MEKANIKA TANAH II
Dosen Pengajar:
Ir. Gerard Aponno, MS
NIP : 195610281984031001
OLEH :
KELAS : TKJJBA 2A
GRUP : 3 (TIGA)
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenan-Nya laporan
pelaksanaan Pengujian Tanah Mekanika Tanah II pada Senin, 31 Desember 2018
dapat diselesaikan.
Laporan Praktikum ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Mekanika Tamah II di Politeknik Negeri Malang. Penulis mennyampaikan
ungkapan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Gerard Aponno, MS. Selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah
Mekanika Tanah II Politeknik Negeri Malang
2. Bapak Qodri Selaku PLP yang telah memberikan bimbingan serta
arahan dalam pelaksanaan jalannya praktikum.
3. Ibu Raden Ajeng Mariana yang telah mendampingi kami saat
pelaksanaan jalannya praktikum.
4. Kepada seluruh pihak yang telah ikut membantu dalam proses
penyelesaian Laporan Praktikum ini.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai pelaksanaan kegiatan serta sebagai bentuk pertanggungjawaban atas
kegiatan tersebut telah selesai dilaksanakan.
Laporan kegiatan ini semoga dapat menjadi bahan evaluasi dan tolak ukur
dalam pelaksanaan Pengujian Mekanika Tanah II dan menjadi bahan perbaikan
untuk masa yang akan datang.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .............................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... viii
iv
4.7 Kesimpulan ................................................................................... 36
4.8 Lampiran ....................................................................................... 37
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR GRAFIK
viii
BAB I
PENGUJIAN REMBESAN
1.1 Pendahuluan
Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang
memungkinkan aliran rembesan dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir
lewat rongga porinya. Pori-pori tanah saling berhubungan antara satu dengan yang
lainnya. Sehingga air dapat mengalir dari titik yang mempunyai tinggi energi lebih
tinggi ke titik yangmempunyai tinggi energi lebih rendah. Untuk yanah,
permeabilitas dilukiskan sebagai sifat tanah yang menyatakan atau
menggambarkan bagaimana air mengalir melalui tanah.
Di dalam tanah, aliran dapat bersifat laminer atau turbulen. Tahanan
terhadap aliran tergantung pada jenis tanah, ukuran butiran tanah, bentuk butiran
tanah, rapat massa, serta bentuk geometri rongga porinya. Selanjutnya temperarur
juga sangat mempengaruhi tahanan alirannya (kekentalan dan tegangan
permukaan).
Walaupun secara teoritis, semua jenis tanah lebih atau kurang mempunyai
rongga pori, dalam praktekn ya istilah mudah meloloskan air (permeable) ditujukan
untuk tanah yang memang benar-benar mempunyai sifat meloloskan air.
Sebaliknya, tanah disebut kedap air (impermeable), bila tanah tersebut mempunyai
kemampuan meloloskan air yang sangat kecil.
Debit air yang mengalir q melalui tanah pada suatu cross-section area A
adalah proporsional terhadap gradien i yaitu :
𝑞
~𝑖 q=kiA
𝐴
di mana: q = volume aliran air per satuan waktu,
A = luas penampang tanah yang dilewati air,
k = koefisien permeabilitas,
i = gradien hidrolik, dan
v = kecepatan aliran (discharge velocity).
1
Satuan koefisien permeabilitas sama dengan satuan kecepatan, yaitu m/detik.
Koefisien k disebut sebagai “koefisien permeabilitas” Darcy atau “koefisien
permeabilitas” atau “permeabilitas tanah”.
Permeabilitas tergantung oleh beberapa faktor. Yang utama adalah sebagai berikut
:
1. Ukuran butiran. Secara proporsional, ukuran pori berhubungan dengan
ukuran partikel tanah
2. Properti aliran pori. Untuk air adalah viskositasnya, yang akan berubah
akibat dipengaruhi perubahan temperatur.
3. Void ratio
4. Bentuk dan susunan pori-pori tanah
5. Derajat saturasi. Kenaikan derajat saturasi pada tanah akan menyebabkan
kenaikan nilai permeabilitas.
Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran
pori dan makin rendah 'koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah
berbutir-kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih
rendah daripada tanah berbutir kasar, koefisien permeabilitas merupakan fungsi
dari angka pori. Kalau tanahnya berlapis-lapis, permeabilitas untuk aliran sejajar
lapisan lebih besar daripada permeabilitas untuk aliran tegak lurus lapisan.
Permeabilitas lempung yang bercelah (fissured) lebih besar daripada lempung yang
tidak bercelah (unfissured).
Permeabilitas dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
berhubungan dengan seepage (rembesan) di bawah bendungan, disipasi air akibat
pembebanan tanah, dan drainase dari lapisan subgrade, bendungan, atau timbunan.
Selain itu tegangan efektif yang diperlukan dalam perhitungan masalah-masalah di
atas juga secara tidak langsung berkaitan dengan permeabilitas.
Setidaknya ada empat metode di laboratorium untuk mencari nilai
permeabilitas tanah, yaitu metode Capillarity Head Test, korelasi data konsolidasi
untuk menghitung permeabilitas, Variable Head Test, dan Constant Head Test.
Constant Head umumnya lebih sering digunakan pada tanah cohesionless daripada
Variable Head karena instrumen yang lebih sederhana.
2
1.2 Peralatan
1. Mould Permeability
2. Gelas ukur
3. Penggaris
4. Jangka sorong
5. Stopwatch
6. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
7. Alat Constant Head Test
8. Tamper
1.3 Bahan
1. Air
3
8. Mengulangi percobaan tersebut untuk sampel 2 dan 3, kemudian
melakukan perhitungan nilai permeabilitas rata-rata dari ketiga sampel
tersebut.
Q =A.v.t =A.(k.i).t
Dimana,
Q : volume air yang dikumpulkan
A : luas penampang melintang contoh tanah
t : waktu yang digunakan untuk mengumpulkan air
Atau,
h
i=L
Dimana L adalah panjang contoh tanah.
maka:
h Q. L
Q = A . (k . ) . t atau k = A.
L h. t
Dalam percobaan, didapat data sebagai berikut:
Q = 200 cm³
t = 11,89 s
d = 7,7 cm
L = 15,5 cm
h tabung = 89,7 cm
Sehingga dihitung:
Q. L
k = A. h. t
200 . 15,5
k=1
π.7,7² . 89,7 . 11,89
4
200
k = 3225,80645
k = 0,062 cm/det
4
1.6 Hasil Pengujian
Tabel 1.1 Hasil Pengujian Koefisien Rembesan Laboratorium
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Veteran PO. BOX 04 Malang 65145, Telp. (0341) 575750 Fax (0341) 575750
email mektan.polinema@gmail.com - mektan.polinema@yahoo.com
Kelompok : 3 (Tiga)
Dosen/Pembimbing : Ir. Gerard Aponno, MS.
Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah
Tanggal Pengambilan : 28 September 2018
KOEFISIEN REMBESAN LABORATORIUM
PERMEABILITAS TINGGI KONSTAN (CONSTANT HEAD PERMEABILITY TEST)
No. Q (cc) t (detik) A h L k
1 200 11.89 46.54 89.7 15.50 0.062
2 200 11.93 46.54 89.7 15.50 0.062
3 200 11.86 46.54 89.7 15.50 0.063
k rata-rata 0.0623
1.7 Kesimpulan
Dari uji rembesan 3 sampel tanah, dihasilkan nila koefisien rembesan pada
tanah dengan debit 200 cc sebesar 0,0623, tanah dengan debit 300 cc sebesar
0.0613, dan tanah dengan debit 600 cc sebesar 0.145.
5
LAMPIRAN
6
BAB II
PENGUJIAN GESER LANGSUNG
(DIRECT SHEAR)
2.1 Pendahuluan
Pengujian geser langsung merupakan salah satu jenis pengujian tertua dan
sangat sederhana untuk menentukan parameter kuat geser tanah (shear strength
parameter) c dan Ø. Dalundam pengujian ini dapat dilakukan pengukuran secara
langsung dan cepat nilai kekuatan geser tanah dengan kondisi tanpa pengaliran
(undrained) atau dalam konsep tegangan total (total stress). Pengujian ini pada
awalnya diperuntukan bagi jenis tanah nonkohesif, namun dalam dalam
perkembangannya dapat pula diterapkan pada jenis tanah kohesif. Pengujian lain
dengan tujuan yang sama, yaitu: Kuat Tekan Bebas (Pengujian Bab II) dan Triaksial
(Pengujian Bab II) serta pengujian geser baling (Vane Tes) yang dapat dilakukan di
laboratorium maupun di lapangan.
Bidang kuruntuhan geser yang terjadi pada pengujian geser langsung adalah
bidang yang dipaksakan, bukan merupakan bidang terlemah seperti yang terjadi
pada pengujian kuat tekan bebas atupun triaksial. Dengan demikian selama proses
pembebanan horizontal, tegangan yang timbul pada bidang geser sangat komplek.
Ini sekaligus merupakan salah satu kelemahan utama dalam pengujian geser
langsung.
Nilai kekuatan geser tanah antara lain digunakan dalam merencanakan
kestabilan lereng serta daya dukung tanah, pondasi dan lain sebagainya.
Nilai kekuatan geser ini dirumuskan oleh Coulomb dan Mohr dalam
persamaan berikut ini:
S = c + σn.tan Ø
Dengan:
S = kekuatan geser maksimum [kg/cm2]
C = kohesi [kg/cm2]
σn = tegangan normal [kg/cm2]
Ø = sudut geser dalam [o]
7
Prinsip dasar dari pengujian ini adalah pemberian beban secara horizontal
terhadap benda uji melalui cincin atau kotak geser yang terdiri dari dua bagian dan
dibebani vertical di pertengahan tingginya, dimana kuat geser tanah adalah
tegangan geser maksimum yang menyebabkan terjadinya keruntuhan.
Selama pengujian pembacaan beban horizontal dilakukan pada interval
regangan tetap tertentu (strain controlled).
Umumnya diperlukan minimal 3 (tiga) benda uji yang identik, untuk
melengkapi satu seri pengujian geser langsung. Prosedur pembebanan vertical dan
kecepatan regangan geser akibat pembebanan horizontal sangat menentukan
parameter-parameter kuat geser yang diperoleh.
Dalam pelaksanaanya, pengujian geser langsung dilaksanakan dengan cara :
1. Consolidated Drained Test : Pembebanan horisontal dalam pengujian ini
dilaksanankan dengan lambat, yang memungkinkan terjadi pengaliran air,
sehingga tekanan air pori bernilai tetap selama pengujian berlangsung.
Parameter c dan Ø yang diperoleh digunakan untuk perhitungan stabilitas
lereng.
2. Consolidated Undrained Test : Dalam pengujian ini, sebelum digeser benda uji
yang dibebani vertikal (beban normal) dibiarkan dulu hingga proses
konsolidasi selesai. Selanjutnya pembebanan horisontal dilakukan dengan
cepat.
3. Unconsolidated Undrained Test : Pembebanan horisontal dalam pengujian ini
dilakukan dengan cepat, sesaat setelah beban vertikal dikenakan pada benda
uji. Melalui pengujian ini diperoleh parameter-parameter geser cu dan Øu.
Pada dasarnya pengujian Geser Langsung lebih sesuai untuk jenis pengujian
Consolidated Drained Test, oleh karena panjang pengaliran relatif lebih kecil
jika dibandingkan dengan pengujian yang sama, seperti pada pengujian
Triaksial.
2.2 Peralatan
1. Mesin geser langsung yang terdiri dari :
- Alat penggeser horisontal, dilengkapi dengan cincin beban (proving
ring), arloji regangan horisontal dan arloji deformasi vertikal
8
- Kotak uji terbagi atas dua bagian dilengkapi baut pengunci
- Pelat berpori 2 (dua) buah
- Sistem pembebanan vertikal, terdiri dari penggantung dan keping
beban
2. Alat pengeluar sampel (extruder) dan pisau pemotong
3. Cetakan untuk membuat benda uji
4. Pengukur waktu (stopwatch)
5. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
6. Pelaratan untuk penentuan kadar air
7. Peralatan untuk membuat benda uji buatan
2.3 Bahan
1. Benda uji digunakan berbentuk bujur sangkar
2. Benda uji mempunyai tebal minimum 1,25 cm tapi tidak kurang dari 6 kali
diameter butir tanah maksimum perbandingan antara diameter atau tebal
benda uji minimal 2:1
3. Untuk benda uji asli, sampel tanah yang digunakan harus cukup untuk
membuat sebanyak minimal 3 benda uji yang identic. Mengusahakan benda
uji tidak kehilangan kadar air, dan berhati-hati dalam melakukan percetakan
benda uji (terutama pada jenis tanah dengan nilai kepekaan tinggi ) agar
struktur tanah asli tidak berubah
9
4. Memasang batang penggeser horisontal untuk memberi beban mendatar
pada kotak penguji. Mengatur arloji regangan dan arloji beban sehingga
menunjukkan angka nol
5. Memberi beban normal yang pertama sesuai dengan beban yang diperlukan.
Sebagai pedoman besar beban normal pertama (termasuk berat
penggantung) yang diberikan, diusahakan agar menimbulkan tegangan pada
benda uji minimal sebesar tegangan geostatik di lapangan
Pada pengujian Consolidated Drained/Undrained, segera beri air sampai
diatas permukaan benda uji dan pertahankan selama pengujian.
6. Pada pengujian tanpa konsolidasi (Unconsolidated), beban geser dapat
segera diberikan setelah pemberian beban normal pada langkah (5)
Sedangkan pada pengujian dengan konsolidasi (Consolidated), sebelum
melakukan penggeseran, mencatat terlebih dahulu proses konsolidasi
tersebut pada waktu-waktu tertentu dan menunggu sampai konsolidasi
selesai.
Menggunakan cara Taylor untuk mendapatkan waktu (t50), yaitu pada saat
derajat konsolidasi (U) = 50%
7. Menentukan kecepatan penggeseran horisontal berdasarkan jenis pengujian
:
- Pada pengujian tanpa pengaliran (undrained test) ditetapkan sebesar
0,50 s/d 2,00 mm/menit
- Pada pengujian dengan pengaliran (drained test) kecepatan pergeseran
horisontal didapat dengan cara membagi deformasi geser dengan 50x
t50. Deformasi maksimum diperkirakan sebesar 10% diameter/lebar asli
benda uji.
8. Melepas baut pengunci, kemudian memasangkan pada 2 (dua) lubang yang
lain, memutar secukupnya sehingga kotak geser atas dan bawah terpisah ±
5mm
9. Melakukan penggeseran sampai jarum pada arloji beban pada 3 (tiga)
pembacaan terakhir berturut-turut menunjukkan nilai konstan. Membaca
arloji geser dan arloji beban setiap 15 detik sampai terjadi keruntuhan
10
10. Melepaskan benda uji ke mesin, mencari kadar air, berat isi dan lain
sebagainya
11. Memberi beban normal 2 (dua) kali beban normal yang pertama pada benja
uji kedua kemudian mengulangi langkah-lamgkah (6 s/d 10)
12. Memberi beban normal 3 (tiga) kali beban normal yang pertama pada benda
uji ketiga kemudian ulangi lanhkah-langkah (6 s/d 10).
dengan :
τi = tegangan geser untuk pergeseran horisontal ke-i [kg/cm2]
Pi = gaya geser untuk prgeseran horisontal ke-i [kg]
A = luas bidang geser [kg/cm2]
2. Menggambar grafik hubungan antara tegangan geser terhadap pergeseran
horisontal untuk masing-masing tegangan normal
Menentukan tegangan geser maksimum (τmaks) dari grafik yang diperoleh
3. Menghitung tegangan normal (σn) yang dikenakan pada masing-masin
benda uji dengan rumus :
Wi
σni = [kg/cm2]
A
dengan :
σni = tegangan normal dari benda uji ke-i
Wi = beban vertikal pada benda uji ke-i (termasuk berat penggantung)
A = luas permukaan bidang geser
4. Membuat grafik hubungan antara tegangan normal dengan tegangan geser
geser maksimum. Menghubungkan ketiga titik yang diperoleh sehingga
membentuk garis lurus yang memotong sumbu vertikal. Nilai kohesi (c)
adalah jarak yang dihitung dari titik potong tersebut sampai sumbu
mendatar dan sudut geser dalam (Ø) adalah sudut kemiringan garis tersebut
terhadap sumbu horisontal, yang memenuhi.
11
Gambar 2.1 Pergeseran horizontal dan tegangan norman
12
2.6 Hasil Pengujian
Tabel 2.1 Hasil Pengujian Geser Langsung (Direct Shear)
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Veteran PO. BOX 04 Malang 65145, Telp. (0341) 575750 Fax (0341) 575750
email mektan.polinema@gmail.com - mektan.polinema@yahoo.com
Kelompok : 3 (Tiga)
Dosen/Pembimbing : Ir. Gerard Apono, MS. Sampel : Tanah Asli (Undisturbed)
Lokasi : Jalan Brawijaya, Desa Banjarejo, Kecamatan Titik/kedalaman : 60 cm
Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur Tanggal Pengambilan : 13 Oktober 2018
GESER LANGSUNG
(ASTM D 3080 - 82)
Luas : 36 cm² Kadar Air : 29.75 ɣwet : 1.574 gr/cm³
Benda Uji 1 2 3
Brt. Tanah (g) 157.63 182.57 205.36
Beban N (kg) 5.5 11 16.5
σn (kg/cm²) 0.153 0.306 0.458
Renggangan Bacaan Gaya Teg. Bacaan Gaya Teg. Bacaan Gaya Teg.
horizontal Beban Geser Geser Beban Geser Geser Beban Geser Geser
(mm) (div) (kg) (kg/cm²) (div) (kg) (kg/cm²) (div) (kg) (kg/cm²)
0,00 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00
0,20 4 0.76 0.02 1 0.269 0.01 45 7.40 0.205
0,40 9 1.57 0.04 4 0.755 0.02 67 10.96 0.304
0,60 14 2.38 0.07 9 1.565 0.04 134 21.82 0.606
0,80 19 3.19 0.09 15 2.537 0.07 210 34.13 0.948
1,00 23 3.83 0.11 20 3.347 0.09 290 47.09 1.308
1,20 31 5.13 0.14 27 4.481 0.12 356 57.78 1.605
1,40 41 6.75 0.19 39 6.425 0.18 405 65.72 1.825
1,60 53 8.69 0.24 52 8.531 0.24 468 75.92 2.109
1,80 68 11.12 0.31 63 10.313 0.29 527 85.48 2.374
2,00 79 12.91 0.36 75 12.257 0.34 564 91.48 2.541
2,20 91 14.85 0.41 84 13.715 0.38 579 93.91 2.608
2,40 99 16.15 0.45 90 14.687 0.41 579 93.91 2.608
2,60 104 16.96 0.47 96 15.659 0.43 579 93.91 2.608
2,80 109 17.77 0.49 104 16.955 0.47
3,00 115 18.74 0.52 111 18.089 0.50
3,20 118 19.22 0.53 119 19.385 0.54
3,40 119 19.39 0.54 124 20.195 0.56
3,60 120 19.55 0.54 130 21.167 0.59
3,80 121 19.71 0.55 135 21.977 0.61
4,00 122 19.87 0.55 139 22.625 0.63
4,20 122 19.87 0.55 144 23.435 0.65
4,40 122 19.87 0.55 150 24.407 0.68
4,60 156 25.379 0.70
4,80 161 26.189 0.73
5,00 164 26.675 0.74
5,20 166 26.999 0.75
5,40 168 27.323 0.76
5,60 170 27.647 0.77
5,80 175 28.457 0.79
6,00 179 29.105 0.81
6,20 180 29.267 0.81
6,40 180 29.267 0.81
6,60 180 29.267 0.81
LAB. MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG JL. VETERAN PO.BOX.04 MALANG
13
Grafik 2.1 Hasil Pengujian Geser Langsung (Direct Shear)
Grafik Hubungan antara Teg. Geser dan Pergeseran
Horizontal
3.00
2.50
2.00 5.5
Teg. Geser
11
1.50
16.5
1.00 Log. (5.5)
Log. (11)
0.50
Log. (16.5)
0.00
0 5 10 15 20
Grafik Geser25Langsung
30 35 40
Pergeseran Horizontal
3.000
2.500
Tegangan Geser (kg/m²)
y = 6.7371x - 0.7348
2.000
1.500
1.000
0.500
0.000
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 0.500
Tegangan Normal (kg/m²)
Contoh No. 1 2 3
Berat isi Tanah kg/cm³ 1.574
Kadar air % 29.75
Teg. Normal kg/cm² 0.153 0.306 0.458
Defor. Lateral mm 4,00 6,20 2,20
Teg. Geser kg/cm² 0.552 0.81 2.61
Kohesi kg/cm² 0.7348
Sudut Geser deg 81.60
14
2.7 Kesimpulan
Dari pengujian Geser langsung yang bertujuan untuk menentukan nilai
kohesi dan sudut geser dalam, dihasilkan nilai kohesi sebesar 0.7348 kg/cm² dan
sudut geser dalam sebesar 81,60
15
LAMPIRAN
16
BAB III
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS
(UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTH)
3.1 Pendahuluan
Prinsip dasar dari pengujian ini adalah pemberian beban vertikal yang
dinaikkan secara bertahap terhadap benda uji berbentuk siinder yang didirian bebas,
sampai terjadi keruntuhan. Pembacaan beban dilakukan pada interval regangan
aksial tetap yang dapat dicapai dengan cara mempertahankan kecepatan
pembebanan dengan besaran tertentu pula selama pengujian berlangsung (strain
control).
Oleh karena beban yang diberikan hanya dalam arah vertical saja, maka pengujian
ini dikenal pula sebagai pengujan tekan satu arah (uniaxial test).
Metoda pengujian ini meliputi penentuan nilai kuat tekan bebas (unconfined
compressive strength) – qu untuk tanah kohesif dari benda uji asli (undisturbed)
maupun buatan (remoulded or recompacted samples).
Yang dimaksud dengan kuat tekan bebas (qu) adalah besarnya beban aksial
persatuan luas pada saat benda uji mengalami keruntuhan (beban maksimum), atau
bila regangan aksial telah mencapai 15%.
Nilai qu yang diperoleh dari pengujian ini dapat digunakan untuk
menentukan konsistensi dari tanah lempung, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Selain itu, melalui pengujian ini dapat ditentukan nilai kepekaan (sensivity) dari
tanah kohesif, yaitu perbandingan antara nilai qu tanah asli terhadap qu tanah buatan.
Pengujian Kuat Tekan Bebas pada dasarnya merupakan keadaan yang
khusus pada pengujian Triaksial, dimana tegangan sel (confining pressure) – σ3
besarnya sama dengan nol. Dengan demikian dapat pula ditentukan nilai kohesi (c)
dalam konsep tegangan total (total pressure), yaitu sebesar ½ dari nilai qu .
17
Tabel 3.1 Konsistensi tanah berdasarkan nilai kuat geser undrained (qu)
Konsistensi Tanah Kuat Geser Undrained (qu) (kg/cm2)
Sangat lunak < 2,0
Lunak 2,0 – 4,0
Lunak s/d kenyal 4,0 – 5,0
Kenyal 5,0 – 7,5
Sangat kenyal 7,5 – 10,0
Kaku 10,0 – 15,0
Sangat kaku s/d keras >15,0
3.2 Peralatan
1. Mesin beban (load frame), dengan ketelitian bacaan sampai 0,01 kg/cm2
2. Cetakan benda uji berbentuk silinder dengan tinggi 2 kali diameter
3. Alat untuk mengeluarkan sampel tanah (extruder)
4. Pengukur waktu (stopwatch)
5. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
6. Pisau tipis kawat serta talam
7. Peralatan untuk keperlua penentuan kadar air
3.3 Bahan
1. Benda uji yang digunakan berbentuk silinder diameter minimal 3,00 cm
dan tinggi diambil 2 s/d 3 kali diameter
2. Benda uji dengan diameter 3,00 cm, besar butir maksimum yang
terkandung dalam benda uji harus <0,1 diameter benda uji
3. Benda uji dengan diameter ≥ 1/6 diameter benda uji.
18
3. Memasang cetakan benda uji diatas tabung sampel, mengeluarkan sampel
dengan alat pengeluar sampel sampel sepanjang cetakan dan potong
dengan pisau kawat
4. Meratakan kedua sisi benda uji dengan pisau tipis dan mengeluarkannya
dari cetakan.
19
3.5 Perhitungan dan Pelaporan
1. Besar regangan aksial dihitung dengan rumus :
∆L
ɛ = 𝐿𝑜 x 100%
Dengan :
ɛ = Regangan aksial (%)
∆L = Perubahan panjang benda uji (cm)
L0 = Panjang benda uji semula (cm)
2. Luas penampang benda uji rata-rata pada regangan tertentu :
𝐴𝑜
A =1−ɛ(cm2)
Dengan :
Ao = Luas penampang benda uji mula-mula (cm2)
3. Nilai tegangan normal :
𝑃
σn = (kg/cm2)
𝐴
Dengan :
P = n X β (kg)
σn = Tegangan normal (kg/cm3)
P = Gaya aksial (kg)
A = Luas penampang rata-rata pada regangan tertentu (cm2)
n = Bacaan arloji beban (div)
β = Kalibrasi dari ring beban (kg/div)
20
3.6 Hasil Pengujian
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas Tanah Buatan
21
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas Tanah Asli
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Veteran PO. BOX 04 Malang 65145, Telp. (0341) 575750 Fax (0341) 575750
email mektan.polinema@gmail.com - mektan.polinema@yahoo.com
Kelompok : 3 (Tiga)
Dosen/Pembimbing : Ir. Gerard Apono, MS. Sampel : TanahAsli
Lokasi : Jalan Brawijaya, Desa Banjarejo, Kecamatan Titik/kedalaman : 60 cm
Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur Tanggal Pengambilan : 13 Oktober 2018
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS (TANAH ASLI)
(ASTM D2166 - 85)
Data Contoh Tanah :
Diameter : 35.4 mm Luas / Ao = 9.84 cm²
Tinggi : 84.25 mm Berat tanah = 137.6 gr
Bacaan Unit strain Luas Tegangan
Bacaan renggangan Deformasi Nilai Beban
beban (%) terkoreksi deviator
(div) Δl P
(div) ε=Δl / lo A'=Ao/(1-ε) σ=P/A'
0 0 0.00 0.00 9.837 0.00 0.00
20 9 0.20 0.24 9.86 2.90 0.29
40 15 0.40 0.47 9.88 3.83 0.39
60 24 0.60 0.71 9.91 5.22 0.53
80 34 0.80 0.95 9.93 6.77 0.68
100 44 1.00 1.19 9.96 8.32 0.84
120 54 1.20 1.42 9.98 9.87 0.99
140 64 1.40 1.66 10.00 11.42 1.14
160 75 1.60 1.90 10.03 13.13 1.31
180 84 1.80 2.14 10.05 14.52 1.44
200 94 2.00 2.37 10.08 16.07 1.59
220 104 2.20 2.61 10.10 17.62 1.74
240 113 2.40 2.85 10.13 19.02 1.88
260 122 2.60 3.09 10.15 20.41 2.01
280 131 2.80 3.32 10.18 21.81 2.14
300 140 3.00 3.56 10.20 23.20 2.27
320 148 3.20 3.80 10.23 24.44 2.39
340 157 3.40 4.04 10.25 25.84 2.52
360 164 3.60 4.27 10.28 26.92 2.62
380 172 3.80 4.51 10.30 28.16 2.73
400 179 4.00 4.75 10.33 29.25 2.83
420 185 4.2 4.99 10.35 30.18 2.91
440 192 4.4 5.22 10.38 31.26 3.01
460 197 4.6 5.46 10.41 32.04 3.08
480 201 4.8 5.70 10.43 32.66 3.13
500 203 5 5.93 10.46 32.97 3.15
520 206 5.2 6.17 10.48 33.43 3.19
540 209 5.4 6.41 10.51 33.90 3.22
560 210 5.6 6.65 10.54 34.05 3.23
580 212 5.8 6.88 10.56 34.36 3.25
600 213 6 7.12 10.59 34.52 3.26
620 213 6.2 7.36 10.62 34.52 3.25
640 213 6.4 7.60 10.65 34.52 3.24
22
Grafik 3.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas
3.50
3.00
2.50
Tegangan deviator ( % )
2.00
1.50
1.00
RMD
0.50
UCS
0.00
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000
Regangan ( % )
Contoh Tanah
RMD UCS
(Undisturbed/Disturbed)
Berat Isi gr/cm3 1.50 1.65
Kadar Air % 29.75 29.75
Reg. Runtuh % 3.12 7.12
Tega. Runtuh kg/cm2 2.86 3.24
Kohesi kg/cm2 1.44 1.63
Catatan:
C = 0.5 τmax
23
3.7 Kesimpulan
Dari uji kuat tekan bebas yang bertujuan untuk menetukan tegangan runtuh,
dihasilkan nilai tegangan runtuh sebesar 2,86 kg.cm2 dan 3,24 kg/cm²
24
LAMPIRAN
25
BAB IV
PENGUJIAN TRIAKSIAL
(TRIAXIAL)
4.1 Pendahuluan
Dibanding pengujian Geser Langsung maupun Kuat Tekan Bebas,
pelaksanaan pengujian Triaksial diketahui lebih rumit, namun diakui sebagai cara
yang paling baik untuk mendapatkan parameter-parameter geser tanah c dan , oleh
karena kondisi tegangan-tegangan di lapangan dapat ditirukan dengan cara
pemberian tegangan sel (3) pada benda uji. Selain itu pada percobaan Triaksial
tersedia pula fasilitas untuk mengukur tekanan air pori dan perubahan volume
selama pelaksanaan pengujian.
Beberapa jenis pengujian yang dapat dilakukan pada pengujian Triaksial
antara lain :
1. Unconsolidated Undrained Test, adalah pengujian tanpa konsolidasi dan
tanpa pengaliran, disebut sebagai pengujian cepat atau U-test. Pada semua
tahapan pengujian, keran pengaliran (sistem tekanan air pori) dalam keadaan
tertutup. Cara pengujian ini tidak dapat diterapkan pada jenis tanah
nonkohesif jenuh (S = 100%). Parameter geser yang didapatkan dari cara
pengujian ini berdasarkan konsep tegangan total (total pressure). Pengujian
ini memberikan parameter geser cu dan u.
2. Consolidated Undrained Test, adalah pengujian dengan konsolidasi tanpa
pengaliran, disebut juga pengujian konsolidasi-cepat atau CU-test. Pada tahap
pemberian tegangan sel (3) keran pengaliran (sistem tekanan air pori) dalam
keadaan terbuka, dan ditunggu hingga proses konsolidasi berakhir yang dapat
diamati melalui tabung perubahan volume. Untuk mempercepat proses
konsolidasi pada tanah kohesif, biasanya digunakan cara-cara khusus, antara
lain dengan memasang kolom pasir ditengah-tengah benda uji atau
membungkus benda uji dengan lembaran tipis kertas saring. Sesudah
konsolidasi selesai, keran pengaliran dibuka, kemudian diberikan tegangan
deviator sampai terjadi keruntuhan. Parameter geser yang diperoleh dari
26
pengujian ini berdasarkan konsep tegangan efektif (effective stress), yang
dinyatakan dalam notasi c' dan '.
3. Consolidated Drained Test, adalah pengujian dengan konsolidasi dan
pengaliran, disebut juga pengujian konsolidasi-lambat atau CD-test. Pada
semua tahapan pengujian keran pengaliran (sistem tekanan air pori) dalam
keadaan terbuka. Seperti halnya pada CU-test, beban deviator diberikan
setelah proses konsolidasi selesai. Pembebanan dilakukan dengan lambat,
dimana tegangan air pori yang timbul cukup kecil, sehingga tidak mempeng-
aruhi parameter geser yang diperoleh. Seperti halnya pada CU-test parameter
geser yang diperoleh berdasarkan konsep tegangan efektif (effective stress)
yang dinyatakan dalam notasi c' dan '.
Ukuran sel Triaksial yang sesuai dengan diameter benda uji tersedia dalam
berbagai ukuran, namun yang umum digunakan adalah sel untuk benda uji
berdiameter 38 mm dengan perbandingan tinggi terhadap diameter (L/d) yang
disyaratkan berkisar antara 2,0 sampai 3,0. Pengujian dengan diameter benda uji
yang lebih besar dapat dilakukan, selama peralatan yang diperlukan tersedia. Sesuai
dengan keperluannya benda uji dapat dibuat dari sampel tanah asli (undisturbed)
maupun buatan (remoulded).
Untuk satu seri pengujian Triaksial, diperlukan minimal 2 (dua) buah benda
uji dengan kadar air dan berat isi yang kurang lebih sama (identik).
Prinsip dasar dari pelaksanaan pengujian yaitu : mula-mula terhadap
masing-masing benda uji diberikan tegangan sel dan ditunggu sampai stabil,
selanjutnya berikan tegangan deviator dimana beban dibaca pada regangan tetap
tertentu (strain controlled), hingga tercapai keruntuhan. Tergantung pada jenis
pengujian, selama pemberian tegangan sel, keran pengaliran dapat dalam keadaan
tertutup (unconsolidated) atau terbuka (consolidated).
Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh dari pengujian, dapat di-
gambarkan grafik lingkaran Mohr untuk menentukan kohesi (c) dan sudut geser
dalam () tanah yang diperlukan untuk berbagai perhitungan stabilitas.
Penelitian kehalusan semen dilakukan untuk mengoptimalkan susunan
material sehingga didapatkan kepadatan material yang lebih padat. Kepadatan ini
diperoleh dengan prinsip pengisian pori yang terbentuk dengan material berukuran
27
lebih kecil dari ukuran material standar. Dengan menggunakan butiran semen yang
lebih halus akan meningkatkan kualitas pasta,mortar maupun beton. Tingkat
kepadatan partikel yang terjadi semakin baik, dan porositas yang terjadi lebih
rendah.
Penelitian ini diharapkan bisa untuk melengkapi hasil penelitian yang
pernah dilakukan sebelumnya. Fokus yang dilakukan adalah mencari tingkat
kehalusan masing-masing dari semen yang berbeda. Pada penelitian kali ini kita
akan menggunakan Semen Merah Putih yang akan menjadi bahan untuk diuji
kehalusannya.
4.2 Peralatan
1. Mesin geser langsung yang terdiri dari :
- Alat penggeser horisontal, dilengkapi dengan cincin beban (proving
ring), arloji regangan horisontal dan arloji deformasi vertikal
- Kotak uji terbagi atas dua bagian dilengkapi baut pengunci
- Pelat berpori 2 (dua) buah
- Sistem pembebanan vertikal, terdiri dari penggantung dan keping
beban
2. Alat pengeluar sampel (extruder) dan pisau pemotong
3. Cetakan untuk membuat benda uji
4. Pengukur waktu (stopwatch)
5. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
6. Pelaratan untuk penentuan kadar air
7. Peralatan untuk membuat benda uji buatan
4.3 Bahan
Cara pembuatan benda uji dari sampel tanah nonkohesif (pasir lepas) jauh
lebih sulit dibandingkan dengan tanah kohesif (lempung).
Berikut ini dijelaskan cara pembuatan benda uji dari jenis tanah kohesif,
yang dapat dicetak langsung dari tabung sampel, sampel kubus ataupun dari sampel
tanah buatan.
28
1. Benda uji berbentuk silinder dengan perbandingan tinggi (L) terhadap
diameter (do) 2 s/d 3
2. Untuk benda uji berdiameter 38 mm, besar butir maksimum harus < 0,1
diameter benda uji
3. Untuk benda uji berdiameter 76 mm, besar butir maksimum harus < 1/6
diameter benda uji
4. Benda uji dapat dibuat dari :
a. Benda Uji Asli (Undisturbed)
- Benda uji asli dari tabung sampel tanah
- Mengeluarkan sampel tanah dari tabung sepanjang 1 – 2 cm dengan
alat pengeluar sampel (extruder) kemudian potong dengan pisau kawat
- Memasang cetakan benda uji di atas tabung sampel, mengeluarkan sampel
dengan alat pengeluar sampel sepanjang cetakan dan potong dengan
pisau kawat
- Meratakan kedua sisi benda uji dengan pisau tipis dan keluarkan dari
cetakan.
b. Benda Uji Buatan (Remoulded)
- Menyiapkan sampel tanah dari benda uji asli bekas pengujian atau sisa-
sisa sampel tanah yang sejenis
- Menyiapkan data berat isi dan kadar air asli, serta volume cetakan
- Menyesuaikan kadar air dari sampel tanah agar sama atau mendekati nilai
kadar air asli
- Mencetak benda uji kedalam tabung sampel yang telah diketahui
volumenya, sehingga mempunyai berat isi sama/mendekati berat isi
tanah asli
- Mengulangi langkah (a) terhadap benda uji yang terdapat dalam tabung.
5. Menimbang berat dan ukur diameter serta tinggi benda uji :
- Mencatat tinggi benda uji dari rata-rata 4 (empat) tempat pengukuran
- Mencatat diameter benda uji rata-rata dengan rumus :
da + 2.dt + db
do = [mm]
4
29
dengan :
do = diameter benda uji rata-rata, digunakan untuk menghitung luas
penampang mula-mula (Ao)
da = diameter rata-rata dari 2 (dua) pengukuran pada bagian atas benda
uji
dt = diameter rata-rata dari 2 (dua) pengukuran pada bagian tengah
benda uji
db = diameter rata-rata dari 2 (dua) pengukuran pada bagian bawah
benda uji.
6. Memasang karet membran pada benda uji yang telah disiapkan, melakukan
secara hati-hati agar struktur tanah tidak terganggu, menggunakan tabung
isap dan pompa vakum.
30
Sedangkan pada pengujian dengan konsolidasi (Consolidated), sebelum
melakukan penggeseran, mencatat terlebih dahulu proses konsolidasi
tersebut pada waktu-waktu tertentu dan menunggu sampai konsolidasi
selesai.
7. Menggunakan cara Taylor untuk mendapatkan waktu (t50), yaitu pada saat
derajat konsolidasi (U) = 50%
8. Menentukan kecepatan penggeseran horisontal berdasarkan jenis
pengujian :
- Pada pengujian tanpa pengaliran (undrained test) ditetapkan sebesar
0,50 s/d 2,00 mm/menit
- Pada pengujian dengan pengaliran (drained test) kecepatan pergeseran
horisontal didapat dengan cara membagi deformasi geser dengan 50x
t50. Deformasi maksimum diperkirakan sebesar 10% diameter/lebar asli
benda uji.
9. Melepas baut pengunci, kemudian memasangkan pada 2 (dua) lubang
yang lain, memutar secukupnya sehingga kotak geser atas dan bawah
terpisah ± 5mm
10. Melakukan penggeseran sampai jarum pada arloji beban pada 3 (tiga)
pembacaan terakhir berturut-turut menunjukkan nilai konstan. Membaca
arloji geser dan arloji beban setiap 15 detik sampai terjadi keruntuhan
11. Melepaskan benda uji ke mesin, mencari kadar air, berat isi dan lain
sebagainya
12. Memberi beban normal 2 (dua) kali beban normal yang pertama pada
benja uji kedua kemudian mengulangi langkah-lamgkah (6 s/d 10)
13. Memberi beban normal 3 (tiga) kali beban normal yang pertama pada
benda uji ketiga kemudian ulangi lanhkah-langkah (6 s/d 10).
31
4.5 Perhitungan dan Pelaporan
1. Besar regangan aksial dihitung dengan rumus:
L
= x 100%
Lo
dengan :
= regangan aksial [%]
L = perubahan panjang benda uji [cm]
Lo = panjang benda uji semula [cm]
2. Luas penampang benda uji rata-rata :
Ao
A= [cm²]
1-
dengan :
Ao = luas penampang benda uji semula [cm²]
3. Tegangan deviator :
Pi
i = [kg/cm²]
dengan : A
i = tegangan deviator untuk regangan ke-i [kg/cm²]
Pi = beban aksial (terkalibrasi) untuk regangan ke-i dari masing-masing
benda uji [kg]
A = luas penampang rata-rata [cm²]
4. Tegangan utama terbesar (major principle stress) :
1i = 3i + i
dengan :
1i = tegangan aksial runtuh dari benda uji ke-i [kg/cm²]
3i = tegangan keliling dari benda uji ke-i [kg/cm²]
i = tegangan devitor runtuh dari benda uji ke-i [kg/cm²]
5. Menggambarkan lingkaran Mohr (Lihat Gambar 13.1) untuk masing-masing
benda uji :
- Jarak pusat lingkaran (OC) diukur pusat sumbu dapat ditentukan dengan
rumus :
1i 3i
OCi = [kg/cm²]
2
32
- Jari-jari dari masing-masing lingkaran, ditentukan dengan rumus :
1i - 3i
ri = [kg/cm²]
2
r2
c r1
3-1 3-2 1-1 1-2
O C1 C2
Tegangan aksial
Gambar 4.1 Grafik lingkaran Mohr
6. Menentukan nilai parameter-parameter geser tanah berdasarkan Gambar 3.1
di atas dengan cara sebagai berikut :
- Nilai kohesi (c) adalah jarak vertikal dari pusat sumbu ke titik potong garis
singgung kedua lingkaran dengan sumbu vertikal
- Sudut geser dalam () adalah sudut kemiringan garis singgung kedua
lingkaran terhadap sumbu horisontal
7. Menggambarkan sketsa benda uji pada saat runtuh, untuk menentukan jenis
keruntuhannya
8. Mencantumkan dalam laporan jenis pengujian yang dilakukan.
33
4.6 Hasil Pengujian.
Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Triaksial
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Veteran PO. BOX 04 Malang 65145, Telp. (0341) 575750 Fax (0341) 575750
email mektan.polinema@gmail.com - mektan.polinema@yahoo.com
Kelompok : 3 (Tiga)
Dosen/Pembimbing : Ir. Gerard Apono, MS. Sampel : Tanah Asli (Undisturbed)
Lokasi : Jalan Brawijaya, Desa Banjarejo, Kecamatan Titik/kedalaman : 60 cm
Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur
34
Grafik 4.1 Hasil Perhitungan Pengujian Triaksial
Kelompok : 3 (Tiga)
Dosen/Pembimbing : Ir. Gerard Apono, MS.
Lokasi : Jalan Brawijaya, Desa Banjarejo, Kecamatan
Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur
PENGUJIAN TRIAKSIAL
(ASTM D2850 - 87)
0.40 Jenis Pengujian UU - Test
No. Contoh 1 2
2
Tekanan lateral kg/cm 1.00 2.00
Tegangan deviator kg/cm 2 0.25 0.30
0.30 Regangan runtuh % 4.2 4.7
Tegangan deviator (kg/cm 2)
3
Berat isi gr/cm 1.60 1.70
Kadar air % 29.75 29.75
Berat jenis -
0.20 Kohesi kg/cm 2 0.098
Sudut geser dalam Deg. 1.39
Catatan :
0.10
100 kPa
200 kPa
0.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00
Regangan (%)
1.00
0.90
0.80
Tegangan Geser (kg/cm 2)
0.70
=1.39 o
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00
35
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG JL.SOEKARNO HATTA NO. 09, PO.BOX. 04
4.7 Kesimpulan
Dari pengujian Triaksial yang bertujuan untuk menentukan nilai kohesi
dan sudut geser dalam, dihasilkan nilai kohesi sebesar 0.098 kg/cm² dan sudut
geser dalam sebesar 1.39
36
LAMPIRAN
37
BAB V
PENGUJIAN KONSOLIDASI
(CONSOLIDATION)
5.1 Pendahuluan
Peristiwa konsolidasi dapat didefinisikan sebagai proses mengalirnya air
keluar dari ruang pori tanah jenuh dengan kemampuan lolos air (permeabilitas)
rendah, yang menyebabkan terjadinya perubahan volume, sebagai akibat adanya
tegangan vertikal tambahan yang disebabkan oleh beban luar.
Bila tanah jenuh dibebani, maka seluruh beban/tegangan tersebut mula-mula
akan ditahan oleh masa air yang terperangkap dalam ruang pori tanah. Hal ini terjadi
karena air bersifat tidak mudah dimampatkan (incompressible), sebaliknya struktur
butiran tanah bersifat dapat dimampatkan (compressible). Tegangan air yang timbul
akibat pembebanan disebut tegangan air pori lebih (excess pore pressure)dan jika
tegangan inj lebih besar dari tegangan hidrostatik, maka air akan mengalir keluar
secara perlahan-lahan dari ruang pori tanah. Seiring dengan keluarnya air, tegangan
akibat pembebanan secara berangsur-angsur dialihkan dan pada akuhirnya akan
ditahan seluruhnya oleh kerangka butiran tanah. Kejadian di atas diikuti dengan
proses merapatnya butiran-butiran tanah tersebut satu sama lain yang
mengakibatkan terjadinya perubahan volume (deformasi), yang besarannya kurang
lebih sama dengan volume air yang keluar.
Kecepatan perubahan volume pada proses konsolidasi selain tergantung pada
besar tegangan vertikal tambahan, juga sangat ditentukan oleh kemampuan lolos air
(permeabilitas) tanah. Pada tanah pasir/berpasir yang biasanya mempunyai
koefisien permeabilitas tinggi, waktu yang diperlukan untuk proses konsolidasi
terjadi relative cepat, sehingga pada umumnya tidak perlu diperhatikan.
Sebaliknya pada tanah-tanah lempung, terutama yang nilai permeabilitasnya
sangat rendah, proses konsolidasi akan berlangsung dalam selang waktu yang lebih
lama, sehingga sangat perlu untuk diperhatikan.
Tujuan pengujian ini meliputi penentuan kecepatan dan besarnya penurunan
konsolidasi tanah (rate and magnitude of settlement consolidation) yang ditahan
secara lateral akibat pembebanan dan pengaliran air secara vertikal.
38
Kecepatan penurunan dinyatakan dalam Koefisien Konsolidasi
(Consolidation Coefficient) Cv sedangkan untuk menggambarkan besarnya
penurunan, digunakan Indek Pemampatan (Compression Index) Cc.
Kegunaan dari pengujian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai
besaran kecepatan dan penurunan pondasi bangunan yang didirikan di atas tanah
lempung jenuh.
5.2 Peralatan
1. 1 (satu) unit alat konsolidasi yang terdiri dari :
Sistem pembebanan (loading device), yang dapat menimbulkan beban
vertikal pada benda uji secara konstan dalam waktu yang relative lama,
dengan ketelitian 1% dari beban total serta peningkatan beban dapat
dilakukan dalam waktu kurang dari 2 (dua) menit tanpa menimbulkan
efek tumbukan.
Sel konsolidasi (consolidometer), terdiri dari cincin konsolidasi yang
cukup kaku dan terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, serta
permukaan dinding bagian dalamnya harus licin untuk menghindari efek
gesekan.
Batu berpori dengan diameter yang lebih kecil 0,20 mm dari diameter
dalam cincin,serta ukuran bukaan ruang pori yang cukup halus untuk
menjamin agar tanah tidak tertekan masuk kedalam ruang pori pada saat
pembebanan.
2. Peralatan untuk membuat benda uji, termasuk cincin untuk mengambil
sampel tanah, pisau/spatula, serta extruder
3. Arloji pengukur deformasi (extensiometer), ketelitian minimal 0,002 mm
4. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
5. Peralatan yang diperlukan untuk penentuan kadar air
6. Pengukur waktu (stopwatch)
39
5.3 Bahan
1. Bersihkan cincin konsolidasi, ukur diameter kemudian timbang dan catat
beratnya, gunakan timbanga denga ketelitian 0,1 gram
2. Benda uji dapat dicetak langsung dari tabung sampel, dengan menggunakan
alat pengeluaran sampel tanah (extruder), dimana diameter luar cincin
konsolidasi haarus lebih kecil minimal 6,00 mm dari diameter dalam tabung
sampel. Jika benda uji akan diambil dari sampel ring, hal ini harus dilakukan
dengan penekanan secara hati-hati. Cara penumbukkan tidak dianjurkan,
untuk menghindari terganggunya struktur tanah benda uji.
3. Kedua bidang permukaan benda uji harus benar-benar rata dan tegak lurus
terhadap poros cincin konsolidasi
4. Mengukur tinggi dan timbang serta mencatat berat benda uji dalam cincin
konsolidasi
5. Mengambil sisa-sisa tanah bekas potongan yang cukup representative untuk
dihitung kadar airnya dan mencari pula berat jenis (Gs) dan Indek
plastisitasnya (IP).
40
4. Memasang beban pertama sehingga tegangan yang bekerja pada benda uji
sebesar ±0,5 kg/cm2. Mencatat perubahan arloji deformasi pada menit-menit
ke : 15”; 1; 2,15; 4; 6,15; 9; 12,15; 16; 25; 36. Menghentikan pembacaan pada
saat pembacaan arloji deformasi telah menunjukkan angka yang tetap atau
dengan perubahan yang relative sangat kecil, biasanya sekitar 24 jam. Jika
memungkinkan sebaiknya melakukan pembacaan pada jam-jam antara
tertentu
5. Mencatat pembacaan terakhir dari arloji deformasi dan memberikan beban
berikutnya denga rasio peningkatan beban (Load Increment Ratio – LIR) = 1,
sebagai contoh bila beban pertama adalah 0,5 kg/cm2, maka dengan LIR = 1,
beban kedua adalah 1,00 kg/cm2
6. Mengulangi langkah (4) dan (5) diatas, hingga beban terakhir pada pengujian
menimbulkan tegangan sebesar 16,00 kg/cm2. Pemberian beban maksimum
sebetulnya tergantung pada kebutuhan,yaitu sebesar beban yang diperkirakan
akan bekerja pada lapisan tanah tersebut
7. Pada akhir pembebanan maksimum, mengurangi beban paling sedikit dalam
2 (dua) tahap, sampai mencapai beban awal. Misalnya jika pembebanan
pertama dan terakhir masing-masing sebesar 0,5 kg/cm2 dan 16,00 kg/cm2,
maka lakukanlah pengurangan beban mulai dari 16,000 kg/cm2 menjadi 8,00
kg/cm2 kemudian 0,5 kg/cm2. Pada setiap tahap pengurangan beban,
membiarkan benda uji berada dibawah tekanan sekurang-kurangnya sema 5
(lima) jam kemudian membaca dan mencatat perubahan (pengembangan)
dari arloji deformasi
8. Mengeluarkan benda uji dalam cincin dari sel konsolidasi, timbang beratnya,
kemudian mengeringkan di dalam oven, menimbang kembali beratnya
sekaligus mencari kadar airnya.
41
5.5 Perhitungan dan Pelaporan
1. Menggambarkan kurva hubungan antara penurunan kumulatif terhadap
waktu berdasarkan cara Casagrande.
Cara Casagrande (Log-Time Methode, 1940) :
R1
D
I1
B I2
C
Penurunan kumulatif [mm], ΔH
42
• Mengukur jarak vertikal antara garis I1 dan I2, misalnya : a, terdapat
jarak a dari garis I1, buat garis datar hingga memotong sumbu ordinat di
titik D
• Ordinat dari titik D adalah Ro, Ro = kondisi pada saat derajat
konsolidasi U = 0%
• Untuk menentukan t50 dengan cara menentukan titik tengah antara R0
dan R100 (misalnya : titik E) dan membuat garis datar melalui titik E
hingga memotong kurva di titik F
• Absis dari titik F adalah t50.
43
16 0,0201 41 0,132 66 0,352 91 0,891
17 0,0227 42 0,138 67 0,364 92 0,938
18 0,0254 43 0,145 68 0,377 93 0,993
19 0,0283 44 0,152 69 0,390 94 1,055
20 0,0314 45 0,159 70 0,403 95 1,129
21 0,0346 46 0,166 71 0,417 96 1,219
22 0,0380 47 0,173 72 0,431 97 1,336
23 0,0415 48 0,181 73 0,446 98 1,500
24 0,0452 49 0,188 74 0,461 99 1,781
25 0,0491 50 0,197 75 0,477 100
0,197.H²
Cv = [mm²/menit]
t50
dengan :
H = panjang pengaliran (ketebalan benda uji rata-rata untuk pengalir-
an tunggal/ganda) pada tahap pembebanan tertentu [mm]
Hdr = H single drainage
Hdr = ½.H double drainage
t50 = waktu yang diperlukan untuk derajat konsolidasi 50% [menit]
Ws
2H0 = [cm]
Gs . A . w
dengan :
2H0 = tinggi butir tanah awal [cm]
Ws = berat tanah kering [gram]
44
Gs = berat jenis tanah ; γw = berat isi air [= 1 gram/cm³]
A = luas permukaan benda uji [cm²]
Menghitung Angka Pori Awal (e0) :
2H - 2H0
e0 =
2H0
dengan :
2H = tinggi benda uji awal [cm]
2H0 = tinggi butir tanah awal [cm]
5. Evaluasi terhadap riwayat pembebanan (sifat konsolidasi)
Menghitung geostatik efektif (Insitu Effective Stress/tegangan overburden) Po':
P0' =(' . d)
P0' =(wet . d) – (w . dw)
dengan :
' = berat isi tanah efektif [gram/cm³]
wet = berat isi tanah basah [gram/cm³]
w = berat isi air [gram/cm³]
d = kedalaman lokasi pengambilan benda uji [cm]
dw = ketinggian muka air [cm]
Menghitung tegangan prakonsolidasi (Precompression pressure) Pc':
e0
Jari-jari
Garis bagi
minimum
Angka pori (e)
Garis konsolidasi
Penambaha
n laboratorium
Pengurangan
beban beban
0,42.e
Log -PTegangan
c'
0 0
(kg/cm²)
45
Membandingkan P0' dengan Pc' :
- Jika P0' ≥ Pc' (Normally Consolidated Clay, NC-Soil)
termasuk tanah lempung berkonsolidasi normal
- Jika P0' < Pc' (Over Consolidated Clay, OC-Soil)
termasuk tanah lempung berkonsolidasi berlebih.
e0
Jari-jari
minimum Garis bagi
Angka pori (e)
Garis konsolidasi
lapangan (Cclap.)
Garis konsolidasi
Penambahan
laboratorium (Cclab.)
beban
Pengurangan
beban
0,42.e
0 0 Pc'
Log - Tegangan (kg/cm²)
Gambar 5.3 Menentukan indek pemampatan lapangan (Cc-lap) NCSoil)
e0
Jari-jari
minimum Garis bagi
Angka pori (e)
Garis konsolidasi
Garis konsolidasi lapangan (Cclap.)
Pengembangan (Cs ≈ Cr)
Garis konsolidasi
Penambahan Laboratorium(Cclab.)
beban
Pengurangan
beban
0,42.e
0 0 P0' Pc'
Log - Tegangan (kg/cm²)
46
6. Menghitungan Indek Pemampatan, Cc dan Indek Pengembangan, Cs :
e1 titik ke-1
Garis konsolidasi
Angka pori lapangan (Cclap.), atau
(e)
Δe
Garis pengembangan konsolidasi (Cs)
e2 titik ke-2
P1 P2
O
Log – Tegangan (kg/cm²)
Gambar 5.5 Menentukan indek pemampatan, Cc dan indek pengembangan
Cs
Menghitung indek pemampatan tanah (Cc):
e1 e 2 e
Cc, Cs = = .................................................... (5.7)
log P2 log P1 P2
log
P1
dengan :
e1, e2 = angka pori pada titik ke-1 dan ke-2
P1, P2 = tegangan pada titik ke-1 dan ke-2 [kg/cm²]
47
5.6 Hasil Pengujian
Tabel 5.2 Data Hasil Pengujian Konsolidasi
Kelompok : 3 (Tiga)
Dosen/Pembimbing : Ir. Gerard Apono, MS.
Lokasi : Jalan Brawijaya, Desa Banjarejo, Kecamatan
Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur
KONSOLIDASI
(ASTM D2435-80)
Data Pengujian :
Diameter contoh : 5.00 cm Kadar air (ak hir) =w 34.12%
Luas contoh : 19.63 cm2 Berat contoh (ak hir) = Wt 45.54 gram
Brt. Jenis Tanah : 2.65 Tinggi butir tanah (awal) = 2Ho 8.75 mm
Catatan:
e1 = 0.6 P1 = 3.0 Cc = 0.382
e2 = 0.4 P2 = 10.0 Pc = 1.55
Po = 0.157
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG JL.SOEKARNO HATTA NO. 09, PO.BOX. 04
48
KADAR AIR SESUDAH (AKHIR)
Tnh+Cincin (basah) : 81.43
Tnh+Cincin (kering) : 78.94
Berat Cincin : 27.08
49
Grafik 5.1 Hasil Pengujian Konsolidasi
1.00
0.90
0.80
e0
0.70
e1 eo = 0.714
Angka Pori (e)
0.60 Cc = 0.382
ф pc = 1.55 kg/cm²
ф
0.50
Cc Lapangan
0.40 e2
0.42.e0
0.30
0.20
0.10
0.10 P0' 1.00 PC' P1 10.00 100.00
P2
Tegangan (kg/cm²)
0.070
0.060
Koef. Konsolidasi
0.050
cv (mm²/det)
0.040
0.030
0.020
0.010
0.000
0.1 1 10 100
Tegangan (kg/cm²)
BEBAN 500
9.84
9.82
9.8
9.78
9.76
Series1
9.74
9.72
9.7
9.68
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
BEBAN 1000
9.3
9.29
9.28
9.27
t90
Series1
9.26
9.25
9.24
9.23
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00
BEBAN 2000
9.14
9.12
9.1
9.08
9.06
Series1
9.04
9.02
8.98
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
51
BEBAN 4000
8.8
8.75
8.7
8.65
Series1
8.6
8.55
8.5
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
BEBAN 8000
8.25
8.2
8.15
8.1
Series1
8.05
7.95
7.9
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
BEBAN 16000
7.55
7.5
7.45
7.4
Series1
7.35
7.3
7.25
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
52
5.7 Kesimpulan
Pengujian konsolidasi yang bertujuan untuk menentukan nilai tegangan
prakonsolidasi, dihasilkan nilai tegangan prakonsolidasi sebesar 1.55 kg/cm²
53
LAMPIRAN
54
DAFTAR PUSTAKA
Aponno, G., dan Moch. Sholeh. 2012. Modul Ajar Laboratorium Uji Tanah.
Malang : Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Malang.
55