Anda di halaman 1dari 18

Mekanika batuan mempelajari antara lain :

1. Sifat sifat dan mekanik serta karakteristik massa batuan.


2. Berbagai teknik analisis tegangan dan regangan batuan
3. Prinsip prisnsip yang menyatakan respons massa batuan terhadap beban
4. Metodologi yang logis untuk penerapan teori teori dan teknik teknik mekanika
untuk solusi problem fisik nyata di bidang rekayasa batuan.
Mekanika batuan sendiri merupakan bagian dari subyek yang lebih luas yaitu
Geomekanika., yang membahas tentang respons mekanik dan semua material geologi
seperti batuan dan tanah.
Mekanika batuan sebagai ilmu terapan menjadi suatu disiplin rekayasa koheren dalam
tiga setengah dekade terakhir. Bidang rekayasa pertambangan sedah sejak kira kira
dua dekade terakhir telah mulai mengambangkan teknik tekniknya sendiri
bardasarkan kaidah kaidah mekanika batuan dalam rancangan dan pelaksanaan
penggalian baik di permukaan maupun bawah permukaan.
Dari pengalaman di lapangan telah dibuktikan bahwa aplikasi mekanika batuan untuk
rancangan dan pelaksanaan operasi penambangan telah berhasil meningkatkan
efisiensi struktur struktur dalam tambang (lereng penggalian, lubang bukaan, dan
sebagainya), dan safety confidency.

Prediksi prediksi kondisi kekuatan dan

kelemahan suatu struktur telah ditingkatkan keakuratannya, sehingga mengurangi


unsur trial and error.
Pelaksana di lapangan dipermudah dan dipercepat penyelesaian pekerjaannya karena
diterapkannya sistem monitoring selama dan setelah suatu pengalian terowongan.
1.2 Sifat massa batuan di alam dan asumsi dasar
Massa batuan, karena proses terjadinya secara alamiah.memiliki sifat yang cenderung
unik ( tidak ada kembarannya ).Meskipun secara deskritif namanya sama misalnya
andesit,tetapi antara andesit satu dengan yang lain hampir pasti tidak sama persis.Oleh
karena itulah maka sifat massa batuan di alam adalah hetrogen,anisotrop,diskontinu.
(1) Heterogen,artinya :
-

Mineralogis : Jenis miniral pembentuk batuan berbeda-beda

Butiran padatan : Ukuran dan bentuknya berbeda-beda

Void : ukuran,bentuk dan penyebarannya berbeda-beda

(2) Anisotrop,artinya :
-

Mempunyai sifat-sifat yang berbeda pada arah yang berbeda

(3) Diskontinu,artinya :
-

Massa batuan selalu mengandung unsur struktur geologi yang


mengakibatkannya

tidak

kekar,sesar,retakan,fissure,bidang

kontinu

seperti

perlapisan.Struktur

karena
geologi

ini

cenderung memperlemah kondisi massa bantuan.


Kondisi di atas apabila diperlakukan sebagaimana adanya tidak memungkinkan
dilakukan solusi dengan pendekatan logik-matematik.Oleh karena itu perlu
penyederhanaan

dengan

asumsi,yang

semula

Heterogen-Anisotrop-Diskontinu

menjadi Homogen-Isotrop-Kontinu.
Dalam asumsi di atas,seolah-olah terjadi kontradiksi atau saling bertolak belakang
antara kondisi sebenarnya pada massa batuan denga asumsi yang dibuat.Tetapi asumsi
itu harus disertai equivalensi,misalnya dari kondisi batuan B1,B2.B3 diasumsikan
menjadi batuan B' yang homogen,isotrop,dan kontinu ( lihat Gambar 1.1 ).

1.3. Ruang Lingkup Mekanika Batuan


Problem mekanika batuan dapat disebabkan oleh aktivitas manusia dan gejala
alamiah.Persoalan rekayasa yang umumnya berkaitan dengan peran mekanika batuan
mulai dari tahap para-rancangan hingga tahap operasional.Bidang-bidang rekayasa
dimana disiplin mekanika batuan berperan penting ialah :
(1)

Rekayasa pertambangan :

penentuan metode

cutting),pemboran

peledakan

batuan,stabilitas

dan
timbunan

penggalian

batuan,stabilitas

overburden,stabilitas

terowongan

(rock
lereng
dan

lombong (stoping)
(2)

Indrustri minyak bumi : pemboran (oil drilling),rock fracturing.

(3)

Rekayasa sipil : pondasi jembatan dan gedung bertingkat,undergroung


powerhouse,undergroung stroage,tunnel dangkal dan dalam,longsoran
lereng batu,pelabuhan,airport,bendung,dsd.

(4)

Lingkungan hidup : rock fracturing kaitannya dengan migrasi polutan


akibat limbah industri.

1.4. Interaksi Fungsional Pada Rekayasa Pertambangan


Interaksi multi disiplin dalam rekayasa pertambangan di lukiskan seperti gambar 1.2.
Tujuan utamanya ialah mengembangkan suatu skedul produksi dan biaya yang
berkesinambungan untuk operasi penambangan.
Kegiatan rancangan mekanika batuan memerlukan dukungan lingkungan organisasi
yang mengizinkan pemaduan konsep,informasi dan aktivitas analitik yang diperlukan
dari para manajemen,injiner perencanaan,geologis,dean injiner mekanika batuan.Pada
Gambar 2 di tunjukkan,dependensi mutual setiap grup fungsional,dan injiner
perencanaan tambang mengolah kontribusi tiap individual ke dalam gambar-gambar
kerja,skedul produksi,dan estimasi biaya untuk implementasi selanjutnya.

1.5. Impelementasi program mekanika Batuan


Metodologi untuk implementasi program mekanika batuan di lukiskan dengan skema
pada Gambar 1.3. Ada lima komponen program yang harus di laksanakan secara
terintegrasi.

Dari perspektif mekanika batuan,adalah sangat bermanfaat untuk mengetahui


informasi rekayasa yang penting dari grup fungsional lain,demikian juga informasi
dari grup mekanika batuan bermanfaat untuk para injiner perencana.
Pada Gambar 1.3. terlihat adanya multi-pass loop karena :
-

Tahap karakterisasi lokasi tidak pernah menghasilkan data yang cukup


komprehensif yang dapat di pakai untuk merencanakan seluruh umur
tambang

Rancangan tambang adalah proses evolutif dimana respon rekayasa di


rumuskan untuk mencerminkan kinerja struktur tambang pada kondisi
operasi sesungguhnya.

Dari Gambar 1.3. juga terlihat bahwa data yang di hasilkan dari analisis retrospektif
selanjutnya di pakai sebagai umpan balik (feed back) untuk memperbarui (up date)
data karakterisasi lokasi,dan formulasi model tambang serta analisis rancangan.

KARAKTERISTIK BATUAN
Dalam mekanika batuan sifat sifat batuan dapat dikelmpokkan menjadi 2 bagian :
1. Sifat Fisik
Meliputi :

- Bobot isi
Berat Jenis
Porositas
Absorpsi
Void ratio

2. Sifat Mekanik
Meliputi :
- Kuat tekan
-

Kuat tarik

Modulus elastisitas

Poisson ratio

Sudut geser dalam

Kohesi

Kuat geser

Pengujian :
-

Laboratorium

Lapangan

Jenis test batuan berdasarkan kerusakan bahan :


1. Non destructive test
Adalah : pengujian tanpa merusak conto misalnya pada pengujian sifat fisik
dan ultrasonic velocity test.
2. Destructive test
Adalah pengujian yang mengakibatkan conto batuan rusak atau hancur
misalnya pada pengujian kuat tekan, kuat geser, triaxial, point load test.
Sifat fisik batuan berkaitan dengan :
-

rancangan peledakan

Perencanaan penambangan

Perhitungan beban dan analisis regangan

Analisis kemantapan lereng

Penentuan sifat fisik batuan di laboratorium


1. Penyiapan conto batuan
Di laboratorium dengan core machine, kalau di lapangan dengan core drilling.

Keterangan : H : tinggi conto, biasanya 2 d


D : diameter conto 50 mm hingga 70 mm
2, Penimbangan
Wn : Berat perconto asli
Wo : Berat perconto kering (setelah dioven 24 jam, kurang lebih 90 derajad
Ww : Berat conto jenuh ( setelah dijenuhkan selama 24 jam)
Wa : Berat conto jenuh + berat air + bejana
Wb : Berat perconto jenuh tergantung didalam air + berat air + berat bejana
Ws : Berat perconto jenuh dalam air = Wa Wb
Vtp : Volume perconto tanpa pori pori = Wo Ws
Vt : Volume perconto total = Ww-Ws

2. Penentuan sifat fisik batuan


- Berat isi air

: Mw

- Bobot isi asli (natural density)

: M = Wn/(Ww-Ws)

- Bobot isi kering (dry density)

: Md = Wo/(Ww-Ws)

- Bobot isi jenuh (saturated density) : Ms = Ww/(Ww-Ws)


- Berat jenis semu (apperent density) : ap = {Wo /(Ww-Ws)}/ w
- Berat jenis nyata (true spesifik density) : tr = {Wo /(Wo-Ws)}/ w
- kadar air asli(natural water content) : (Wn-Wo)/Wo X 100%
- Kadar air jenuh (absorption)

: (Ww-Wo)/Wo X 100%

- Derajad kejenuhan

: (Wn-Wo)/(Ww-Wo) X 100%

- Porositas

: n = (Ww-Wo)/(Ww-Ws) X 100%

- Void ratio

: e = n/1-n

Contoh soal :
Pada kondisi aslinya, sebuah contoh batuan mempunyai massa 2290 gram, dan
volume 1.15 X 10

-3

m3. Setelah dikeringkan dalam oven massanya menjadi

2035 gram. Gs(berat jenis) : 2.68. Tentukan kerapatan butiran, berat isi, kadar
air, angka pori, porositas, derajad kejenuhan, dan kandungan udara.
Catatan : Berat isi air = 9.8 KN/m3
Jawab :
- Kerapatan butiran : = M/V = 2.290 gr/1.15 X 10-3 m3 = 1.991 kg/m3
- Berat Isi = x Mw = 1991 kg/m3 X 9.8 KN/m3 = 19.500 KN/m3.
- Kadar air w = Mw-M/M = 2990-2035/2035 = 0.125 atau 12.5%
- Angka Pori =

e = Gs(1+w) w/ -1
= 2.68(1+0.125)1000/1990 -1
= 2.68*1.125* 0,502513 -1
= 0,515077

- Porositas n = e/1+e = 0.52/1-0.52 = 0.34 atau 34 %


- Derajad kejenuhan
64.5%

Sr = wGs/e = 0.125*2.68/0.52 = 0.645 atau

- Kandungan udara, A = n(1-Sr) = 0.34*0.355 = 0.121 atau 12%

Penentuan Sifat Mekanik


Jenis pengujian sifat mekanik yang umumnya dilakukan di laboratorium
mekanika batuan diantaranya :
1. Test uji kuat tekan (unconfined compression test)
2. Uji kuat tarik ( Indirect tensile strength test)
3. Uji beban titik (point load test/test franklin)
4. Uji triaxial (triaxial compression test)
5. Uji kuat geser langsung (punch shear test)
6. Uji kuat geser pada n tertentu (direct box shear strength test)
7. Uji kecepatan gelombang ultrasonik (ultrasonic velocty)

Adapun jenis penentuan sifat mekanik di lapangan (insitu test) antara lain ialah :

1. Rock loading test (jacking test)


2. Block shear test
3. Insitu triaxial compression test
4. Hidraulic fracturing
Keuntungan pengujian insitu :
-

lebih representatif, karena pengujian dilakukan pada kondisi asli dan


menyangkut volume batuan yang lebih besar.

Kerugian :
-

Memerlukan waktu lebih lama untuk persiapan dan mobilisasi


peralatan

Biaya menjadi lebih mahal.

Pengujian di Laboratorium
Pengujian kuat tekan uniaxial
Alat mesin kuat tekan uniaksial
Perlengkapan :

Dial gauge atau strain gauge


Jangka sorong
Squaness gauge

Alat penunjang

: laboratory core machine


Specimen cutting machine

Plat penekan
Penyebaran tegangan teoritis

Penyebaran
Tegangan
sebenarnya
Kondisi tegangan triaxial

TEORITIS

Sebelum di test

EKSPERIMEN

Bentuk pecahan setelah di test

Sifat- sifat dari bahan (batuan ) didalam menghadapi gaya.


Bila sutau benda padat (batuan)menghadapi deformasi dengan tekanan yang
meningkat, maka benda atau bahan itu akan mengalami perubahan melalui 3 fase:
A. Fase deformasi anyal : yaitu bila gaya berkerja ditiadakan , mka benda itu akan
kembali pada bentuk dan volumenya semula. Jadi dalam hal ini tidak akan terjadi
sutau keretakan yang kekal. Dalam keadaan demikian keretakan akan sebanding
dengan tegasan.
B. Fase deformasi plastis: bila tegasan pada benda itu ditingkatkan dan batas
anyalnya daripada benda (batuan) itu telah tercapai dan dilampaui maka batuan
akan berubah secara kekal.
C. Kalau tegasan pada batuan kita tingkatkan lagi, maka akhirnya batuan akan
mencapai suatu fase dimana batuan itu akan patah, maka akan terjadi suatu gejala
patahan. Keadaan batuan dimana ia berada antara atas anyal dan batas ia mulai
patah ,benda tersebut berada dalam keradaan Plastis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap perubahan pada batuan adalah:
1. Tekanan penambahan tekanan akan meningkatkan atas elastitentnya.
2. Suhu ; peningkatan pada suhu akan memperlemah sifta dari batuan, pada suhu
yang tinggi batuan akan lebih mudah mengalami perubahan.
3. Waktu: walaupun tekanan itu lemah (kecil) , tetapi bila ia berjalan / berkerja
dalam waktu yang lama sekali pada suatu batuan, mka lama lama batuan itu
akan berubah. Dalam geologi,gejala demikian merupakan peranan yang penting ;
umpamanya ; gejala lomgsor.
4. Adanya gejala pelarutan melalui pori pori dalam batuan
5. Inhomogenetes (ketidak seragaman ) dalam susunan lapisan batuan (adanya
perlapisan dalam batuan)
Pengertian mengenai sumbu-sumbu keterakan dan tegasan dan elip tegasan (Srress
Ellipsoid) dalam Struktur.

Bilas berada dalam ditekan secara konstan, maka dalam benda itu selalu mungkin
untuk menarik 3 buah bidang yang akan saling berpotongan tegak lurus satu sama
lainnya pada suatu titik .
Ketiga garis perpotongan dari bidang bidang tersebut akan membentuk susunan
principle exes of stress ( sumbu / poros tegasan utama ) dan tegasan yang berkerja
melaui poros-poros tersebut disebut tegasan utama Principle stress pada titik itu .
pada umumnya tegasan- tegasan yang berkerja pada suatu titik bersarnya tidak sama.
Maka salah satu poros akan searah dengan yang terkecil, dan yang terkecil dan yang
lain lagi dengan yang sedang.

Gaya (tekanan )yang aktip berkerja pada benda itu dan yang akan menyebabkan
terjadinya deformasi , merupakan selisih antara gaya yang terbesar dan terkecil, sekali
lagi keretakan hanya menyatakan perubahan bentuk dan vulome saja jadi singkatnya
merupakan suatu gagasan geometri, dan sama sekali tidak menyatakan apa-apa
mengenai tegasan yang dikenakan.
Perubahan tersebut dapat sangat berbeda bila ia terjadi melalui ketiga porosnya.
Dalam hal demikian ,maka arah dimana terjadi perpendekan yang besar disebut poros
terbesar (utama) kemudian yang lainya intermediate dan least.
Jadi dalam hal ini akan ada perubahan dalam bentuk, atau disebut distrortion. Bila
sekarang keretakan untuk ketiga sumbu itu sama semua ( berarti ada penngerutan atau
pengembangan dalam perbandingan yang sama ), maka hasilnya akan terjadi
perubahan dalam vulome, atau dilation.
Dalam rock deformation biasnya distortion dan dilation terjadi bersamaan, hanya
yang lebih menonjol dalam struktur adalah distrotion.
eIlip yang dihasilkan dari sebuah bola homogen yang mengalami perubahan homogen
pula didalam batas elastis disebut Strain ellipsoid . bila pada saat deformasi
berjalan, sumbu-sumbu keterakan (strain axis)
Dan tegasan kedudukannya tetap sejajar, maka pada benda itu akan terjadi perubahan
yang disebut pure irrotation, tetapi bila ada perputaran pada porosnya maka ia disebut
rolation deformation pada tekanan dan tarikan yang langsung, perobahan yang terjadi

adalah irrotational , tetapi pada shearing couples akan menimbulkan perputaran


pada poros keterakan yang terjadi pada badan yang berubah secara elastis.
Suatu benda bulat homogen yang diubah di bawah batas anyal , benda itu dapat tetap
mempunyai bentuk bulat, hanya ukurannya yang tidak sama (mengalami tekanan yang
sama dari setiap arah = confining pressure}; atau dapat menjadi lonjong {ellipsoid}
dimana salah satu dari porosnya akan menjadi jauh lebih pendek atau lebih panjang.
Poros-porosnya (dari ellipsoid tersebut) kita sebut poros-poros keterakan. Juga disini
ada yang maximum, sedang dan minimum.

Teori mengenai pembentukan


Rekahan pada batuan
Banyak teori teori yang dikemukakan untuk menjelaskan terjadinya kekandasan pada
bahan bila ia mengalami suatu tekanan, terutama dalam hal pembentukan rekahanrekahan gerus (shear fractures) dan hubungannya dengan besarnya sudut yang mereka
bentuk.
Pada garis besarnya ada 2 (dua) gejala tegasan yang dapat terjadi di alam, yaitu yang
berupa tarikan dan lainnya berupa tekanan. Dibawah suatu tarikan (tension), batuan
akan patah melalui bidang-bidang patahan yang arahnya tegak lurus terhadap arah
daripada tegasan (tensile stress).
Bila suatu benda berada dalam keadaan ditekan, maka tiap bidang, kecuali bidang
yang tiga yang membentuk poros-poros tegasan, dalam benda itu akan dipengaruhi
oleh suatu tegasan normal dan tegasan geser (shearing stress). Tegasan-tegasan geser
ini secara teoritis besarnya akan maximum pada bidang-bidang yang membuat sudut
45 derajad dengan poros tegasan utama terbesar dan terkecil dan berpotongan pada
poros menengah. Tetapi didalam kenyataannya sudut antara dua rekahan geser itu
besarnya kurang dari 90 derajad (lihat gambar 3.4 ).
TeoriCoulomb Mohr tentang pembentukan rekahan geser (shear failure).

Teori ini mula-mula dikemukakan oleh Coulomb tahun 1773 dan kemudian dilakukan
perobahan-perobahan oleh Mohr tahun 1882 dan lainnya. Penjelasan Coulomb Mohr
mengenai rekahan ini adalah kira-kira sebagai berikut :
Bila suatu tegasan tekanan (direct stress) dikenakan terhadap suatu batuan,

maka

rekahan-rekahan geser akan terjadi dengan arah arah yang sejajar dengan 2 bidang
dimana tegasan gesernya (shearing stress) bekerja paling maximum, dan pada saat
yang sama tegasan normal yang paling kecil.

Rekahan yang sebenarnya


1

(1)

terbentuk, membuat sudut kecil


dengan P

Min Axis
A

(2)
1

Max Axis
B

A
(3)

Angle of Internal
Frictions

(1)

(4)

Berikut ini akan diuraikan secara teoritis bagaimana tegasan geser dapat mencapai
maximum relatip terhadap tegasan normal bila bidang geser itu mempunyai
kemiringan 45 derajat terhadap tekanan terbesar
1 : merupakan tekanan yang dibebankan terhadap batuan berbentuk bujur sangkar
ABCD ( 2 dan

3 dianggap

).

A-C : Memeperlihatkan penguraian gaya yang bekerja terhadap bidang geser dalam
ABCD.
Pertama-tama yang dapat kita lihat dari gambar ini adalah :

= 1 cos
= 1 sin
= sin

, dan
, dan AD

dan kemudian AD/AC = sin


dan kemudian AC

= AD/sin
Bila gambar ini kita anggap sekarang sebagai satuan batuan yang mempunyai ukuran
luas, maka permukaan untuk bidang :
AC = 1 / Sin
Jadi nilai komponen normal dari

yang sebenarnya bila dinyatakan dalam satuan

luas akan :
=

/ AC

1 si n
1/ sin
Karenanya

1 sin 2

Demikian juga sama halnya dengan nilai komponen Q bila dinyatakan dalam gaya
/satuan luas akan =
=

/ AC

1 Cos
1/sin
=

1 Cos

sin

Sekarang kita dapat membuat suatu table dengan memasukkan nilai-nilai Qkedalam
rumus-rumus tersebut diatas.

sin

1 Cos

0.0000

0.0000

10

0.3000

0.1710

20

0.1165

0.3214

30

0.2500

0.4330

40

0.4130

0.4925

45
50
60
70
80
90

0.5000
0.5870
0.7500
0.8832
0.9700
1.0000

0.5000
0.4925
0.4330
0.3214
0.1710
0.0000

sin

Pergeseran pada bidang geser ini hanya mungkin terjadi bila tahanandalamnya dapat
dilampaui. Ini berarti

bahwa patahantidak akan terjadi pada bidang yang

membuat sudut 45 derajat ,tetapi pada suatu bidang dimana terdapat


perbandingan yang paling besar antara komponen geser (

), taqhanan dalam,

dan persenyawaan molekul (kekuatan bahan).


Kalau kita perhatikan arah daripada komponen normal ( ) maka komponen ini akan
berpungsi lebih

meningkatkan,baik

tahanan

dalam maupun

kekuatan

bahan,Maka dengan demikian geseran akan lebih mudah terjadi pada bidangbidang yang membuat sudut kurang dari 45 derajat dengan

1,karena dakam

hal demikian, tegasan normal akan menjadi lebih kecil.


Secara singkat teori kekandasan ini menjelaskan : bahwa kekandasan pada batuan
akan terjadi bila tegasan geser telah dapat melampaui kohesi dari bahan tersebut
(

o ) ditambah dengan daya tahan pada bidang geser. Atau bila dinyatakan

secara matematis adalah :

o +

1 tan

), dimana

= Tegasan geser total


Sudut yang dibuat antara

dan bidang geser :


= + ( 45 -

berkisar antara 10dan 50 untuk batuan, tetapi biasanya berkisar antara 30-40, dan
sudut ini disebut angle of internal friction.

Pada dasarnya tekanan pada batuan akan menghasilkan 3 (tiga)macam rekahan:


Batuan itu akan pecah-pecah melalui 2 (dua) bidang, yang saling berpotongan
(disebut shear planes tadi) dimana sudut perpotongannya yang kecil akan
menghadap ke poros utama tegasan(P pada gambar). Yang paling besar akan
menghadap ke poros tegasan minimal ( R pada gambar).Sedangkan poros Q
akan searah dengan perpotongan kedua bidang patahan tadi.
Tekanan ini akan menimbulkan gaya tegangan pada bidang-bidang tegak lurus pada
arah tekanan,Dalam hal ini akan timbul pecah-pecah (rupture) melalui bidangbidang parallel pada p termasuk Q,sedangkan R tegak lurus padanya.
Rekahan

demikian pada batuan disebut extension fracture atau juga disebut

cleavage fracture . Di alam dapat disamakan dengan apa yang disebut tension
gashes tetapi ini biasanya diisi oleh bahan-bahan dari magma dan membentuk
gash fracture. Gejala-gejala demikian sangat pentingdalam memberi informasi
pada keterakan daripada batuan.
1. Kalau tekanan P menjadi berkurang

atau hilang sama sekali, maka

pecah-pecah pada batuan rupanya akan terjadi pula, tetapi melalui bidangbidang pecah yang arahnya tegak lurus pada P, dan rekahan yang demikian
disebut release fracture.

Anda mungkin juga menyukai