I.
PENDAHULUAN
92
Analisis kadar air, kadar lemak dan nilai asam pada produk mie di PT.
Indofood CPB Sukses Makmur Tbk Noodle Division Cab. Manado Bitung
dilakukan untuk menjaga kualitas dari produk mie sehingga aman untuk
dikonsumsi.
I.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara menganalisis kadar air, kadar lemak dan nilai asam pada
produk mie?
I.3 Tujuan
Menganalisis kadar air, kadar lemak dan nilai asam pada produk mie.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
makanan, semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbedabeda baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Sebagai media reaksi yang
menstabilkan pembentukan berpolimer dan sebagainya (Dwijosepputro, 1994).
93
Kadar air ialah jumlah air yang terkandung dalam suatu bahan yang
dinyatakan dalam satuan persen atau perbedaan antara berat bahan sebelum dan
sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka
kadar airnya
disekitarnya. Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang. Kadar air juga
merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya
awet bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang
dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan
pangan (Sugiyono et al., 2011).
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability,
kesegaran dan daya tahan bahan itu. Selain merupakan bagian dari suatu bahan
makanan, air merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut atau
alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahannya. Kandungan air dalam bahan
makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap serangan mikroba
yang dinyatakan dengan Aw yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhannya (Winarno, 2004).
Menurut Haryanto (1992), air yang terdapat dalam suatu bahan makanan
terdapat dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antar sel dan intergranular dan poripori yang terdapat pada bahan.
2. Air yang terikat secara lemah karena terserap (teradsorbsi) pada permukaan
koloid makromolekular seperti protein, pektin pati, selulosa. Selain itu air
94
juga terdispersi diantara koloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang
ada di dalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat
air bebas dan dapat dikristalkan pada proses pembekuan. Ikatan antara air
dengan koloid tersebut merupakan ikatan hidrogen.
3. Air yang dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk hidrat. Ikatannya
bersifat ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak
membeku meskipun pada suhu 0 .
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan
daya tahan bahan itu sendiri. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan
makanan terjadi dalam media air yang ditambahkan atau berasal dari bahan itu
sendiri (Sediaoetama, 1987).
Kadar air suatu bahan dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu berdasarkan
bahan kering (dry basis) dan berdasarkan bahan basah (wet basis). Kadar air
secara dry basis adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut
dengan berat keringnya. Bahan kering adalah berat bahan asal setelah dikurangi
dengan berat airnya. Sedangkan kadar air secara wet basis adalah perbandingan
antara berat air di dalam bahan tersebut dengan berat bahan mentah (Almatsier,
2004).
Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan langsung
dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan
dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan
oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat
95
bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama
digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi,
serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan glukosanya seperti
tepung-tepungan dan serealia (AOAC, 1984).
Metode oven dilakukan dengan cara pengeringan bahan pangan dalam
oven. Berat sampel yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven harus didapatkan
berat konstan, yaitu berat bahan yang tidak akan berkurang atau tetap setelah
dimasukkan dalam oven. Berat sampel setelah konstan dapat diartikan bahwa air
yang terdapat dalam sampel telah menguap dan yang tersisa hanya padatan dan air
yang benar-benar terikat kuat dalam sampel. Setelah itu dapat dilakukan
perhitungan untuk mengetahui persen kadar air dalam bahan (Crampton, 1959).
Secara teknik, metode oven langsung dibagi menjadi dua yaitu, metode
oven temperatur rendah dan metode oven temperatur tinggi. Metode oven
temperatur rendah menggunakan suhu (103 + 2)C dengan periode pengeringan
selama 17 1 jam. Periode pengeringan dimulai pada saat oven menunjukkan
temperatur yang diinginkan. Setelah pengeringan, contoh bahan beserta cawannya
disimpan dalam desikator selama 30-45 menit untuk menyesuaikan suhu media
yang digunakan dengan suhu lingkungan disekitarnya. Setelah itu bahan
ditimbang beserta wadahnya. Selama penimbangan, kelembaban dalam ruang
laboratorium harus kurang dari 70% (AOAC, 1984). Selanjutnya metode oven
temperatur tinggi. Cara kerja metode ini sama dengan metode temperatur rendah,
96
hanya saja temperatur yang digunakan pada suhu 130-133C dan waktu yang
digunakan relatif lebih rendah (Crampton, 1959).
Metode oven biasa memiliki kelebihan yaitu suhu dan kecepatan proses
pengeringan dapat diatur seuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca, sanitisi
danhigiene
dapat
dikendalikan.
Selain
kelebihan
metode
ini
juga
rangkap), reaksi dengan alkali akan menghasilkan asam lemak dan gliserol,
sehingga mudah teroksidasi (Buckle, 1987).
Dengan diketahui kadar lemak dari suatu bahan, maka dapat ditentukan
bahwa bahan tersebut merupakan sumber lemak atau bukan sumber lemak. Selain
itu, apabila diketahui kadar lemak dalam suatu bahan, maka dalam penyimpanan
bahan tersebut perlu diperhatikan agar tidak terjadi proses hidrolis atau oksidasi
terhadap lemak yang mengakibatkan menurunnya mutu bahan tersebut (Netti, et
al, 2002).
Dalam analisis lemak, sulit untuk melakukan ekstraksi lemak secara
murni. Penetapan kadar lemak dengan ektraksi menggunakan pelarut pada bahan
merupakan analisis kadar lemak kasar karena tidak hanya lemak saja yang ikut
terekstraksi, tetapi juga fosfolipid, asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen
larut lemak lainnya. Sebagai zat gizi, lemak atau minyak semakin baik kualitasnya
jika banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dan sebaliknya. Minyak atau
lemak bersifat non polar sehingga tidak larut dalam pelarut polar seperti air dan
larutan asam, tetapi larut dalam pelarut organik yang bersifat non polar seperti nhexane, benzene, kloroform, dan petroleum eter (Sudarmadji, et al., 1996).
Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lemak adalah
dengan menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya semua bahan akan mudah
larut dalam pelarut yang sama polaritasnya. Karena polaritas lemak berbeda-beda
maka tidak ada bahan pelarut umum (universal) untuk semua jenis lemak. Pelarut
98
yang digunakan harus bebas dari air agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak
terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut menjadi
berkurang (Sudarmadji, et al., 1996).
Menurut Sudarmadji, et al (1996), ada dua kelompok umum untuk
mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering (ekstraksi soxhlet) dan metode
ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa
mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang
telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous. Keuntungan dari
metode kering ini adalah praktikum menjadi amat sederhana, bersifat universal,
dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahan metode ini membutuhkan waktu
yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat lain
yang ikut terekstrak sebagai lemak.
Selain itu, metode yang digunakan dalam analisis kadar lemak dapat
menggunakan metode weibull. Prinsip kerja dari metode weibull adalah ekstraksi
lemak dengan pelarut non polar setelah sampel dihidrolisis dalam suasana asam
untuk membebaskan lemak yang terikat (Harper, et al., 1979).
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut adalah cara yang paling efisien
dalam menghasilkan minyak yang berkualitas. Pelarut yang ideal adalah yang
mempunyai sifat-sifat seperti tidak toksik, tidak bersifat eksplosif, mempunyai
interval titik didih yang sempit, daya melarutkan, mudah dan murah
(Guenther,1990).
99
soxhlet
termasuk
jenis
ekstraksi
menggunakan
pelarut
100
halnya
karbohidrat
lemak
tersusun
atas
unsur
karbon C, hidrogen (H), oksigen (O) dan kadangkala ditambah fosfor (P) serta
nitrogen (N). Tidak seperti karbohidrat dan protein, lemak tidak larut dalam air
tetapi larut dalam pelarut organik (Girinda, 1986).
Asam lemak dapat dibedakan berdasarkan ikatan atom C penyusunnya.
Berdasarkan ikatan atom C penyusunnya pada asam lemaknya terdapat asam
lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Didalam tubuh lemak mengalami
metabolisme. Lemak akan dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol dengan
bantuan enzim lipase. Jika dipecah (hidrolisis) lemak akan menghasilkan 3
molekul dan satu molekul gliserol, sehingga lemak juga dikenal sebagai
trigliserida (Purnomo, 2003).
101
102
Menurut Amwila (1992), asam lemak adalah asam lemah. Apabila larut
dalam air molekul asam lemak akan terionisasi sebagian dan melepaskan ion H+.
Dalam hal ini pH larutan tergantung pada konstanta keasaman dan derajat ionisasi
masing-masing asam lemak. Rumus pH untuk asam lemah pada umumnya telah
dikemukakan oleh Henderson-Hasselbach.
pH = pKa+ log
103
diidentifikasi lebih dari 70 asam lemak yang tersedia di alam. Walaupun asam
lemak berantai pendek, contohnya, asam lemak berantai empat atau enam adalah
lazim ditemukan, namun triasilgliserol utama ditemukan pada tumbuh-tumbuhan
memiliki asam lemak dengan jumlah atom karbon genap, dengan panjang 14
hingga 22 karbon. Asam lemak jenuh tidak mengandung ikatan ganda C=C dalam
strukturnya, sementara asam lemak tidak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan
ganda,
yang
kadang-kadang
berada
dalam
konfigurasi
geometris
cis
(Wirahadikusunmah, 1985).
III.
PELAKSANAAN PKL
III.1
Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
III.1.1.1 Kadar Air (Moisture Content)
- Botol Timbang
- Neraca Analitik
- Oven 1050C
- Desikator
- Sudip
- Penjepit Tabung
III.1.1.2
104
III.1.1.3
Sudip
III.1.2 Bahan
III.1.2.1 Kadar Air (Moisture Content)
- Mie yang sudah dihaluskan
III.1.2.2
III.1.2.3
III.2
Prosedur Kerja
III.2.1 Kadar Air (Moisture Content)
1. Disiapkan botol timbang lalu ditimbang dan dicatat sebagai W0.
2. Dimasukkan sampel mie yang sudah halus ke dalam botol timbang
sebanyak 3 g (W1).
3. Dioven selama 3 jam pada suhu 1050C.
4. Sampel dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator 15 30 menit.
5. Ditimbang (W2) dan dicatat.
Perhitungan :
Kadar Air = Berat Sebelum (W0) Berat Sesudah (W1) X 100
Berat Sampel (W)
III.2.2 Kadar Lemak (Fat Content)
1. Disiapkan timbel dan labu, ditimbang (W0 = berat labu) dan dicatat.
2. Dimasukkan sampel mie yang sudah halus ke dalam timbel sebanyak
2 g (W) lalu ditutup dengan kapas.
105
(W).
Direndam dengan petroleum eter sebanyak 100 ml selama 2 jam.
Disaring dan dikeringan dengan oven selama 3 jam
Setelah sampel kering, dilakukan titrasi :
Dimasukkan 50 ml propanol ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan 2
2.
3.
4.
IV.
Hasil Pelaksanaan
IV.1Hasil
IV.1.1 Kadar Air (Moisture Content)
Tgl
Lin
e
Flav
Berat
Botol
(g)
Berat
Botol +
Sampel
(g)
Berat
Sampe
l (W)
Setelah
Dioven
(g)
(W1)
Hasil
(%)
Rata
Rata
(%)
106
08.01.1
6
Ad
n
11.01.16 1
Ad
n
Mie
Ad
n
Mie
15.01.1
6
Ad
n
Mie
23,825
RBSD
7
23,035
1
20,580
4
23,334
7
22,063
5
22,525
3
SPST 20,502
S
6
22,373
7
SPST 20,586
S
5
21,743
4
SPST 23,032
S
1
23,045
8
23,127
RGAB
7
22,521
6
21,242
RGAB
3
22,759
8
SPST 21,738
S
5
19,432
6
SPST 22,061
S
4
20,192
9
(W0)
26,880
2
26,072
7
23,656
9
26,387
4
25,152
9
25,597
8
23,518
3
25,384
4
23,602
24,825
1
26,087
1
26,070
7
26,182
8
25,540
1
24,27
25,785
1
24,789
4
3,0545
3,0376
3,0765
3,0527
3,0894
3,0725
3,0157
3,0117
3,0155
3,0817
3,0550
3,0249
3,0551
3,0185
3,0277
3,0253
3,0509
22,4811 3,0485
25,078
5
23,215
4
3,0171
3,0225
25,885
2
25,096
5
23,561
6
26,294
5
25,048
7
25,494
9
22,515
3
24,383
6
23,549
2
24,774
0
26,029
7
26,018
1
25,210
9
24,582
9
24,243
3
25,758
7
23,785
1
21,484
2
25,014
2
23,152
9
32,574
8
32,137
7
3,1037
32,356
3,0745
3,0432
3,3728
3,3609
3,3490
33,259
2
33,241
4
1,7509
33,2503
1,7045
1,6581
1,8788
1,8088
1,7389
31,812
3
31,7617
31,7111
0,8818
0,8772
0,8726
32,918
1
32,701
3
2,1311
32,8097
2,09945
2,0678
107
SPST
S
23,738
26,781 3,0427
3
20,282 23,286
3,0046
0
6
Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air
Standar Kadar Air =
- SPSTS = Maksimal 2,5 %
- RBSD/ RGAB = Maksimal 3,5 %
- Adonan = 31 35 %
26,720
1
23,228
8
2,0015
1,9626
1,9237
Tgl
Lin
e
15.01.1
6
III
Flav
Berat
Timb
el (g)
Berat
Timbe
l+
Samp
el (g)
Berat
Samp
el (g)
(W)
Berat
Setelah
Labu
Dioven
(g) (W0) (g) (W1)
SPST
104,205
4,4808 6,4812 2,0004
S
8
Tabel 2. Hasil Analisis Kadar Lemak
104,532
6
Hasil
16,336
7
Tgl
08.01.1
6
Berat
Botol +
Sampel
(g)
3,8251
108,4840
V
KOH
0,051
5N
(ml)
1,22
Shif
t
Lin
e
GKP
II
PMAJ
104,658
9
97,1237
4,7025
101,8262
0,84
III
SKKA
115,9691 4,1676
120,1367
1,00
IV
IGCB/
SPST
97,7362
101,6750
0,80
Flav
Berat
Botol (g)
Berat
Sampe
l (g)
(W)
3,9388
AV
(%)
0,421
4
0,516
0
0,693
2
0,586
8
108
S
Tabel 3. Hasil Analisis Nilai Asam
Standar AV = Maksimal 1%
IV.2Pembahasan
IV.2.1 Kadar Air (Moisture Content)
Kandungan air dalam suatu bahan perlu diketahui untuk menentukan zatzat gizi yang terkandung dalam bahan tersebut. Kadar air dalam suatu bahan dapat
diketahui dengan melakukan pemanasan terhadap bahan yang ingin diketahui
kandungan airnya. Dilakukan penentuan kadar air dengan metode oven dimana
prinsipnya adalah dengan dilakukannya pemanasan sehingga menguapkan air
yang ada pada sampel.
Pengeringan merupakan proses mengurangi kadar air bahan sampai batas
dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat
menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Semakin banyak kadar air
dalam suatu bahan, maka semakin cepat pembusukannya oleh mikroorganisme.
Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang
lebih lama dan kandungan nutrisinya masih ada.
Hal yang dapat dilakukan untuk mempercepat penguapan air serta
menghindari terjadinya reaksi yang lain karena pemanasan maka dapat dilakukan
pemanasan dengan suhu rendah sekitar 105 dan tekanan vakum.
Kadar air adalah perbedaan antara berat sampel sebelum dan sesudah
dilakukan pemanasan. Pada penetapan kadar air dengan metode oven terdapatnya
selisih atau perbedaan sebelum dan sesudah pemanasan. Hal ini menunjukkan
109
bahwa saat dipanaskan, air pada sampel tersebut menguap, sehingga berat dari
sampel berkurang. Berat sampel yang hilang saat pemanasan menunjukkan
banyaknya jumlah air yang dikandung oleh sampel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil sampel adalah berat sampel awal.
Semakin berat sampel awal maka akan kecil hasil yang diperoleh. Jenis bahan
juga mempengaruhi besarnya nilai yang dihasilkan. Jika bahan yang digunakan
mengandung kadar air yang tinggi maka nilai yang dihasilkan akan semakin kecil.
Ketebalan bahan sangat mempengaruhi, untuk itu sampel mie yang digunakan
digerus terlebih dahulu hingga halus. Selain itu lamanya pengeringan karena
semakin tinggi suhu maka semakin kecil kadar air yang diperoleh.
110
V.
V.1 Kesimpulan
Dalam menganalisis kadar air digunakan metode oven, untuk kadar lemak
digunakan metode soxhletasi dan untuk nilai asam digunakan metode titrasi.
111
Ketiga parameter harus dianalisis untuk menjaga kualitas produk mie yang
akan dikonsumsi. Dari hasil analisis semua parameter, didapatkan hasil yang
baik karena tidak melebihi standar.
V.2 Saran
Sebaiknya menggunakan alat pelindung diri dalam melakukan berbagai
analisis dalam laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
113
114