Anda di halaman 1dari 16

DISKONTINUITAS

Tinjauan Umum
01 Diskontinuitas DISKONTINUITAS

Diskontinuitas dalam mekanika batuan, merupakan istilah


umum yang digunakan sebagai istilah untuk batuan yang
mengalami kerusakan (Giani, 1992). Sementara dalam
rekayasa batuan, diskontinuitas adalah istilah umum yang
mencakup berbagai cacat mekanis atau bidang kelemahan
dalam rockmass tanpa mempertimbangkan asal-usulnya
(Goodman, 1976, 1989; Priest and Hudson, 1976; Bieniawski,
1989 dalam Aji & Nalendra, 2020).

Wyllie dan Mah (2004) menyebutkan parameter-parameter


yang perlu dicatat dalam investigasi geologi diskontinuitas
seperti tipe batuannya, tipe diskontinuitas, skala, orientasi,
spasi, persistence, kekasaran, kekuatan (wall strength),
aperture, pengisi, seepage, jumlah set kekar, bentuk dan
ukuran blok, serta tingkat pelapukan.
01
Tinjauan Umum
Diskontinuitas
BIDANG DISKONTINUITAS

Secara umum, bidang diskontinu merupakan bidang yang memisahkan massa


batuan menjadi bagian yang terpisah. Menurut Priest (1993) dalam Sitohang
(2008), pengertian bidang diskontinu adalah setiap bidang lemah yang terjadi pada
bagian yang memiliki kuat tarik paling lemah dalam batuan. Keterjadian bidang
diskontinu tidak terlepas dari masalah perubahaan stress (tegangan), temperatur,
strain (regangan), mineralisasi dan rekristalisasi yang terjadi pada massa batuan
dalam waktu yang panjang
Pengaruh
02 Diskontinuitas Pengaruh Diskontinuitas Pada Stabilitas Lereng
Stabilitas Lereng

Keberadaan struktur geologi dan diskontinuitas akan Menurut Hencher (1987) struktur geologi
mengurangi tingkat kekuatan geser batuan sehingga dan diskontinuitas pada batuan merupakan
berimplikasi pada meningkatnya peluang terjadi longsor. bidang-bidang lemah dan jalur perembesan
airtanah. Keberadaan struktur geologi dan
Dengan munculnya bidang diskontinuitas akan menurunkan diskontinuitas akan mengurangi tingkat
kekuatan massa batuan karena beban cenderung akan di kekuatan geser batuan dan implikasi
teruskan secara anisotrip ke sekitarnya, sehingga tingkat utamanya adalah meningkatkan peluang
kestabilan lereng juga akan menurun. Selain itu bidang terjadinya longsor. Dengan munculnya bidang
diskontinuitas juga dapat berperan sebagai jalur rembesan air lemah tersebut, maka batuan yang tadinya
yang mampu mengakibatkan terjadi rekahan tarik pada massa utuh akan berubah menjadi massa batuan
batuan, dimana hal tersebut dapat mengurangi nilai kemanan dengan kekuatan yang jauh lebih kecil dari
dari lereng (Sustriani, 2012) sebelumnya.

Semakin banyak bidan diskontinuitas yang memotong massa Selain itu, beban yang diterima oleh massa
batuan, semakin kecil kekuatan dari batuan tersebut. Bidang- batuan juga akan diteruskan secara anisotrop
bidang ini yang berpotensi menyebabkan terjadinya failure. ke sekitarnya, sehingga dengan demikian
tingkat kestabilan lereng juga akan menurun.
Pengaruh
02 Diskontinuitas Pengaruh Diskontinuitas Pada Stabilitas Lereng
Stabilitas Lereng

Adanya bidang diskontinu pada massa batuan akan


mengurangi kekuatan massa batuan dan dapat
berfungsi sebagai jalur rembesan air yang dapat
mengakibatkan terjadinya rekahan tarik (tensile crack)
pada massa batuan dimana hal tersebut dapat
mengurangi nilai keamanan dari lereng (Sustriani,
2012). Semakin banyak bidang diskontinu yang
memotong massa batuan, semakin kecil pula kekuatan
dan batuan tersebut.

Sehingga, dari keadaan tersebut diperlukan analisis


stabilitas massa batuan yang di dasarkan pada faktor-
faktor yang mengontrol kekuatan geser dari
diskontinuitas.

Salah satu metodenya adalah RMR (Rock Mass Rating).


Pengaruh Diskontinuitas Pada Stabilitas Lereng
Metode RMR (Rock Mass
Rating) (Bieniawski,
1984)

Metode RMR ini


memasukkan 5 parameter
utama (Tabel 1), yaitu:
1. Kekuatan Batuan Utuh
2. Rock Quality Design (RGD)
3. Spasi Diskontinuitas
4. Kondisi Diskontinuitas
5. Kondisi Air Tanah
Tipe-Tipe
03 Diskontinuitas Tipe-tipe Diskontinuitas
Beberapa tipe diskontinuitas yang digolongkan berdasarkan ukuran
dan komposisinya adalah sebagai berikut:

• Fault (patahan) adalah bidang diskontinu yang secara jelas


memperlihatkan tanda-tanda bidang tersebut mengalami
pergerakan. Tanda-tanda tersebut diantaranya adalah
adanya zona hancuran maupun slicken sided atau jejak yang
terdapat di sepanjang bidang fault. Fault dikenal sebagai
weakness zone karena akan memberikan pengaruh pada
kestabilan massa batuan dalam wilayah yang luas.

• Joint (kekar). Bidang diskontinu yang telah pecah namun


tidak mengalami pergerakan atau walaupun bergerak,
pergerakan tersebut sangat sedikit sehingga bisa diabaikan.

• Bedding (bidang pelapisan). Bedding terdapat pada


permukaan batuan yang mengalami perubahan ukuran dan
orientasi butir dari batuan tersebut serta perubahan
mineralogi yang terjadi selama proses pembentukan batuan
sedimen.
LANJUTAN …
Tipe-Tipe
03 Diskontinuitas Tipe-tipe Diskontinuitas
LANJUTAN …

• Fracture dan crack. Fracture diartikan sebagai bidang


diskontinu yang pecah tidak paralel dengan struktur lain
yang tampak pada batuan. Beberapa rock mechanic
engineer menggunakan istilah fracture dan crack untuk
menjelaskan pecahan atau crack yang terjadi pada saat
pengujian batuan, peledakan dan untuk menjelaskan
mekanisme pecahnya batuan brittle.

• Fissure. Menurut Fookes dan Denness (1969) dalam


Sitohang (2008) yang mendefinisikan fissure sebagai bidang
diskontinu yang membagi suatu material utuh tanpa
memisahkannya menjadi bagian terpisah.

Dari semua jenis bidang diskontinu yang ada, joint adalah yang paling sering menjadi pertimbangan. Hal ini disebabkan
joint merupakan bidang diskontinu yang telah pecah dan terbuka, sehingga bidang joint merupakan bidang yang lemah.
Selain itu joint sering bahkan hampir selalu ada pada suatu massa batuan. Oleh sebab itu, dalam pertimbangan geoteknik,
seringkali joint lebih menjadi perhatian dibandingkan jenis bidang diskontinu lainnya.
Sifat Geometri
04 Diskontinuitas Sifat Geometri dari Diskontinuitas
Keberadaan diskontinuitas akan mempengaruhi kestabilan lereng oleh sifat-sifat Sifat-sifat geometri yang
diskontinuitas yang dimilikinya. dimiliki diskontinuitas,
antara lain:

a. Set Diskontinuitas
b. Separation Aperture
c. Wall Strength
d. Spacing
e. Block Size
f. Persistence
g. Dip Direction
h. Roughness
i. Filling
j. Seepage
k. Pelapukan

Gambar Sketsa karakteristik geometri dari


diskontinuitas batuan (Priest, 1993)
Sifat Geometri dari Diskontinuitas
a. Set Discontinuity Sifat-sifat geometri yang
set diskontinuitas mengekspresikan jumlah set-set dimiliki diskontinuitas,
yang membentuk sistem diskontinuitas dan saling antara lain:
memotong (Giani, 1992). jumlah set diskontinu a. Set Diskontinuitas
itas yang saling berpotongan satu sama lain akan b. Separation Aperture
menginformasikan luasan massa batuan yang c. Wall Strength
terdeformasi tanpa menghancurkan batuan. d. Spacing
e. Block Size
b. Pemisahan/Rongga (Seperation aperture)
f. Persistence
Pemisahan adalah lebar celah antara dua g. Dip Direction
permukaan kekar yang terbuka atau jarak antara h. Roughness
kedua permukaan bidang diskontinu. Jarak ini i. Filling
biasanya diisi oleh material lainnya (filling j. Seepage
material) atau bisa juga diisi oleh air. Makin k. Pelapukan
besar jarak ini, semakin lemah bidang diskontinu
tersebut. Kehadiran rongga pada diskontinuitas
akan mempengaruhi nilai kuat massa batuan dan
besarnya hidraulic conductivity air tanah,
sehingga berguna untuk memprediksi perilaku
massa batuan.
Sifat Geometri dari Diskontinuitas
c. Wall Strength/ Kekuatan Dinding
Sifat-sifat geometri yang
Didefinisikan sebagai kuat kompresi dinding batuan yang berdekatan antar diskontinuitas. dimiliki diskontinuitas,
Wyllie dan Mah (2004) kekuatan dinding diskontinuitas mempengaruhi kuat geser pada antara lain:
permukaan kasar. Deskripsi semi kuantitatif dan kuantitatif kekuatan dinding dapat dilihat
pada tabel berikut. a. Set Diskontinuitas
b. Separation Aperture
c. Wall Strength
d. Spacing
e. Block Size
f. Persistence
g. Dip Direction
h. Roughness
i. Filling
j. Seepage
k. Pelapukan

Pembagiannya berdasarkan nilai


kekuatan Uniaxial Compressive Strength
(UCS),
Sifat Geometri dari Diskontinuitas
d. Spacing/ Jarak Discontinuitas Sifat-sifat geometri yang
Bieniawski (1989) dan Giani (1992), spasi merupakan jarak antara diskontinuitas terdekat dimiliki diskontinuitas,
yang diukur secara tegak lurus. Spasi diukur dari permukaan batuan ataupun core antara lain:
bor. Pengukuran spasi set kekar memberikan ukuran dan bentuk blok. Hasilnya berupa a. Set Diskontinuitas
model stabilitas dan kekuatan massa batuan (Wyllie dan Mah, 2004). b. Separation Aperture
c. Wall Strength
d. Spacing
e. Block Size
f. Persistence
g. Dip Direction
h. Roughness
i. Filling
j. Seepage
k. Pelapukan
Sifat Geometri dari Diskontinuitas
e. Bentuk dan ukuran blok Sifat-sifat geometri yang
Hudson dan Harrison (1997) menganologikan ukuran blok dan distribusinya sebagai dimiliki diskontinuitas,
distribusi in situ ukuran partikel. Ukuran blok mengindikasikan perilaku massa batuan, antara lain:
karena mampu mengestimasi performa massa batuan pada kondisi tegasan. Adapun a. Set Diskontinuitas
jumlah set dan orientasi atau pola kekar dapat menentukan bentuk blok yang dihasilkan, b. Separation Aperture
sehingga dapat berupa kubus, rombohedral, tetrahedron atau lembaran (Giani, 1992) atau c. Wall Strength
berbentuk blocky, shattered dan kolumnar (Wyllie dan Mah, 2004 ). Ukuran blok d. Spacing
ditentukan oleh spasi diskoninuitas, jumlah set dan panjang diskontinuitas. e. Block Size
f. Persisntence/ Panjang Kekar f. Persistence
g. Dip Direction
Menurut Wyllie dan Mah (2004) persistence merupakan pengukuran panjang h. Roughness
diskontinuitas atau luas diskontinuitas. Persistensi kekar dapat diukur secara langsung di i. Filling
lapangan dengan mengamati panjang persistensi kekar pada massa batuan yang j. Seepage
tersingkap. k. Pelapukan
g. Dip Direction/Orientasi Diskontinuitas
Orientasi merefleksikan siknifikansi variasi set diskontinuitas pada massa batuan. Bidang
diskontinuitas memiliki strike dan dip, Giani (1992) menyatakan strike sebagai azimuth,
dan dip yang merupakan sudut penunjaman diskontinuitas terhadap horizontal.
Sifat Geometri dari Diskontinuitas
Sifat-sifat geometri yang
dimiliki diskontinuitas,
h. Roughness/Kekasaran antara lain:

Kekasaran permukaan kekar akan a. Set Diskontinuitas


mempengaruhi tergelincirnya suatu blok b. Separation Aperture
massa batuan. Kekasaran permukaan bidang c. Wall Strength
diskontinu merupakan parameter yang d. Spacing
penting untuk menentukan bidang e. Block Size
diskontinu. Giani (1992) menyebutkan f. Persistence
bahwa nilai kekasaran permukaan g. Dip Direction
diskontinuitas berguna untuk mengetahui h. Roughness
kuat geser, khususnya pada dinding i. Filling
diskontinuitas yang belum mengalami j. Seepage
dislokasi dan belum terisi. k. Pelapukan
Sifat Geometri dari Diskontinuitas
Sifat-sifat geometri yang
i. Filling/Gouge/Material Pengisi dimiliki diskontinuitas,
antara lain:
Material pengisi berada pada celah yang terbuka antara dua dinding kekar
yang saling berdekatan. Wyllie dan Mah (2004) mendefinisikan pengisi sebagai a. Set Diskontinuitas
material yang memisahkan dinding batuan yang berdekatan pada suatu diskontinuitas. b. Separation Aperture
Giani (1992) pengisi ini biasanya lebih lemah kekuatannya dari batuan induk. Material c. Wall Strength
pengisi dapat dipergunakan untuk memprediksi perilaku diskontinuitas batuan. d. Spacing
e. Block Size
Berdasarkan pola pengisi, akan f. Persistence
dijumpai dua tipe utama pengisi g. Dip Direction
pada diskontinuitas, yang h. Roughness
sekaligus dapat dipergunakan i. Filling
untuk memprediksi arah bukaan j. Seepage
rekahan dan kecepatannya k. Pelapukan
terbentuk
Sifat Geometri dari Diskontinuitas
Sifat-sifat geometri yang
j. Seepage dimiliki diskontinuitas,
Seepage berhubungan dengan aliran air dan uap pada diskontinuitas atau massa batuan. antara lain:
Kategori seepage bervariasi dari kering sampai mengalir kontinyu, sehingga observasi
a. Set Diskontinuitas
menunjukkan posisi muka air tanah dan tinggi-rendahnya konduktivitas batuan (Wyllie
b. Separation Aperture
dan Mah, 2004). Iklim turut mempengaruhi keterdapatan seepage, dan besarnya
c. Wall Strength
infiltrasi air. Infiltrasi air tanah dinilai berdasarkan faktor-faktor penting yang
d. Spacing
mempengaruhinya seperti meteorologi, morfologi dan geologi hidrogeologi
e. Block Size
k. Pelapukan f. Persistence
g. Dip Direction
Pelapukan batuan adalah proses yang menyebabkan alterasi batuan, disebabkan oleh h. Roughness
air, karbon dioksida dan oksigen (Giani, 1992), atau proses eksternal menyebabkan i. Filling
hilang dan berubahnya sifat asal mula menjadi kondisi yang baru. Penentuan tingkat j. Seepage
pelapukan kekar dapat dilihat dari perbedaan warna pada batuan dan k. Pelapukan
terdekomposisinya batuan atau tidak. Wyllie dan Mah (2004) berkurangnya kekuatan
batuan oleh pelapukan akan mengurangi kuat geser diskontinuitas. Sehingga pelapukan
juga akan mengurangi kuat geser massa batuan

Anda mungkin juga menyukai