. Sifat zeolit
sebagai adsorben dan penyaring molekul, dimungkinkan karena struktur zeolit
yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang
berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya. Selain itu kristal zeolit
yang telah terdehidrasi merupakan adsorben yang selektif dan mempunyai efektivitas
adsorpsi yang tinggi. Kemampuan zeolit sebagai katalis berkaitan dengan tersedianya
pusat-pusat aktif dalam saluran antar zeolit. Pusat-pusat aktif tersebut terbentuk
karena adanya gugus fungsi asam tipe Bronsted maupun Lewis. Perbandingan kedua
jenis asam ini tergantung pada proses aktivasi zeolit dan kondisi reaksi. Pusat-pusat
aktif yang bersifat asam ini selanjutnya dapat mengikat molekul-molekul basa secara
kimiawi. Sedangkan sifat zeolite sebagai penukar ion karena adanya kation logam
alkali dan alkali tanah. Kation tersebut dapat bergerak bebas didalam rongga dan
dapat dipertukarkan dengan kation logam lain dengan jumlah yang sama. Akibat
struktur zeolit berongga, anion atau molekul berukuran lebih kecil atau sama dengan
rongga dapat masuk dan terjebak.

8. MANFAAT ZEOLIT
Aplikasi/Sektor
Pertanian

APLIKASI
Penetral keasaman tanah, meningkatkan aerasi tanah, sumber
mineral pendukung pada pupuk dan tanah, serta sebagai pengontrol
yang efektif dalam pembebasan ion amonium, nitrogen, dan kalium
pupuk.
Meningkatkan nilai efisiensi nitrogen, dapat mereduksi penyakit

Peternakan

lembuhg pada hewan ruminensia, pengontrol kelembaban kotoran


hewan dan kandungan amonia kotoran hewan.
Membersihkan air kolam ikan yang mempunyai sistem resikurlasi

Perikanan

air, dapat mengurangi kadar nirogen pada kolam ikan


Sebagai katalis pada proses pemecahan hidrokarbon minyak bumi,

Energi

sebagai panel-panel pada pengembangan energi matahari, dan


penyerap gas freon.
Pengisi (filler) pada industri kertas, semen, beton, kayu lapis, besi

Industri

baja, dan besi tuang, adsorben dalam industri tekstil dan minyak
sawit, bahan baku pembuatan keramik.

9. EKSPLORASI ZEOLIT ALAM


Mineral zeolit telah dikenal sejak tahun 1756 oleh cronsted ketika
menemukan stilbite yang bila dipanaskan sepertii batuan mendidih (boiling stone)
karena dehidrasi molekul air yangdikandungnya. Tahun 1954 zeolit diklasifikasikan
sebagai mineral tersendiri yang saat itu dikenal sebagai molecular sieve materials.
Zeolit alam, pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli mineralogy swedia
A.F.,Cronsted pada tahun 1976.(iqmal tahir). Zeolit alam merupakan jenis mineral
zeolt yang diperoleh langsung dari alam. Umumnya zeolit alam digunakan untuk
pupuk, penjernihan air, dan diaktifkan untuk dimanfaatkan sebagai katalis dan

absorban.Untuk mendapatkan zeolit alam diperlukan adanya penambangan.


Dalam proses penambangan ada tiga hal utama yang dilakukan yaitu eksplorasi,
eksploitasi dan pemrosesan.
Eksplorasi

dapat

dilakukan

dengan

melakukan

pencarian

lokasi,

pengambilan sample dan identifikasi sample batuan tambang yang diduga


mengandung mineral zeolit. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan mengguakan alat
difraktometer sinar-x pada sample zeolit alam yang telah diaktifkan. zeolit diktifasi
dengan cara pemanasan batuan sampel pada suhu 200o C selama 3 jam. Kemudian
melakukan uji daya serap terhadap mentilen. Uji ini melibatkan zeolit 600 mg yang
disuspensikan kedalam 100mi aquades yang telah ditambahkan mentilen (zat
warna biru) pada konsenterasi 6 ppm, dikocok dengan sheker pada suhu

370 oC.

setelah satu jam zeolit alam dipisahkan dengan centrifugsi. Selanjutnya filtrate
diukur serapannya menggunakan spektro uv-vispada panjang gelombang 664,5 nm.
Daya serap zeolit alam terhadap mentilen dapat diketahui dengan menghitung kadar
awal dikurangi kadar yang tidak terserap zeolit alam dibagi kadar awal x 100%.
10. EKSPLOITASI
Umumnya bahan galian industri terdapat di dekat permukaan tetapi juga ada
yang terdapat dan terkumpul dibawah pemukaan tanah yang relative agak dalam,
selain itu bahan galian tersebut ada yang keras, lunak dan kompak. Biasanya bahan
galian industri ditambang dengan cara digali, disemprot dengan pompa tekanan
tinggi, dan disedot dengan pompa hisap.
Berdasarkan tempatnya, eksploitasi dapat pula dilakukan dengan cara
tambang terbuka yaitu semua aktifitas penambangan dilakukan di permukaan bumi.
(kauri) tambang bawah tanah dan peledakan.Untuk

bahan

galian

zeolit,

Kebanyakan zeolit yang mempunyai nilai ekonomi, terletak didekat permukaan.


Oleh

karenanya

penambangan

dilakukan dengan system kauri baik dengan

mengunakan alat mekanik semi mekanik ataupun peralatan sederhana.Penambangan

dengan system kauri dapat dilakukan beberapa tahap yaitu: pengupasan tanah penutup
(landclearing) bagian tanah penutup yang subur setelah dikupas, dapat dipindahkan ke
tempat penimbunan.

11. PEMEROSESAN

Pada prinsipnya pengolahan dilakukan dengan 2 tahap yaitu tahap preparasi dan tahap
aktifasi.
Tahap preparasi
Dengan mempertimbangkan zeolit mempunyai tingkat kekrasan yang rendah
maka preparasi dengan menggunakan mesin giling (mill) yang mampu memproduksi
sampai ukuran lebih kecil dari 100 mesh dan menkombinasikan dengan siklun (alat

sentrifugasi) untuk dapat mengelompokkan fraksinya. Umpan untuk mesin giling ini
dapat berupa hasil pemecahan secara manual yang berukuran 3 cm ataupun dapat
dilakukan dengan mesin pemecah. Ketidak mampuan siklun dalam memisahkan
menjadi fraksi menyebabkan masih diperlukannya pengayakan. Jika berhasil maka
dapat dilakukan aktifasi.
Proses aktifasi
Proses ini dilakukan dengan pemanasan atau dengan pereaksi zat yang
digunakan sebagai pereaksi adalah NaOH dan H2SO4 selanjutnya siap diaplikasikan
sesuai dengan keinginan (Sukandarrumidi, 2004).
12. ZEOLIT SINTETIK
Zeolit alam sudah banyak dimanfaatkan sehingga jumlahnya semakin
berkurang. Selain itu mineral zeolit alam sulit dipisahkan dari batuan induknya.
Mengingat begitu pentingnya peranan zeolit dalam kehidupan, maka perlu dilakukan
usaha untuk mendapatkan zeolit dengan daya guna yang lebih sebanding zeolit alam
(Sutarti & Rachmawati, 1994). Untuk mengatasai semakin berkurangnya zeolit alam,
maka telah dikembangkan zeolit sintetik yang memiliki kemampuan yang sama
dengan zeolite alam. Zeolit sintetis adalah suatu senyawa kimia yang mempunyai
sifat fisik dan kimia yang sama dengan zeolit yang ada di alam. Zeolit sintetis ini
dibuat dari bahan lain dengan proses sintetis, yang dibuat sedemikian rupa sehingga
menyerupai zeolit yang ada di alam (Kusumaningtyas, 2003).
Perbedaan terbesar antara zeolit sintesis dengan zeolit alam adalah:
a. Zeolit sintetis dibuat dari bahan kima dan bahan-bahan alam yang kemudian
diproses dari tubuh bijih alam.
b. Zeolit sintetis memiliki perbandingan silika dan alumina yaitu 1:1 dan
sedangkan pada zeolit alam hingga 5:1.
c. Zeolit alam tidak terpisah dalam lingkungan asam seperti halnya zeolit sintetis
(Saputra, R, 2006).

Zeolit sintetik sudah banyak digunakan di industri. Namun di Indonesia belum


banyak diproduksi dan umumnya diperoleh dari impor. Untuk memenuhi kebutuhan
zeolit ini, maka para ahli melakukan penelitian sehingga didapatkan berbagai macam
zeolit sintetik. Indonesia banyak membutuhkan zeolit sintetik untuk proses-proses
kimia di industri kimia seperti sebagai katalis, ion
exchanger, dan adsorbent dalam pengolahan limbah. Untuk itu dibutuhkan zeolite
sintetik yang mempunyai kemurnian tinggi dan kualitas baik. Bahan baku pembuatan
zeolit adalah bahan yang mengandung silika dan alumunium. Kedua bahan baku ini
jika diambil dari alam dan bahan logam tentunya mahal, namun dalam bentuk
senyawa banyak diperoleh dan harganya murah. Silika dapat
diperoleh dari bahan gelas/water glass, dan alumunium dapat diperoleh dari tawas,
dan masih banyak bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan zeolite sintetik
(Ulfah dkk, 2006).
13. Pembuatan Zeolit Sintetik
Jika dilihat dari manfaatnya, zeolit X dapat digunakan sebagai katalis,
adsorbent, separasi gas, ion-exchanger, petrochemical, dan dapat pula digunakan
sebagai deterjen (Bell, R.G., 2001). Pada penelitian sebelumnya pembuatan zeolit X
dilakukan dengan proses hidrogel, dengan bahan baku larutan natrium aluminat, yang
dicampur dengan larutan KOH dan NaOH, kemudian ke dalam
campuran tersebut ditambahkan larutan natrium silikat. Namun dapat pula mengganti
larutan natrium aluminat dengan bahan lain yang memiliki kandungan unsur-unsur
yang sama yaitu tawas. Dan waterglass digunakan sebagai alternatif pengganti larutan
natrium silikat. Penggunaan bahan baku
water glass ini didasari oleh alasan bahwa kandungan silikat dalam water glass besar
dan harganya relatif murah.

Penambahan NaOH 50% dimaksudkan untuk mengetahui pengaru NaOH


sebagai sumber gugus aktif Na+ yang berfungsi sebagai kation-exchange dalam
penjerapan logam.
Ada empat tahap dalam pembuatan zeolit X, yaitu penyiapan bahan baku,
pembuatan zeolit X, pengaktifan produk zeolit X, dan pengujian produk zeolit X
sebagai penjerap logam berat misalnya Fe.
Bahan-bahan yang dipersiapkan terlebih dahulu adalah Al(OH)3 dan silika,
sebagai bahan baku utama zeolit. Al(OH)3 diperoleh dengan melarutkan tawas
(Al2(SO4)3.K2SO4.24H2O) dalam larutan NaOH. Sedangkan silica diperoleh
dengan mengkalsinasi waterglass (Na2SiO3). Pembuatan zeolit X diawali dengan
mencampur Al(OH)3 dengan larutan NaOH 50% dan aquades dalam labu leher tiga.
Campuran tersebut dipanaskan sampai suhu 800 C dengan pengadukan selama 30
menit. Lalu ke dalam campuran tersebut ditambahkan silika dan aquades, campuran
ini diaduk selama 2 jam tanpa pemanasan. Setelah itu pengadukan dihentikan,
dilanjutkan dengan pemanasan campuran selama 30 menit. Kemudian campuran
tersebut disaring dan diambil endapannya. Endapan dicuci dengan aquades lalu
dikeringkan dalam oven pada suhu 1200 C selama 2 jam. Setelah itu dilanjutkan
dengan tahap pengaktifan produk zeolit X dengan proses kalsinasi dalam furnace
pada suhu 550oC selama 4 jam. Produk zeolit X yang diperoleh diuji daya jerapnya
terhadap logam Fe yang terdapat dalam larutan FeSO4. Kadar Fe yang masih terdapat
dalam larutan FeSO4 dianalisa dengan Atomic Absorption Spectrometry. Secara
ringkas prosedur percobaan ini dapat dilihat dalam skema

DATAR PUSTAKA

Bell, R.G., 2001, Promoting The Science of Nanoporous Materials, British


Zeolite Association Publications, London
Christine Elizabeth Kaharmen. 2008. http://kuningtelorasin.wordpress.com/batuanmacam-dan pembentukannya/

Flanigen, E.M. 1991. Zeolite and Molecular Sieves An Historical Perspective,


Elsevier Scienc Publishers B.V., New York
Kusumaningtyas, A. 2003. Pemanfaatan Zeolit Sebagai Adsorben Untuk
Mengolah Limbah Industri dan Radioaktif. Malang : Universitas Negeri
Malang.
Sukandarrumidi, 2004. Bahan Galian Industri. Yogyakarta : UGM Press.
Sutarti, M danRachmawati,M. 1994. Zeolit TinjauanLiteratur,Pusat Dokumentasi
dan Informasi Ilmiah LIPI: Jakarta.

Ulfah, Eli Maria, Fani Alifia Yasnur, dan Istadi. 2006. Optimasi Pembuatan
Katalis Zeolit X dari Tawas, NaOH dan Water Glass Dengan Response
Surface Methodology. Semarang : Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai