1. Mahasiswa Pascasarjana Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI
Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia
2. Dosen Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Jawa
Barat, 16424, Indonesia
ponco_atmoko@yahoo.com
Abstrak
Bangunan Menara Syahbandar adalah salah satu bangunan tua yang dibangun pada tahun 1839. Bangunan ini
merupakan salah satu Bangunan Cagar Budaya yang keberadaannya dilindungi oleh Undang-Undang dan wajib
dilestarikan. Sistem struktur bangunan ini ialah struktur pasangan batu bata yang berfungsi sebagai penahan
beban gravitasi dan penahan beban gempa. Mengingat usia bangunan yang sudah melebihi 170 (seratus tujuh
puluh) tahun, ketika pembangunan pertama kali, tidak ada perhitungan ataupun analisa terhadap periode getar
dan frekuensi alami bangunan dimana parameter tersebut penting terhadap perencanaan bangunan tahan gempa.
Penelitian ini menggunakan analisa riwayat waktu dengan tiga catatan gempa yaitu Pandeglang, Sukabumi,
Tasikmalaya yang telah dimodifikasi sesuai ketentuanSNI 1726-2012 dan response spektrum desain untuk
wilayah gempa DKI Jakarta, dengan jenis tanah lunak (SE). Pemodelan bangunan dilakukan dengan
menggunakan bantuan pemrograman komputer SAP2000 dengan pemodelan dinding sebagai elemen shell dan
solid. Pengujian lapangan berupa pengujian mikrotremor dilakukan sebagai pembanding periode getar bangunan
terhadap hasil pemodelan komputer. Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon seismik bangunan terhadap
pembebanan gempa. Dari hasil penelitian, terjadi konsentrasi tegangan di sekitar bukaan jendela maupun pintu
yang kemungkinan dapat terjadi kegagalan ketika terjadi gempa besar.
Kata kunci: bangunan cagar budaya, gempa riwayat waktu, gempa respon spektrum, mikrotremor, respon
struktur, struktur dinding batu bata
Abstract
Building Tower Syahbandar is one of the historical buildings built in 1839. This building is one of the Heritage
Buildings whose existence is protected by law and must be preserved. This building structure system is a
masonry structure that serves as a burden of gravity load and earthquake load resistance. This study uses time
history analysis with three earthquake records, Pandeglang, Sukabumi, Tasikmalaya. Those records have been
modified in accordance with the provisions of the SNI 1726-2012 and the design spectrum response for the
earthquake area of DKI Jakarta, with soft soil type (SE). The study was conducted using the help of computer
programming with wall modeling as a shell and solid element. Field testing in the form of microtremor testing is
done as a comparison of the building vibration period to computer modeling results. The purpose of this research
is to find out the seismic response of the building to earthquake loading. From the results of the research, there is
a concentration of stress around the void, window or door openings when a large earthquake occurs.
Keywords:historical building, masonry structures, microtremor test, respon spectrum, structure response, time
history
1. Pendahuluan
Bangunan Menara Syahbandar terletak di Jalan Pasar Ikan nomor 1 Kelurahan Penjaringan,
Kecamatan Penjaringan, Kota Administrasi Jakarta Utara. Bangunan ini terletak sekitar 50
meter dari Museum Bahari. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan tua yang terletak di
dalam kawasan cagar budaya golongan A di bawah pengelolaan Unit Pengelola Museum
Kebaharian Jakarta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta sehingga
keberadaannya perlu dilindungi dan dilestarikan. Salah satu faktor alam yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bangunan baik struktural maupun nonstruktural ialah gempa
bumi. Gempa bumi sulit diprediksi, terjadi secara tiba-tiba dengan sedikit atau tanpa
peringatan. Gempa bumi memiliki efek yang cukup besar dari sisi kerusakan maupun
keruntuhan struktur bangunan. DKI Jakarta merupakan salah satu daerah yang mempunya
risiko tinggi terhadap bencana gempa bumi. Diperlukan upaya preventif dalam mencegah
terjadinya kerusakan bangunan akibat bencana gempa bumi. Berdasarkan aspek pertimbangan
di atas, penulis bermaksud melakukan analisa atau evaluasi kondisi eksisting struktur
bangunan Menara Syahbandar dengan bantuan program SAP2000, dimana nantinya data
ataupun keluaran yang dihasilkan dapat digunakan sebagai dasar analisa respon struktur
bangunan terhadap gempa yang mungkin terjadi.
Bangunan Menara Syahbandar dibangun secara resmi pada tahun 1839 pada masa penjajahan
Belanda. Peraturan perancangan gedung yang digunakan tidaklah sama dengan peraturan
perancangan gedung modern yang digunakan pada saat ini. Mengingat usia bangunan yang
sudah lama dan minimnya penelitian material pada bangunan tersebut, gambar struktural serta
data teknis bangunan sangatlah terbatas. Sampai dengan saat ini Menara Syahbandar belum
pernah dilakukan penelitian terhadap respon bangunan apabila terjadi gempa besar. Perlu
dilakukan evaluasi untuk mengetahui kondisi eksisting Menara Syahbandar terutama dari sisi
struktural bangunan. Untuk melakukan modelisasi struktur bangunan Menara Syahbandar ke
dalam program SAP2000 sehingga mendekati struktur yang sesungguhnya, diperlukan data
bahan bangunan yang digunakan, dimana pengambilan sampel material tidak diperbolehkan
oleh pihak pengelola.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa atau mengevaluasi kondisi eksisting bangunan
bersejarah yang dimodelkan secara dengan Metode Elemen Hingga, serta membandingkan
hasil pemodelan dengan hasil pengujian lapangan terutama dalam hal output periode getar dan
frekuensi alami bangunan. Di dalam pemodelan dilakukan simulasi gempa atau analisa
seismik sehingga dapat diketahui stress yang terjadi pada bangunan ketika gempa
berlangsung. Input pemodelan akan disinkronkan dengan hasil pengujian lapangan sehingga
hasil analisa seismik mendekati keadaan yang sebenarnya.
2. Tinjauan Teoritis
Karakteristik Kayu
Apabila pemerikasaan visual dilakukan berdasarkan berat jenis, maka kuat acuan untuk kayu
berserat lurus tanpa cacat dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut:
− Kerapatan pada kondisi basah (berat dan volume diukur pada kondisi basah, tetapi kadar
airnya lebih kecil dar 30%). Satuan yang digunakan ialah kg/m3.
− Kadar air, m% (m < 30) diukur dengan prosedur baku
− Hitung berat jenis pada m% (Gm) Gm = /[1000(1+m/100)]
− Hitung berat jenis dasar (Gb) Gb = Gm/[1+0,265.a.Gm] dimana a = (30-m)/30
− Hitung berat jenis pada kadar air 15% (G15) G15 = Gb/(1-0,133.Gb)
− Hitung estimasi kuat acuan dengan rumus G = G15
− Modulus elastisitas lentur Ew (MPa) = 16500.G0,7
Gempa Rencana
Dalam perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung, harus dilakukan peninjauan
terhadap pengaruh gempa rencana. Akibat pengaruh beban rencana, struktur bangunan secara
keseluruhan masih harus berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi ambang keruntuhan.
Gempa rencana ditetapkan memiliki perioda ulang 2500 tahun agar probabilitas terjadinya
terbatas pada 2% selama umur gedung 50 tahun.
𝑆𝐹 = (∑ 𝐴̅𝑖 𝐴𝑖 ) / (∑ 𝐴𝑖 𝐴𝑖 )
𝑖=1 𝑖=1
Dimana SF ialah scale factor, 𝐴̅ ialah akselerasi pada respon spektrum target, dan A ialah
akselerasi pada respon spektrum dari catatan gempa.
Dalam rangka menerapkan karakteristik gerakan tanah dari gempa bumi rencana dan gempa
bumi maksimum yang mungkin terjadi pada suatu bangunan di lokasi tertentu, perlu
dilakukan usaha untuk mempelajari riwayat gempa bumi regional selama periode tertentu
untuk memperoleh informasi seismik. Dari data rekaman gempa, dapat diperkirakan kekuatan
gempa bumi yang akan mempengaruhi bangunan. Oleh karena gempa bumi relative jarang
terjadi, maka data statistik yang ada merupakan taksiran pendekatan seismitas lapangan.
Disamping itu, data pendukung lainnya dapat diperoleh dari studi geologi lapangan untuk
mendapatkan data patahan aktif dan karakteristik struktur geologi lokal.
Salah satu cara untuk menetapkan gerakan tanah yang diharapkan adalah dengan
menggunakan akselerogram dari suatu gempa bumi yang telah terjadi yang mempunyai skala
cukup besar. Terdapat dua macam metode yang digunakan dalam analisa dinamik yaitu
analisa modal yang diselesaikan dengan metode integrasi langsung berupa analisa riwayat
waktu (respons history analysis) dan analisa spektrum respon (respons spectrum analysis).
Secara garis besar, metode respons spektrum ialah metode yang menggunakan suatu grafik
respon spektrum untuk mendapatkan respons maksimum struktur akibat eksitasi gempa,
sedangkan metode time history menghasilkan perilaku struktur ketika dikenakan eksitasi
gempa sehingga metode time history dapat dikatakan lebih terperinci. Pada penelitian yang
akan dilakukan, metode yang digunakan adalah metode time history linear.
3. Metode Penelitian
Pemodelan struktur dengan program SAP2000, diperoleh hasil modal analisis berupa mode
shape, dan partisipasi massa tiap mode. Hasil tersebut akan dianalisis keterkaitannya dengan
pemodelan dinding bata elemen thick shell dan elemen solid. Setelah diperoleh periode
bangunan Menara Syahbandar, akan disimulasikan terhadap beban gempa dengan analisa
riwayat waktu dan respon spektrum. Analisa respon spektrum menggunakan data gempa yang
diambil pada website www.puskimpu.go.id untuk kelas situs Jakarta kelas tanah lunak (SE).
Catatan gempa riwayat waktu menggunakan gempa Pandeglang, Sukabumi, dan Tasikmalaya
arah Utara – Selatan dan Barat - Timur. Berdasarkan SNI 1726:2012 ketiga catatan gempa
tersebut akan diskalakan terhadap spektrum target pada rentang periode signifikan 0,2 Tn dan
1,5 Tn dengan Tn adalah periode fundamental struktur.
Shell Solid
Mode Period UX UY RZ Period UX UY RZ
Mode 1 0.3883 0.00 0.52 0.25 0.4391 0.00 0.51 0.24
Mode 2 0.3561 0.00 0.00 0.00 0.3663 0.52 0.00 0.04
Mode 3 0.3139 0.04 0.00 0.00 0.2811 0.00 0.00 0.00
Mode 4 0.3002 0.38 0.00 0.01 0.2620 0.00 0.01 0.00
Mode 5 0.2813 0.01 0.00 0.01 0.2419 0.00 0.00 0.00
Mode 6 0.2632 0.00 0.01 0.01 0.2027 0.00 0.00 0.00
Mode 7 0.2563 0.01 0.00 0.00 0.2025 0.00 0.00 0.01
Mode 8 0.2476 0.00 0.00 0.00 0.1972 0.02 0.00 0.18
Mode 9 0.2422 0.00 0.00 0.00 0.1879 0.01 0.00 0.08
Mode 10 0.2412 0.02 0.00 0.00 0.1495 0.01 0.14 0.04
Mode 11 0.2234 0.00 0.00 0.00 0.1447 0.00 0.00 0.00
Mode 12 0.2202 0.00 0.00 0.00 0.1444 0.00 0.05 0.01
Mode 13 0.2048 0.00 0.00 0.04 0.1414 0.02 0.03 0.04
Mode 14 0.2036 0.00 0.00 0.01 0.1373 0.02 0.02 0.03
Mode 15 0.2028 0.00 0.00 0.00 0.1359 0.00 0.00 0.00
Mode 16 0.1939 0.01 0.00 0.02 0.1283 0.00 0.00 0.00
Mode 17 0.1916 0.00 0.00 0.00 0.1253 0.00 0.02 0.02
Mode 18 0.1844 0.00 0.00 0.00 0.1170 0.00 0.00 0.00
Mode 19 0.1768 0.05 0.01 0.19 0.1125 0.01 0.00 0.00
Mode 20 0.1590 0.01 0.07 0.00 0.1111 0.09 0.00 0.01
Sensor Channel Range (Hz) Titik Puncak Freq (Hz) Periode (Detik)
1 3.554 0.281
2 2.927 0.342
X 0 - 10
3 4.145 0.241
4 2.484 0.403
4
1 2.916 0.343
2 3.187 0.314
Y 0 - 10
3 3.433 0.291
4 4.024 0.249
1 3.612 0.277
2 3.224 0.310
X 0 - 10
3 2.633 0.380
4 2.996 0.334
6
1 3.599 0.278
2 2.621 0.382
Y 0 - 10
3 3.083 0.324
4 5.642 0.177
1 3.612 0.277
X 0 - 10 2 3.230 0.310
3 4.510 0.222
8
1 2.941 0.340
Y 0 - 10 2 3.962 0.252
3 4.725 0.212
Hasil pengukuran lapangan menunjukkan amplitudo maksimum pertama terjadi pada kisaran
frekuensi 3 Hz. Nilai tersebut dapat merepresentasikan periode bangunan. Periode bangunan
hasil perhitungan dari periode getar rata-rata bangunan Menara Syahbandar sesuai data
pengukuran di atas yaitu 0,320 detik untuk arah Y, dan 0,278 detik untuk arah X
0.5 0.40
Periode (Detik)
Shell Shell
Periode (Detik)
0.4 Solid 0.30 Solid
0.3
0.20
0.2
0.10
0.1
0.0 0.00
0 2 4
6 8 10 12 14 16 18 20 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Mode ke- Mode ke-
Sebelum Penyesuaian Propertis Material Sebelum Penyesuaian Propertis Material
Hasil analisa struktur harus dikontrol melalui suatu batasan tertentu. untuk meninjau
kelayakan struktur dalam memikul beban-beban yang bekerja. Kontrol nilai akhir respon
spektrum. SNI 1726 2012 pasal 7.9.4, nilai akhir Vdinamik harus lebih besar sama dengan 85%
Vstatik atau dapat ditulis Vdinamik ≥ 0,85 Vstatik.
Tabel 8 Kontrol gaya geser (V) dinamik respon spektrum terhadap 0,85 V statik
Pada penskalaan data gempa ini penulis mengambil nilai T n dari periode fundamental
bangunan Menara Syahbandar hasil SAP2000. Penskalaan menggunakan program
seismomatch. Apabila hasil penskalaan sudah mendekati grafik respon spektrum Jakarta,
maka data gempa sudah bisa digunakan untuk pemodelan. Perbandingan rentang periode
signifikan pada pemodelan dinding bata menggunakan elemen shell dan dinding bata
menggunakan elemen solid ditunjukkan pada gambar di bawah ini
0.7 0.7
0.6 0.6
0.5 0.5
Acc (g)
RS-SNI
Acc (g)
RS-SNI
0.4 0.2 Tn 0.4 0.2 Tn
0.3 1.5 Tn 1.5 Tn
Tas N-S 0.3
Suk N-S
0.2 Tas W-E 0.2 Suk W-E
0.1 0.1
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2
Periode (detik) Periode (detik)
Gempa Tasikmalaya Gempa Sukabumi
0.7
0.6
Acc (g)
0.5 RS-SNI
0.4 0.2 Tn
0.3 1.5 Tn
0.2 Pan N-S
0.1 Pan W-E
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20
Periode (detik)
Gempa Pandeglang
Base Shear
Model Gempa
Arah X (kN) Detik ke- Arah Y (kN) Detik ke-
PAN E-W (x) 3654 63 41.19 58
PAN N-S (y) 48.81 65 6792 76
SUK E-W (x) 5710 33 132.4 29
Shell
SUK N-S (y) 148.4 27 5739 24
TAS E-W (x) 5745 28 191.4 27
TAS N-S (y) 178.7 27 6782 27
PAN E-W (x) 3840 76 92.91 61
PAN N-S (y) 178.39 64 6888 76
SUK E-W (x) 5760 29 366.9 29
Solid
SUK N-S (y) 363.9 23 4691 24
TAS E-W (x) 6295 26 170 26
TAS N-S (y) 469.6 31 469.6 27
8000
6888
6873
6792
6782
6295
6126
6095
7000
5760
5747
5745
5739
5710
5532
6000
4753
Base Shear (kN)
5000
3840
3654
4000
3000
2000
1000
0
PAN E-W…
RS - X
TAS E-W (x)
RS - Y
Shell
Solid
Nilai base shear akibat gempa riwayat waktu Simpangan akibat gempa riwayat waktu
Tabel 14 Kapasitas tegangan yang didapat dari hasil pemodelan (Kantor Pos Indonesia)
Tabel 15 Kapasitas tegangan yang didapat dari hasil pemodelan (Kantor Eks Samudra Indonesia)
Pola keretakan yang terjadi ketika dilaksanakan uji shear strength test in situ untuk kedua
objek gedung adalah sama yaitu, berupa retakan lurus yang terjadi pada rekatan antara batu
bata dan spasi, bata tidak mengalami keretakan. Ini menunjukkan daya rekat antara mortar
dengan batu bata pada struktur bangunan tua secara keseluruhan sudah sangat jauh berkurang.
1.50
1.29
1.12
1.12
1.11
1.01
1.25
0.928
0.896
0.862
Tegangan (MPa)
0.827
0.89
0.714
0.76
1.00
0.672
0.589
0.60
0.518
0.75
0.50 Shell
0.08
0.25
0.00
PAN Y
RS Arah
RS Arah
SUK Y
SUK X
PAN X
TAS X
TAS Y
X
9. Saran
• Status Menara Syahbandar ialah Bangunan Cagar Budaya golongan A. Perlu analisa
lebih lanjut dan mendetail dalam hal properti material yang digunakan terutama
material pasangan dinding bata baik batu bata maupun spesi yang digunakan, dalam
hal ini bertujuan untuk mengetahui tegangan ijin baik tegangan ijin geser maupun
tegangan ijin aksial.
• Untuk mengetahui properti material secara lengkap, sebaiknya dilakukan pengambilan
sampel batu bata eksisting serta pengujian laboratorium tidak hanya sebatas pengujian
material penyusun.
10. Kepustakaan
• Ariani, Friska. "Studi Eksperimental Struktur Dinding Bata Pada Bangunan Kolonial".
Universitas Indonesia, Depok, 2015.
• Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI 03-35274-1994) Mutu dan
Ukuran Kayu Bangunan. Jakarta, 1994.
• Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI 15-2094-2000) Batu Bata
Merah Utuk Bahan Bangunan, Mutu dan Cara Uji. Jakarta, 2000.
• Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI 03-6882-2002) Spesifikasi
Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan. Jakarta, 2002.
• Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI 1726-2012) Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung. Jakarta, 2012.
• Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI 1726-2012) Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung. Jakarta, 2012.
• Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (RSNI 3 PKKI NI-5) Tata Cara
Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia, Jakarta, 2012.
• Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI 1727-2013) Beban
Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung Dan Struktur Lain. Jakarta, 2013.
• Bowles, Joseph E. Foundation Analysis and Design. Ed McGraw-Hill. Singapore, 1997.
• Chopra, Anil K. Dynamics of Structure : Theory And Applications To Earthquake
Engineering. Prentice Hall. New Jersey, 1995.
• Federal Emergency Management Agency. Guidelines For The Seismic Rehabilitation of
Buildings, California, 1997.
• Green, David W, and Winandy, Jerrold E, and Kretschmann, David E. Mechanical
Properties of Wood. General Technical Report Forest Product Laboratory, 1999.
• Halim, Abdul. "Perbandingan Kuat Tekan dan Kuat Geser Spesi Tembok yang Digunakan
Masyarakat". Jurnal Widya Teknika Vol. 20 No.1, 2012.
• Heinz, Frick, dan Sunarto, Tjahjadi. Ilmu Bangunan. Kanisius. Jogjakarta, 2004.
• Lourenco, P.B, and Alberto, Z, and Gabriele, M, and Antonio T. Homogenisation
Approaches for Structural Analysis of Masonry Building : Structural Analysis of
Historical Construction, 2006.
• Miranda, Isabel. "Wood Properties Of Teak (Tectona Grandis) From A Mature
Unmanaged Stand In East Timor". Journal of The Japan Wood Research Society, 2011.
• Nur Wicaksono, dan Oktavianto Arif. "Pengaruh Perendaman Air Pantai Terhadap Kuat
Tekan dan Kuat Lentur Dinding Pasangan Bata Merah". Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2015.
• Pauley, T, and Priestley, M. J. N. Seismic Design of Reinforced Concrete And Masonry
Buildings, John Wiley & Sons Inc, 1992.
• Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Keputusan Gubernur Kepala DKI Jakarta Nomor 475
Tahun 1993 tentang Penetapan Bangunan-Bangunan Bersejarah di DKI Jakarta Sebagai
Benda Cagar Budaya. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 1993.
• Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 2010.
• Rivieccio, P.G. "Homogenization Strategies and Computational Analysis for Masonry
Structures Via Micro-Mechanical Approach". University of Napoli Federico, 2006.
• Remayanti, Christin, dan Dewi, Sri Murni, dan Pujiraharjo Alwafi. "Analisis Dinding
Pasangan Batu Bata Terhadap Respon Beban Berulang Dengan Menggunakan Metode
Elemen Hingga". Universitas Brawijaya Malang, 2011.
• SAP2000. Linear and Nonlinear Static and Dynamic Analysis and Design of Three
Dimensional Structure. Computer and Structure Inc.: Berkeley, California, 2002.
• Sarayana. "Comparative Study of Wood Physical and Mechanical Properties of Melia
Dubia with Tectona Grandis at Different Age Gradation". Research Journal of Recent
Sciences. TAMIL Nadu Agricurtural University, 2014.
• Titono, Michael. "Analisa Ketahanan Gempa Dalam Rangka Konservasi Bangunan
Bersejarah, Studi Kasus : Gedung X". Universitas Indonesia, Depok, 2010.