Anda di halaman 1dari 18

Evaluasi Kondisi Eksisting Struktur Bangunan Menara Syahbandar

Ponco Atmoko1, Josia I Rastandi2, Sjahril A Rahim2

1. Mahasiswa Pascasarjana Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI
Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia
2. Dosen Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Jawa
Barat, 16424, Indonesia

ponco_atmoko@yahoo.com

Abstrak

Bangunan Menara Syahbandar adalah salah satu bangunan tua yang dibangun pada tahun 1839. Bangunan ini
merupakan salah satu Bangunan Cagar Budaya yang keberadaannya dilindungi oleh Undang-Undang dan wajib
dilestarikan. Sistem struktur bangunan ini ialah struktur pasangan batu bata yang berfungsi sebagai penahan
beban gravitasi dan penahan beban gempa. Mengingat usia bangunan yang sudah melebihi 170 (seratus tujuh
puluh) tahun, ketika pembangunan pertama kali, tidak ada perhitungan ataupun analisa terhadap periode getar
dan frekuensi alami bangunan dimana parameter tersebut penting terhadap perencanaan bangunan tahan gempa.
Penelitian ini menggunakan analisa riwayat waktu dengan tiga catatan gempa yaitu Pandeglang, Sukabumi,
Tasikmalaya yang telah dimodifikasi sesuai ketentuanSNI 1726-2012 dan response spektrum desain untuk
wilayah gempa DKI Jakarta, dengan jenis tanah lunak (SE). Pemodelan bangunan dilakukan dengan
menggunakan bantuan pemrograman komputer SAP2000 dengan pemodelan dinding sebagai elemen shell dan
solid. Pengujian lapangan berupa pengujian mikrotremor dilakukan sebagai pembanding periode getar bangunan
terhadap hasil pemodelan komputer. Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon seismik bangunan terhadap
pembebanan gempa. Dari hasil penelitian, terjadi konsentrasi tegangan di sekitar bukaan jendela maupun pintu
yang kemungkinan dapat terjadi kegagalan ketika terjadi gempa besar.

Kata kunci: bangunan cagar budaya, gempa riwayat waktu, gempa respon spektrum, mikrotremor, respon
struktur, struktur dinding batu bata

Evaluation Of Existing Condition Of The Syhahbandar Building Structure

Abstract

Building Tower Syahbandar is one of the historical buildings built in 1839. This building is one of the Heritage
Buildings whose existence is protected by law and must be preserved. This building structure system is a
masonry structure that serves as a burden of gravity load and earthquake load resistance. This study uses time
history analysis with three earthquake records, Pandeglang, Sukabumi, Tasikmalaya. Those records have been
modified in accordance with the provisions of the SNI 1726-2012 and the design spectrum response for the
earthquake area of DKI Jakarta, with soft soil type (SE). The study was conducted using the help of computer
programming with wall modeling as a shell and solid element. Field testing in the form of microtremor testing is
done as a comparison of the building vibration period to computer modeling results. The purpose of this research
is to find out the seismic response of the building to earthquake loading. From the results of the research, there is
a concentration of stress around the void, window or door openings when a large earthquake occurs.

Keywords:historical building, masonry structures, microtremor test, respon spectrum, structure response, time
history
1. Pendahuluan

Bangunan Menara Syahbandar terletak di Jalan Pasar Ikan nomor 1 Kelurahan Penjaringan,
Kecamatan Penjaringan, Kota Administrasi Jakarta Utara. Bangunan ini terletak sekitar 50
meter dari Museum Bahari. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan tua yang terletak di
dalam kawasan cagar budaya golongan A di bawah pengelolaan Unit Pengelola Museum
Kebaharian Jakarta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta sehingga
keberadaannya perlu dilindungi dan dilestarikan. Salah satu faktor alam yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bangunan baik struktural maupun nonstruktural ialah gempa
bumi. Gempa bumi sulit diprediksi, terjadi secara tiba-tiba dengan sedikit atau tanpa
peringatan. Gempa bumi memiliki efek yang cukup besar dari sisi kerusakan maupun
keruntuhan struktur bangunan. DKI Jakarta merupakan salah satu daerah yang mempunya
risiko tinggi terhadap bencana gempa bumi. Diperlukan upaya preventif dalam mencegah
terjadinya kerusakan bangunan akibat bencana gempa bumi. Berdasarkan aspek pertimbangan
di atas, penulis bermaksud melakukan analisa atau evaluasi kondisi eksisting struktur
bangunan Menara Syahbandar dengan bantuan program SAP2000, dimana nantinya data
ataupun keluaran yang dihasilkan dapat digunakan sebagai dasar analisa respon struktur
bangunan terhadap gempa yang mungkin terjadi.

Bangunan Menara Syahbandar dibangun secara resmi pada tahun 1839 pada masa penjajahan
Belanda. Peraturan perancangan gedung yang digunakan tidaklah sama dengan peraturan
perancangan gedung modern yang digunakan pada saat ini. Mengingat usia bangunan yang
sudah lama dan minimnya penelitian material pada bangunan tersebut, gambar struktural serta
data teknis bangunan sangatlah terbatas. Sampai dengan saat ini Menara Syahbandar belum
pernah dilakukan penelitian terhadap respon bangunan apabila terjadi gempa besar. Perlu
dilakukan evaluasi untuk mengetahui kondisi eksisting Menara Syahbandar terutama dari sisi
struktural bangunan. Untuk melakukan modelisasi struktur bangunan Menara Syahbandar ke
dalam program SAP2000 sehingga mendekati struktur yang sesungguhnya, diperlukan data
bahan bangunan yang digunakan, dimana pengambilan sampel material tidak diperbolehkan
oleh pihak pengelola.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa atau mengevaluasi kondisi eksisting bangunan
bersejarah yang dimodelkan secara dengan Metode Elemen Hingga, serta membandingkan
hasil pemodelan dengan hasil pengujian lapangan terutama dalam hal output periode getar dan
frekuensi alami bangunan. Di dalam pemodelan dilakukan simulasi gempa atau analisa
seismik sehingga dapat diketahui stress yang terjadi pada bangunan ketika gempa
berlangsung. Input pemodelan akan disinkronkan dengan hasil pengujian lapangan sehingga
hasil analisa seismik mendekati keadaan yang sebenarnya.

2. Tinjauan Teoritis

Karakteristik Pasangan Batu Bata


Berdasarkan The Massonry Standard of Joint Commite (MSJC), Building Code Requirements
and Specification for Masonry Structures ACI 530-13, batasan nilai modulus elastisitas untuk
dinding pasangan batu bata diklasifikasikan berdasarkan kuat tekan mortar, dan tipe pasangan
dinding bata. Hasil penelitian untuk modulus elastisitas batu bata yaitu 2237,50 MPa untuk
jenis pasangan batu bata tanpa plesteran dan 3201,86 MPa untuk jenis pasangan batu bata
dengan plesteran. Berdasarkan Seismic Design of Reinforce Concrete and Masonry Building,
T Paulay 1991, modulus elastisitas juga dapat dihitung menggunakan rumus Em = 750 x fb
dimana fb merupakan kuat tekan batu bata. Objek penelitian pada penulisan tesis kali ini
mempunyai pondasi berupa pondasi pasangan batu bata yang posisinya berada di bawah
permukaan air tanah (terendam) pada elevasi – 1500 mm. Untuk itu perlu diketahui propertis
pasangan batu bata atau degradasi kekuatan setelah terendam air. Penulis mengambil hasil
penelitian yang pernah dilakukan oleh Oktavianto Arif Nur Wicaksono pada tahun 2015 yang
berjudul Pengaruh Rendaman Air Pantai Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Lentur Dinding
Pasangan Bata Merah. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa penurunan kuat tekan pasangan
bata merah setelah perendaman air laut adalah sebesar 9,57 % terhadap kekuatan awal.

Karakteristik Kayu
Apabila pemerikasaan visual dilakukan berdasarkan berat jenis, maka kuat acuan untuk kayu
berserat lurus tanpa cacat dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut:
− Kerapatan  pada kondisi basah (berat dan volume diukur pada kondisi basah, tetapi kadar
airnya lebih kecil dar 30%). Satuan  yang digunakan ialah kg/m3.
− Kadar air, m% (m < 30) diukur dengan prosedur baku
− Hitung berat jenis pada m% (Gm) Gm = /[1000(1+m/100)]
− Hitung berat jenis dasar (Gb) Gb = Gm/[1+0,265.a.Gm] dimana a = (30-m)/30
− Hitung berat jenis pada kadar air 15% (G15) G15 = Gb/(1-0,133.Gb)
− Hitung estimasi kuat acuan dengan rumus G = G15
− Modulus elastisitas lentur Ew (MPa) = 16500.G0,7

Gempa Rencana
Dalam perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung, harus dilakukan peninjauan
terhadap pengaruh gempa rencana. Akibat pengaruh beban rencana, struktur bangunan secara
keseluruhan masih harus berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi ambang keruntuhan.
Gempa rencana ditetapkan memiliki perioda ulang 2500 tahun agar probabilitas terjadinya
terbatas pada 2% selama umur gedung 50 tahun.

Penskalaan Catatan Gempa Riwayat Waktu


Pada metode penskalaan data riwayat waktu gempa yang pernah direkam di dekat lokasi
studi, rumus yang digunakan mengambil dari literatur Practical Guideline to Select and Scale
Earthquake Records for Response History Analysis of Structure yang disusun oleh Erol
Kalkan dan Anil K Chopra. Adapun rumus yang digunakan untuk mendapatkan faktor skala
(scale factor) yaitu sebagai berikut:
𝑛 𝑛

𝑆𝐹 = (∑ 𝐴̅𝑖 𝐴𝑖 ) / (∑ 𝐴𝑖 𝐴𝑖 )
𝑖=1 𝑖=1
Dimana SF ialah scale factor, 𝐴̅ ialah akselerasi pada respon spektrum target, dan A ialah
akselerasi pada respon spektrum dari catatan gempa.

Metode Analisa Bangunan Terhadap Gempa


Di dalam analisa bangunan terhadap gempa terdapat dua metode yaitu metode statik
ekuivalen dan metode dinamik. Analisa statik adalah analisa yang dilakukan pada suatu
struktur akibat beban yang bersifat independen terhadap waktu, sedangkan analisa dinamik
adalah analisa pada struktur yang diberikan beban tergantung waktu. Pada penulisan kali ini,
yang dibahas ialah metode analisa dinamik. Beban gempa bumi merupakan beban yang unik
di antara tipe beban yang harus ditinjau karena gempa bumi yang berskala besar pada
umumnya akan menyebabkan tegangan dan lendutan yang lebih besar pada komponen kritis
struktur dari pada tegangan dan lendutan yang diakibatkan oleh semua beban beban gabungan
lainnya. Meskipun demikian, kemungkinan terjadi suatu gempa bumi selama masa pakai
struktur diharapkan sangat kecil.

Dalam rangka menerapkan karakteristik gerakan tanah dari gempa bumi rencana dan gempa
bumi maksimum yang mungkin terjadi pada suatu bangunan di lokasi tertentu, perlu
dilakukan usaha untuk mempelajari riwayat gempa bumi regional selama periode tertentu
untuk memperoleh informasi seismik. Dari data rekaman gempa, dapat diperkirakan kekuatan
gempa bumi yang akan mempengaruhi bangunan. Oleh karena gempa bumi relative jarang
terjadi, maka data statistik yang ada merupakan taksiran pendekatan seismitas lapangan.
Disamping itu, data pendukung lainnya dapat diperoleh dari studi geologi lapangan untuk
mendapatkan data patahan aktif dan karakteristik struktur geologi lokal.

Salah satu cara untuk menetapkan gerakan tanah yang diharapkan adalah dengan
menggunakan akselerogram dari suatu gempa bumi yang telah terjadi yang mempunyai skala
cukup besar. Terdapat dua macam metode yang digunakan dalam analisa dinamik yaitu
analisa modal yang diselesaikan dengan metode integrasi langsung berupa analisa riwayat
waktu (respons history analysis) dan analisa spektrum respon (respons spectrum analysis).
Secara garis besar, metode respons spektrum ialah metode yang menggunakan suatu grafik
respon spektrum untuk mendapatkan respons maksimum struktur akibat eksitasi gempa,
sedangkan metode time history menghasilkan perilaku struktur ketika dikenakan eksitasi
gempa sehingga metode time history dapat dikatakan lebih terperinci. Pada penelitian yang
akan dilakukan, metode yang digunakan adalah metode time history linear.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini meliputi:


1. Studi pustaka dari jurnal penelitian yang relevan, peraturan yang berlaku
2. Pengumpulan data propertis material, geometri bangunan, pembebanan dan dilanjutkan
interpretasi data untuk digunakan dalam pemodelan.
3. Modelisasi struktur menggunakan SAP2000 untuk mendapatkan periode getar.
4. Uji lapangan pemasangan sensor accelerometer untuk mendapatkan peroiode bangunan
eksisting.
5. Perbandingan periode getar hasil analisa dan hasil pengujian lapangan, Penyesuaian
propertis modulus elastisitas apabila deviasi terlalu jauh.
6. Modelisasi ulang bangunan, dengan pembebanan gempa respon spektrum Jakarta, tanah
lunak dan gempa riwayat waktu Pandeglang, Sukabumi, Tasikmalaya yang telah
diskalakan
7. Komparasi data hasil analisa dalam hal base shear, displacement, tegangan aksial dan
tegangan geser yang terjadi.
Pada gambar di bawah, dapat dilihat gambar denah dan potongan bangunan.

Gambar 1. Tipikal denah dan potongan bangunan Menara Syahbandar

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Propertis material dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 Propertis material bangunan Menara Syahbandar

No Material Propertis Dimensi


1 Kayu jati • Kelas kuat II, kelas awet I • Balok 250mm x 170mm
• Kadar air permukaan 16% • Kolom lantai 3 170mm x 170mm
• Berat jenis 600 kg/m3 • Kuda-kuda 150mm x 100mm
• Modulus elastisitas 10440 MPa • Balok tangga 220mm x 60mm
• Regangan maksimum 0,45 • Pelat lantai 50mm
2 Batu bata • Kuat tekan 4,69 MPa • Dimensi 280mm x 15mm x 5mm
• Modulus elastisitas 3521 MPa • Komposisi lempung 65%, pasir 34% , bahan lain 1%
• Berat jenis 2400 kg/m3 • Komposisi kimiawi: Ca 3,04%, Mg 3,59%, Fe
• Regangan maksimum 0,15 3,61%, Al 6,79%, SO4 0,69%, Cl 0,16%, CO3 7,05%,
SiO2 70,8%
3 Plesteran • Kuat tekan 1,21 MPa • Tebal rata-rata 10mm
• Modulus elastisitas 907,5 MPa • Komposisi pasir 72%, kadar debu 16%, kapur 12%
• Berat jenis 2400 kg/m3 • Komposisi kimiawi: Ca 7,53%, Mg 6,95%, Fe
• Regangan maksimum 0,15 4,82%, Al 7,57%, SO4 0,23%, Cl 0,49%, CO3
12,70%, SiO2 20,07%
4 Pasangan • Modulus elastisitas 3181 MPa • lantai dasar (elv. +0,000 s.d +3.330) 897,5 mm
batu bata • Berat jenis 2400 kg/m3 • lantai dasar (elv. +0,000 s.d +3.330) 947,5 mm
• Regangan maksimum 0,15 • lantai dasar (elv. +0,000 s.d +3.330) 687,5 mm
• lantai 1 (elv. +3.330 s.d + 9.622) 650 mm
• lantai 1 (elv. +3.330 s.d + 9.622) 614 mm
• lantai 1 (elv. +3.330 s.d + 9.622) 620 mm
• lantai 2 (elv. + 9.622 s.d + 17.722) 505 mm
• lantai 2 (elv. + 9.622 s.d + 17.722) 438 mm
• lantai 2 (elv. + 9.622 s.d + 17.722) 200 mm

Pemodelan struktur dengan program SAP2000, diperoleh hasil modal analisis berupa mode
shape, dan partisipasi massa tiap mode. Hasil tersebut akan dianalisis keterkaitannya dengan
pemodelan dinding bata elemen thick shell dan elemen solid. Setelah diperoleh periode
bangunan Menara Syahbandar, akan disimulasikan terhadap beban gempa dengan analisa
riwayat waktu dan respon spektrum. Analisa respon spektrum menggunakan data gempa yang
diambil pada website www.puskimpu.go.id untuk kelas situs Jakarta kelas tanah lunak (SE).
Catatan gempa riwayat waktu menggunakan gempa Pandeglang, Sukabumi, dan Tasikmalaya
arah Utara – Selatan dan Barat - Timur. Berdasarkan SNI 1726:2012 ketiga catatan gempa
tersebut akan diskalakan terhadap spektrum target pada rentang periode signifikan 0,2 Tn dan
1,5 Tn dengan Tn adalah periode fundamental struktur.

Tabel 2 Periode hasil pemodelan komputer

Shell Solid
Mode Period UX UY RZ Period UX UY RZ
Mode 1 0.3883 0.00 0.52 0.25 0.4391 0.00 0.51 0.24
Mode 2 0.3561 0.00 0.00 0.00 0.3663 0.52 0.00 0.04
Mode 3 0.3139 0.04 0.00 0.00 0.2811 0.00 0.00 0.00
Mode 4 0.3002 0.38 0.00 0.01 0.2620 0.00 0.01 0.00
Mode 5 0.2813 0.01 0.00 0.01 0.2419 0.00 0.00 0.00
Mode 6 0.2632 0.00 0.01 0.01 0.2027 0.00 0.00 0.00
Mode 7 0.2563 0.01 0.00 0.00 0.2025 0.00 0.00 0.01
Mode 8 0.2476 0.00 0.00 0.00 0.1972 0.02 0.00 0.18
Mode 9 0.2422 0.00 0.00 0.00 0.1879 0.01 0.00 0.08
Mode 10 0.2412 0.02 0.00 0.00 0.1495 0.01 0.14 0.04
Mode 11 0.2234 0.00 0.00 0.00 0.1447 0.00 0.00 0.00
Mode 12 0.2202 0.00 0.00 0.00 0.1444 0.00 0.05 0.01
Mode 13 0.2048 0.00 0.00 0.04 0.1414 0.02 0.03 0.04
Mode 14 0.2036 0.00 0.00 0.01 0.1373 0.02 0.02 0.03
Mode 15 0.2028 0.00 0.00 0.00 0.1359 0.00 0.00 0.00
Mode 16 0.1939 0.01 0.00 0.02 0.1283 0.00 0.00 0.00
Mode 17 0.1916 0.00 0.00 0.00 0.1253 0.00 0.02 0.02
Mode 18 0.1844 0.00 0.00 0.00 0.1170 0.00 0.00 0.00
Mode 19 0.1768 0.05 0.01 0.19 0.1125 0.01 0.00 0.00
Mode 20 0.1590 0.01 0.07 0.00 0.1111 0.09 0.00 0.01

Pengujian Lapangan Pemasangan Sensor Akselerometer


Sebagai kontrol terhadapan pemodelan konputer, dilakukan uji lapangan pemasangan sensor
akselerometer untuk mengetahui periode bangunan eksisting. Eksitasi yang digunakan yaitu
getaran kendaraan berat yang melalui jalan di sebelah Menara Syahbandar. Hasil pembacaan
sensor akselerometer dalam time domain kemudian akan dirubah menjadi signal frekuensi
domain menggunakan software Sigview. Signal akan dibuat segmentasi untuk mempermudah
mencari nilai puncak amplitudo, penulis melakukan pembatasan awal sampai dengan
frekuensi 50 Hz, karena dengan frekuensi di atas 50 Hz, periode struktur yang didapatkan
ialah 0.02 detik. Periode 0,02 detik dapat dikatakan higher mode yang sudah sangat kecil
partisipasi massanya, sehingga frekuensi di atas 50 Hz tidak dilakukan analisa.
Lantai Dasar Lantai 2 Lantai 3

Gambar 2. Denah lokasi pemasangan sensor akselerometer

Tabel 3 Nilai Puncak Amplitudo dan Periode dari Grafik FFT

Sensor Channel Range (Hz) Titik Puncak Freq (Hz) Periode (Detik)
1 3.554 0.281
2 2.927 0.342
X 0 - 10
3 4.145 0.241
4 2.484 0.403
4
1 2.916 0.343
2 3.187 0.314
Y 0 - 10
3 3.433 0.291
4 4.024 0.249
1 3.612 0.277
2 3.224 0.310
X 0 - 10
3 2.633 0.380
4 2.996 0.334
6
1 3.599 0.278
2 2.621 0.382
Y 0 - 10
3 3.083 0.324
4 5.642 0.177
1 3.612 0.277
X 0 - 10 2 3.230 0.310
3 4.510 0.222
8
1 2.941 0.340
Y 0 - 10 2 3.962 0.252
3 4.725 0.212

Hasil pengukuran lapangan menunjukkan amplitudo maksimum pertama terjadi pada kisaran
frekuensi 3 Hz. Nilai tersebut dapat merepresentasikan periode bangunan. Periode bangunan
hasil perhitungan dari periode getar rata-rata bangunan Menara Syahbandar sesuai data
pengukuran di atas yaitu 0,320 detik untuk arah Y, dan 0,278 detik untuk arah X

Tabel 4 Periode Getar Sebelum dan sesudah Penyesuaian Propertis Material

Sebelum Penyesuaian Material Setelah Penyesuaian Material


Dasar Periode (detik) Selisih (detik) Periode (detik) Periode (detik)
X Y X Y X Y X Y
Uji lapangan 0.278 0.320 - - 0.278 0.320 - -
Pemodelan shell 0.300 0.388 0.022 0.068 0.255 0.314 0.023 0.006
Pemodelan solid 0.366 0.439 0.088 0.119 0.296 0.350 0.018 0.030
Perhitungan 0.484 0.484 0.206 0.164 0.484 0.484 0.206 0.164
Perbedaan periode hasil uji lapangan dan hasil pemodelan masih besar. Sebagai kontrol, perlu
dilakukan penyesuaian propertis material modulus elastisitas bata dari Em = 3350 MPa,
menjadi Em = 5500 MPa, sehingga periode pemodelan dan pengujian lapangan mirip.

0.5 0.40
Periode (Detik)

Shell Shell

Periode (Detik)
0.4 Solid 0.30 Solid
0.3
0.20
0.2
0.10
0.1
0.0 0.00
0 2 4
6 8 10 12 14 16 18 20 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Mode ke- Mode ke-
Sebelum Penyesuaian Propertis Material Sebelum Penyesuaian Propertis Material

Gambar 3. Denah lokasi pemasangan sensor akselerometer

Analisa Gempa Statik Equivalen


Analisa statik ekivalen bangunan dilakukan pada kedua sumbu utama bangunan untuk
mendapatkan nilai gaya geser dasar seismik.

Tabel 5 Perhitungan gaya geser dasar statik ekuivalen

Parameter Nilai Sumber


SD1 0,560 Data respons spektrum Jakarta
SDS 0,607 Data respons spektrum Jakarta
Ct 0,049 Tabel 15 SNI 1726 - 2012
hn 21,29 Kondisi eksisting
x 0,750 Kondisi eksisting
Cu 1,4 Tabel 14 SNI 1726 - 2012
Ta min 0,484 Perhitungan
Ta maks 0,677 Perhitungan
T (shell) 0,354 Hasil SAP2000
T (solid) 0,324 Hasil SAP2000
T dipakai 0,484 Untuk shell dan solid
R 1,5 Tabel 9 SNI 1726 – 2012
Ie 1,5 Tabel 2 SNI 1726 – 2012
Cs 0,607 Perhitungan
Cs min 0,004 Perhitungan
Cs maks 0,827 Perhitungan
Csx = Csy dipakai 0,607 Perhitungan
Wtx 7207,37 Hasil SAP2000
Wty 7207,37 Hasil SAP2000
Vx 4374,87 Perhitungan
Vy 4374,87 Perhitungan
Gaya geser dasar (Vx dan Vy) sebesar 4374,87 kN di atas didistribusikan sepanjang tinggi
struktur bangunan menjadi beban gempa statik ekuivalen yang bekerja pada pusat massa
lantai tingkat.

Tabel 6 Perhitungan distribusi gaya geser per lantai statik ekuivalen

W (kN) Tinggi Fx (kN) Fy (kN) Vx Vy


LT-3 52.90 21.29 72.73 72.73 72.73 72.73
LT-2 1970.09 15.72 2000.10 2000.10 2072.83 2072.83
LT-1 2922.08 9.62 1815.58 1815.58 3888.41 3888.41
Dasar 2262.31 3.33 486.47 486.47 4374.87 4374.87
Σ 7207.37 4374.87 4374.87

Analisa Respon Spektrum


Respon spektrum yang digunakan ialah lokasi Jakarta dengan tanah lunak, SE. Parameter
diambil dari website www.puskim.pu.go.id

Tabel 7 Perhitungan distribusi gaya geser per lantai statik ekuivalen

Parameter Nilai Keterangan


Kategori Risiko IV Tabel 1 SNI 1726 2012 Bangunan monumental
Ie 1,5 Faktor keutamaan Tabel 1 untuk kategori risiko IV
Klasifikasi situs SE Lokasi bangunan
S1(g) 0,30 diambil dari data Puskim PU
SS(g) 0,686 diambil dari data Puskim PU
Fa 1,329 Koefisien situs untuk periode pendek, dari data Puskim PU
Fv 2,802 Koefisien situs untuk periode panjang,dari data Puskim PU
SD1 (g) 0,56 diambil dari data Puskim PU
SDS (g) 0,607 diambil dari data Puskim PU
Parameter Nilai Keterangan
KDS D Kategori Disain Seismik , Tabel 6 dan 7 SNI 1726 2012
R 1,5 Koefisien modifikasi respon sistem penahan gaya dinding geser batu bata polos
biasa, Tabel 9 SNI 1726
o 2,5 Faktor kuat lebih sistem, Tabel 9 SNI 1726 2012
Cd 1,25 Faktor pembesaran defleksi, Tabel 9 SNI 1726 2012

Hasil analisa struktur harus dikontrol melalui suatu batasan tertentu. untuk meninjau
kelayakan struktur dalam memikul beban-beban yang bekerja. Kontrol nilai akhir respon
spektrum. SNI 1726 2012 pasal 7.9.4, nilai akhir Vdinamik harus lebih besar sama dengan 85%
Vstatik atau dapat ditulis Vdinamik ≥ 0,85 Vstatik.

Tabel 8 Kontrol gaya geser (V) dinamik respon spektrum terhadap 0,85 V statik

Kontrol Shell Vdin Solid Vdin 0,85 Vstatik Keterangan


Arah X 4753.55 5532.17 3718,64 Tidak perlu faktor pembesaran
Arah Y 5747.76 6095.89 3718,64 Tidak perlu faktor pembesaran
Simpangan Antar Lantai
Nilai untuk perpindahan dan kuantitas simpangan antar lantai pada analisa respon spektrum
dikalikan dengan (Cd/Ie). Simpangan antar lantai tidak boleh melebihi simpangan antar lantai
tingkat ijin (a), a = 0,007 hsx = 23,31 mm. Pada tabel di bawah, akan ditampilkan arah Y
saja dimana gaya geser gempa dan maksimum simpangan yang terjadi pada arah Y bangunan.

Tabel 9 Perhitungan simpangan antar lantai arah Y (shell)

RS-X  (−) −  () x = (Cde)


Hi
Lantai U1 U2 U1 U2 U1 U2
M mm mm mm mm mm mm
3 21.29 0.60 15.1 0.20 6.55 0.17 21.29
2 15.72 0.40 8.55 0.01 5.87 0.01 15.72
1 9.62 0.39 2.69 0.28 1.82 0.23 9.62
Dasar 3.33 0.11 0.87 0.11 0.87 0.09 3.33
Base 3.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Tabel 30 Perhitungan simpangan antar lantai arah Y (solid)

RS-Y  (-1) -  () x = (Cd./Ie)


Hi
Lantai U1 U2 U1 U2 U1 U2
m mm mm mm mm mm mm
3 21.29 0.38 22.1 0.24 9.70 0.20 8.09
2 15.72 0.14 12.4 0.02 8.42 0.02 7.02
1 9.62 0.12 3.99 0.06 2.51 0.05 2.09
Dasar 3.33 0.18 1.48 0.18 1.48 0.15 1.23
Base 3.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Analisa Riwayat Waktu


Gerak tanah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tiga buah rekaman gempa Sukabumi,
Pandeglang, dan Tasikmalaya. Persyaratan minimum catatan gempa sudah sesuai dengan
pasal 11.1.3 SNI 1726-2012. Analisis menggunakan analisis 3 dimensi dimana persyaratan
catatan gerakan tanah harus terdiri dari sepasang komponen percepatan tanah horisontal sudah
terpenuhi. Catatan gempa akan diskalakan.

Pada penskalaan data gempa ini penulis mengambil nilai T n dari periode fundamental
bangunan Menara Syahbandar hasil SAP2000. Penskalaan menggunakan program
seismomatch. Apabila hasil penskalaan sudah mendekati grafik respon spektrum Jakarta,
maka data gempa sudah bisa digunakan untuk pemodelan. Perbandingan rentang periode
signifikan pada pemodelan dinding bata menggunakan elemen shell dan dinding bata
menggunakan elemen solid ditunjukkan pada gambar di bawah ini
0.7 0.7
0.6 0.6
0.5 0.5
Acc (g)

RS-SNI

Acc (g)
RS-SNI
0.4 0.2 Tn 0.4 0.2 Tn
0.3 1.5 Tn 1.5 Tn
Tas N-S 0.3
Suk N-S
0.2 Tas W-E 0.2 Suk W-E
0.1 0.1
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2
Periode (detik) Periode (detik)
Gempa Tasikmalaya Gempa Sukabumi
0.7
0.6
Acc (g)

0.5 RS-SNI
0.4 0.2 Tn
0.3 1.5 Tn
0.2 Pan N-S
0.1 Pan W-E
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20
Periode (detik)
Gempa Pandeglang

Gambar 4. Respon Scalling pada Spektrum Gempa

Tabel 41 Perhitungan base shear gempa riwayat waktu

Base Shear
Model Gempa
Arah X (kN) Detik ke- Arah Y (kN) Detik ke-
PAN E-W (x) 3654 63 41.19 58
PAN N-S (y) 48.81 65 6792 76
SUK E-W (x) 5710 33 132.4 29
Shell
SUK N-S (y) 148.4 27 5739 24
TAS E-W (x) 5745 28 191.4 27
TAS N-S (y) 178.7 27 6782 27
PAN E-W (x) 3840 76 92.91 61
PAN N-S (y) 178.39 64 6888 76
SUK E-W (x) 5760 29 366.9 29
Solid
SUK N-S (y) 363.9 23 4691 24
TAS E-W (x) 6295 26 170 26
TAS N-S (y) 469.6 31 469.6 27

Tabel 52 Simpangan pada gempa riwayat waktu

Shell Solid Shell Solid Shell Solid


 ijin
Lantai PAN PAN SUK SUK TAS TAS
mm mm mm mm mm mm mm
3 1.19 2.36 2.33 4.92 3.20 5.06 23.31
2 1.79 3.32 3.03 6.54 4.24 6.87 23.31
1 0.34 0.70 0.55 1.18 0.71 1.33 23.31
Dasar 0.27 0.56 0.38 0.81 0.46 0.98 23.31
Perbandingan Analisa
Pada tabel di bawah akan ditampilkan base shear masing-masing pemodelan dengan catatan
respon spektrum dan gempa riwayat waktu.

Tabel 63 Perhitungan base shear gempa riwayat waktu

Beban Gempa Model Arah Base Shear (kN)


Arah X 4753
Shell
Arah Y 5747
Respon Spektrum
Arah X 5532
Solid
Arah Y 6095
PAN EW 3654
PAN NS 6792
SUK EW 5710
Shell
SUK NS 5739
TAS EW 5745
TAS NS 6782
Riwayat Waktu
PAN EW 3840
PAN NS 6888
SUK EW 5760
Solid
SUK NS 6126
TAS EW 6295
TAS NS 6873

8000
6888

6873
6792

6782
6295
6126

6095

7000
5760

5747
5745
5739
5710

5532

6000
4753
Base Shear (kN)

5000
3840
3654

4000
3000
2000
1000
0
PAN E-W…

PAN N-S (y)

SUK N-S (y)

TAS N-S (y)


SUK E-W (x)

RS - X
TAS E-W (x)

RS - Y

Shell
Solid
Nilai base shear akibat gempa riwayat waktu Simpangan akibat gempa riwayat waktu

Gambar 5 Lantai gambar akibat pembebanan riwayat

Pengujian Kuat Geser Bata In Situ


Dikarenakan tidak mungkin dilakukan uji geser pada Menara Syahbandar, penulis mengambil
hasil penelitian yang pernah dilakukan pada bangunan tua dalam hal uji geser lapangan.
Objek penelitian yaitu Gedung Kantor Pos di Kota Tua yang dibangun pada tahun 1928, dan
Gedung Eks Samudra Indonesia yang dibangun pada tahun 1920. Bangunan Menara
Syahbandar sendiri dibangun pada tahun 1839, dimana selisih dengan kedua bangunan objek
penelitian Friska Ariani sekitar 80 tahun. Mengingat sedikitnya penelitian yang pernah
dilakukan pada bangunan cagar budaya, selisih umur bangunan dianggap mewakili zaman
yang sama, dengan asumsi propertis material penyusun bangunan adalah sama.

Gambar 6. Pengujian In Situ Shear Strength Test

Tabel 14 Kapasitas tegangan yang didapat dari hasil pemodelan (Kantor Pos Indonesia)

Dimensi Bata Gaya Tegangan


(mm) Horizontal Geser
p l t Piston (N) (N/mm2)
1 250 120 60 8009 0.133
2 250 120 65 4929 0.082
3 250 120 60 7393 0.123
4 250 120 65 12937 0.216
5 250 120 60 4929 0.082

Tabel 15 Kapasitas tegangan yang didapat dari hasil pemodelan (Kantor Eks Samudra Indonesia)

Dimensi Bata Gaya Tegangan


(mm) Horizontal Geser
p l t Piston (N) (N/mm2)
1 270 120 50 5054,32 0.078
2 270 120 50 5177,60 0.080
3 270 120 50 16025,89 0.247
4 270 120 50 8629,33 0.133
5 270 120 40 4931,04 0.076
6 270 120 50 4931,04 0.076

Pola keretakan yang terjadi ketika dilaksanakan uji shear strength test in situ untuk kedua
objek gedung adalah sama yaitu, berupa retakan lurus yang terjadi pada rekatan antara batu
bata dan spasi, bata tidak mengalami keretakan. Ini menunjukkan daya rekat antara mortar
dengan batu bata pada struktur bangunan tua secara keseluruhan sudah sangat jauh berkurang.

Perbandingan Tegangan Pada Satu Titik Pengamatan


Penulis mengambil 1 (satu) titik pengamatan untuk tegangan yang terjadi baik tegangan aksial
maupun tegangan geser akibat pengaruh pembebanan gempa respon spektrum dan riwayat
waktu pada kedua pemodelan yaitu shell dan solid. Titik yang dibandingkan yaitu pada pojok
area bukaan pintu pada as A, antara as 1 dan as 2. Koordinat pengamatan berturut-turut untuk
(x, y, z) yaitu (5353, 0, 3330). Nilai tegangan yang diambil dari keluaran SAP2000

Tabel 16 Perbandingan nilai tegangan geser

Model Pembebanan Tegangan Geser S12 (MPa)


Respon Arah X 0.589
Spektrum Arah Y 0.862
PAN X 0.518
PAN Y 0.672
Shell
Time SUK X 0.928
History SUK Y 0.896
TAS X 0.714
TAS Y 0.827
Respon Arah X 1.008
Spektrum Arah Y 1.111
PAN X 0.601
PAN Y 0.756
Solid
Time SUK X 1.285
History SUK Y 1.120
TAS X 1.124
TAS Y 0.890
Beban Arah X 0.050
Lingkungan Arah Y 0.060
Uji Lapangan Piston 0.076

1.50
1.29

1.12
1.12
1.11
1.01

1.25
0.928

0.896
0.862
Tegangan (MPa)

0.827
0.89
0.714
0.76

1.00
0.672
0.589

0.60
0.518

0.75
0.50 Shell
0.08

0.25
0.00
PAN Y
RS Arah

RS Arah

SUK Y
SUK X
PAN X

TAS X

TAS Y
X

Gambar 7 Grafik Perbandingan Tegangan Geser


8. Kesimpulan
• Pada pemasangan accelerometer, periode getar bangunan arah X 0,278 detik, dan
0,320 detik pada arah Y. Periode getar pemodelan dinding bata shell yaitu 0,255 detik
arah X (selisih terhadap uji lapangan 8,27 %) dan 0,314 detik arah Y (1,88%). Periode
getar bangunan pemodelan dinding bata solid yaitu 0,296 detik arah X (6,47%) dan
0,350 detik arah Y (9,38%)
• Gaya geser dasar analisa statik yaitu 4374,87 kN, gaya geser dasar dinamik respon
spektrum 5747 kN (shell), 6096 kN (solid), gaya geser dasar riwayat waktu untuk
gempa Pandeglang 6792 kN (shell), 6888 kN (solid), Sukabumi 5739 kN (shell), 6126
kN (solid), Tasikmalaya 6782 kN (shell), 6873 kN (solid).
• Kapasitas tegangan geser didapatkan dari pengujian lapangan pada bangunan cagar
budaya Kantor Pos Fatahillah dan Bangunan Eks Samudra Indonesia, dengan nilai
kapasitas tegangan geser didapatkan 0,076 MPa. Ketika diberikan beban gempa besar,
Menara Syahbandar akan mengalami keruntuhan akibat terlampauinya tegangan geser.
• Dengan adanya penelitian ini, dapat diketahui respon bangunan terhadap pembebanan
gempa respon spektrum, dan gempa riwayat waktu, serta bagian bangunan yang
mengalami konsentrasi tegangan, sehingga dapat dilakukan tindakan preventif
terhadap kerusakan bangunan akibat gempa besar yang kemungkinan terjadi

9. Saran
• Status Menara Syahbandar ialah Bangunan Cagar Budaya golongan A. Perlu analisa
lebih lanjut dan mendetail dalam hal properti material yang digunakan terutama
material pasangan dinding bata baik batu bata maupun spesi yang digunakan, dalam
hal ini bertujuan untuk mengetahui tegangan ijin baik tegangan ijin geser maupun
tegangan ijin aksial.
• Untuk mengetahui properti material secara lengkap, sebaiknya dilakukan pengambilan
sampel batu bata eksisting serta pengujian laboratorium tidak hanya sebatas pengujian
material penyusun.

10. Kepustakaan
• Ariani, Friska. "Studi Eksperimental Struktur Dinding Bata Pada Bangunan Kolonial".
Universitas Indonesia, Depok, 2015.
• Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI 03-35274-1994) Mutu dan
Ukuran Kayu Bangunan. Jakarta, 1994.
• Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI 15-2094-2000) Batu Bata
Merah Utuk Bahan Bangunan, Mutu dan Cara Uji. Jakarta, 2000.
• Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI 03-6882-2002) Spesifikasi
Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan. Jakarta, 2002.
• Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI 1726-2012) Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung. Jakarta, 2012.
• Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI 1726-2012) Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung. Jakarta, 2012.
• Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (RSNI 3 PKKI NI-5) Tata Cara
Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia, Jakarta, 2012.
• Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI 1727-2013) Beban
Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung Dan Struktur Lain. Jakarta, 2013.
• Bowles, Joseph E. Foundation Analysis and Design. Ed McGraw-Hill. Singapore, 1997.
• Chopra, Anil K. Dynamics of Structure : Theory And Applications To Earthquake
Engineering. Prentice Hall. New Jersey, 1995.
• Federal Emergency Management Agency. Guidelines For The Seismic Rehabilitation of
Buildings, California, 1997.
• Green, David W, and Winandy, Jerrold E, and Kretschmann, David E. Mechanical
Properties of Wood. General Technical Report Forest Product Laboratory, 1999.
• Halim, Abdul. "Perbandingan Kuat Tekan dan Kuat Geser Spesi Tembok yang Digunakan
Masyarakat". Jurnal Widya Teknika Vol. 20 No.1, 2012.
• Heinz, Frick, dan Sunarto, Tjahjadi. Ilmu Bangunan. Kanisius. Jogjakarta, 2004.
• Lourenco, P.B, and Alberto, Z, and Gabriele, M, and Antonio T. Homogenisation
Approaches for Structural Analysis of Masonry Building : Structural Analysis of
Historical Construction, 2006.
• Miranda, Isabel. "Wood Properties Of Teak (Tectona Grandis) From A Mature
Unmanaged Stand In East Timor". Journal of The Japan Wood Research Society, 2011.
• Nur Wicaksono, dan Oktavianto Arif. "Pengaruh Perendaman Air Pantai Terhadap Kuat
Tekan dan Kuat Lentur Dinding Pasangan Bata Merah". Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2015.
• Pauley, T, and Priestley, M. J. N. Seismic Design of Reinforced Concrete And Masonry
Buildings, John Wiley & Sons Inc, 1992.
• Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Keputusan Gubernur Kepala DKI Jakarta Nomor 475
Tahun 1993 tentang Penetapan Bangunan-Bangunan Bersejarah di DKI Jakarta Sebagai
Benda Cagar Budaya. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 1993.
• Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 2010.
• Rivieccio, P.G. "Homogenization Strategies and Computational Analysis for Masonry
Structures Via Micro-Mechanical Approach". University of Napoli Federico, 2006.
• Remayanti, Christin, dan Dewi, Sri Murni, dan Pujiraharjo Alwafi. "Analisis Dinding
Pasangan Batu Bata Terhadap Respon Beban Berulang Dengan Menggunakan Metode
Elemen Hingga". Universitas Brawijaya Malang, 2011.
• SAP2000. Linear and Nonlinear Static and Dynamic Analysis and Design of Three
Dimensional Structure. Computer and Structure Inc.: Berkeley, California, 2002.
• Sarayana. "Comparative Study of Wood Physical and Mechanical Properties of Melia
Dubia with Tectona Grandis at Different Age Gradation". Research Journal of Recent
Sciences. TAMIL Nadu Agricurtural University, 2014.
• Titono, Michael. "Analisa Ketahanan Gempa Dalam Rangka Konservasi Bangunan
Bersejarah, Studi Kasus : Gedung X". Universitas Indonesia, Depok, 2010.

Anda mungkin juga menyukai