Batas Atterberg diperkenalkan oleh Albert Atterberg pada tahun 1911 dengan tujuan untuk
mengklasifikasikan tanah berbutir halus dan menentukan sifat indeks property tanah. Batas
Atterberg meliputi batas cair, batas plastis, dan batas susut.
Tanah yang berbutir halus biasanya memiliki sifat plastis. Sifat plastis tersebut merupakan
kemampuan tanah menyesuaikan perubahan bentuk tanah setelah bercampur dengan air pada
volume yang tetap. Tanah tersebut akan berbentuk cair, plastis, semi padat atau padat tergantung
jumlah air yang bercampur pada tanah tersebut. Batas Atterberg memperlihatkan terjadinya
bentuk tanah dari benda padat hingga menjadi cairan kental sesuai dengan kadar airnya. Dari test
batas Atterberg akan didapatkan parameter batas cair, batas plastis, batas lengket dan batas
kohesi yang merupakan keadaan konsistensi tanah. Batas-batas Atterberg dapat dilihat pada
gambar berikut :
IP = LL - PL
Batasan mengenai indeks plastis, sifat, macam tanah dan kohesi diberikan oleh Atterberg
terdapat dalam tabel berikut ini:
http://listiyonobudi.blogspot.com/2011/06/batas-batas-atterberg.html
= berat air.
= jumlah ketukan.
d. Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai dengan
suhu (110 15) C.
e. Air suling.
f. Spatula dengan panjang 12,5 cm.
g. Pelat kaca 45 cm 45 cm 0,9 cm.
h. Sendok dempul.
i. Alat pembuat alur.
Gambar 6-2. Alat Percobaan Batas Cair
Keterangan gambar:
1. Mangkok
2. Pen penggantung mangkok
3. Baut penjepit
4. Baut pengatur tinggi jatuh
5. Tuas pemutar
6. Alas
7. Alat pembuat alur ASTM
8. Alat pembuat alur Cassagrande
6.1.5 DOKUMENTASI PRAKTIKUM
KELOMPOK 20
VI - 4
(a). (b).
(c).
Gambar 6-3. (a). Alat Batas Cair Standar
(b). Pembuatan Sample Uji Batas Cair
(c). Alat Pembuat Alur (Grooving Tool)
KELOMPOK 20
VI - 5
LL LL LL LL
VI - 6
= 16.13 gr
4. Tare
5. W dry of soil
= 25.97 gr 9.00
= 16.97 gr
6. Kadar air
= 95.05009 %
y = -22,256Ln(x) + 142,62
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Jumlah Ketukan
kadar air (%)
VI - 7
PLASTIC LIMIT
6.2.1 REFERENSI
a. Craig, RF. Mekanika Tanah. BAB I Klasifikasi Dasar Tanah : Plastisitas
Tanah Berbutir Halus.
b. Das, Braja M. Mekanika Tanah I. BAB II Komposisi Tanah : Konsistensi
Tanah.
6.2.2 DASAR TEORI
Batas plastis didefinisikan sebagai kadar air, yang dinyatakan dalam
persen, di mana tanah apabila digulung sampai dengan diameter 1/8 inch (3,2
mm) menjadi retak-retak. Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat
keplastisan tanah.
6.2.3 TUJUAN PRAKTIKUM
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah
pada ke-adaan batas plastis.
6.2.4 ALAT PERCOBAAN
VI - 8
VI - 9
PL PL
VI - 10
= 18.30 14.67
= 3.63 gr
d. Tare
e. W dry of soil
= 14.67 gr 9.0 gr
= 5.67 gr
f. Kadar air
= (2.99/9.22) x 100%
= 57.82%
6.1.8 ANALISIS PERCOBAAN
Analisis yang didapat dari data :
a. Dari percobaan-percobaan di atas didapat:
1). Liquid Limit 74.26 %
2). Plastic Limit 57.82 %
b. Sehingga nilai Plastisitas Index, PI, yang merupakan nilai selisih dari batas
cair dan batas plastis dapat dihitung sebagai berikut:
PI = LL PL
= 74.26 57.82
= 16.44 %
6.1.9 KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan di atas adalah tanah mempunyai batas
plastisitas dan batas cair tertentu, kedua batas tersebut dipengaruhi oleh kadar
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/380/jbptunikompp-gdl-irailraswa-18984-6-bab6pl-t.pdf
Batas-batas Atterberg
Pemeriksaan Batas-batas atterberg meliputi :
A. Pemeriksaan Batas Cair (Liquid Limit)
B. Pemeriksaan Batas Plastis (Plastic Limit)
C. Pemeriksaan Batas Susut (Shrinkage Limit)
Ad. a. Pemeriksaan Batas Cair (Liquid Limit)
Batas Cair adalah kadar air yang mana konsistensi tanah mulai berubah dari keadaan plastik ke
keadaan cair.
Peralatan :
1. Dish cawan porselin dengan diameter 114 mm.
2. Spatula pisau potong dengan panjang 76 mm lebar 19 mm.
3. Liquid Limit Device terdiri dari cawam yang bisa naik turun dan grooving tool.
4. Container Kaleng kecil bertutup.
5. Timbangan Dengan ketelitian 0,01 gram.
6. Oven Bisa memanaskan sampai 110 5o C.
Bahan :
Tanah lolos saringan No. 30 seberat 200 gram.
Prosedur Pemeriksaan :
1. Masukkan tanah ke dalam cawan porselin dan tambahkan air sebanyak 15 20 ml. Aduk
dengan spatula sampai air merata bercampur dengan tanah. Tambahkan air sedikit-sedikit (1-3
ml), jika tanah masih kurang plastis, kemudian aduk lagi dengan spatula sampai merata.
2. Ambil sebagian tanah yang telah diaduk merata dan letakkan pada cawan dari Liquid limit
device. Ratakan permukaan tanah dalam cawan tersebut sehingga kedalamannya yang
maksimum adalah 10 mm. Garuk tanah tersebut sedikit-sedikit dengan grooving tool sehingga
akhirnya sampai ke dasar cawan dan tanah dalam cawan terbelah dua.
3. Putar liquid limit device sehingga cawan naik turun sambil dihitung jumlah ketukan yang
terjadi yang diperlukan untuk mempertemukan kembali tanah yang terbelah sepanjang sekitar
12,7 mm.
4. Ambil contoh tanah pada bagian pertemuan kedua tanah tersebut untuk diperiksa kadar airnya
dengan cara sebagai berikut:
Kadar air :
Sisa tanah yang tertinggal dalam cawan masukkan kembali ke dalam cawan
porselin untuk dicampur dengan contoh tanah semula, dan bersihkan serta
keringkan liquid limit device.
Perhitungan :
Hitung kadar air untuk masing-masing jumlah pukulan dengan rumus seperti dalam butir iv.
Flow Curve (Kurva Kelelahan)
Buatlah Flow curve yang merupakan hubungan antara kadar air dan jumlah pukulan yang terjadi.
Kadar air merupakan ordinat dengan skala linier dan jumlah pukulan merupakan absis dengan
skala logaritma. Hubungkan titik-titik yang diperoleh sehingga didapatkan suatau garis lurus,
kalau tidak bisa ambillah suatu garis lurus yang mewakili titik-titik yang diperoleh. Garis ini
disebut dengan Flow curve.
Benda Uji
Tanah lolos saringan No. 30 seberat 20 gram
Prosedur Pemeriksaan :
1. Masukkan tanah ke dalam cawan porselin dan tambahkan air sedikit-sedikit
kemudian aduk sampai rata dengan spatula. Buat tanah menjadi cukup
plastis sehingga mudah dibentuk menjadi bola.
2. Ambil tanah plastis tersebut seberat 8 gram dan bentuk menjadi ellipsoida.
Kemudian giling tanah tersebut dengan jari tangan ke plat kaca pelan-pelan
sehingga diameternya seragam.
3. Ketika diameter tanah menjadi 3,2 mm, potong tanah tersebut menjadi 6
8 bagian. Kemudian ambil satu bagian dan bentuk lagi menjadi ellipsoida
kemudian giling lagi dengan jari di atas kaca sampai diameternya 3,2 mm.
Setelah diameter tanah menjadi 3,2 mm, tekanan penggilingan dikurangi
dan giling terus dengan diameter tetap sehingga akhirnya akan terjadi retak.
4. Ambil contoh tanah yang retak tersebut, kemudian periksa kadar airnya
dengan cara sebagai berikut:
Perhitungan
1. Plastic limit (batas plastis) adalah merupakan kadar air dari tanah tersebut
mulai retak ketika digiling pada diameter 3,2 mm.
Dengan:
2. Plasticity Index (PI) adalah merupakan selisih antara Liquid Limit dan Plastic
Limit.
3. Jika pemeriksaan gagal menentukan Liquid Limit atau Plastic Limit, atau
harga Plastic Limit sama atau lebih besar dari harga Liquid Limit, laporkan
tanah tersebut sebagai Non-Plastis.
3. Milk Dish Cawan porselin atau monel yang mempunyai dasar rata dengan
diameter 45 mm dan tinggi 12,7 mm.
4. Straight edge Penggaris besi dengan panjang 100 mm.
5. Glass Cup Gelas kaca dengan diameter 50 mm dan tinggi 25 mm.
6. Transparant Plate Plat kaca dengan 3 buah pegangan yang digunakan untuk
mencelupkan tanah ke dalam air raksa.
7. Gelas ukur Kapasitas 25 ml dengan ketelitian 0,2 ml.
8. Timbangan Dengan ketelitian 0,01 gram
9. Air raksa cukup untuk mengisi Glass cup sampai penuh.
10.Oven Bisa memanaskan sampai 110 5o C.
Benda Uji
Tanah lolos saringan No. 30 seberat 30 gram
Prosedur Pemeriksaan :
1. Masukkan contoh tanah ke dalam cawan porselin yang berdiameter 115 mm
kemudian beri air secukupnya dan aduk dengan spatula sehingga semua pori
tanah tersebut berisi air. Pemberian air adalah sedemikian sehingga kadar air
tanah tersebut melebihi batas cairnya 10%.
2. Usap dengan paselin, permukaan sebelah dalam dari Milk Dish sampai
merata. Kemudian timbang Milk Dish kosong (A).
3. Tuangkan tanah cair pada butir a. ke dalam Milk Dish ini secara pelan-pelan
sampai penuh dan ratakan permukaannya dengan penggaris besi serta
bersihkan semua tanah yang menempel di Milk Dish.
4. Timbang Milk Dish berisi tanah basah ini segera (B), kemudian keringkan di
udara sampai warnanya berubah dari gelap menjadi terang. Sesudah itu
masukkan ke dalam oven dengan temperatur 110 5 o C.
5. Setelah tanah kering (selama 24 jam) timbang Milk Dish berisi tanah kering
(C).
6. Ukur volume tanah kering dengan bantuan air raksa dengan cara sebagai
berikut:
Isi glass cup dengan air raksa sampai penuh kemudian ratakan permukaan
air raksa dengan glass cup dengan jalan menekannya dengan plat kaca.
Untuk menampung tumpahan air raksa di cawan porselin.
Masukkan tanah kering ke dalam air raksa dan tekan tanah tersebut dengan
Transparant plate (plat kaca). Air raksa yang tumpah kemudian masukkan ke
dalam gelas ukur, sehingga volume yang terbaca adalah merupakan volume
tanah kering (E).
Ukur volume Milk Dish dengan cara mengisinya sampai penuh dengan air
raksa, kemudian tuangkan air raksa tersebut ke dalam gelas ukur. Volume
yang terbaca adalah volume Milk Dish yang sama dengan volume tanah
basah (D).
Perhitungan
Shrinkage Limit (SL) =
Dengan:
A = Berat Milk Dish kosong
B = Berat Milk Dish + tanah basah
C = Berat Milk Dish + tanah kering
D = Volume tanah basah
E = Volume tanah kering
http://aboutsoil.wordpress.com/test-project/batas-batas-atterberg/