Anda di halaman 1dari 23

STRIPPING RATIO

Oleh :
Kelompok 1
STRIPPING RATIO

Stripping Ratio adalah perbandingan antara volume


massa batuan yang dibongkar (lapisan tanah penutup)
dengan batubara yang diambil atau bisa juga disebut
dengan besarnya volume tanah lapisan penutup yang
harus dibongkar untuk mendapatkan 1 ton batubara.
Rumusan umum yang sering digunakan untuk menyatakan
perbandingan ini dapat dilihat pada persamaan berikut :
SR = Total Volume OB / Total Tonase Batubara
Total Volume OB didapatkan dengan menggunakan rumus kerucut
terpancung.
- Rumus Kerucut Terpancung
= V : L / 3 (S1 + S2 + ( S1 + S2) I ^ 2 )
Keterangan:
V = Volume cadangan
L = Jarak S1 dan S2
S1 = Luas Penampang Atas
S2 = Luas Penampang Alas
 Untuk mencari total volume OB, maka tahapan yang dilakukan adalah
membuat penampang. Dimana jika diketahui jarak sebenarnya di lapangan
adalah 200 m dan pada peta 1.8, maka didapatkan skala= 200/1.8= 111.11.

 Untuk mendapatkan interval perpenampang, jika diketahui arah


sebarannya 50m. Maka:

 1.8 = 200

X 50

 X = (1.8 x 50 ) / 200 = 0.45 cm


 Setelah mendapatkan skala dan interval, tahap selanjutnya adalah mencari
L yaitu jarak S1 dan S2.

 L = skala x interval = 111.11 x 0.45 = 49.9995

 Untuk mencari S1 dan S 2 ( L)

 L = ( jumlah kotak pada mm block x 25 ) X (0.1 x skala) ^2

 Tahap terakhir adalah dengan mencari volume OB dengan menggunakan


metode kerucut terpancung pada rumus di atas. Volume OB tersebut
dihitung perpenampang dan nanti akan dijumlahkan sehingga menjadi
total volume OB.
Cara mencari Total Volume Batubara sama dengan mencari Total Volume OB yaitu
dengan metode kerucut terpancung. Dengan skala, interval penampang juga sama
seperti di atas, yang membedakan hanya mencari S1 dan S2 ( L)

L = ( jumlah kotak pada mm block x 1 ) X (0.1 x skala)^2

Setelah didapatkan total volume batubara maka dikalikan dengan berat jenis
batubara yaitu 1.3 yang biasa disebut dengan tonase. Setelah semuanya telah
diketahui baik Volume OB dan Tonase BB, maka di gunakanlah rumus Striping
Ratio (SR)
BREAK EVEN STRIPPING RATIO
(BESR)

Break Even Stripping Ratio atau BESR Yaitu perbandingan antara


keuntungan kotor dengan ongkos pembuangan OB.

Cost penggalian bijih

BESR = ---------------------------------------

Cost pengupasan OB
Untuk memilih system penambangan digunakan istilah BESR-1 bagi open pit
yaitu overall stripping ratio.

BESR-1 > 1 = Tambang terbuka

BESR-1 < 1 = Tambang tertutup

BESR = 2 = Bisa Tambang terbuka/Tambang tertutup


Kemudian setelah ditentukan yang dipilih Tambang terbuka maka dalam
rangka pengembangan rencana penambangan tiap tahap digunakan istilah
economic stripping ratio (BESR-2).

Recovable value/ton ore - Production


cost/ton ore
BESR-2 = ---------------------------------------------------
Stripping cost/ton ore
BESR-2 untuk menentukan maksimal berapa ton waste yang disingkirkan
untuk memperoleh 1 ton ore agar tahap penambangan ini masih memberikan
keuntungan (max allowable stripping ratio) dan untuk menentukan batas pit
(pit limit).

BESR merupakan kelanjutan dari tahapan SR, dimana dalam tahap


BESR ini berkaitan dengan biaya-biaya seperti biaya produksi, BBM,
biaya administrasi & umum, Gaji & upah, investasi jalan, pelabuhan
dan lain-lain.
JENIS STRIPPING RATIO

1. Nisbah Kupas Pulang Pokok (Break Even Stripping Ratio)

Break Even Stripping Ratio (BESR) adalah perbandingan antara biaya penggalian
batubara dengan baya pengupasan tanah penutup (overburden) atau merupakan
perbandingan biaya penambangan bawah tanah dengan penambangan terbuka. Break
Even Stripping Ratio inidisebut juga overall stripping ratio, yang dapat dinyatakan
sebagai berikut :
BESR = CMUG – CMSM CSOB
Dimana :
CMUG : Cost Mining With Underground (Biaya Penambangan Bawah tanah), US$/ton.
CMSM : Cost Mining With Surface (Biaya Penambangan dengan Tambang terbuka),
US$/ton.
CSOB : Cost Stripping Overburden (Biaya Pengupasan Tanah Penutup), US$/ton.
2. Nisbah Kupas Instanteneous (Instanteneous Strpping Ratio)

Nisbah Kupas Instanteneous (SRINST) adalah nisbah kupas untuk pengembangan rencana
penambangan yang nilainya lebih kecil dari nilai BESR setelah ditentukan bahwa akan
digunakan metoda tambang terbuka, maka nisbah kupas ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

SRINST = RevM – CMSM – CL – CP – CT – CH – CO CSOB

Dimana:

RevM = Revenue Mining (Pendapatan atau harga jual dari 1 ton cadangan), US$/ton.
CL = Cost Loading (Biaya Pemuatan), US$/ton.
CP = Cost Prepare (Biaya Pengolahan), US$/ton.
CT = Cost Trading (Biaya Pengangkutan), US$/ton.
CH = Cost Harbour (Biaya Pelabuhan Untuk Pengapalan), US$/ton.
CO = Cost Office (Biaya Non Teknis/Administratif), US$/ton.
Dalam perhitungan stripping ratio ini, biaya produksi adalah total dari seluruh
biaya untuk mendapatkan cadangan/ton, yaitu biaya penambangan, biaya pemuatan,
biaya pengolahan, biaya pengangkutan, biaya pengapalan dan biaya non teknis.
Namun biaya pengupasan tanah penutup tidak dihitung sebagai biaya produksi.
Untuk mengetahui laba yang diperoleh dari tambang terbuka (Profit Surface Mining
= PSM, maka dapat dinyatakan sebagai berikut :

PSM = RevM – CSOB(SRINST) - CMSM – CL – CP – CT – CH – CO


3 Nisbah Kupas Ekonoomi (Economic Strpping Ratio)

Economic Stripping Ratio (SREC) artinya berapa besar keuntungan yang dapat
diperoleh bila cadangan tersebut ditambang dengan metode tambang terbuka. Dari
nilai SREC ini dapat diketahui berapa nilai SR yang menjadi batasan cadangan
tertinggi yang dapat ditambang dengan metode tambang terbuka dan
menguntungkan. Pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga cadangan di pasaran,
maka akan dapat mengakibatkan perluasan tambang sehingga cadangan akan
bertambah, sebaliknya jika harga cadangan turun, maka jumlah cadangan akan
berkurang. Nisbah kupas ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

SREC = RevM – CMSM – CL – CP – CT – CH – CO – PSM CSOB


Batas ekonomi tambang terbuka dicapai apabila PSM = 0 dimana SRINST = SREC.
Apabila ada cadangan yang akan terus ditambang dengan metode tambang bawah
tanah, maka harus ada laba (profit) yang diperoleh. Untuk mengetahui laba yang
diperoleh dari tambang bawah tanah (Profit Underground Mining = PUG), maka
dapat dinyatakan sebagai berikut :

PUG = RevM – CPUG

Dimana :

CMUG = Cost Production with Underground Mining (Biaya Produksi


Tambang Bawah Tanah), US$/ton.
MENGUKUR STRIPPING RATIO

Keterangan:

T = Tebal batubara,

Θ = Dip batubara,

Ø = Overall slope,

H = Kedalaman tambang,

X1 = Bukaan tambang 1,

X2 = Bukaan tambang 2.
Striping Ratio yaitu nilai perbandingan antara Overburden yang di buang untuk
mendapatkan per ton Batubara.

SR = OB : Coal

Berdasarkan gambar tadi, jelas rasanya striping ratio dapat dengan mudah untuk
dihitung. Bayangkan gambar tadi suatu section tambang, maka kita dapat
menghitung jumlah OB dan Coal nya.

Jumlah Overburden = ½ x Lebar Bukaan x Kedalaman Pit.

Jumlah Coal = Tebal coal x RD x (H / Sin Θ)

Striping Ratio : Jumlah Overburden : Jumlah Coal


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
STRIPPING RATIO

Faktor-faktor yang mempengaruhi stripping ratio adalah:

1. Perhitungan volume

Perhitungan volume merupakan tahap awal yang harus dilakukan dalam


penentuan stripping ratio, penampang litologi pemboran menunjukkan formasi
litologi yang ditembus dan ketebalan masing-masing formasi litologi. Dari informasi
tersebut, dilakukan identifikasi ketebalan tanah penutup dan batubara. Untuk
batubara dengan sistem perlapisan multiseam, dilakukan penjumlahan total
ketebalan untuk seluruh seam. Prosedur ini berlaku untuk seluruh lubang bor.
Perbedaan ketebalan dari tanah penutup dan batubara berpengaruh terhadap elevasi
batas atas dan batas bawah keduanya. Dalam kasus ini batasan antara overburden
dan batubara diasumsikan jelas.
Perhitungan luas daerah tergantung dari metode perhitungan cadangan yang
digunakan. Setelah luas daerah diketahui, lalu dilakukan kalkulasi antara ketebalan
rata-rata batubara maupun tanah penutup pada daerah tersebut dengan luasan daerah,
dan diperoleh volume tanah penutup dan batubara pada daerah tersebut. Perhitungan
volume dinyatakan dengan persamaan berikut:

Volume = AT x A
Dimana :

AT = Avarage Thickness (ketebalan rata-rata), m

A = Area (luas daerah), m2


2. Perhitungan Tonase

Pada industri pertambangan, penjualan bahan galian dan kapasitas produksi


dilakukan atas dasar berat dari bahan galian tersebut. Hal ini berlawanan dengan
industri perancangan sipil dimana pembayaran dilakukan atas dasar volume material
yang dipindahkan. Konversi dari volume ke berat harus dilakukan dalam kaitannya
dengan kegiatan pemuatan, pengangkutan maupun untuk kegiatan pengolahan.

Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup yang akan dikupas maupun


batubara yang akan ditambang dihitung dalam satuan berat (tonase). Konversi satuan
volume ke satuan berat dilakukan dengan bantuan suatu faktor yaitu density. Besar
nilai density untuk setiap material berbeda-beda. Umumnya satuan yang digunakan
untuk density antara lain gram/cm3, pound/feet3 dan ton/meter3.
Nilai density untuk tanah penutup (humus dan lempung) sebesar 2300 lb/yd3
atau setara dengan 1,36 ton/m3 dan density batubara sebesar 1,3 ton/m3. Berat
(tonase) tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara yang akan ditambang
diperoleh dengan mengalikan volume keduanya dengan density masing-masing.
Perhitungan tonase dinyatakan pada persamaan berikut:

Tonase = V x D
Dimana :

T = Tonase (ton)

V = Volume (m3)

D = Density (ton/m3)
3. Nisbah Pengupasan

Nisbah pengupasan, Salah satu cara menguraikan effisiensi geometri dari


operasi penambangan berdasarkan nisbah pengupasan. Nisbah pengupasan (stripping
ratio) menunjukkan perbandingan antara volume/tonase tanah penutup dengan
volume/tonase batubara pada areal yang akan ditambang. Rumusan umum yang
sering digunakan untuk menyatakan perbandingan ini: Stripping Ratio = Tanah
Penutup (ton)/Batubara (ton).
Sekian & Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai