Anda di halaman 1dari 97

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

2
KARAKTERISTIK BATUAN

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

KARAKTERISTIK TEKNIS BATUAN

 Batuan kuat membutuhkan energi pemboran dan


penggalian lebih besar daripada batuan lemah
 Ketidakhadiran bidang lemah akan membutuhkan energi
penggalian lebih besar untuk mendapatkan fragmentasi
yang diinginkan, sedangkan adanya bidang lemah bisa
mengakibatkan masalah pada kegiatan pemboran
 Batuan lunak atau plastik cenderung untuk menyerap
energi pemboran dan penggalian
 Batuan ber-bobot isi tinggi membutuhkan energi
pemboran dan penggalian lebih besar.

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Pendahuluan
 Metode pengeboran dan penggalian ditentukan
oleh:
 Karakteristik batuan utuh & massa batuan
 Jenis & Kapasitas mesin gali
 Jenis & karakteristik gigi gali

 Sifat batuan yang berpengaruh:


 Sifat fisik batuan utuh
 Sifat mekanik statik batuan utuh
 Sifat mekanik dinamik batuan utuh
 Struktur massa batuan

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Variasi Struktur Batuan

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Kekuatan Batuan Utuh & Massa Batuan

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Efek Skala

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Sifat batuan

Paramater

Pengaruhnya

Sifat Fisik

Kandungan air
Bobot isi
Porositas

Pemboran, Penggalian
Pemboran, Penggalian
Pemboran, Penggalian

Kekerasan
Material

Kekerasan Mineralogi
Kekerasan Mohs & Rosival
Koefisien Cementasi
Cone indenter
Uji Dynamic rebound
Shore sclerescope
Schmidt rebound hammer
Modified Schmidt hammer

Pemboran, Penggalian
Pemboran, Penggalian
Pemboran, Penggalian
Penggalian
Penggalian
Penggalian
Penggalian
Pemboran, Penggalian

Standard
Kuat Batuan

Kuat Tekan UCS


Kuat Tarik Brazilian
Kuat Geser

Pemboran, Penggalian
Pemboran, Penggalian
Penggalian

Perilaku
Konstitutif Uji
UCS

Young's Modulus
Spesifik Fraktur Energi
Toughness Index

Pemboran, Penggalian
Pemboran, Penggalian
Penggalian

Indeks
Kekuatan
Batuan

Brittleness index
Point Load Index-PLI
Impact Strength Index-ISI
O&K Wedge Test
Hardgroove Grindability Index
Breaking Characteristic
Rock Drillability
Drilling Rate Index
Drillability Barre Granite

Penggalian
Pemboran, Penggalian
Penggalian
Penggalian
Pemboran, Penggalian
Pemboran
Pemboran
Pemboran
Pemboran

Sifat Dinamik

Kecepatan Seismik Lab

Penggalian

Abrasivitas

Schimazek Factor
Cerchar Abrasivity Index (CAI)

Pemboran, Penggalian
Pemboran, Penggalian

Uji Cuttability

Core Cuttability
VARI

Penggalian
Penggalian

Sifat Fisik
Batuan Utuh

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Sifat Mekanik Batuan Utuh Uji Standard









Kuat tekan, statik dan dinamik


Kuat tarik, statik dan dinamik
Modulus Young, statik dan dinamik
Nisbah Poisson, statik dan dinamik
Kuat geser
Kecepatan ultrasonik

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Kuat Tekan Uniaksial (UCS)

UCS (MPa)
Klasifikasi
Bieniawski, 1973

Tamrock, 1988

Sangat keras

250 - 700

200 [7]

Keras

100 - 250

120 200 [6-7]

Keras sedang

50 - 100

60 120 [4,5-6]

30 60 [3-4,5]

Lunak

25 - 50

10 30 [2-3]

Sangat lunak

1 - 25

- 10

Cukup lunak

(Tamrock Surface Drilling and Blasting, 1988), Mohs Hardness [-]

Klasifikasi Jenis Aplikasi Gigi Gali


2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

(Durst & Vogt, 1988 & Hagan, 1990)

Alat Gali

Klasifikasi Batuan Utuh

UCS (MPa)

Wedge tooth

Sangat lunak

< 20

Drag/point pick

Sangat lunak - lunak

< 124

Disc cutter

Lunak - keras

5 - 130

Button cutter

Keras - sangat keras

> 240

10

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Persamaan Kurva Tegangan Regangan

 Energi Fraktur UCS = Wf = Fp x l


 Energi Fraktur Spesifik UCS = Wsf = c x p
 Toughness Indeks (Singh, 1983) = TI =

 Rock Toughness (Farmer, 1986) = RT=

2E

x 100

11

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Kuat Tarik Brazilian (UTS)

Plat tekan
atas
Contoh
Batuan

Plat tekan
bawah
F

 UTS << UCS


 UCS/UTS = Toughness ratio
= Brittleness Index
 BI semakin besar, kinerja
alat gali potong meningkat
beberapa kali lipat

12

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Kuat Tarik Dinamik

 Kuat tarik dinamik batuan jauh lebih kecil daripada kuat


tekan statiknya.
 Kuat tarik dinamik sangat penting untuk diketahui dalam
proses penggalian mekanis dan peledakan.
 Tegangan tarik tangensial harus lebih besar daripada
kuat tarik dinamik agar terjadi rekahan radial
 Bila spalling diinginkan untuk terjadi, kuat tarik dinamik
harus lebih kecil daripada tegangan tarik radial yang
dihasilkan dari pantulan pulsa tegangan tekan awal di
bidang bebas.
13

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Klasifikasi Brittleness Index

Brittleness Index

Keterangan

67

Sangat tough & plastik

78

Tough & plastik

8 12

Rata-rata jenis batuan

12 15

Sangat brittle tak plastik

15 20

Sangat brittle

14

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Kecepatan Ultrasonik
 Uji (ISRM 1981) untuk mengukur cepat rambat gelombang
ultrasonik pada contoh batu sebelum uji UCS.
 cepat rambat gelombang primer (VLp)
 cepat rambat gelombang sekunder (VLs).

 Modulus Elastik dinamik dapat dihitung.


 Kemampugalian batuan ditentukan juga oleh karakteristik
dinamiknya, karena perjalanan gelombang akibat benturan mata bor
dan gigi-gigi alat gali terhadap batuan merupakan gerakan dinamik.
 Setiap batuan selalu memiliki rekahan awal (pre-existing cracks).
Tergantung dari proses pematangannya didalam, rekahan awal ini
dapat saja bertambah.
 Menaiknya rekahan awal akan menurunkan kecepatan ultrasonik.

15

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Kec. Rambat Gel. Ultrasonik







Kecepatan rambat gelombang tekan


Kecepatan rambat gelombang geser
Modulus Young dinamik
Modulus geser dinamik
Nisbah Poisson dinamik

16

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Parameter Dinamik

Modulus Geser: G = .vs2


= massa per satuan volume

Nisbah Possion:

v=
2
V
21 s
Vp

V
s
1 2

Vp

Modulus Young Dinamik: E = 2 (1+) G


Konstanta Lame: = (vp2 2 vs2)
Modulus Ruah: K = (/3) (3vp2 4 vs2)
17

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Sifat Mekanik Batuan Utuh Menurut


Uji Indeks










Point Load Index (aksial & diametrikal) - ISRM, 1985


Breaking Characteristic
Rock Drillability
Drilling Rate Index
Drillability Barre Granite
Cutting Resistance Wedge Test (FA & FL) - O & K
Voest Alpine Rock Cuttability Index (VA-RCI)
Core Cuttability (Roxborough, 1981)
Impact Strength Index

18

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Point Load Index (PLI)

 Uji PLI dilakukan untuk mengetahui kekuatan (strength) contoh batu


secara tidak langsung di lapangan
 Bentuk contoh batu: silinder atau tidak beraturan.
 Peralatan yang digunakan mudah dibawa-bawa, tidak begitu besar
dan cukup ringan sehingga dapat dengan cepat diketahui kekuatan
batuan di lapangan, sebelum dilakukan pengujian di laboratorium.
 Contoh yang disarankan untuk pengujian ini berbentuk silinder
dengan diameter = 50 mm (NX = 54 mm).
 Fracture Index dipakai sebagai ukuran karakteristik diskontinuiti dan
didefinisikan sebagai jarak rata-rata fraktur dalam sepanjang bor inti
atau massa batuan

19

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Tipe & Syarat Contoh Batuan


Uji PLI
(ISRM, 1985)

P
P

L > 0,5D

L
D

D
W2

W1

P
P
L > 0,7D
a. Uji Diametrikal

D/W = 1.1 0.05

D/ W =1.0 1.4

b. Uji Aksial

W = (W 1+W 2)/2

20

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Breaking Characteristics

 Breaking characteristic menggambarkan sifat batuan


sebagai reaksi apabila dipukul dengan palu.
 Setiap jenis batuan mempunyai sifat khusus dan derajat
kerusakan yang berhubungan dengan tekstur, komposisi
mineral, dan strukturnya.
 Breaking characteristic berbagai batuan dinyatakan
sebagai The Los Angeles Co-Efficient (ukuran relatif
untuk menentukan tahanan batuan terhadap
penghancuran).

21

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Rock Drillability


Rock drillability adalah kecepatan penetrasi (penembusan) mata-bor ke


dalam batuan & merupakan fungsi dari beberapa sifat batuan:











Beberapa metoda empirik telah dikembangkan untuk memperkirakan unjuk


kerja pengeboran dalam macam-macam batuan.
Indeks khusus untuk rock drillability antara lain:





Kekuatan batuan utuh


mineralogi
abrasivitas
kekerapan kekar
Ukuran butir
tekstur
derajat pelapukan, dan lain sebagainya.

Drilling Rate Index (DRI) atau indeks laju pengeboran


Bit wear index (BWI)
Klasifikasi jenis batuan berdasarkan drillability dari Barre granite Moh's test
Klasifikasi Protodyakonov

BWI & DRI saling berbanding terbalik. Jika batuan mempunyai BWI rendah
maka DRI-nya tinggi
22

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Drilling Rate Index (DRI)

 DRI bukan merupakan petunjuk langsung kecepatan pengeboran


tetapi merupakan ukuran relatif dari kecepatan pengeboran.
 DRI ditentukan berdasarkan dua parameter:
 Harga kerapuhan S20 (friability value S20)
 Harga Sievers J (SJ value)

23

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Drilling Rate Index


 SJ diperoleh dari miniature drill test:
 Mata bor (diameter sekitar 10 mm) diputar 200 kali
 SJ = rata-rata kedalaman dari 4-8 kali pengeboran dan
dinyatakan dalam 0.1 mm
 Dengan menggunakan S20 dan SJ, DRI dapat ditentukan
 Ditentukan berdasarkan:
 Harga kerapuhan S20
 Harga saringan J (SJ)
 S20 diukur dari brittleness test:
 Beban 14 kg dijatuhkan berulang-ulang (20 kali) dari ketinggian
25 cm terhadap contoh seberat 0,5 kg.
 S20 = Prosentase undersize saringan 11,2 mm

24

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Penentuan
S20 dan SJ

25

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Penentuan Drilling Rate Index


Classification of Drilling Rate Index and Bit Wear Index
for rock formations with quartz content of 10-40%

Drilling Rate Index,


DRI

Bit Wear Index, BWI

Sangat rendah

21

Sangat tinggi

63

Rendah sekali

28

Tinggi sekali

53

Rendah

37

Tinggi

43

Medium

49

Medium

33

Tinggi

65

Rendah

23

Tinggi sekali

86

Rendah sekali

13

Sangat tinggi

114

Sangat rendah

26

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Klasifikasi Batuan Menurut


Drillability Barre Granite

 Kecepatan pemboran relatif dalam barre granite ditetapkan


mempunyai harga 1,00 dan drillability dari bermacam-macam
batuan dapat diperoleh dengan mengalikan kecepatan pengeboran
dalam barre granite dengan faktor drillability yang tercantum dalam
tabel.
 Kecepatan pengeboran dalam barre granite 90 cm/menit, faktor
drillability dari batuan gamping di Tulsa = 1,2, maka kecepatan
pengeboran dalam batuan gamping Tulsa adalah 108 cm/menit.

27

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Rumus Kombinasi Kecepatan Pengeboran Dalam


Barre Granite
 N = 31 P/d1,4
 Keterangan:




N = kecepatan pengeboran netto dalam "barre granite"


(m/menit)
P = rock drill (kinetic) out put power (KW)
D = diameter lubang (mm)

 Contoh:
Rock drill H L 538
Kinetic out put power = 15,5 KW
Diameter lubang = 89 mm
Kecepatan pengeboran netto = 0,87 m/menit
28

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Drilling Rate Index


ANORTHOSITE

GRANITE GNEISS

AMPHIBOLITE
MICA GNEISS
QUARTZITE

MARBLE

LIMESTONE

DIABASE

PHYLITE

SANDSTONE

PEGMATITE

DIORITE
GABBRO

SLATE SHALE

MONTSONITE
GREYWACKE

NORITE

GNESIS GRANITE

MICA SCHIST

GNESIS
TACONITE

10

20

30

GRANITE

40

50

60

70

80

90

Drilling Rate Index


29

Drillability Factor Batuan


2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Jenis Batuan

Asal Batuan

DF

Jenis Batuan

Asal Batuan

DF

Andesit

Messy Rock, Washington, USA

1,27

Magnesite

Vienna, Austria

0,94

Banded gneiss

Soina, Sweden

0,89

Magnesite

Kiruna, Sweden

0,67

Barre granite

Barre, Vermont, USA

1,00

Magnesite

Canada

0,55

Basalt

New York, USA

0,56

Magnesite

Kiruna, Sweden

0,56

Calcite

Hanover, Pa. USA

0,89

Magnesite

Kirkland Lake, Ontario, Canada

0,59

Chalco-pyrite

New Guinea

0,78

Pegmatite

Vancouver, B.C. Canada

0,67

Diorite

Oregon, USA

0,34

Porphyry

Denver, Colorado, USA

0,82

Dolomite

Hanover, Pa. USA

1,70

Porphyry

Murdockville, Quebec, Canada

0,89

Felsite

Denver, Colorado, USA

0,75

Quartzite

Canada

0,33

Granite

Westchester, NJ. USA

0,67

Quartzite

Minessota, USA

0,56

Granite

Snettlesham Dam, Alaska, USA

0,78

Quartzite

Canada

0,72

Granite

Newark, NJ. USA

1,05

Quartzite

New Zealand

0,78

Granite

California, USA

1,10

Rhyolite

Kirkland Lake, Ontario, Canada

0,60

Granite gneiss

Lamburg, NJ. USA

0,67

Sandstone

Michel, B.C. Canada

0,75

Granite gneiss

Vancouver, B.C. Canada

0,89

Sandy dolomite

Hanover, Pa. USA

0,60

Hermanite red

Sarajevo, Yugoslavia

1,50

Shale

Michel, B.C., Canada

0,75

Limestone

Washington, USA

0,78

Shale

Scranton, Pa. USA

2,00

Limestone

Millerville, Va. USA

0,89

Siderite

Sufferen, N.Y. USA

0,89

Limestone

Buffalo, N.Y. USA

0,89

Siderite

Sarajevo, Yugoslavia

0,90

Limestone

Bellefonte, Pa. USA

0,94

Siderite

Sarajevo, Yugoslavia

1,00

Limestone

Tulsa, Ok. USA

1,19

Taconite

Kirkland Lake, Ontario, Canada

0,84

Limestone

Saratoga, N.Y. USA

1,22

Limestone

Portsmouth, N.H. USA

1,77

Limestone

Davenport, Iowa, USA

1,79

30

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

O&K Wedge Test


 Uji wedge ini mulanya dikembangkan oleh Oreinstein dan Koppel
(O&K) dari Lbeck, Jerman (Rasper, 1975) untuk menentukan
tahanan gali (digging resistance) batuan keras dan kompak
 Untuk analisa kemampugalian BWE dengan gigi tipe pahat pipih
(wedge) & gigi tipe point pick menggunakan PLI
 Uji ini dipublikasikan dalam O&K Publication Soil testing equipment
operating instructions No. 834 601-12.
 Prosedur ideal penentuan kemampugalian (diggability) suatu batuan
dengan BWE adalah dengan melakukan pengujian insitu dengan
BWE-nya di lapangan

31

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Contoh batuan 15 cm x 15 cm x 15 cm dan


ditekan oleh baji hingga belah.
 FL =
FL
FA
F
L
A

F
L

FA =

Wedge Test

F
A

= Tahanan gali per unit panjang, kN m-1.


= Tahanan gali per unit luas, kN m-2 = kPa.
= Beban belah, N.
= Panjang total bagian yang terbelah, m.
= Luas total bagian yang terbelah, m2.

32

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Voest-Alpine Rock Cuttability Index


VA-RCI
 VA-RCI dikembangkan di Zeltweg, Austria
(Gehring, 1982)
 Untuk analisa kinerja road header dan tunnel
boring machine.
 Contoh batuan min 7 cm & di semen moulded
10x10x10 cm lalu dipotong jadi 2 contoh
10x10x5 cm.
 Pengujiannya menggunakan pin besi-baja
bulat yang ujungnya dipasang tungsten
carbide yang dipasang pada mesin gurdi.
 Pin dijepit mesin bor & ditempelkan di atas
contoh dengan 764 rpm (radius = 25 mm), 5
detik dan beban statik 200 N.
 Kedalaman parit diukur 4 sisi siku dengan
ketelitian 0.1 mm.
 VA-RCI dihitung dari kedalaman rata-rata dari
empat pengukuran.
33

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Uji Core Cuttability

 Prosedur uji core cuttability menurut Roxborough (1987)


 Uji ini mencari Energi Spesifik suatu contoh batuan
 ES menghitung gaya potong & gaya normal rata-rata yang diperlukan
oleh sebuah pick memotong parit sepanjang tertentu pada sebuah
contoh batu berbentuk silinder
 Gaya potong memberikan tegangan transient pick saat memotong,
gaya normal adalah gaya yang harus dibangkitkan oleh sebuah mesin
saat mempertahankan kedalaman pemotongannya
 Gaya potong adalah satu dari gaya-gaya ortogonal yang bekerja pada
pick saat memotong batu.

34

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 W = 12.7 mm, d = 5 mm, l = 25 cm Contoh


diputar sebesar 180o agar diperoleh
pemotongan ulang yang sama dan sejajar.
 Lakukan 4 kali pemotongan dan total panjang
pemotongan menjadi 1 m
 Pick chisel w = 12.7 mm, FRA 0o, BCA 5o.
 Tungsten carbide kualitas standard, grain
nominal 3 - 3.5 mm, cobalt 9 - 10%.
35

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Tipikal Gaya Potong & Energi Potong Batuan

36

Grafik FLC Terhadap Distance (DOC = 7 mm)


2.00
Data
1.50

F C (kN )

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Gaya Potong & Energi Potong Batuan Pasir

1.00
0.50
0.00
0

10

12

14

16

Distance (cm)
37

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Aplikasi Roadheaders Sebagai Fungsi Kekar


& Energi Spesifik (McFeat-Smith, 1978)
Batas mak SE Lab.
Kinerja umum penggalian (Mc Feat-Smith, 1978)

Mesin
Berat

Mesin
Medium

32 MJ/m3

20 MJ/m3

Mesin hanya dapat memotong batuan ini secara ekonomis bila berbentuk
perlapisan setebal kurang dari 0.3 m. Modifikasi mungkin diperlukan.

25 MJ/m3

15 MJ/m3

Kinerja penggalian buruk. Pergantian pick aus secara regular akan membantu
kebutuhan energi gali & me-ngurangi bagian aus. Lebih baik pakai point attack
pick dengan kecepatan rendah dan besi sangga samping akan memperbaiki
stabilitas.

20 MJ/m3

12 MJ/m3

Kinerja penggalian sedang. Untuk batuan abrasive perlu sering periksa pick,
karena pick tajam akan memperbaiki kinerja.

17 MJ/m3

8 MJ/m3

Kinerja sedang - baik dengan keausan rendah. Pick diganti regular untuk batuan
abrasiv.

8 MJ/m3

5 MJ/m3

Mesin sangat cocok dengan kondisi batuan ini. Kemajuan gali tinggi. Mudstones
pada batas minimum lebih baik digaru, dan laju gali tinggi.
38

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Impact Strength Index (ISI)


 ISI (Evans &
Pomeroy, 1966) &
uji Protodyakonov
adalah sejenis.
 Uji ISI menggunakan
peralatan khusus
 Contoh batu:
 ukuran 0.95 - 0. 32
cm
 berat 100 gram
 dipukul dengan
piston sebanyak 20
kali
 sisa batuan
berukuran semula
ditimbang dan
sama dengan ISI
39

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Hubungan UCS & PLI


Referensi

Persamaan

Tipe Batuan

Broch & Franklin (1972)

c = 24Is(50)

batu pasir

Bieniawski (1975)

c = 23Is(50)

batuan beku, batuan sedimen

Brook (1985)

c = 22Is(50)

Singh (1981)

c = 18,7Is(50)

batu pasir dan shale


-

Vallejo et al. (1989)


shale

c = 12,5Is(50)

shale

batu pasir

c = 17,4Is(50)

batu pasir

Kramadibrata (1992)

c = 11,82Is(50)

batu pasir dan batu lempung

Gunsallus & Kulhawy (1984)

c = 16,51s(50) + 51

dolostone, batu pasir, batu gamping

Cargill & Shakoor (1990)

c = 23Is(54) +13

batuan sedimen, batuan metamorf

Kahraman (2001)

c = 8,41Is(50) + 9,51

batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf

Tsidzi (1990)

c=

Is(50 )
0,03 + 0,003 Is(50)

batuan metamorf

40

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Block Punch Index (BPI)




Salah satu alternatif uji indeks yang relatif baru untuk memperkirakan nilai kuat tekan dari
batuan & berguna untuk batuan berfoliasi tipis sehingga sulit untuk mendapatkan contoh
representatif untuk UCS & PLI sekalipun.

Uji BPI dilakukan untuk mengetahui kuat geser secara langsung dari contoh batuan yang
berbentuk silinder tipis.

Diperoleh gaya dikenakan pada contoh batuan menggunakan punch berbentuk empat
persegi. Keruntuhan yang terjadi disebabkan oleh pecahnya contoh batuan karena
ketidakmampuan contoh batu untuk menahan kuat geser, sedangkan kuat tariknya
dieliminir dengan alat penjepit block punch.

BPI = Block Punch Index (MPa)

F = Beban runtuh (N)

A = Luas bagian runtuh (mm2)

K = Lebar BPI = 15 mm t

BPI =

= Jari-jari contoh (mm)


= tebal contoh (mm)

F
2 K 2
4 t r
2

0,5

41

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Block Punch Index (BPI)

42

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Hubungan UCS & Block Punch Index (BPI)




Schrier (1988) BPI adalah uji indeks dan bukan untuk mengukur kuat geser
batuan karena kemungkinan dipengaruhi oleh tegangan bending (Everling,
1964).

Uji BPI ekuivalen dengan uji indeks lainnya untuk menduga UCS, & tingkat
akurasinya yang lebih baikdaripada uji PLI.

Rivai (2001): hubungan UCS & BPI dapat dilakukan untuk batuan lunak karena
penekanan yang terjadi pada uji BPI menyangkut suatu luas yang lebih besar
dari point sehingga akan memberikan efek geser.

Referensi

Persamaan

Tipe Batuan

Schrier (1988)

c= 6,1BPI 3,3

batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf

Ulusay & Gokceoglu (1998)

c = 5,5BPIc

batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf

Rivai (2001)

c = 7,13BPIc

batu pasir, batu lempung, batu lanau, batu andesit

43

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Hubungan UCS & Impact Strength Index (ISI)

 Uji ISI sudah tidak direkomendasikan lagi oleh ISRM 1986 Commision
on Testing Methods Groups on Test For Drilling and Boring, sehingga
perkembangan penelitian untuk mengembangkan kegunaannya, baik
untuk memprediksi nilai UCS maupun manfaat lainnya, menjadi kecil.
 Kahraman (2001), data hasil uji ISI relatif konsisten daripada UCS dan uji
indeks lainnya.
Referensi

Persamaan

Tipe Batuan

Hobbs (1964)

c* = 53ISI 2509

Goktan (1988)

c = 0,095ISI 3,667

batuan sedimen

Kahraman (2001)

c = 410-10ISI5,87

batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf

44

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Klasifikasi Penggalian Protodyakonov


(Durst & Vogt, 1988)
Kelas

Kekuatan material

Tipe tanah / batuan

ISI
MPa

UCS
MPa

Batu paling keras

Solid & tough quartz &basalt

20

200

II

Batu sangat keras

Porphyritic, quartz, granite

15

150

III

Batu keras

Granite, hard sandstone, iron ore

10

100

IV

Relatif batu keras

Normal sandstone, iron ore

60

Batu keras medium

Hard clay slate, soft-sand stone & limestone

40

VI

Relatif batu luak

Soft clay, v. soft sand-stone, chalk, fine sand,


anthracite, cemented pebble sandstones

20

VIa

Relatif batu luak

Gravel soil, broken salte, hard fossil coal,


hardened clay

15

15

VII

Batu lunak

Hard clay, soft fossil coal, clayey soil, hard


brown coal

10

VIIa

Batu lunak

Gritty clay, coarse clay, loess

0.8

VIII

Tanah

Top soil, peat loam, sand

0.6

IX

Tanah lepas

Sand, dumped soils, soft brown coal

0.5

Tanah lumpur

Mud, muddy loess

45

 Ada 2 tipe untuk batu dan beton: L & N. Energi impak (EI)
tipe L = 0,735 J = 1/3 EI tipe N & dimensinya juga lebih

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

besar.

Schmidt Hammer

 Tipe L untuk uji contoh batuan silinder & tipe N untuk contoh
batuan besar; blok batuan / langsung pada massa batuan.
 Terdiri dari piston yang dikombinasikan dengan per. Piston
secara otomatis terlepas dan menumbuk permukaan kontak
dengan batuan ketika hammer ditekan ke arah permukaan
batuan. Piston tersebut akan segera memantul kembali ke
arah dalam hammer. Jarak pantul piston yang terbaca pada
indikator dinyatakan sebagai nilai pantul Schmidt Hammer.
Nilai pantul Schmidt Hammer = rata-rata 10 pengujian. Jarak
pantulan ini merupakan fungsi dari jumlah energi impak
yang hilang akibat deformasi plastik dan failure dari batu di
tempat terjadinya impak.
 Nilai pantul fungsi orientasi dari hammer. Pengujian dengan
menekan hammer relatif ke arah bawah menghasilkan nilai
pantul < daripada menekan hammer ke arah atas. Gaya
gravitasi akan menghambat pantulan piston pada saat
hammer ditekan ke arah bawah sebab arah pantul dari
piston berlawanan arah dengan gaya gravitasi.

1.
2.
3.

Contoh batuan
Impact plunger
Indikator angka pantul

 Perlu dikalibrasi dengan melakukan 10x pembacaan pada


anvil standar.
46

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Hubungan UCS & Schmidt Hammer


Hubungan tsb memperlihatkan kecenderungan
penggunaan bobot isi sebagai variabel tambahan pada
hampir semua persamaan korelasi antara UCS dan
Schmidt Hammer
Referensi

Persamaan

Tipe Batuan

Tipe
Hammer

1. Deere & Miller, 1966

1. c = 6,9 10(0,16+0,0087Rn)

1. -

2. Kidybinski, 1968

2. c = 0,477e(0,045Rn+)

2. -

3. Beverly et al., 1979

3. c = 12,74e(0,0185Rn)

3. -

4. Haramy & DeMarco, 1985

4. c = 0.094Rn 0,383

4. batu bara

5. Cargill & Shakoor, 1990

5.1. batu pasir

5.1. c = e(0,043Rnd + 1,2)

5.2. karbonat

5.2. c = e(0.018Rnd + 2,9)

6. Kahraman, 2001

6. c = 6,97e(0,014Rn

5. sedimen, metamorf

6. tiga jenis batuan


47

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Hubungan UCS & Kecepatan Ultrasonik Vp


 Vp untuk pemilihan alat gali dan penentuan keberadaan kekar
 Hubungan UCS & Vp sulit ditentukan tanpa memperhitungkan faktorfaktor di dalam batuan.
 Faktor-faktor: beban pada contoh saat pengujian, porositas, pre-existing
crack, bobot isi, kandungan air, ukuran butir & komposisi mineral.
 Kahraman (2001) hubungan non-linear antara c dan Vp dengan
menggunakan variasi contoh batuan daripada penelitiannya Goktan &
Wade et al. sehingga lebih andal utk prediksi UCS daripada Vp.
Referensi

Persamaan

Tipe Batuan

Goktan (1988)

c = 0,036vp* - 31,18

batuan sedimen

Wade et al. (1993)

c = 0,055vp* - 91,44

Kahraman (2001)

c = 9,95vp1,21

batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf

vp* = Kecepatan gelombang tekan (m/det)

vp = Kecepatan gelombang tekan (km/det)


48

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Abrasivitas
 Suatu parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor (drill
bit) atau batang bor (drill steel).
 Tergantung pada komposisi batuan, sehingga keausan mata bor
sebanding dengan komposisi batuan tersebut.
 Kandungan kuarsa dalam batuan dianggap sebagai petunjuk untuk
mengukur keausan batang bor.
 Kerusakan pick atau gigi gali sangat dipengaruhi abrasivitas batuan
yang digali.
 Uji abrasivitas untuk menduga jumlah keausan pick bila kontak
dengan batuan.
 Cerchar Abrasivity Index untuk menduga abrasivitas batuan beku &
metamorf
 Schimazek Factor (Gehring 1992) untuk menduga abrasivitas batuan
sedimen

49

1 cm

 CAI ditentukan dengan menggoreskan sebuah pin


besi-baja yang sudah diperkeras ke-permuka batuan
segar.
 Pin: kuat tarik 200 kg/mm2, Rockwell hardness 54
56, dibentuk konus = 90dan tajam oleh mesin
bubut.
 Valantine (1973): selama satu detik pin dibawah
beban statik 7 kg digoreskan ke permukaan batuan
segar sepanjang 1 cm.
 CAI = pin yang sudah rusak akibat goresan diukur
dibawah mikroskop dengan satuan 1/10 mm

Rata

Miring

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Cerchar Abrasivity Index CAI

Bergelombang

Lengkung

50

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Hasil Pengukuran Lebar Rusak Ujung Pin


di Batu Pasir
No

W mm

No

W mm

173-349-115-280

11

661-475-551-404

284-203-279-285

12

382-313-404-303

176-181-175-188

13

255-528-213-548

254-262-244-336

14

134-181-150-295

167-237-200-262

15

386-311-246-384

501-781-469-748

16

297-308-279-297

663-475-551-404

17

173-206-225-197

443-340-444-437

18

173-206-225-197

440-559-653-571

19

189-246-100-376

10

110-302-176-288

20

309-274-190-260

51

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Schimazek Abrasivity Factor

 Abrasivitas menurut Schimazek F sering digunakan untuk


batuan sedimen dan hitungannya memakai persamaan
berikut:
t dV
 F=
(N/mm)
100

 t = Kuat tarik tak langsung (MPa)


 d = Ukuran butir kuarsa atau mineral keras rata-rata yang
diidentifikasi pada analisa sayatan tipis (mm)
 V = Kandungan volume mineral keras relatif terhadap
kuarsa (kuarsa identik dengan satu pada skala Rosival)
52

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Penentuan Schimazek F Batuan Gamping


%

Rata
rata

Skala
Rosival

%
Volume

Quartz

65

75

60

60

70

60

75

65

75

55

66

1.0

66

Feldspar

10

15

10

10

15

8.5

0.3

2.7

Hard silica

10

10

0.3

1.2

Lempung

10

10

20

10

15

10

10

20

11

0.04

0.44

Karbonat

10

0.03

0.09

Mat. Organik.

10

1.5

Mat. Volkanik

10

0.5

1.5

Total

71.9

Mineral

Ukuran butir rata2 kuarsa dari sayatan tipis = 0.16 mm, t = 10.2 MPa

t dV

F = 100

10.2 x 0.16 x 71.9


100

= 1.17

53

Batuan

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Mudstone

Sandstone
Limestone
Granite

Mineral

Moh

Kekerasan

Rosival

Kekerasan

Quartz

0.65

5.24

120

80

Calcite

0.11

4.5

Mica, clay, plagiclase

0.24

1.5

Quartz

0.97

Mica, clay, iron hydroxide

0.03

2.5

Clacite

0.98

Quartz

0.02

Feldspar

0.60

Quartz

0.30

120

Biotite

0.05

2.5

Hornblende

0.03

5.5

20

Magnetite

0.01

5.5

20

Chlorite

0.01

2.5

6.87

120

117

4
3.08

4.5

120
6.25

CAI

Deskripsi

Schimazek F

Deskripsi

0.3 - 0.5

Abrasiv kecil

< 0.01

Tidak abrasiv

0.5 - 1.0

Agak abrasiv

0.01 - 0.05

Abrasiv kecil

1.0 - 2.0

Medium abrasiv-abrasiv

0.05 - 0.1

Abrasiv sedang

2.0 - 4.0

Sangat abrasiv

0.1 - 0.5

Cukup abrasiv

> 4.0

Paling abrasiv

0.5 - 1.0

Abrasiv

1.0 - 2.5

Sangat abrasiv

2.5 - 4.0

Abrasiv sekali

> 4.0

Paling abrasiv

37

57

CAI &
F Schimazek

54

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Schimazek Abrasivitas

Laju keausan akibat abrasiv = kehilangan berat pick dan akan naik sesuai
dengan pangkat dua kandungan kuarsanya.

Batu pasir butir kasar dapat menyebabkan keausan pick 50 x lebih besar
daripada batu pasir butir halus.

Gehring (1992-b): kuarsa butir < 0.025 mm tidak berpengaruh terhadap


abrasivitas.

Roxborough & Phillips (1981) kandungan kuarsa 60% sangat


berpengaruh terhadap keausan pick.

Laju keausan meningkat signifikan pada besi daripada tungsten carbide,


karena kekerasan kedua material tersebut berbeda.

besi = 7.8 gr/cc dan tungsten carbide = 14.0 gr/cc, keausan besi = 4 x lebih
cepat daripada tungsten carbide.

55

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

6
Pick tungsten carbide
(batuan sedimen)

0
0

20

40
60
80
Kandungan Kuarsa - Vol. %

100

56

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Kandungan Kwarsa Pada Berbagai Batuan


Jenis Batuan

Kandungan kwarsa (%)

Jenis batuan

Kandungan kwarsa (%)

Amphibolite

0 - 5

Mica gneiss

0 - 30

Anorthosite

Mica schist

15

Diabase

0 - 5

Norite

0 - 5

Diorite

10 - 20

Pagmatite

15 30

Gabbro

Phylite

10 25

Gneiss

15 - 50

Quartzite

60 100

Granite

20 - 35

Sandstone

25 90

Greywacke

10 - 25

Slate

10 35

Limestone

0 - 5

Shale

0 - 20

0,00

Taconite

0 - 10

Marble

57

10.0

Picks/bcm

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Konsumsi Pick/bcm vs. UCS & F Schimazek


(Voest Alpine Bergtechnik)

Picks type U47 & U47L;


dia. = 17.5 mm of tungsten carbide
(Voest Alpine Bergtechnik)
Fsch = 5
1.0
Fsch = 1

Fsch = 0.1
0.1
Fsch = 0.5
Fsch = 0.01
0.01

0.001

20

40

60

80

100

120

160
140
UCS - MPa

58

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi


Keausan Mata Bor
Geology










rock properties
(mineral composition, rock
strength, grain size, grain
shape)
joint features (spacing, orientation,
aperture, roughness)
weathering / alteration of rock
water situation
composition of rock mass (homogenous
/ inhomogenous)
stress situation (stress direction, stress
level)

Tools







tool characteristics (carbide


composition, button
shape, button number, steel
composition)
Flushing (fluid, number & geometry of
flushing holes and flutes, flushing
pressure)
feed and rotating velocity
temperatures

Logistics




maintenance
tool handling
supporting methods

59

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Laju Keausan Alat Gali/Potong


WEDGE TOOTH

Panjang semula
252 mm

POINT PICK / TOOTH

185 mm
Panjang setelah pemakaian

60

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Cutting edge

A
1

6
2

4
Point pick

AL-1

Sebelumnya, keausan pick ditentukan dengan mengukur perbedaan


panjang asli dan akhir penggunaan. Menurut kebiasaan di Air Laya,
pick harus diganti bila panjangnya mencapai 185 mm dari panjang
aslinya 252 mm. Karena pergantian pick hanya didasarkan atas
perbedaan panjang, yang sebetulnya keausan berlebihan dapat saja
terjadi di-ujung pick tanpa harus membuat terlalu pendek, oleh
karenanya akan lebih baik bila pengamatan keausan dinyatakan
dengan berat kehilangan dalam gram per-satuan waktu pemakaian
(jam). Dan perlu diingat bahwa keausan pick bisa saja merupakan
bolong besar di ujung pick .
Monitoring keausan pick BWE hanya dilakukan pada pick nomor 3 dan
4 karena pick-pick inilah yang sering terpakai untuk proses penggalian.
Berat asli pick adalah 4000 gram dan kalau keausan sudah sangat
parah beratnya bisa menjadi 2300 gram

AL-2

AL-3

AL-4

No.Pick

gr/jam

No.Pick

gr/jam

No.Pick

gr/jam

No.Pick

0.018

0.452

0.031

0.031

0.452

0.004

0.004

0.613

0.039

0.229

0.019

0.024

4
Rata

AL-5
gr/jam

No.Pick

gr/jam

0.046

0.046

0.037

0.035

0.031

0.087

0.052

0.021

0.064

0.040

0.339

0.024

0.062

0.251

0.022

0.043

0.024

0.229

0.023

Rata

0.366

Rata

0.022

Rata

0.057

Rata

0.043
61

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Karakteristik Massa Batuan

 Rock Quality Designation (RQD)


 Bidang diskontinuiti
 Jarak antar bidang diskontinuiti

62

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Bidang Diskontinuiti / Kekar

 Bidang diskontinuiti di dalam massa batuan dapat


membantu mudahnya proses penggalian namun belum
tentu untuk pemboran.
 Keberadaan bidang diskontinuiti dalam massa batuan
dapat membantu pencapaian fragmentasi yang
diinginkan.
 Karakteristik penting bidang diskontinuiti:
 kekerapan (frequency) atau jarak antara bidang diskontinuiti
 orientasi yang selanjutnya dibagi dalam dua bagian, yaitu arah
kemiringan (dip direc-tion) dan kemiringan (dip).

63

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Orientasi Bidang Kekar

Strike

ABC = Dip diskontinuiti

Dip lereng

Bidang
diskontinuiti
Arah dip lereng

Arah dip bidang


diskontinuiti
C

64

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Rock Quality Designation - RQD


 RQD = Panjang total inti bor 0.10 m

X 100%

Panjang total bor (m)

 Jumlah potongan inti


bor diukur pada inti bor
sepanjang 2 m,
 Potongan akibat
penanganan pemboran
harus diabaikan dari
perhitungan
 Into bor yang lembek
dan tidak baik berbobot
RQD = 0 (Bieniawski,
1989).

65

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Core Drill / Inti Bor

66

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

RQD vs.

 Bila inti bor tidak tersedia, RQD dapat dihitung secara


tidak langsung dengan melakukan pengukuran orientasi
dan jarak antar diskontinuiti pada singkapan batuan.
 Persamaan Priest & Hudson (1976):
RQD = 100 e-0.1 (0.1 + 1)

= frekuensi diskontinuiti per meter

67

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Jarak Antar Kekar

 Jarak pisah antar diskontinuiti atau kekar adalah jarak


tegak lurus antara dua bidang diskontinuiti yang
berurutan sepanjang sebuah garis pengamatan yang
disebut scan-line dan dinyatakan sebagai intact length.
 Panjang scan-line minimum untuk pengukuran jarak
diskontinuiti sekitar 50 kali jarak rata-rata diskontinuiti
yang hendak diukur.
 Sedangkan menurut ISRM (1981) panjang ini cukup
sekitar 10 kali, tergantung kepada tujuan pengukuruan
scan-line-nya.

68

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Klasifikasi Jarak Kekar (Attewell, 1993)


Deskripsi

Strukture Bidang Diskontinuiti

Jarak - mm

Very wide spaced

Very thickly bedded

> 2000

Widely spaced

Thickly bedded

600 - 2000

Moderately widely spaced

Medium bedded

200 - 600

Closely spaced

Thinly bedded

60 - 200

Very closely spaced

Very thinly bedded

20 - 60

Thickly laminated (sedimentary)

6 - 20

Narrow (metamorphic and igneous)

6 - 20

Foliated, cleaved, flow-banded, etc. metamorphic

6 - 20

Extremely closely spaced

< 20
Thinly laminated (sedimentary)

<6

Very closely foliated, cleaved flow-banded, etc.


( metamorphic and igneous)

<6

69

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Pengaruh Kekar Pada Penggalian


 Jarak kekar massa batuan masif dan sebaliknya.
 DD, Dip & Freq tertentu joint c penggalian massa batuan
mudah
 Penggalian massa batuan Js 100 mm, atau s/d 300 mm, tidak
dipengaruhi oleh sifat mekanik batuan utuhnya.
 Gaya potong secara drastis dengan Freq Js
 Blindheim (1979), orientasi kekar yang paling menguntungkan
untuk penggalian dengan road header dalam pembuatan lubang
bukaan adalah tegak lurus terhadap sumbu lubang.
 Evans & Pomeroy (1966): orientasi cleat di batubara dan arah
penggalian potong mempengaruhi kinerja penggalian yang
memakai gigi drag picks.
 Arah rekahan sub vertikal dan sub horizontal (bukan tegak dan
mendatar) dalam massa batuan umumnya sangat menguntungkan
untuk penggalian.
70

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Orientation

71

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Orientation

72

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Orientasi

Gaya potong
maks. rata-rata,
kN

Gaya potong
rata-rata, kN

Energi
Spesifik
MJ/bcm

0 degree

0.38

0.18

0.22

45 degree

0.38

0.16

0.17

135 degree

0.42

0.20

0.26

90 degree

0.50

0.22

0.29

Orientasi Kekar
vs. Gaya Potong

=0

= 45

= 90

Bidang rekahan
Cleat
= Sudut relative cleat ke arah gali pick

= 135

73

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Gelombang Seismik

 Vs = f {E,, tingkat ke-masifan)


 Vs di dalam suatu massa batuan dapat menunjukkan
tingkat kerusakan massa batuan tersebut.
 Teknik Geofisik terdiri dari seismik refraksi dan seismik
refleksi, resistivitas elektrik dan gravimetrik serta
pengukuran magnetik.
 Untuk karakterisasi massa batuan digunakan metoda
seismik refraksi dalam menentukan Vs
 Vs dapat digunakan sebagai ukuran kemampuan suatu
bulldozer untuk menggaru sebuah massa batuan
74

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Seismik Refraksi


Di seismik refraksi hanya Ti first arrival yang masuk masing-masing geofon saja yang diamati.

Ti first arrival yang direkam oleh geofon terdekat kepada sumber energi akan merambat langsung di
permukaan tanah dan sebuah plot dari Ti first arrival serta jarak tempuh atau rambat (X) untuk setiap
geofon memberikan hubungan garis lurus.

Slopenya adalah kebalikan V1. Bila massa batuan dibawahnya V1 mempunyai kecepatan yang lebih
tinggi, V2, gelombang refraksi kritis akan selalu ada dan akan merambat sepanjang permukaan lapisan
massa batuan ke-dua dengan kecepatan V2.

Gelombang tekan refraksi kritis menjadi gelombang pertama yang datang di geofon dengan jarak X.

Kemiringan atau gradien hubungan nilai-nilai T-X memberikan kecepatan rambat gelombang dari
refraktor horizontal.

Kedalaman refraktor ini dari permukaan:

D1 =

V1 * V2 * T0

2 V2 V1

V1 = Kecepatan rambat gelombang pada lapisan permukaan atau pertama.


V2 = Kecepatan rambat gelombang pada batuan lapisan kedua
To = Beda waktu kedatangan ke permukaan berkecepatan rendah
75

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Diagram Skematik Susunan Seismik Refraksi


T
0.25
0.20
0.15

V2

0.10
0.05
0.00

V1

To
0

100

200

300

400

Jarak - m
Sumber energi
Permukaan S
1

Gelombang
permukaan
Gelombang refraksi
Batuan lapuk
V1 (tanahan) = 500 m/s

Muka
gelombang

V2 (batuan) = 2000 m/s


Batu ubahan
76

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Gelombang Seismik Hasil Perekaman Oleh Bison


Seismograph
PTBA1007 SEISMIC WAVEFORMS

Forward

 Contoh uji seismik refraksi di


Tambang Air Laya 1994.
 Sumber energi dibangkitkan
oleh pukulan palu 5 kg ke
pelat besi yang diletakkan di
atas permukaan tanah
 Alat perekam data seismik
menggunakan Bison-2 Digital
Instantaneous Floating Point
Signal Stacking
Seismograph.
 Gelombang seismik yang
dibangkitkan di titik sumber
direkam oleh 12 geofon
berjarak 2.5 m masingmasing
 Laju sampling 0.2 md.
 Jarak antara geofon pertama
dengan palu sekitar 1.5 m

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
0.00

40.00

80.00

120.00

WAKTU - milidetik

160.00

200.00
77

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Indeks Kecepatan
 Gabungan antara sifat dinamik batuan utuh dan sifat dinamik
massa batuan akan memberikan beberapa indeks yang berguna
untuk menganalisa kemampugalian.
 Knill (1970): nisbah antara kecepatan gelombang seismik
longitudinal (yang diukur di lapangan VF atau V2) dengan kecepatan
gelombang sonik yang diukur di laboratorium (VLab) sebagai indeks
kualitas massa batuan (F = VF/VLab) dan Fraktur Indeks.
 King & McConnel (Braybrooke, 1988) menggunakan sebuah indeks
yang diturunkan dari Fraktur Indeks dan disebut dengan Indeks
Kecepatan (VI).

VField
VI =

VLab

78

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Hubungan: VI - RQD - FF
Kualitas massa batuan

RQD (%)

FF (m-1)

Indeks Kecepatan

Very poor

0 - 25

> 15

< 0.2

Poor

25 - 50

15 - 8

0.2 - 0.4

Fair

50 - 75

8-5

0.4 - 0.6

Good

75 - 90

5-1

0.6 - 0.8

Very good

90 - 100

<1

0 - 1.0

Lokasi

Indeks
Kecepatan

RQD1

RQD2

FF1

FF2

m-1

m-1

0.79

99.0

75-90

1.02

5-1

1224

0.83

94.6

90-100

1.37

<1

1380

888

0.41

97.0

75-90

1.11

8-5

1615

1200

0.74

99.0

75-90

0.90

5-1

VLab.

VField

m/s

m/s

AL-2

1515

1351

AL-3

1339

AL-4
AL-5

RQD1 = RQD lubang bor.


RQD2 = RQD menurut Attewell, 1993

FF1 = Fracture frekuensi lubang bor.


FF2 = Fracture frekuensi menurut Attewell, 1993
79

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Klasifikasi Massa Batuan


 Sistem klasifikasi massa batuan sering gunakan > 2 parameter,
tergantung kepentingannya.
 Klasifikasi massa batuan dibuat untuk memenuhi (Bieniawski, 1989):
1.

Untuk mengidentifikasi parameter yang paling mempengaruhi


perilaku massa batuan.

2.

Untuk membagi massa batuan kepada kelompok grup yang


berperilaku sama, yaitu kelas massa batuan dengan kualitas
berbeda.

3.

Untuk melengkapi suatu dasar pengertian karakteristik masingmasing kelas.

4.

Untuk menghubungkan pengalaman atas pengamatan suatu


kondisi massa batuan di satu tempat dengan lainnya.

5.

Untuk menghasilkan data kuantitatif untuk desain rekayasa.

6.

Untuk melengkapi suatu dasar umum komunikasi.


80

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Rock Mass Rating


(Bieniawski, 1973)
 Sistem Rock Mass Rating (RMR), atau sering juga dikenal sebagai
Geomechanics Classification
 Klasifikasi ini telah dimodifikasi berulang kali begitu informasi baru dari
studi-studi kasus diperoleh dan menjadikannya sesuai dengan
International Standard dan prosedur.
 RMR terdiri dari 5 parameter utama & 1 parameter pengontrol untuk
membagi massa batuan
1. Kuat Tekan Batuan utuh (UCS)
2. RQD
3. Jarak diskontinuiti/kekar
4. Kondisi diskontinuiti/kekar
5. Kondisi air tanah
6. Koreksi dapat dilakukan bila diperlukan untuk Orientasi
diskontinuiti/kekar
81

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

RMR A
Klasifikasi Parameter & Pembobotan
Parameter
1

Untuk kuat tekan rendah


perlu UCS

Kuat tekan

PLI (MPa)

> 10

4 - 10

2-4

1-2

batuan utuh

UCS (MPa)

> 250

100 - 250

50 - 100

25 - 50

5-25

1-5

<1

Bobot

15

12

RQD (%)

90 - 100

75 - 90

50 - 75

25 - 50

< 25

Bobot

20

17

13

Jarak diskontinuiti

>2m

0.6-2 m

0.2-0.6 m

0.06-0.2 m

< 0.06 m

Bobot

20

15

10

sangat kasar, tdk


menerus, tdk ada
pemisahan, dinding
batu tdk lapuk

agak kasar.
pemisahan < 1
mm, dinding
agak lapuk

agak kasar.
pemisahan <
1 mm, dinding
sangat lapuk

Slicken-sided /tebal
gouge < 5 mm, atau
pemisahan 1-5 mm,
menerus

Gouge lunak tebal > 5


mm, atau pemisahan > 5
mm, menerus

30

25

20

10

Aliran/10 m
panjang terowongan (Lt/min)

None

< 10

10 - 25

25 - 125

> 125

Tekanan air
kekar/MaksTegang
an utama

< 0.1

0.1 - 0.2

0.2 - 0.5

> 0.5

Kondiisi umum

Kering

Lembab

Basah

Menetes

Mengalir

15

10

4
Kondisi diskontinuiti

Bobot
Air
tanah

Selang Nilai

Bobot

82

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

RMR - B
Peubah bobot orientasi diskontinuiti
Sangat menguntungkan

Menguntungkan

Sedang

Tidak
menguntungkan

Sangat tidak
menguntungkan

Terowongan

-2

-5

- 10

- 12

Fondasi

-2

-7

- 15

- 25

Lereng

-5

- 25

- 50

- 60

Jurus & kemiringan orientasi


diskontinuiti

Bobot

RMR - C
Kelas massa batuan menurut bobot total
Bobot

100 - 81

80 - 61

60 - 41

40 - 21

< 20

No. Kelas

II

III

IV

Description

Batuan
sangat baik

Batuan
baik

Batuan
sedang

Batuan buruk

Batuan sangat
buruk

RMR - D
Arti kelas massa batuan
No. Kelas

II

III

IV

20 th. utk 15 m
span

1 th. utk 10 m
span

1 mgg utk 5
m span

10 jam utk 2.5


m span

30 min utk 1 m
span

Kohesi massa batuan (kPa)

> 400

300 - 400

200 - 300

100 - 200

< 100

Sudut gesek dalam

> 450

350- 450

250- 350

150 - 250

< 15

Stand up time rata-rata

83

rough

Stepped
I

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

smooth

II
slickensided

rough

III

Undulating
IV

Profil kekasaran
(roughness) dan
pemeriannya
(ISRM, 1981)
Panjang profile dalam
selang 1 - 10 m
skala vertikal dan
horizontal sama

smooth

V
slickensided

rough

smooth

VI

Planar
VII

VIII

slickensided

IX
84

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Kondisi Kekar
 This is a very complex parameter which includes several sub-parameters: (i) roughness;
 (Ii) separation; (iii) filling material; (iv) persistence; and (v) weathering of walls.
Roughness / filling
 Bieniawski [9] has proposed a roughness scale which is very easy to check in the field.
 (i) Very rough. Near vertical steps and ridges occur on the joint surface.
 (ii) Rough. Some ridges are visible. Asperities happen. Joint surface feels very abrasive.
 (iii) Slightly rough. Some asperities happen. Joint surface feels asperous.
 (iv) Smooth. No asperities. Smooth feeling of joint surface.
 (v) Slickensided. Visual evidence of polashing exists.
 The most important consequence of joint roughness is the display of dilatant behaviour
when close, coupled joints are subject to shearing stresses. The nature of fillings govern
the shearing stress of open, uncoupled joints and is a related parameter to roughness. A
classification of fillings is out of the scope of Ibis chapter. Anyway, for practical purposes it
is necessary lo distinguish between gouge and soft gouge: (i) gouge is no filling or filling
with a material of high friction (calcite, sand, crushed rock, etc.); and (ii) soft gouge is
filling with a material of low friction (clay, mica, platy minerals, etc.).

COMPREHENSIVE ROCK ENGINEERING. Principles, Practice & Projects. Editor-in-Chief JOHN A. HUDSON - Imperial College of Science,
Technology & Medicine, London, UK. Vol 3. ROCK TESTING AND SITE CHARACTERIZATION. Volume Editor. JOHN A. HUDSON - Imperial
College of Science, Technology & Medicine, London, UK. A Geomechanical Classification for Slopes: Slope Mass Rating. M. R.
ROMANA - Universidad Politcnica Valencia, Spain

85

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Pengaruh Orientasi Kekar Dalam Pembuatan Terowongan


& Penggalian
(Bieniawski, 1989: Fowell & Johnson, 1991)
1

Pengaruh jurus & kemiringan kekar untuk penerowongan Untuk kepentingan kestabilan
Jurus tegak lurus sumbu terowongan
Galian searah
kemiringan

Galian melawan kemiringan

Jurus paralel

Dip 0 - 20o

sumbu terowongan

Tdk tergantung
jurus

kemiringan
45-90o

= 20-450

= 45-900

= 20-450

= 45-900

= 20-450

Sangat
menguntungkan

Menguntungkan

Sedang

Tidak menguntungkan

Sangat tdk
menguntungkan

Sedang

Tdk
menguntungkan

Koreksi orientasi untuk penggalian dengan RMR (Fowell & Johnson, 1991)
Kelas Batuan

II

III

IV

Orientasi jurus
& kemiringan

Sangat menguntungkan

Menguntungkan

Sedang

Tidak
menguntungkan

Sangat tidak
menguntungkan

Bobot untuk
penggalian

-12

-10

-5

-2

86

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

87

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Strike Kekar Tegak Lurus Sumbu Terowongan

Strike bidang diskontinu tegak lurus dengan


sumbu terowongan dengan arah dip melawan
arah penggalian sebesar 45 90

Strike bidang diskontinu tegak lurus dengan


sumbu terowongan dengan arah dip melawan
arah penggalian sebesar 20 45

88

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Strike Kekar Tegak Lurus Sumbu Terowongan

Strike bidang diskontinu tegak lurus dengan


sumbu terowongan dengan arah dip searah
penggalian sebesar 45 90

Strike bidang diskontinu tegak lurus dengan


sumbu terowongan dengan arah dip searah
penggalian sebesar 20 45

89

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Strike Kekar Sejajar Sumbu Terowongan

Strike bidang diskontinu sejajar dengan sumbu


terowongan dengan arah dip searah penggalian
sebesar 45 90

Strike bidang diskontinu sejajar dengan sumbu


terowongan dengan arah dip searah penggalian
sebesar 20 45

90

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Strike Kekar Sejajar Sumbu Terowongan

Strike bidang diskontinu sejajar dengan sumbu terowongan dengan arah dip searah penggalian
sebesar 0 20

91

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Rock Mass Quality - Q System

 Klasifikasi Massa Batuan menurut Q-System dibuat di


Norwegia pada tahun 1974 oleh Barton, Lien dan Lunde,
semuanya dari Norwegian Geotechnical Institute.
 Pembobotan Q-System didasarkan atas penaksiran
numerik kualitas massa batuan dengan menggunakan 6
parameter berikut ini:





RQD
Jumlah set kekar
Kekasaran kekar atau diskontinuiti utama
Derajat alterasi atau pengisian sepanjang kekar yang paling
lemah
 Aliran air
 Faktor reduksi tegangan

92

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Q System

RQD Jr
Jw
Q=
x x
Jn
Ja SRF


RQD = Rock quality designation

Jn

= Jumlah set kekar

Jr

= Angka kekasaran kekar

Ja

= Angka alterasi kekar

Jw

= Angka reduksi kondisi air

SRF = Faktor reduksi teganga

Ukuran blok - (RQD/Jn)

Kuat geser blok utuh - (Jr/Jn)

Tegangan aktif - (Jw/SRF)

93

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Deskripsi & Nilai Q-Sistem (Barton dkk, 1974)


1. Rock Quality Designation

RQD (%)

A. Very poor
B. Poor
C. Fair
D. Good
E. Excellent

0 - 25
25 - 50
50 - 75
75 - 90
90 -100

2. Modified Joint Set Number (Kirsten, 1982)


A. Massive, none or few joints
B. One joint set / fissure set
C. One joint set / fissure set / plus random
D. Two joint sets / fissure set
E. Two joint sets / fissure set / plus random
F. Three joint sets / fissure set
G. Three joint sets / fissure set / plus random
H. Four joint sets / fissure set
J. Multiple joint / fissure set

Jn
1.0
1.22
1.5
1.83
2.24
2.73
3.34
4.09
5.0

3. Joint Roughness Number


(a) Rock wall contact and
(b) Rock wall contact before 10 cm shear
A. Discontinuous joint
B. Rough or irregular, undulating
C. Smooth, undulating
D. Slickensided, undulating
E. Rough or irregular, planar
F. Smooth, planar
G. Slickensided planar

Jr
1.0
4.0
3.0
2.0
1.5
1.5
1.0
0.5

(c) No rock wall contact when sheared


H. Zone containing clay minerals thick
enough to prevent rock wall contact 1.0b
J. Sandy, gravelly/crushed zone thick
enough
1.0b

Note :
Add 1.0 if the mean spacing of the relevant
joint set is greater than 3 m
2. Jr = 0.5 can be used for planar slickensided
joints the lineations are favorable oriented
.

3. Descriptions B - G refer to small - scale features & intermediate to prevent rock wall contact scale features in that order. b nominal

94

4. Joint Alteration Number


Ja

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

(a) Rock wall contact


A. Tightly healed, hard, nonsoftening, impermeable filling, i.e., quartz or epidote

0.75

B. Unaltered joint walls, surface staining only

25-35o

coatings, sandy particles, clay-free disintegrated rock, etc.

25-30o

D. Silty or sandy clay coatings, small clay fraction (non-softening)

20-25o

8-16o

F. Sandy particles, clay-free disintegrate rock etc.

25-30o

G. Strongly over-consolidated, non-softening clay mineral fillings (continuous, < 5 mm in thickness)

16-24o

H. Medium or low over-consolidation, softening, clay mineral fillings (continuous,< 5 mm in thickness)

12-16o

6-12o

C. Slightly altered joint walls. Non-softening mineral

E. Softening or low-friction clay mineral coatings, i.e., kaolinite, mica. Also chlorite, talc, gypsum,
& graphite, etc., & small quantities of swelling clays (discontinuous coatings, 1-2 mm or less in thickness)
(b) Rock wall contact before 10 cm shear

J. Swelling clay fillings, i.e., monmorilonite (continuous, < 5 mm in thickness). Value of Ja depends on
percentage of swelling clay sized particles, and acces to water, etc.
(c) No rock wall contact when sheared
K. Zones or bands of disintegrated or crushed rock & clay (see G., H., J., for description of clay condition)

6-8 or 16-24o
8-12

L. Zones or bands of silty or sandy clay, small clay fraction (nonsoftening)

5.0

M. Thick, continuous zones or bands of clay (see G., H., J., for description of clay condition)

10-13 or
13-20 6-24o

Note : Values of fr are intended as an approximate guide to the mineralogcal properties of the alteration products.

95

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

5. Stress Reduction Factor

`SRF

(a) Weakness zones intersecting excavation, which may cause loosening of rock mass when tunnel is excavated
A. Multiple occurences of weakness zonescontaining clay or chemically disintegrated rock,
very loose surrounding rock (any depth)
10.0
B. Single-weakness zones containing clay or chemicallydisintegrated rock (depth of excavation < 50 m)
5.0
C. Single-weakness zones containing clay or chemically disintegrated rock (depth > 50 m)
2.5
D. Multiple-shear zones in competent rock (clay-free), loose surrounding rock (any depth)
7.5
E. Single-shear zones in competent rock (clay-free) & (depth of excavation < 50 m)
5.0
F. Single-shear zones in competent rock (clay-free) & (depth of excavation > 50 m)
2.5
G. Loose open joints, heavily jointed or "sugar cube", etc. (any depth)
5.0
(b) Competent rock, rock stress problems
H. Low stress, near surface
J. Medium stress
K. High-stress, very tight structure (usually favorableto stability, may be
unfavorable to wall stability
L. Mild rock burst (massive rock)

c/
1
>200
200-10

t/
1
>13
13-0.66

2.5
1.0

10-5
< 25

0.66-0.33
< 0.16

0.5-2.0
10-20

(c) Squeezing rock; plastic flow of incompetent rock under the influence of high rock pressures
N. Mild squeezing rock pressure
O. Heavy squeezing rock pressure

5-10
10-20

(d) Swelling rock: chemical swelling activity depending on presence of water


P. Mild swelling rock pressure
5-10
R. Heavy swelling rock pressure
10-15
Note :
(i) Reduce these SRF values by 25-50% if the relevant shear zones only influence but do not intersect the excavation
(ii) For strongly anisotropic stress field (if measured ) : when 5 < 1/3 < 10, reduce sc and t to 0.8 c and 0.8 t; when
1/3 > 10, reduce c and t to 0.6 c and 0.6 t (where c = UCS and t = tensile strength (point load), 1 and 3 =
major and minor principal stresses)
96

2 # Pemboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

6. Joint Water Reduction Factor


Approx water pressure Jw
(kg/cm2)
A. Dry excavations or minor inflow, i.e., 5 litre/min locally

1.0

<1

B. Medium inflow or pressure occasional outwash of joint fillings

0.66

1.0-2.5

C. Large inflow or high pressure in competent rock with unfilled joints

0.5

2.5-10.0

D. Large inflow or high pressure, considerable outwash of joint fillings

0.33

2.5-10.0

E. Exceptionally high inflow or water pressure at blasting, decaying with time

0.2-0.1

> 10.0

F. Exceptionally high inflow or water pressure continuing w/o noticeable decay0. 1-0.05

> 10.0

Note :
(i) Factors C-F are crude estimates. Increase Jw if drainage measures are installed.
(ii) Special problems caused by ice formation are not considered.
___________________________________________________________________
a After Barton et.al (1974)
b Nominal

97

Anda mungkin juga menyukai