Anda di halaman 1dari 21

Pengukuran Kadar Air

Kadar Air
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan
pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air darisuatu bahan pangan sangat penting
agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat.

Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode
pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi, metodekimia, dan metode khusus
(kromatografi, nuclear magnetic resonance / NMR). Pada praktikum kali ini, metode yang
digunakan adalah metode pengeringan dengan oven biasa dan metode destilasi.

Metode oven memiliki beberapa kekurangan, yaitu bahan lain ikut menguap, terjadi penguraian
karbohidrat menghasilkan air yang ikut terhitung, ada air yang terikat kuat pada bahan yang tidak
terhitung.

Berat sampel yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven harus didapatkan berat konstan, yaitu
berat bahan yang tidak akan berkurang atau tetap setelah dimasukkan dalam oven.

Berat sampel setelah konstan dapat diartikan bahwa air yang terdapat dalam sampel telah
menguap dan yang tersisa hanya padatan dan air yang benar-benar terikat kuat dalam sampel,
setelah itu dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen kadar air dalam bahan.

kadar air
ANALISIS KADAR AIR
Air
Struktur molekul air disusun oleh sebuah atom oksigen yang berikatan secara kovalen dengan 2
atom hidrogen. Atom O mempunyai muatan negatif dan atom H mempunyai muatan positif
menjadikan air bersifat seperti magnet yang mempunyai dua kutub.

Kondisi ini menyebabkan air dapat ditarik oleh senyawa lain baik yang bermuatan positif atau
bermuatan negatif. Molekul air yang satu dengan yang lain dapat bergabung melalui ikatan
hidrogen yang dapat terbentuk melalui tarik menarik antara kutub positif (atom H) molekul air
yang satu dengan kutub negatif (atom O) molekul air lain.

Satu molekul air dapat membentuk ikatan hidrogen dengan 4 molekul air lainnya. Sebagian besar
air dalam bahan pangan berada dalam bentuk “terikat” dengan komponen bahan pangan lainnya.

Terdapat 3 tipe air dalam bahan pangan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Air monolayer (lapisan tunggal) Air monolayer adalah air yang terikat dalam bahan pangan
secara kimia (ikatan hidrogen) atau ikatan ionik dengan komponen bahan pangan (seperti
karbohidrat, protein yang mempunyai gugus O). Air tipe ini sulit dihilangkan pada proses
pengeringan (sulit melepaskan ikatan) dan dibekukan.
2. Air multilayer (lapisan banyak) Air multilayer adalah air yang terikat pada molekul air
monolayer. Air tipe ini lebih mudah dihilangkan dengan penguapan atau pengeringan
dibandingkan air monolayer.
3. Air bebas Air bebas adalah air yang terikat secara fisik dalam matrik komponen bahan
pangan. Air tipe ini sangat mudah dikeluarkan dengan proses pengeringan.
Adanya air bebas pada bahan pangan memunculkan istilah aw (aktivitas air) yaitu jumlah air
bebas yang dapat memfasilitasi pertumbuhan mikroba dan reaksi-reaksi kimia yang
mengakibatkan penurunan mutu bahan pangan.

Kandungan air bahan pangan bervariasi. Ada yang sangat rendah contohnya serealia, kacang-
kacangan kering. Ada yang sangat tinggi contohnya sayuran, buah-buahan atau pangan segar.
Sebagai contoh kadar air kacang kering 3% sedangkan semangka 97%.
Keberadaan air dalam bahan pangan selalu dihubungkan dengan mutu bahan pangan dan sebagai
pengukur bagian bahan kering atau padatan. Air dalam bahan dapat digunakan sebagai indeks
kestabilan selama penyimpanan serta penentu mutu organoleptik terutama rasa dan keempukan.

Analisis Kadar Air


Analisa kadar air dalam bahan pangan penting untuk bahan pangan segar dan olahan. Analisa
sering menjadi tidak sederhana karena air dalam bahan pangan berada dalam bentuk terikat
secara fisik atau kimia dengan komponen bahan pangan lainnya sehingga sulit memecahkan
ikatan-ikatan air tersebut.

Hal ini mengakibatkan sulit memperoleh ketelitian analisis yang tinggi sehingga berkembanglah
berbagai metode analisis air. 

Berikut adalah metode analisis kadar air :


A. Analisis kadar air metode langsung
Analisis kadar air metode langsung dilakukan dengan cara mengeluarkan air dalam bahan
pangan dengan bantuan pengeringan oven, desikasi, distilasi, ekstraksi, dan teknik fisikokimia
lainnya. Jumlah air dapat diketahui dengan cara penimbangan, pengukuran volume atau cara
langsung lainnya.

Metode ini mempunyai ketelitian tinggi, namun memerlukan pengerjaan relatif lama dan
kebanyakan bersifat manual.

Metode analisis kadar air secara langsung sendiri terbagi menjadi 5 macam, yaitu sebagai berikut
:
1. Metode gravimetri (pengeringan dengan oven)
Dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan dengan proses pengeringan dalam oven
(oven udara atau oven vakum, hal ini berdasarkan tekanan yang digunakan saat pengeringan).
Ada dua macam metode gravimetri yaitu metode oven udara dan metode vakum. Berikut
penjelasannya.

1.1. Metode oven udara


Paling banyak dan sering digunakan. Metode ini didasarkan atas berat yang hilang sehingga
sampel seharusnya mempunyai kestabilan panas yang tinggi dan tidak mengandung komponen
yang mudah menguap. Air dikeluarkan dari bahan pada tekanan udara (760 mmHg) sehingga air
menguap pada suhu 1000C yaitu sesuai titik didihnya.

Oven yang digunakan umumnya dipanaskan dengan listrik atau dengan pemanas inframerah
yang dilengkapi dengan neraca analitik yang terpasang didalamnya.

Analisa kadar air dengan oven berpemanas infrared dapat dilakukan dengan cepat (untuk analisis
kadar air rutin), tidak mengakibatkan kenaikan suhu berlebihan pada sampel.
Radiasi infrared mempunyai kekuatan penetrasi yang kuat sehingga air dalam bahan dapat
diuapkan pada suhu tidak lebih dari 700C. Pada oven berpemanas listrik, air pada bahan dapat
diuapkan pada suhu 1000C.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi analisa air dengan metode oven yaitu
penimbangan contoh/bahan, kondisi oven, pengeringan contoh, dan perlakuan setelah
pengeringan. Beberapa faktor yang mempengaruhi yang berkaitan dengan kondisi oven adalah
fluktuasi suhu, kecepatan aliran, serta kelembaban udara dalam oven.

Pilihan Beberapa Type yang menggunakan alat   Moisture Meter metode oven Silahkan
Cek disini

1.2. Metode oven vakum


Kelemahan dari pengeringan dengan oven udara diperbaiki dengan metode oven vakum. Pada
metode ini, sampel dikeringkan dalam kondisi tekanan rendah (vakum) sehingga air dapat
menguap dibawah titik didih normal (1000C), misal antara suhu 60-700C. Pada suhu 60-700C
tidak terjadi penguraian senyawa dalam sampel selama pengeringan.

Untuk analisis sampel bahan pangan yang mengandung gula, khususnya mengandung fruktosa,
senyawa ini cenderung mengalami penguraian pada suhu yang lebih tinggi.

Tekanan yang digunakan pada metode ini umumnya berkisar antara 25-100 mmHg. Sebelum
dilakukannya pengeringan perlu adanya beberapa persiapan yaitu sebagai berikut :

1.2.1 Penimbangan sampel


Berat sampel ditimbang dan disesuaikan jenis sampel dan kadar air. Sampel kering dengan kadar
air kurang dari 10% menggunakan berat sampel 2 g. Sampel banyak mengandung air
menggunakan berat sampel mencapai 20 g. Agar diperoleh berat residu kering 1-2 g sehingga
kesalahan akibat penimbangan dapat dihindari.

1.2.2 Perlakuan pendahuluan sampel


Perlakuan pendahuluan berbeda-beda tiap sampel sesuai jenis sampel. Bahan padat dihancurkan
dahulu, dapat digiling mencapai kehalusan antara 20-40 mesh. Sampel cair (sari buah, kecap, dll)
diuapkan hingga kental baru selanjutnya dikeringkan dalam oven.

Produk bakery (cake, roti) dikeringkan dalam ruangan hangat sampai krispi, selanjutnya
dihaluskan 20 mesh, lalu dikeringkan dalam oven.
1.2.3 Cawan
Terbuat dari nikel, baja tahan karat, alumunium, porselin. Diameter cawan 5-9 cm, kedalaman 2-
3 cm.

1.2.4 Persilangan oven
Suhu oven dijaga konstan selama pengeringan dengan dilengkapi termostat yang dapat
mempertahankan suhu sekitar 0,50C atau kurang Perbedaan perubahan suhu sekitar 10C
memberikan perbedaan kadar air sampai 0,1%.

Pengeringan oven vakum menggunakan tekanan 100 mmHg untuk buah-buahan, kacang-
kacanagan, lemak, dan minyak.

Tekanan 50 mmHg untuk sampel gula dan produk-produk dari gula. Tekanan 25 mmHg untuk
biji-bijian, telur, dan produk-produk dari telur.

Analisis kadar air metode oven udara (SNI 01-2891-1992) menggunakan prinsip pengeringan
sampel dalam oven udara pada suhu 100-1050C sampai diperoleh berat konstan. Berikut
prosedur kerja untuk analisis kadar air metode oven udara:

1.2.5 Pengecekan suhu oven


Sebelum oven digunakan untuk anailsa kadar air, dilakukan pengecekan suhu oven dengan cara
memasukkan termometer yang dikalibrasi ke dalam oven. Tunggu hingga termometer mencapai
suhu yang diinginkan (sekitar 5 menit).

Lakukan pengecekan suhu oven sebanyak 5 kali. Catat data suhu yang terbaca pada termometer.
Selanjutnya itung nilai rata-rata suhu, standar deviasi, dan RSD.

1.2.6. Tahapan analisis
Pada awal tahap analisis cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit. Dinginkan
cawan dalam desikator. Ambil cawan kering dengan penjepit. Timbang cawan kering yang sudah
didinginkan. Timbang 1-2 g contoh pada cawan tersebut.

Keringkan pada oven suhu 1050C selama 3 jam. Dinginkan dalam desikator. Akukan
penimbangan. Ulangi penimbangan hingga diperoleh bobot tetap/konstan ( ≤0,0005 g).

1.2.7. Perhitungan

Kadar air dalam basis basah (bb)


Kadar air (g/100 g bahan basah) = [(W-(W1-W2))/W] x 100
Kadar air dalam basis kering (bk)
Kadar air (g/100 g bahan kering) = [(W-(W1-W2))/W1-W2] x 100
dimana: W = berat contoh sebelum dikeringkan (g), W1 = berat cawan kosong dan contoh kering
yang sudah konstan beratnya (g)

W2 = berat cawan kosong


Analisis kadar air metode oven vakum (AOAC 925.45,1999) menggunakan prinsip pengeringan
sampel dalam oven vakum pada suhu 25-10000C sehingga ir dapat menguap pada suhu lebih
rendah dari 10000C, misalnya pada suhu 60-7000C. Berikut prosedur kerja untuk analisis kadar
air metode oven vakum:

1.2.8. Prosedur kerja
Cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit kemudian didiinginkan dalam desikator.
Ambil cawan kering dengan penjepit lalu timbang cawan kering yang sudah didinginkan.
Lakukan penimbangan 1-2 g contoh pada cawan tersebut.

Keringkan pada oven vakum suhu 700C, 25 mmHg selama 2 jam. Dinginkan dalam desikator
lalu timbang. Ulangi penimbangan hingga diperoleh berat tetap/konstan (≤0,0005).

2. Metode distilasi azeotropik


Metode distilasi azeotropik yang dapat diterapkan ada dua, yaitu distilasi langsung dan distilasi
azeotropik :

2.1. Distilasi langsung


Air diuapkan dari pelarut (menarl) yang imisibel atau tidak dapat bercampur dengan air yang
mempunyai titik didih tinggi. Alat yang digunakan adalah alat distilasi. Selama pemanasan, air
yang menguap dikondensasi, lalu ditampung dalam gelas ukur dan ditentukan volume airnya
untuk mengukur kadar air.

2.2. Distilasi azeotropik


Air diuapkan bersama-sama dengan pelarut yang sifatnya imisibel pada perbandingan yang tetap.
Tiga jenis pelarut yang sering digunakan adalah toluena, xilena (dimetil benzena), dan
tetrakloroetilena. Toluena paling banyak digunakan.

Toluena dan xilena memiliki berat jenis lebih rendah dari air, berat jenis toluena 0,866 g/ml,
xilena 0,866-0,87 g/ml. Tetrakloroetilena mempunyai berat jenis lebih tinggi dari air 1,62 g/ml.

Penggunaaan pelarut yang mempunyai berat jenis lebih ringan dari air bertujuan agar air berada
di bagian bawah gelas penampung sehingga pengukuran volume lebih mudah. Penggunaan
pelarut dengan berat jenis lebih tinggi akan menyulitkan pengukuran volume air (akan terbentuk
dua meniskus sehingga ketelitian data kurang).

Pada kondisi biasa, titik didih air dan toluen akan bersama-sama menguap pada suhu 850C
dengan perbandingan air toluen = 20:80. Uap air dan pelarut dikondensasi, oleh karena air dan
toluen tidak dapat bercampur maka setelah kondensasi air dan toluen akan terpisah sehingga
volume air dapat ditentukan.

Keuntungan metode ini adalah kadar air ditetapkan langsung dan hasil akhir merupakan nilai
kadar air yang nyata dan bukan karena kehilangan berat contoh. Hasil lebih teliti dibandingkan
metode pengeringan oven karena jumlah contoh lebih banyak.

Waktu analisis singkat (0,5-1 jam), peralatan sederhana dan mudah didapat serta pengaruh
kelembababn lingkungan dapat dihindari dan dapat mencegah oksidasi selama pemanasan.
Selain itu metode ini memiliki cara pengerjaan sederhana dan mudah ditangani.

Kelemahan metode ini adalah permukaan alat gelas harus selalu bersih dan kering. Senyawa
alkohol atau gliserol mungkin terdistilasi bersama air yang dapat mengakibatkan data yang
diperoleh lebih tinggi dari nilai sebenarnya.

Pelarut yang digunakan mudah terbakar, sebagian pelarut beracun (misal benzena), serta
ketelitian membaca volume air yang terkondensasi terbatas.

Analisis kadar air metode distilasi azeotropik (SNI 01-3181-1992 yang dimodifikasi) memiliki
prinsip bahwa penguapan air dari bahan bersama-sama dengan pelarut yang sifatnya imisibel
pada suatu perbandingan yang tetap. Uap air dari bahan beserta pelarut dikondensasi kemudian
ditampung dalam gelas penampung.

Air yang mempunyai berat jenis lebih besar dibandingkan pelarutnya (jika digunakan pelarut
dengan berat jenis lebih rendah) akan berada di baian bawah pelarut sehingga volumenya dapat
dengan mudah ditentukan. Berikut adalah prosedur kerja dari metose distilasi azeotropik:

2.2.1. Tahap pengukuran


Keringkan labu didih dan tabung Bidwell-Sterling dalam oven bersuhu 1050C dan dinginkan
dalam desikator. Timbang 3 gram contoh (Ws). asukkan contoh ke dalam labu didih yang telah
dikeringkan dan tambahkan 60-80 ml toluena.

Rangkai alat distilasi, labu didih, dan pemanas. Refluks dengan suhu rendah (skala hot plate 4-5)
selama 45 menit. Naikkan suhu (skala 8) dan lakukan pemanasan selama 60-90 menit. Baca
volume air yang didistilasi (Vs).
2.2.2. Penetapan faktor distilasi
Keringkan labu didih dan tabung Bidwell-Sterling dalam oven bersuhu 1050C dan dinginkan
dalam desikator. Masukkan 4 gram air ke dalam labu (W), tambahkan toluena 60-80 ml. Rangkai
alat distilasi, labu didih, dan pemanas. Refluks dengan suhu rendah (skala hot plate 4-5) selama
45 menit, lalu naikkan suhu (skala 8) dan lakukan pemanasan selama 60-90 menit. Baca volume
air yang didistilasi (V).

3. Metode Karl Fischer


Metode ini digunakan untuk mengukur kadar air contoh dengan metode volumetri berdasarkan
prinsip titrasi. Titran yang digunakan adalah pereaksi Karl Fischer (campuran iodin, sulfur
dioksida, dan pridin dalam larutan metanol). Pereaksi karl fischer pada metode ini sangat tidak
stabil dan peka terhadap uap air oleh karena itu sebelum digunakan pereaksi harus selalu
distandarisasi.

Selama proses titrasi terjadi reaksi reduksi iodin oleh sulfur dioksida dengan adanya air. Reaksi
reduksi iodin akan berlangsung sampai air habis yang ditunjukka munculnya warna coklat akibat
kelebihan iodin. Penentuan titik akhir titrasi sulit dilakukan karena kadang-kadang perubahan
warna yang terjadi tidak terlalu jelas.

Pereaksi karl fischer sangat sensitif terhadap air. Sehingga metode ini dapat diaplikasikan untuk
analisis kadar air bahan pangan yang mempunyai kandungan air sangat rendah (seperti
minyak/lemak, gula, madu, dan bahan kering). Metode Karl Fischer juga dapat digunakan untuk
mengukur kadar air konsentrasi 1 ppm.

4. Metode desikasi kimia


Dengan bantuan bahan kimia yang mempunyai kemampuan menyerap air tinggi, seperti: fosfor
pentaoksida (P2O5), barium monoksida (BaO), magnesium perklorat (MgCl3), kalsium klorida
anhidrous (CaCl2), dan asam sulfat (H2SO4) pekat. Senyawa P2O5, BaO, dan MgClO3
merupakan bahan kimia yang direkomendasi oleh AOAC (1999).

Metode analisis ini cukup sederhana. Contoh yang akan dianalisis ditempatkan pada cawan
kemudian diletakkan dalam desikator. Bahan pengering ditaburkan atau dituangkan pada alas
desikator. Proses pengeringan berangsung pada suhu kamar sampai berat konstan/tetap.

Untuk mencapai berat konstan dibutuhkan waktu lama dan keseimbangan kadar airnya
tergantung pada reaktivitas kimia komponen dalam contoh tersebut terhadap air. Metode ini
sangat sesuai untuk bahan yang mengandung senyawa volatil (mudah menguap) tinggi, seperti
rempah-rempah.

Penggunaan suhu kamar dapat mencegah hilangnya senyawa menguap selama pengeringan.
5. Metode Termogravimetri
Metode ini dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan panas.
Perubahan berat (karena hilangnya air dari bahan selama pemanasan) dicatat oleh neraca termal
(thermobalance) secara otomatis sebagai fungsi dari waktu dan suhu. Diperoleh kurva perubahan
berat selama pemanasan untuk suatu program suhu tertentu.

Pencatatan berlangsung sampai bahan mencapai berat konstan/tetap. Penimbangan dilakukan


secara otomatis di dalam alat pengering dan kesalahan akibat penimbangan sangat kecil. Analisis
dilakukan dalam waktu yang singkat. Jumlah sampel yang digunakan hanya sedikit yaitu
berkisar mg sampai 1 gram.

Kurva perubahan berat air selama pengeringan dapat menunjukkan sifat fisiko kimia tentang
gaya yang mengikat air pada komponen di dalam contoh serta data kinetik dari proses
pengeringan.

B. Analisis kadar air metode tidak langsung


Metode ini dilakukan tanpa mengeluarkan air dari bahan dan tidak meusak bahan sehingga
pengukuran tidak bersifat merusak (tidak dekstruktif). Waktu pengukuran dilakukan dengan
cepat dan dimungkinkan untuk menjadikan kontinyu dan otomatik. Metode ini merupakan
penerapan untuk mengontrol proses-proses di industri.

Metode yang banyak diterapkan adalah sebagai berikut:

 Metode listrik-elektronika (konduktivitas DC-AC dan konstanta dielektrik)


Metode ini didasarkan pada pengukuran tahanan yang ditimbulkan dari bahan yang mengandung
air. Analisis dilakukan dengan cara menempatkan sejumlah contoh di dalam wadah kecil di
antara sua elektroda, selanjutnya arus listrik yang melewati contoh diukur berdasarkan tahanan
listriknya.

 Penyerapan gelombang mikro


Hal ini didasarkan pada pengukuran penyerapan energi gelombang mikro oleh molekul air dalam
bahan. Molekul air yang mempunyai dua kutub akan menyerap beberapa ribu kali lebih banyak
energi gelombang mikro dibandingkan bahan kering dalam volume yang sama.

Gelombang mikro dengan frekuensi 9-10 GHz dapat digunakan untuk memantau kadar air bahan
berkadar air rendah, padatan atau cairan. Peralatan utamanya adalah dua buah antena yang
berfungsi sebagai pemancar dan penerima gelombang. Pengukuran dilakukan dengan cara bahan
ditempatkan diantara ke dua antena tanpa menyentuh antena.
 Penyerapan sonik dan ultrasonik
Hal ini dilakukan berdasarkan kemampuan molekul air dalam menyerap energi sonik dan
ultrasonik. Derajat penyerapannya tergantung pada jumlah air yang terdapat dalam bahan.
Pengukuran dilakukan dengan cara bahan ditempatkan diantara generator energi (sebagai
pensuplai energi sonik dan ultrasonik) dan mikrofon sebagai penerima.

Energi yang diterima selanjutnya diperkuat sehingga terbaca pada voltmeter dan selanjutnya data
diubah menjadi data kadar air.

 Metode spektroskopi (inframerah dan NMR)


Metode spektroskopi inframerah didasarkan pada pembentukan spektrum penyerapan inframerah
yang sangat spesifik oleh molekul air yang terdapat pada bahan (padat atau cairan). Pita-pita
penyerapan inframerah oleh molekul air terjadi pada panjang gelombang 0,76; 0,97; 1,16; 1,45;
dan 1,94 µm. Intensitas penyerapan sinar inframerah berbanding lurus dengan kadar air.

Penentuan kadar air dilakukan dengan membandingkan penyerapan energi pada panjang
gelombang tersebut dengan kadar air standar yang sebelumnya sudah ditentkan dengan metode
langsung. Metode ini sangat sensitif untuk bahan yang mengandung air sangat rendah sampai
sekitar 0,05%.

Metode ini banyak digunakan untuk mengukur kadar air biji-bijian dan produk tepung. Selain itu
metode ini relatif mahal untuk digunakan pada penelitian. Industri besar tepung gandum dan
kedelai menggunakan metode ini untuk mengontrol kadar air proses produksi.

Sedangkan metode spektroskopi NMR didasarkan pada sifat-siat nuklir dari atom-atom hidrogen
dalam molekul air. Perputaran atom hidrogen dalam molekul air yang berbeda dengan perputaran
atom hidrogen dalam molekul lain dapat diidentifikasi yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai
parameter pengukuran kadar air.

Metode ini dapat mengukur kadar air bahan dari kisaran 5-100%.

Analisis berlangsung cepat, tidak menggunakan suhu tinggi, tidak destruktif, dapat mengukur air
terikat berbeda sifatnya dengan air bebas). Pengerjaan mahal, cukup rumit, tidak cocok untuk
analisis bahan yang mengandung lemak/minyak tinggi.

Fungsi Oil Conten Analyzer (Kadar Minyak)

Oil Content Analyzer berfungsi menganalisa kandungan minyak pada tempat atau benda
memiliki kadar  minyak  seperti hasil buangan limbah yang dapat membahayakan kelestarian
makhluk hidup bukan hanya itu saja Oil content analyzer dapat mengukur minyak sisaan pada
komponen benda dan kadar konsentrasi minyak yang menempel di benda atau lingkungan seperti
tanah.
 
Oil content analyzer dapat dengan mudah melakukan pengukuran kadar minyak pada air hanya
dengan cara menyuntikkan sampel air ke dalam alat ini seperti Model Oil Content Analyzer
OCMA-350 memiliki desain sederhana ini yang terbaik untuk pengukuran sampel diekstraksi
seperti evaluasi dari sisa minyak pada komponen dan pengukuran minyak yang terkandung
dalam makanan.
 
Compact Oil Content Analyzer seri Oil Content Analyzer OCMA-350 memiliki fungsi
pengoperasian dan juga fungsi yang telah disempurnakan dari model – model lainnya, sehingga
seseorang mampu untuk menangani menganalisa kandungan oli atau minyak tanpa kerumitan.

Seri OCMA-350 dapat digunakan untuk berbagai kegiatan yaitu  pemantauan air limbah,


konservasi lingkungan, dan pengendalian mutu.

Aplikasi
Berikut beberapa aplikasi yang dapat dilakukan oleh Oil Content Analyzer OCMA-350.
 
Air limbah
Air limbah pabrik adalah salah satu sumber masalah pencemaran lingkungan seperti  Pabrik air
limbah (limbah industri, baja, petrokimia, dan makanan) Seri Oil Content Analyzer OCMA-350
dapat mendeteksi kandungan minyak dalam proses pengolahan air buangan air buangan, Bilge
dan pemberat debit transportasi laut (tanker) dan juga Pengolahan air buangan minyak bumi dan
pengecekan efisiensi proses pemisahan minyak / air.
 
Pelestarian lingkungan
Oil Content Analyzer OCMA-350 bermanfat juga dalam pelestarian lingkungan, seri ini dapat
menentukan , survei kualitas air lingkungan sesuai dengan standar lingkungan, pemantauan
kualitas air di sekitar POM pengisian bensin, pemantauan air buangan hasil membersihkan
tangki penyimpanan di terminal pemnyimpnan minyak bumi, menentukan survei difusi minyak
untuk kasus kecelakaan kapal tanker atau juga bisa saat kecelakaan di pabrik petrokimia dan
menetukan kandungan minyak di dalam tanah untuk lokasi pabrik.
 
Kontrol kualitas
Oil Content Analyzer OCMA-350 juga dapat dipakai dalam control kualitas untuk sisa minyak
dalam air limbah bagian logam pembersih, memeriksa sebuah komponen minyak di cairan
pembersih untuk logam, pembersihan minyak saat proses ikatan logam semikonduktor dan
berlapis, bhkan dapat mendeteksi kandungan minyak dalam bahan makanan.
 
Fitur
 Memungkinkan pengukuran minyak dengan titik didih rendah (metode NDIR).
 Pengukuran mudah dan cepat.
 Tampilan grafis berwarna dengan multi bahasa (Inggris / Rusia / Jepang).
 Port output data USB.
 Fungsi konversi satuan (mg / L, mg / kg, mg / g, mg / PC).

Asam lemak bebas (Free Fatty Acid) adalah asam lemak yang sudah lepas dari trigliseraldehida

yang dikandung pada minyak. Asam lemak bebas ini dianalisa sebagai angka asam dengan

menggunakan metode titrasi alkalimetri. Semakin tinggi nilai angka asam maka semakin banyak

asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak dan menyebabkan kualitas minyak semakin

rendah.

Pada prinsipnya, analisa asam lemak bebas (Free Fatty Acid) dilakukan dengan menitar sampel

menggunakan larutan basa yang telah distandarisasi. Larutan basa yang umumnya digunakan

adalah Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) atau Kalium Hidroksida (KOH). Volume hasil

titrasi akan dimasukkan ke dalam rumus berikut untuk menghitung total asam lemak bebas yang

terkandung minyak.

dengan :

V      adalah Volume Larutan titar yang digunakan (mL);


N      adalah Normalitas larutan titar;

W     adalah berat contoh Uji (g);

25,6 adalah konstanta untuk menghitung kadar asam lemak bebas sebagai asam palmitat.
 
 air yaitu suatu zat yang tersusun dari unsur kimia hidrogen dan oksigen dan berada dalam
bentuk gas, cair, dan padat. Air adalah salah satu senyawa yang paling banyak dan
penting. Cairan yang tidak berasa dan tidak berbau pada suhu kamar, memiliki kemampuan
penting untuk melarutkan banyak zat lainnya. 
Kehidupan diyakini berasal dari larutan air lautan dunia , dan organisme hidup bergantung pada
larutan air, seperti darah.dan cairan pencernaan, untuk proses biologis. Air juga ada di planet dan
bulan lain baik di dalam maupun di luar tata surya. 

Dalam jumlah kecil air tampak tidak berwarna, tetapi air sebenarnya memiliki warna
biru intrinsik yang disebabkan oleh sedikit penyerapan cahaya pada panjang gelombang merah.

Karakteristik Air

Air ditemukan dalam tiga bentuk berbeda di Bumi, yaitu gas, padat, dan cair. Bentuk air
tergantung pada suhu. Air di planet kita mengalir sebagai cairan di sungai, dan samudra dalam
bentuk padat seperti es di Kutub Utara dan Selatan dan merupakan gas (uap) di atmosfer.

Air juga berada di bawah tanah dan di dalam tumbuhan dan hewan. Semua makhluk hidup
membutuhkan air dalam beberapa bentuk untuk bertahan hidup di Bumi. Orang bisa hidup
berminggu-minggu tanpa makanan, tetapi hanya bisa hidup beberapa hari tanpa air. 

Molekul air terdiri dari dua atom hidrogen, masing-masing dihubungkan oleh ikatan


kimia tunggal ke atom oksigen. Sebagian besar atom hidrogen memiliki inti yang hanya terdiri
dari proton. Dua bentuk isotop, deuterium dan tritium, di mana inti atomnya juga mengandung
satu dan dua neutron, masing-masing ditemukan dalam kadar kecil dalam air. 

Meskipun rumusnya (H2O) tampak sederhana, air menunjukkan sifat kimia dan fisik yang sangat
kompleks. Misalnya, titik lelehnya, 0 derajat C (32 derajat F), dan titik didihnya, 100 derajat C
(212 derajat F), jauh lebih tinggi daripada yang diharapkan jika dibandingkan
dengan senyawa analog, seperti hidrogen sulfida dan amonia. 
Fungsi Air

Fungsi air sangat esensial bagi semua kehidupan, meski nampaknya kini air tersedia di mana-
mana, namun air bersih adalah hal yang paling penting untuk dapat diakses semua makhluk
hidup untuk keberlangsungan hidupnya.

Kadar zat pengotor adalah keseluruhan bahan-bahan asing yang tidak larutdalam minyak,
pengotor yang tidak terlarut dinyatakan sebagai persen (%) zat pengotor terhadap minyak atau
lemak. Pada umumnya, hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan,
dengan proses tersebut kotoran-kotoran yang berukuran besar memang dapat disaring. Akan
tetapi, kotoran-kotoran atau serabut-serabut yang berukuran kecil tidak bias disaring, hanya
melayang-layang didalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Akan
tetapi, kotoran-kotoran atau serabut yang berukutan kecil tidak dapat disaring, hanya melayang-
layang didalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Padahal alat
sentrifugasi tersebut dapat berfungsi dengan prinsip kerja yang berdasarkan pada perbedaan berat
jenis.(marunduri, 2009).
pH (Power of Hydrogen) adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan
sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen
tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoretis.
Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang
pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.[1]
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder Lauritz
Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada "pH".
Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk power[2] (pangkat), yang
lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat),[3] dan ada pula yang
merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada
tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif".[4]
Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan
dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih daripada
tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang
terkait dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia
seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan),
dan oseanografi. Tentu saja, bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai meskipun
dalam frekuensi yang lebih rendah.
Pengolahan air atau water treatment merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas air agar dapat diterima atau digunakan pada penggunaan akhir dengan
kondisi tertentu. Berbagai kondisi ini meliputi irigasi, pasokan air industri, pemeliharaan aliran
sungai hingga minum. Oleh karena itu, banyak pihak yang menggunakan sistem ini juga untuk
mengolah limbah. 

Sedangkan, Instalasi Pengolahan Air (IPA) atau biasa Kamu ketahui dengan Water Treatment
Plant adalah sebuah sistem yang memiliki fungsi untuk mengolah air dalam bentuk baku ataupun
terkontaminasi yang kemudian akan mendapatkan perawatan khusus. Sehingga dapat
menghasilkan air yang bisa dikonsumsi dan sudah memenuhi standar mutu yang tepat. 

Water Treatment Plant

Setelah mengetahui definisinya, selanjutnya kamu perlu tahu tentang proses apa saja yang ada
pada WTP. Sehingga jika suatu hari nanti kamu membutuhkannya, kamu dapat langsung
mengikuti langkah-langkah proses water treatment plant berikut. Namun sebelum beranjak lebih
jauh, perlu untuk diketahui bahwa water treatment plant memiliki standar langsung dari
PerMenKes 32 Tahun 2017. Berikut proses yang bisa Kamu temukan dalam sistem water
treatment plant!

1. Proses Ozone
Proses Ozone ini meliputi berbagai macam tahapan yang harus dilalui oleh air yang sudah
terkontaminasi tersebut. Berbagai tahapannya berupa desinfeksi, detoksifikasi dan terakhir
deodorisasi.
2. Proses Reverse Osmosis
Reverse osmosis atau RO merupakan sebuah proses penyaringan molekul besar serta ion-ion
dalam larutan dengan cara memberikan tekanan ketika larutan tersebut berada pada satu sisi
membran seleksi (lapisan penyaring).
3. Proses UF Filter atau Ultrafiltrasi
Proses berikutnya merupakan suatu metode penyaringan yang dikenal dengan sebutan UF Filter
atau Ultrafiltrasi yang berfungsi untuk memisahkan partikel kecil dan sebagian zat terlarut
dengan air.
4. Carbon Filter
Selanjutnya, carbon filter merupakan sebuah proses yang digunakan untuk menjernihkan air dan
juga menghilangkan bau. Proses ini merupakan salah satu yang terpenting sehingga air tidak
hanya aman melainkan juga nyaman untuk dikonsumsi.
5. Proses Sedimentation
Proses sedimentation merupakan langkah yang dilakukan untuk memisahkan dua media berbeda
yakni air jernih dan endapan yang berbentuk pasir hingga beragam partikel lainnya. Proses yang
satu ini tidak kalah penting bukan?
6. Proses Aeration
Aeration merupakan sebuah proses yang digunakan untuk penguraian zat-zat organik. Tahapan
ini dilengkapi dengan alat yang dapat membantu aerasi berupa air blower sehingga air limbah
dapat dihembuskan ke udara. Akhir tahapan proses ini akan menguraikan senyawa polutan yang
ada pada air limbah tersebut.

7. Custom Bacteria
Proses berikutnya merupakan Custom Bacteria yang berfungsi untuk mereduksi konsentrasi
bakteri secara umum. Langkah ini juga nantinya akan menghilangkan bakteri pathogen yang
dapat menyebabkan penyakit.
8. Proses Equalization
Equalization merupakan sebuah proses yang digunakan untuk menyamaratakan aliran air secara
kualitas air limbah yang biasanya menggunakan sebuah alat seperti proses sebelumnya yakni
blower.
9. Proses Bar Screen
Proses terakhir pada water treatment plant adalah bar screen yang berfungsi untuk menyaring
benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Sehingga hasil akhirnya akan sangat bagus dan bisa
langsung digunakan.
Wastewater Treatment Plant (WWTP) atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah
rangkaian proses yang dilakukan untuk menghilangkan zat organik dan anorganik dari air,
sehingga air dapat digunakan kembali. Biasanya WWTP dilakukan untuk pengolahan air limbah
pertanian, pengolahan air limbah perkotaan, dan pengolahan air limbah industri, termasuk juga
aktivitas pertambangan.

Berikut ini proses-proses yang dilakukan dalam membuang limbah kimia dan biologi dalam
wastewater treatment.
BOD (Biological Oxygen Demand)
BOD merupakan parameter pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bekteri untuk
mengurai hampir semua zat organik yang terlarut dan tersuspensi dalam air buangan, dinyatakan
dengan BOD5 hari pada suhu 20°C dalam mg/liter atau ppm. Pemeriksaan BOD5 diperlukan
untuk menentukan beban pencemaran terhadap air buangan domestik atau industri juga untuk
mendesain sistem pengolahan limbah biologis bagi air tercemar. Penguraian zat organik adalah
peristiwa alamiah, jika suatu badan air tercemar oleh zat organik maka bakteri akan dapat
menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses biodegradable berlangsung, sehingga
dapat mengakibatkan kematian pada biota air dan keadaan pada badan air dapat menjadi
anaerobik yang ditandai dengan timbulnya bau busuk.

COD (Chemical Oxygen Demand)

COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang terdapat
dalam limbah cair dengan memanfaatkan oksidator kalium dikromat sebagai sumber oksigen.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik yang secara alamiah dapat
dioksidasi melalui proses biologis dan dapat menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut dalam
air.

Base and oil (Oli dan lemak)

Minyak dasar digunakan untuk memproduksi produk termasuk gemuk pelumas, oli motor dan
cairan pemrosesan logam. Produk yang berbeda memerlukan komposisi dan sifat yang berbeda
dalam minyak. Salah satu faktor terpenting adalah viskositas cairan pada berbagai suhu. Cocok
atau tidaknya suatu minyak mentah menjadi minyak dasar ditentukan oleh konsentrasi molekul
minyak dasar serta seberapa mudahnya dapat diekstraksi.
Minyak dasar diproduksi dengan cara penyulingan minyak mentah. Artinya, minyak mentah
dipanaskan agar berbagai distilat dapat dipisahkan satu sama lain. Selama proses pemanasan,
hidrokarbon ringan dan berat dipisahkan – yang ringan dapat disuling untuk membuat bensin dan
bahan bakar lainnya, sedangkan yang lebih berat cocok untuk aspal dan minyak dasar.[1]

Ada sejumlah besar minyak mentah di seluruh dunia yang digunakan untuk memproduksi
minyak dasar. Yang paling umum adalah jenis minyak mentah parafin, meskipun ada juga
minyak mentah naftenat yang menghasilkan produk dengan kelarutan yang lebih baik dan sifat
yang sangat baik pada suhu rendah. Dengan menggunakan teknologi hidrogenasi, di mana
belerang dan aromatik dihilangkan menggunakan hidrogen di bawah tekanan tinggi, minyak
dasar yang sangat murni dapat diperoleh, yang cocok ketika persyaratan kualitas sangat ketat.[2]

Zat kimia – aditif – ditambahkan ke minyak dasar untuk memenuhi persyaratan kualitas produk
akhir dalam hal, misalnya, sifat gesekan dan pembersihan. Jenis oli motor tertentu mengandung
lebih dari dua puluh persen aditif

Total Dissolved Solid  (TDS) merupakan isti lah untuk menandakan jumlah padatan terlarut
atau konsentrasi jumlah ion kati on (bermuatan positi f) dan anion (bermuatan negati f) di
dalam air. TDS digambarkan dengan jumlah zat terlarut dalam  Part Per Million (PPM) atau
sama dengan milligram per Liter  (mg/L). Kandungan   total   padatan   pada umumnya dalam
bentuk garam anorganik. Total padatan yang  terlarut di dalam air berupa natrium
klorida, kalsium   bikarbonat,   kalsium sulfat dan magnesium bikarbonat. Umumnya apabila
terjadi peningkatan TDS dalam air akan menyebabkan kesadahan dalam air juga meningkat.

No Klasifi kasi Padatan Ukuran Ukuran Diameter (mm)


Diameter (µm)
1 Padatan Terlarut < 0,001 < 0,000001
2 Koloid 0,001-1 0,000001 - 0,001
3 Padatan Tersuspensi >1 > 0,001
 

Konsentrasi dari TDS yang terionisasi dalam suatu zat cair dapat mempengaruhi kondukti vitas
listrik sebuah zat cari. Kandungan TDS dalam air biasanya disebabkan karena adanya bahan
anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh air buangan sering
mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan
rumah tangga dan industri pencucian. Padatan yang terdapat di perairan diklasifi kasikan
berdasarkan ukuran diameter parti kel seperti :

Kandungan TDS yang ti nggi memiliki dampak negati f terhadap lingkungan, dimana pada
daerah resapan air TDS akan perlahan menutupi pori-pori dari resapan tanah. Selain itu pada
perairan kandungan  TDS yang ti nggi dapat mengurangi penetrasi (penembusan) sinar
matahari ke dalam air dan menghambat  regenerasi oksigen serta fotosintesis makhluk hidup
di perairan. Tanpa kita sadari dampak berbahaya TDS ti nggi yang masuk ke tubuh akan
menyebabkan terjadinya akumulasi garam-garam terlarut pada organ ginjal. Apabila
akumulasi tersebut berlangsung secara terus menerus dapat mengganggu fungsi fi siologis
dari organ ginjal bahkan menyebabkan batu ginjal.
Oleh karena dampak bahaya dari ti ngginya kandungan TDS terhadap lingkungan dan
kesehatan, dewasa ini telah dikembangkan teknologi kombinasi proses  reverse
osmosis dan ion exchange (soft ener). Pada dasarnya soft ener sebagai ion exchange dibagi
menjadi dua yaitu ion kati on dan anion yang nanti akan mengikat ion terlarut sesuai dengan
muatan pada badan air, sedangkan pada proses  reverse osmosis sisa-sisa TDS yang mungkin
masih lolos akan tertahan oleh sebuah membran semipermiabel dengan ukuran pori
mencapai 0,0001 mikron. Air keluaran dari kombinasi kedua teknologi tersebut biasanya
memiliki kandungan TDS yang aman atau telah dibawah mutu baku standart dari air sebagai
air baku yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.  

Total Kesadahan (Water Hardness) dengan Perhitungan


Analisa total kesadahan dapat dilakukan dengan dengan dua cara yang bisa dilihat disini. Tulisan
ini akan membahas analisa total kesadahan dengan menjumlahkan konsentrasi ion kalsium (Ca2+)
dan ion magnesium (Mg2+).  Rumus perhitungannya sebagai berikut :
Total kesadahan (as CaCO3) = 2,497 (Ca2+, mg/L) + 4,118 (Mg2+, mg/L).
Mau tahu darimana angka 2,497 dan 4,118 berasal ?

Berikut adalah asal angka-angka tersebut :

Akhirnya rumusnya menjadi

Total kesadahan (as CaCO3) = 2,497 (Ca2+, mg/L) + 4,118 (Mg2+, mg/L).
Daftar Pustaka

Applications of Environmental Aquatic Chemistry A Practical Guide, Second Edition, by 


Eugene R. Weiner

Diterbitkan di Air | Dengan kaitkata Calcium, Calcium carbonat, Hardnes by


Calculation, Kesadahan, Magnesium, Water Hardness | Tinggalkan komentar

06/10/2010

Kesadahan Air (Water Hardness)


Kesadahan air adalah kemampuan air untuk mengendapkan sabun. Sabun diendapkan karena
adanya ion kalsium dan magnesium. Sehingga total kesadahan adalah total jumlah konsentrasi
kalsium dan magnesium, dinyatakan dalam kalsium karbonat (CaCO3), mg/L. Kesadahan dapat
bernilai nol sampai ratusan mg/L tergantung sumber dan treatment  air yang telah dilakukan.

Kesadahan adalah penyebab utama scaling tabung dan  pipa, sering mengakibatkan kegagalan
dan hilangnya efisiensi proses akibat penyumbatan atau kehilangan perpindahan panas, atau
keduanya

1. Hardness by calculation
Kesadahan (perhitungan) , mg CaCO3/L = 2,497 [Ca, mg/L] + 4,118 [Mg, mg/L]

Metode ini dapat digunakan untuk semua air dan menghasilkan akurasi yang tinggi. Bila
dilakukan analisa logam maka kesadahan perhitungan dapat dilaporkan.

Water Hardness Calculator


2.  EDTA Titrimetric Method

Kesadahan (EDTA) sebagai mg CaCO3/L = A X B X 1000/volume sampel

Dimana :  A = Volume titrasi sampel (mL)

B  = mg CaCO3 equivalent to 1 mL EDTA titrant

Titrasi EDTA ini mengukur ion kalsium dan magnesium dan dapat diaplikasikan dengan
modifikasi yang tepat untuk beberapa sampel air

Anda mungkin juga menyukai