Anda di halaman 1dari 45

ESTIMASI SUMBERDAYA

BAHAN GALIAN
1. Pendahuluan

SNI Amandemen 1 – SNI 13-4726-1998 tentang Klasifikasi


Sumberdaya dan Cadangan, maka pengertian

• Sumberdaya mineral (Mineral resources) endapan mineral yang


diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumberdaya mineral
dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi
cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan
memenuhi kriteria layak tambang.

• Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui


ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara
ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang
pada saat perhitungan dilakukan.
2. Tujuan Estimasi

Tujuan estimasi (penaksiran) pada bahan galian yang dikaitkan dengan


kegiatan pertambangan selanjutnya, setidak-tidaknya adalah

1. Menaksir kuantitas bahan galian (ton, m3, dll)


2. Menaksir kualitas bahan galian (ppm, gr/ton, %, dll)
3. Menaksir kesalahan estimasi (simpangan baku, kesalahan relatif, dll)
3. Syarat Estimasi

Estimasi terhadap suatu kadar, harus memenuhi beberapa syarat,


antara lain:

1. Bersifat non bias


2. Kadar estimasi berdasarkan bobot titik estimator
3. Memenuhi fenomena kebumian
3.1. Bersifat Non Bias

Kondisi non bias adalah kondisi dimana bobot yang diterima masing-
masing titik estimator apabila dijumlahkan akan sama dengan satu.

Pada kondisi non bias tersebut, maka setiap titik estimator akan
mendapat bobot atau weighting sesuai peranan atau pengaruh titik
estimator tersebut pada sebuah blok yang akan diestimasi

Dimana li adalah bobot yang diterima titik estimator ke-i.


Apabila sebuah blok diestimasi oleh:
• Satu titik estimator, maka l1 = 1
• Dua titik estimator, maka l1 + l2 = 1
• Tiga titik estimator, maka l1 + l2 + l3 = 1
• dan seterusnya
3.2. Kadar Estimasi Berdasarkan Bobot Titik Estimator

Dimana:
• ki adalah kadar titik estimator ke-i yang akan digunakan untuk
menentukan estimated grade k* sebuah blok penambangan.
• li adalah bobot yang diterima masing-masing titik estimator

Apabila sebuah blok diestimasi oleh:


• Satu titik estimator, maka k* = l1 x k1
• Dua titik estimator, maka k* = l1 x k1 + l2 x k2
• Tiga titik estimator, maka k* = l1 x k1 + l2 x k2 + l3 x k3
• Dan seterusnya
3.3. Memenuhi Fenomena Kebumian

Makna memenuhi fenomena kebumian adalah bahwa titik estimator


yang lebih strategis harus mendapat bobot yang lebih besar
daripada titik estimator yang kurang strategis.

Makna lebih strategis dapat terjadi bila titik estimator tersebut


• terletak lebih dekat dengan blok yang akan diestimasi (misal:
Inverse Distance)
• mempunyai volume atau berat yang lebih besar (misal: blending,
mixing)
• mempunyai ukuran lebih panjang (misal: komposit lubang bor)
• dan lain-lain
4. Daerah Pengaruh
Daerah pengaruh atau Area of Influence (AOI) merupakan suatu
daerah atau luasan disekitar titik estimator yang masih mendapat
pengaruh kadar titik estimator tersebut

• Rule of nearest point: suatu aturan dimana kadar estimasi suatu


titik/blok dinyatakan sama dengan kadar titik estimator yang paling
dekat dengan titik/blok tersebut. Contoh: poligon
• Rule of gradual change: suatu aturan dimana kadar estimasi suatu
titik/blok dinyatakan berubah secara bertahap sesuai dengan posisi
titik estimator terhadap titik/blok yang akan diestimasi. Contoh:
Inverse Distance.

Daerah pengaruh (rule of nearest point) dapat ditentukan dengan


membuat garis-garis perpendicular bisector pada masing-masing
titik estimator, sehingga masing-masing titik estimator akan menjadi
pusat poligon.
4.1. Extended Area
4.2. Included Area
5. Komposit Lubang Bor

Untuk kepentingan operasional penambangan, pada berbagai level


harus ditentukan nilai kadar komposit level berdasarkan berbagai
panjang inti bor. Misalkan bila kegiatan penambangan diinginkan
mempunyai tinggi jenjang 10 meter, maka pada inti bor tersebut
harus ditentukan nilai kadar komposit setiap10 meter.

Kadar komposit 10 meter pada Level 700


5m, barren
L700 = 5 m x 0 ppm Au + 5 m x 4,2 ppm Au
5m, barren = 2,1 ppm Au
5m, 4,2 ppm Au
L690 Kadar komposit 10 meter pada Level 690
5,m 6,2 ppm Au
= 5 m x 6,2 ppm Au + 5 m x 0 ppm Au
5m, barren
= 3,1 ppm Au
6. Metode estimasi

Dalam praktek tambang terbuka, khususnya dalam contoh-contoh


dalam tulisan ini, yang disajikan adalah

• memakai sayatan tegak dengan block counting (gunung Temas),


dan
• metode poligon dengan extended area (gunung Pendul).
6.1. Poligon

Metode poligon menggunakan aturan rule of nearest point dimana


untuk membuat daerah pengaruh masing-asing titik estimator
menggunakan perpendicular bisector.

Metode poligon merupakan cara yang sederhana dan membantu


dalam aplikasi kegiatan penambagan nantinya karena dapat
disusun blok-blok sesuai kebutuhan.

Salah satu kritik terhadap metode poligon adalah karena menggunakan


aturan rule of nearest point, maka nilai blok dapat terjadi perubahan
secara mendadak, khususnya blok-blok yang terletak disekitar
perpendicular bisector.
6.2. Inverse Distance

Pemakaian power yang kecil pada inverse distance, maka akan


mengarah pada situasi gradual change, sedangkan pemakaian
power yang besar akan mengarah pada situasi nearest point.

Pemakaian power sebesar 1 mengarah sepenuhnya pada gradual


change, sedangkan pemakaian power sebesar 5 akan sepenuhnya
mengarah pada situasi nearest point.

Pengertian inverse distance seringkali dipersepsikan sebagai Inverse


Distance Square (IDS) yaitu inverse distance dengan power
sebesar 2. Hal tersebut disebabkan IDS dipandang sebagai titik
kompromi antara gradual change dan nearest point.
Dimana:
• ki adalah kadar titik estimator ke-i yang akan digunakan untuk
menentukan estimated grade k* sebuah blok penambangan.
• di adalah jarak titik estimaor ke-i dengan blok yang akan diestimasi
• p adalah power (pangkat) yang digunakan
6.3. Triangular Grouping

LB1: 10 ppm Au

k* = 1/3 (10 + 7 + 4) = 7 ppm Au

LB2: 7 ppm Au LB3: 4 ppm Au


6.4. Cross Section

Cross section atau sayatan tegak seringkali diterapkan untuk


menghitung volume, khususnya volume endapan yang berbentuk
teratur yang terdapat di bawah permukaan bumi seperti endapan
batubara, endapan batugamping, dll.
Pada estimasi sumberdaya batugamping, perhitungan luas sayatan
(batugamping yang ditambang) dilakukan dengan cara block
counting dimana sebuah blok utuh mempunyai luas sebesar 100 m2
dan mempunyai volume 1.000 m3. Pada berbagai blok yang tidak
utuh (khususnya yang terpotong oleh topografi permukaan), maka
luasan sebuah blok dihitung berdasarkan nilai pecahan, misal ¾
blok, ½ blok, ¼ blok dsb.

Berdasar block counting, maka luas daerah yang terletak di bawah


garis (permukaan topografi) adalah
= 11 blok + ¾ blok + ½ blok + ¾ blok = 13 blok
7. Lembar Kerja

Berbagai lembar kerja sudah disajikan dalam panduan ini.


Perhitungan pada lembar kerja tidak berdasarkan data lapangan,
melainkan sebagai arahan atau panduan terhadap pekerjaan yang
harus dilakukan.
PETA TOPOGRAFI GUNUNG TEMAS (DATA LAPANGAN)
4.7.1. Lembar Kerja Gunung Temas
7.2. Lembar Kerja Gunung Pendul

Posisi Lubang Bor (Diketahui)

LB1 LB2 LB3 LB4 LB5 LB6


295 A-A’

LB7 LB8 LB9 LB10 LB11 LB12


265 B-B’

LB13 LB14 LB15 LB16 LB17 LB18


235 C-C’
Y

X 135 165 195 225 255 285


K-K’ L-L’ M-M’ N-N’ O-O’ P-P’
PETA TOPOGRAFI GUNUNG PENDUL (DATA LAPANGAN)
Koordinat Lubang Bor,
Dan Komposit Level
setiap 10 meter
(Diketahui)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai