NAMA NPM
1. M. FATTAHUL RAHMATILLAH 1903120022
2. SYAUQAN IRFANDA 1903120047
3. RAKIN RAHMATULLAH 1903120130
4. RAUZATUL JANNAH 2003120076
5. ILHAM AKSAL 2003120109
12
13
14
15
16
17
18
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
19 LABORATORIUM
PROGRAM MEKANIKA
STUDI TEKNIK TANAH
SIPIL
20 PROGRAM
UNIVERSITAS STUDI TEKNIKACEH
MUHAMMADIYAH SIPIL
21 UNIVERSITAS
BANDAMUHAMMADIYAH
ACEH ACEH
22 BANDA
2022 ACEH
23 2022
24
25
26 LEMBAR PENGESAHAN NILAI
27 LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH
28 SEMESTER GENAP 2021/2022
29 KELOMPOK 6
30
31 Penyusunan Laporan Praktikum Mekanika Tanah II ini bertujuan untuk
32 memenuhi Sebagian dari syarat-syarat yang diperlukan pada Program Studi
33 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Aceh, dan kepada
34 bersangkutan diberi nilai sebagai berikut.
35
No
Nama Mahasiswa NPM Paraf Nilai
.
1. M.FATTAHUL RAHMATILLAH 1903120022
2. SYAUQAN IRFANDA 1903120047
3. RAKIN RAHMATULLAH 1903120130
4. RAUZATUL JANNAH 2003120076
5. ILHAM AKSAL 2003120109
36
37 Mengetahui, Banda Aceh, 12 September 2022
38 Kepala Laboratorium Disetujui oleh,
Mekanika Tanah, Dosen Pembimbing,
39
40
41
42
( Ir. Maimunah, ST., MT., IPM, ASEAN Eng ) (_Agustiar, ST, MT, IPM )
43 NIDN. 0120047901 NIDN. 0018087003
44
45
Disahkan Oleh,
46
Ketua Program Studi Teknik Sipil,
47 Universitas Muhammadiyah Aceh,
48
49
50
( Ir. Tamalkhani, ST., M.Eng.Sc, IPM, ASEAN Eng )
NIDN. 1327108201
i
51
52 LEMBAR ASISTENSI
53 MEKANIKA TANAH II + PRAKTIKUM
54 Kelompok :6
55 Mata Kuliah : Mekanika Tanah II + Praktikum
56 Dosen pembimbing : Ir. Maimunah, ST., M. Eng, IPM, ASEAN Eng
57 Ir. Agustiar, S.T., M.t, IPM
58
TANGGAL KETERANGAN PARAF
59
60
61
62
63
64
ii
65 KATA PENGANTAR
66
67 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
68 memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat melaksanakan sebuah
69 praktikum dan menyelesaikannya dengan baik hingga menjadi sebuah laporan
70 resmi praktikum Mekanika Tanah II. Laporan yang kami susun dengan sistematis
71 dan sebaik mungkin ini bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah.
72 Dengan terselesainya laporan resmi praktikum ini, maka tidak lupa kami
73 mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
74 penyusunan laporan ini, khususnya kepada :
75 1. Kepada Bapak Dr. Agustiar, S.T., M.T, IPM selaku dosen pembimbing kami.
76 2. Kepada Ibu Ir. Maimunah, S.T., M. Eng, IPM, ASEAN Eng selaku dosen
77 pengampu matakuliah ini.
78 3. Kepada orang tua yang selalu mendoakan kelancaran kuliah kami. Dan para
79 asisten laboratorium serta teman-teman yang saling membantu dalam
80 menyelesaikan laporan resmi praktikum ini.
81 Demikian laporan yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas
82 kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
83 bagi semua pihak dan bagi kami selaku penulis.
84
85 Banda Aceh, Agustus 2022
86
87
88 KELOMPOK 6
89
90
91
92
93
iii
94 DAFTAR ISI
95
96 Halaman
97 LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................... i
98 LEMBAR ASISTENSI.............................................................................................. ii
101
iv
121 3.2 Waktu & Pelaksanaan.................................................................... 21
122 3.3 Pengujian Sifat-sifat Fisis Tanah................................................... 22
123 3.3.1 Kadar Air............................................................................ 24
124 3.3.2 Analisis Ukuran Butiran..................................................... 26
125 3.4 Pengujian Pemadatan..................................................................... 27
126
127 BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 31
140
141 LAMPIRAN................................................................................................................ 49
142
143
144
145
v
146 BAB I
147 PENDAHULUAN
148
149 1.1 Latar Belakang
150
151 Mekanika tanah adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang sifat
152 fisik dan mekanika serta perilaku masa tanah bila menerima bermacam-macam
153 gaya.
154 Dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah himpunan mineral , bahan
155 organic, danendapan-endapan yang relative lepas (loose), yang terletak di atas
156 batuan dasar (bedrock) butiran yang relative lemah disebut karbonat, zat organic,
157 atauoksida yang mengendap diantara partikel-partikel. Proses pelapukan batuan
158 atau proses geologi ataupun yang lainnya yang terjadi didekat permukaan bumi
159 membentuk tanah dapat juga bersifat fisik maupun kimia.
160 Umumnya pelapukan terjadi akibat proses kimia yang dapat dipengaruhi
161 oleh oksigen, karbondioksida, dan air (terutama yang mengandung asam dan
162 alkali). Jika hasil pelapukan masih berada di tempat asalnya maka tanah ini
163 disebut tanah residual (residual soil) dan apabila tanah berpindah tempatnya
164 disebut tanah terangkut (transported soil).
165 Hal-hal tersebut sangat penting untuk menunjang segi ekonomis dan segi
166 keselamatan baik untuk bangunan, pemakai maupun pekerja yang ada dan
167 sebagainya. Ketelitian dari hasil yang kami peroleh dari penyelidikan tanah
168 tergantung dari banyak faktor yang dimulai pada saat proses penyelidikan
169 dilakukan sampai dengan cara penyelidikan di laboraturium dilaksanakan. Suatu
170 penyelidikan tanah dikatakan berhasil bila contoh tanah yang diambil terganggu
171 sedikit mungkin sehingga sesuai dengan keadaannya dilapangan serta diselidiki di
172 laboraturium sesuai dengan rencana menurut standar prosedur yang berlaku.
173 Penyelidikan dilapangan maupun di laboraturium sebenarnya direncanakan untuk
174 meniru keadaan yang dialami sesungguhnya oleh tanah di lapangan terutama
175 untuk mempelajari perubahan sifat teknisnya akbibat beban sedang dan akan
176 dialami dilapangan.
1
2
208 Pada suatu keruntuhan akibat geser, tegangan-tegangan yang timbul di dalam
209 sistem tanah melebihi kekuatan tanah, dan ini pada umumnya mengakibatkan
210 runtuhnya sistem tersebut. Longsornya lereng alam dan lereng buatan serta
211 menggulingnya dinding penahan merupakan contoh-contoh kegagalan jenis ini.
212 Keruntuhan ini terjadi sebagai akibat meningkatnya tegangan-tegangan sepanjang
213 bidang runtuh atau akibat menurunnya kekuatan tanah sepanjang bidang tersebut.
214 Tegangan-tegangan dapat meningkat akibat perubahan distribusi tegangan karena
215 beberapa sebab, seperti pembuatan suatu potongan jalan raya pada kaki suatu
216 lereng alam. Kekuatan tanah sering kali menurun selama terjadinya gempa bumi,
217 akibat tanah mengalami suatu kondisi pembebanan siklus.
218 Deformasi yang terlalu besar dari suatu sistem besar dari suatu sistem
219 fondasi dapat membuat suatu bangunan menjadi tidak berguna. Besarnya
220 penurunan yang dianggap dapat ditolerir bergantung dari fungsi bangunan
221 tersebut. Deformasi yang tidak diinginkan disebabkan oleh pengembangan
222 ataupun oleh kompresi tanah. Tanah lempung tertentu mengembang apabila
223 kandungan air tanah meningkat dan ini dapat menyebabkan fondasi dan dinding
224 penehan mengalami deformasi yang terlalu besar. Banyak tanah sangat peka
225 terhadap pembekuan air dan mengembang selama temperatur beku, menyebabkan
226 kerusakan pada jalanraya, fondasi gedung, dinding penahan, dan bangunan-
227 bangunan lain. Karena itu, suatu tindakan yang mencukupi harus dibuat selama
228 mendesain untuk mencegah kerusakan akibat tanah yang mengembang. Apabila
229 pondasi tidak di desain secara memadai, penurunan yang terlalu besar dari
230 bangunan dapat terjadi sebagai akibat kompresi dari tanah dibawahnya.
231 Pemampatan dapat disebabkan oleh berat bangunan, oleh penurunan muka air
232 tanah, ada baiknya diterangkan sedikit mengenai pengertian dan genesa dari tanah
233 tersebut.
234
235
236
237
4
238
269
270 1.3 Rumusan Masalah
271
272 Masalah-masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
273 1. Bagaimanakan Berat volume tanah dan hubungan-hubungannya ?
274 2. Apa itu Mineral Lempung serta susunan tanah lempung dan pengaruh air
275 pada tanah lempung ?
276 3. Bagaimana analisis ukuran butiran pada tanah berbutir kasar dan berbutir
277 halus ?
278
279 1.4 Lokasi Penelitian
280
281 Praktikum Mekanika Tanah dilaksanakan di Laboratorium Mekanika
282 Tanah Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Aceh dengan bantuan asisten
283 labarotorium.
284
288
289 2.1 Pengertian Tanah
290 Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)
291 mineral-mineral padat yang tidak tersementasikan (terikat secara kimia) satu sama
292 lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat)
293 disertai dengan zat cair dan gas mengisi ruang-ruang kosong di antara
294 partikelpartikel padat tersebut. Tanah mempunyai sifat struktur yang bermacam-
295 macam, hal itu disebabkan karena tanah mempunyai banyak sifat-sifat fisis yang
296 berbeda. Sifat-sifat fisis meliputi berat isi, angka pori, nilai sudut geser, dan berat
297 volume. Berat isi adalah berat tanah termasuk air dan udara dengan volume total.
298 Sudut geser terbentuk akibat dari gerak antara butiran-butiran tanah. Berat volume
299 adalah berat volume butiran tanah termasuk udara, dengan volume total tanah.
300 Secara umum dari hasil survey lapangan dan test laboraturium tanah memiliki
301 sifat-sifat sebagai berikut (Braja M Das, 1998) :
302 - Permaebilitas tanah
303 - Kemampuan dan konsuliditas tanah
304 - Kekutan tegangan geser tanah.
305 - Klasifikasi Tanah
306 Secara umum tanah dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan sifat
307 lekatnya, yaitu tanah kohesif, tanah tidak kohesif (granular) dan tanah organik
308 tanah. Sifat-sifat tanah kohesif adalah sebagai berikut
309 a) Tanah Kohesif adalah tanah yang mempunyai sifat lekatan antara butir –
310 butirnya seperti tanah lempung.
311 b) Tanah Non Kohesif adalah tanah yang tidak mempunyai atau sedikit sekali
312 lekatan antara butir - butirnya atau hampir tidak mengandung lempung
313 misal pasir.
6
7
314 c) Tanah Organik adalah tanah yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh bahan -
315 bahan organik (sifat tidak baik) seperti sisa-sisa hewani maupun tumbuh
316 tumbuhan.
317
318 2.2 Klasifikasi Tanah
319 Klasifikasi tanah didapatkan dari pengukuran sifat-sifat fisis. Dari data
320 sifat-sifat itu dapat ditentukan klasifikasi tanah, baik klasifikasi menurut sistem
321 AASHTO (American Association of State Highway and Tecknology Officials)
322 maupun menurut USCS (Unified Soil Classification System) Bowles(1993:116).
323 Menurut Das (1995:66) sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur adalah relatif
324 sederhana karena ia hanya didasarkan pada distribusi ukuran butiran tanah tanah
325 saja. Pada saat ini ada dua sistem klasifikasi tanah yang selalu dipakai. Kedua
326 sistem tersebut memperhitungkan distribusi ukuran butir dan batas-batas
327 Atterberg.
328 Umumnya, penentuan sifat-sifat tanah banyak dijumpai dalam masalah
329 teknis yang berhubung dengan tanah. Hasil dari penyelidikan sifat-sifat ini
330 kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi masalah-masalah tertentu seperti :
331 - Penentuan penurunan bangunan, yaitu dengan menentukan kompresibilitas
332 tanah.
333 - Penentuan kecepatan air yang mengalir lewat benda uji guna menghitung
334 koefesien permeabilitas.
335 - Untuk mengevaluasi stabilitas tanah yang miring, yaitu dengan menentukan
336 kuat geser tanah.
337
338 2.2.1 Sistem Klasifikasi Tanah Menurut AASHTO
339 Menurut Bowles (1993:132), pada klasifikasi tanah dengan sistem
340 AASHTO ini tanah dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu kelompok A-1
341 sampai A-8. Sistem klasifikasi ini didasarkan pada hasil pengujian analisa ukuran
342 butiran dan batas-batas Atterberg. Kelompok A-1 sampai dengan kelompok A-3
343 tergolong tanah berbutir kasar yang teridiri dari pasir dan kerikil (Granuler
8
344 Material) dengan persyaratan tidak lebih dari 35% tanah lolos saringan nomor
345 200. Kelompok A-4 sampai A-7 tergolong tanah berbutir halus yang terdiri dari
346 lanau dan lempung (Still-Clay Material) dengan persyaratan lebih dari 35% tanah
347 lolos saringan nomor 200. Kelompok-kelompok yang telah disebutkan di atas
348 dibagi lagi menjadi beberapa sub kelompok. Kelompok A-1 dibagi menjadi dua
349 subkelompok yaitu
364 (2.2)
365 Dimana :
366 GI = indeks kelompok (Group Index);
367 F = persen material lolos saringan no.200;
368 LL = batas cair; dan
369 PI = indeks plastisitas.
370
371 Bila indeks kelompok (GI) semakin tinggi, maka tanah semakin berkurang
372 ketepatan penggunaan. Tanah granuler diklasifikasikan kedalam A-1 sampai A-3.
373 Tanah A-1 merupakan tanah granuler bergradasi baik,sedang A-3 adalah pasir
374 bersih bergradasi buruk. Tanah A-2 termasuk tanah granuler (urang dari 35%
375 lolos saringan no.200) tapi masih mengandung lanau dan lempun. Tanah berbutir
376 halus diklasifikasikan dari A-4 sampai A-7, yaitu tanah lempung – lanau.
377
378 2.2.2 Sistem Klasifikasi Tanah menurut USCS
379 Menurut sutarman (2013:29) mengemukakan bahwa sistem klasifikasi
380 tanah unified mendefinisikan tanah sebagai :
381 a) Tanah berbutir kasar apabila lebih dari 50% tertahan pada saringan no. 200
382 atau ukuran 0,075 mm
383 b) Tanah berbutir halus apabila lebih dari 50% dapat lolos saringan no. 200.
384 Bowles (1993:126) mengemukakan bahwa sistem USCS menggunakan
385 analisa ukuran butiran dan batas-batas Ateterberg sebagai dasar untuk klasifikasi
386 tanah. Sistem USCS ini juga membagi tanah dalam dua kelompok utama, yaitu
387 tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus. Tanah yang berbutir kasar adalah
388 tanah yang tertahan di atas saringan 200 lebih besar dari 50%, sedangkan tanah
389 yang berbutir halus adalah tanah yang lolos saringan nomor 200 lebih besar dari
390 50%.
10
412 SP(bila pasir). Jika persentase butiran tanah yang lolos saringan nomor
413 200 diantara 5 sampai 12 %, tanah akan mempunya simbol dobel dan
414 mempunyai sifat keplastisan.
415 3) Jika tanah berbutir halus :
416 a) Kerjakan uji batas –batas atterberg dengan menyingkirkan butiran tanah
417 yang tinggal dalam saringan no.40. jika batas cair lebih dari 50 %,
418 klasifikasikan sebagai H (plastis tinggi) dan jika kurang dari 50 %,
419 klasifikasikan sebagai L (plastis rendah ).
420 b) Untuk H (plastis tinggi), jika plot batas-batas atterberg pada grafik plastis
421 di bawah garis A, tentukan apakah tanah organik (OH) atau anorganik
422 (MH). Jika plot jatuh diatas garis A, klasifikasikan sebagai CH.
423 c) Untuk L (plastis rendah), jika plot batas-batas atterberg pada grafik
424 plastisitas dibawah garis A dan area yang diarsir, tentukan klasifikasi
425 tanah tersebut sebagai organik (OL) atau anorganik (ML) berdasarkan
426 warna, bau, atau perubahan batas cair dan batas plastisnya dengan
427 mengeringkannya di dalam oven.
428 d) Jika plot batas-batas atterberg pada grafik plastisitas jatuh pada area yang
429 diarsir ,dekat denan garis A atau nilai LL sekitar 50,gunakan simbol dobel.
430
431 2.3 Sifat-Sifat Fisis Tanah
432 Das (1995:1) mengatakan bahwa dalam pengertian teknik secara umum,
433 tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral –
434 mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu sama lain dan dari bahan –
435 bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi
436 ruang –ruang kosong antar partikel – partikel tersebu. Tanah berfungsi sebagai
437 bahan bangunan untuk berbagai macam pekerjaan kontruksi. Pada suatu
438 konstruksi diharuskan untuk mengetahui sifat – sifat dasar dari tanah tersebut
439 seperti batas cair,batas plastis, indeks plastis, berat jenis,dan penyebaran ukuran
440 butiran.
441
12
442
443 2.3.1 Kadar Air
444
445 Hardiyatmo (2002) berpendapat bahwa pada dasarnya tanah terdiri dari
446 beberapa bagian yaitu bagian padat dan bagian rongga. Bagian padat terdiri dari
447 partikel-partikel tanah yang padat sedangkan bagian rongga terisi oleh air dan
448 udara. Untuk menentukan suatu kadar air dari tanah maka dilakukan pengujian
449 sampel tanah dengan membandingkan antara berat air yang terkandung dalam
450 tanah dengan berat butir tanah yang dinyatakan dalam persen. Kadar air tanah
451 ialah perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering
452 tanah tersebut. Kadar air tanah dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan
453 2.1 sebagai berikut.
454
455 W=ww/ws X100.....................................................................................(2.1)
456 Dimana:
457 W= kadar air (%)
458 Ww=berat air(gram)
459 Ws=berat butiran padat (gram)
460
461 2.3.2 Analisis Ukuran Butiran
462
463 Hardiyatmo (2006:24) mengatakan sifat-sifat tanah sangat bergantung
464 pada ukuran butirannya. Besarnya butiran dijadikan dasar untuk pemberian nama
465 dan klasifikasi tanah. Oleh karena itu, analisis butiran ini adalah penentuan
466 persentase berat butiran pada satu unit saringan, dengan ukuran diameter lubang
467 tertentu.
468 1) Analisis Saringan
469 Menurut Bowles (1993:121) pada dasarnya analisis ukuran butiran terdiri
470 dari:
13
502 Pencucian ini dilakukan sampai air yang digunakan kelihatan jernih. Kemudian
503 tanah yang tidak lewat saringan akan diovenkan kembali selama 24 jam. Setelah
504 pengovenan, butiran-butiran tanah dipisahkan dengan menggunakan saringan
505 yang berukuran berturut-turut yaitu no. #4, no. #10, no. #20, no. #40, no. #60, no.
506 #80, no. #100, no. #140, no. #200, yang bertujuan untuk mengetahui berat
507 masing-masing butiran. Ukuran lubang dari beberapa standar dapat dilihat pada
508 tabel 2.2 dibawah ini :
America Society for Testing
AASHTO British Standard BS 1377: 1975
and Materials, ASTM
Nomor Ukuran Ukuran Nomor Ukuran
Ayakan Lubang (mm) Lubang (mm) Ayakan Lubang (mm)
No. 4 4.76 4.75
No. 6 3.35
No. 8 2.36 2.36 No.8 2.057
No. 10 2
No. 16 1.18 1.18 No.16 1.003
No. 20 0.841
No. 30 0.595 0.6 No.30 0.5
No.36 0.422
No. 40 0.425
No. 50 0.3 0.3 No. 52 0.295
No. 60 0.25 No.60 0.251
No. 80 0.18 No.85 0.178
No. 100 0.15 0.15 No.100 0.152
No. 140 0.106
No. 170 0.088 0.09
No. 200 0.075 0.075 No.200 0.076
509 Tabel 2.2. Diameter Lubang Ayakan Beberapa Standar
510 Sumber: Hardiatmo (2016:24)
511 Wesley, (1997:42) mengatakan apabila kadar air suatu tanah rendah, tanah
512 tersebut kaku dan sukar dipadatkan. Hal ini disebabkan karena gumpalan tanah
15
513 tidak cukup tersiram oleh air. Bila kadar air ditambahkan, air akan berfungsi
514 sebagai pelumas sehingga tanah akan lebih mudah dipadatkan dan ruangan
515 kosong antara butir menjadi lenih kecil. Selanjutnya pada kadar air yang lebih
516 tinggi lagi, kepadatan tanah akan turun kembali karena ruang pori tanah akan
517 penuh terisi air sehingga butir-butir tanah tidak mungkin lagi menjadi lebih padat.
518 Bowles (1993: 204) mengemukakan bahwa pemadatan merupakan suatu
519 usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan pemakaian energi mekanis
520 untuk pemampatan partikel. Kepadatan tanah maksimum akan tercapai pada saat
521 kadar air optimum (Optimum Moisture Content, OMC) dan berat volume kering
522 maksimum. Tujuan dilakukan pemadatan adalah untuk memperbaiki sifat teknis
523 massa tanah, sehingga bertambahnya kekuatan tanah, berkurangnya penyusutan
524 dan berkurangnya penurunan tanah. Namun pemadatan juga mengalami kerugian
525 yaitu bertambahnya kadar air dari nilai patokannya (memuai) dan kemungkinan
526 pembekuan tanah itu akan membesar. Energi mekanis yang digunakan dalam
527 proses pemadatan dapat merupakan usaha dari penumbukan (impact), penekanan,
528 penggetaran, dan penggilasan. Hardiyatmo (2006:75) menyatakan bahwa untuk
529 menentukan hubungan kadar air dan berat volume, dan untuk mengevaluasi tanah
530 agar memenuhi persyaratan kepadatan, maka umumnya dilakukan uji pemadatan.
531 Berat volume kering setelah pemadatan bergantung pada cara atau usaha
532 pemadatan, jenis tanah dan kadar airnya. Pada usaha pemadatan yang lebih besar
533 diperoleh pemadatan yang lebih tinggi.
534
535 Hardiyatmo (2006:82) menjelaskan bahwa energi pemadatan per volume
536 (E) dapat dihitung dengan persamaan 2.4 berikut ini :
537
538 E = (Nb × Nl × W × H)/V
539 Dimana:
540 E = energi pemadatan (gr/cm3);
541 Nb = jumlah pukulan per lapisan;
542 Nl = jumlah lapisan;
16
574
577 Batas plastis (PL) adalah keadaan dimana kadar air pada kedudukan
578 antara daerah plastis dan semi padat, yaitu presentase kadar air dimana tanah
579 dengan diameter silinder 3,2 mm tanah mulai retak-retak ketika digulung.
580
581 2.3.4 Pemadatan Tanah
595 lintasan yang sesuai. Apabila tanah lempung dipadatkan dengan cara
596 yang benar, maka dapat memberikan kuat geser yang tinggi
597 sedangkan stabilitas terhadap sifat kembang susut tergantung dari
598 jenis kandungan mineralnya. Kepadatan dipengaruhi oleh beberapa
599 faktor yaitu :
600 1. usaha pemadatan (atau energi),
601 2. jenis tanah,
602 3. kadar air, dan
603 4. berat satuan kering (Proctor Standart menggunakan angka pori)
604 (Bowles, 1986)
605
606 Tingkat kepadatan dari suatu tanah diukur dari berat volume
607 kering tanah yang dipadatkan (d). Apabila kadar air dari suatu tanah
608 tertentu rendah, maka tanah tersebut keras dan sulit untuk dipadatkan
609 dan kemudian kadar air ditambah, maka air tersebut berfungsi untuk
610 memudahkan tanah dalam pemadatan dan membuat ruang kosong
611 antar butir-butir menjadi lebih kecil. Pada dasarnya kadar air yang
612 lebih tinggi, tingkat kepadatan akan turun. Hal ini dikarenakan pori-
613 pori tanah menjadi terisi dengan air yang tidak dapat dikeluarkan
614 dengan cara pemadatan. Hubungan antara berat volume kering dengan
615 berat volume basah dan kadar air di
616 nyatakan dalam Persamaan 3.3.
19
617
618
𝛾
619 γd = 1+𝑤 621 (3.3)
620
622
626
634 Gambar 2.3. Kurva Kadar Air dan Berat Volume Kering
635 (Sumber : Hardiyatmo, 2010)
636
637 Puncak dari kurva merupakan nilai (d) maksimum, dari titik puncak kurva
638 ditarik garis vertikal memotong absis, pada titik ini adalah merupakan kadar air
639 optimumnya.
640 BAB III
641 METODELOGI
642
643 Pada bab ini diuraikan mengenai pelaksanaan penelitian mulai dari
644 pengumpulan data, pengadaan tanah dan peralatan yang digunakan dalam
645 penelitian, produser penelitian sampai dengan analisis data. Untuk mendapatkan
646 data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka dilakukan beberapa tahap
647 penyelidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Penelitian ini dilakukan di
648 laboratorium Mekanika Tanah Universitas Muhammadiyah Aceh (UNMUHA).
649
650 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel
651
652
653 Gambar 3.1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel
654 Sumber : Google Maps
655
656 Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini berasal Dari Desa
657 Peunyerat, Kec.Banda Raya, kota Banda Aceh pada koordinat 5°51'95.985"N
658 yang diambil dari lokasi pengambilan secara terganggu (disturbed), dengan
659 menggunakan Sekop/cangkul.
660
21
661
662 Gambar 3.2. Proses Pengambilan Sampel
663
664 Tanah dimasukkan ke dalam karung dan dibawa kemudian tanah tersebut
665 dihamparkan di atas tempat penjemuran, dibiarkan beberapa hari sampai tanah
666 kering udara. Tanah tersebut selanjutnya ditumbuk dengan menggunakan palu
667 karet atau hammer. Hal ini dilakukan untuk mempermudah memecahkan
668 gumpalan tanah sehingga tanah mudah untuk di saring.
669
670
671 3.2. Waktu & Pelaksanaan
672 Waktu pelaksanaan praktikum mekanika tanah terbagi kedalam beberapa
673 agenda pelaksanaan yaitu :
674 1. Pengambilan Sampel Tanah
675 Tempat : Desa Peunyerat, Kec.Banda Raya, Kota Banda Aceh
676 Waktu : Tanggal 14 juni 2022
677
678 2. Meneliti Kadar Air Tanah Asli
679 Tempat : Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah Aceh
680 Waktu : Tanggal 14 Juni 2022
681
682
22
745 ini dilakukan beberapa kali sehingga diperoleh empat buah sampel tanah yang
746 dimasukkan ke dalam tigaa buah kontainer. Kontainer beserta tanah ditimbang
747 dan dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam setelah itu ditimbang kembali
748 dan untuk mengetahui kadar airnya. Data yang diperoleh pada pengujian plastis
749 adalah berat kontainer kosong, berat kontainer beserta tanah basah, dan berat
750 kontainer beserta tanah kering.
751
752 3. Pengujian analisis butiran
753 Pengujian analisa saringan kering didasarkan pada standar ASTM 421-63
754 yang bertujuan untuk mengetahui presentase saringan butiran yang lolos pada
755 setiap nomor saringan. Ada dua cara yang digunakan dalam pengujian ini,
756 yaitu analisa saringan dan hidrometer. Cara pertama dilakukan untuk fraksi
757 yang berbutir kasar, sedangkan untuk fraksi halus yang lulus saringan nomor
758 200 digunakan cara kedua. Untuk tanah yang digunakan memakai kedua cara
759 tersebut dalam pengujiannya, sedangkan untuk kerikil hanya menggunakan
760 analisa saringan.
761 Pengujian dilakukan terhadap tanah kering yang telah di oven sebanyak
762 500 gram kemudian direndam selama 24 jam untuk memisahkan butiran yang
763 satu dengan yang lainnya. Pembagian ukuran butiran dilakukan dengan
764 penyaringan yang disusun mulai ukuran 3/8” (10 mm), nomor 4 (4,75 mm)
765 nomor 10 (2,0 mm), nomor 16 (1,18 mm), nomor 20 (0.85 mm), nomor 40
766 (0.425mm), nomor 60 (0.3 mm) nomor 100 (0.15 mm) dan nomor 200(0,075).
767 Masing-masing butiran.
768
769 3.3.1 Kadar Air
770
771 Pemeriksaan kadar air ini bertujuan unutuk menentukan kadar air tanah
772 asli, langkah-langkahnya ialah sebagai berikut :
773 1. Perlatan
774 a) Tanah asli yang diambil dengan cara disturbed
775 b) Cawan atau wadah
25
805
806 3.3.2 Analisis Ukuran Butiran
807 Pengujian analisa saringan tanah bertujuan untuk mengetahui besaran
808 butiran yang nantinya diperlukan untuk mengklasifikasikan jenis tanah. Langkah-
809 langkahnya ialah sebagai berikut (menurut SNI 3423:2008) :
810 1. Peralatan
811 a) Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
812 b) Satu set saringan: No.4; No.10; No.20; No.40; No.60; No.140 dan No.
813 200 (ASTM) Note: untuk saringan yang ada di lab: no.3/8 ; no.4 ; no.10 ;
814 no.16 ; no.20; no.40; no.60 ; no.100 dan no. 200.
815 c) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
816 (110 -5) ᶱ C.
817 d) Mesin pengguncang saringan
818 e) Talam-talam
819
820 2. Prosedur pengujian
821 a) Siapkan sampel tanah lebih dari 200 gram untuk percobaan ini.
822 b) Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling
823 besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan mesin
824 penguncang selama 10 menit.
825 c) Jika memperoleh tanah 50 gram di pan maka lakukan percobaan analisis
826 hidrometer.
827
828 3. Perhitungan
829 a) Tanah yang diizinkan hilang selama pengujian analisis saringan ialah :
W −W 1
830 X 100 %=¿ 2 %
W
831 Dimana :
832 W = Berat tanah yang akan diuji
833 W 1 = Berat tanah setelah diuji
834
27
835
836 3.4. Pengujian Pemadatan
837
838 Pengujian pemadatan dilakukan berdasarkan pada standar SNI- 1742-2008.
839 Maksud dari pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air optimum dan
840 kepadatan kering maksimum. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini
841 adalah standar proctor yang terdiri dari cetakan (mold) penumbuk (hammer), dan
842 alat untuk mengeluarkan benda uji (extruder).
843 Pengujian pemadatan ini bertujuan untuk mendapatkan OMC (Optimum
844 Moisture Content) Pemadatan dilakukan dengan menjatuhkan hammer ke dalam
845 mold yang telah diisi tanah kira-kira 1/3 bagian mold dan ditumbuk dengan
846 menjatuhkan hammer sebanyak 25 kali setiap lapisan, dimana setiap mold
847 dipadatkan dalam tiga lapisan. Penumbukan dilakukan dengan menjatuhkan
848 hammer dari ketinggian 30,5 cm pada benda uji dimulai dari bagian tepi benda uji
849 dan diakhiri pada bagian tengahnya, sehingga didapatkan kepadatan merata di
850 setiap bagian benda uji. Tanah berlebihan di atas mold diratakan dengan
851 menggunkan pisau perata, kemudian benda uji beserta mold ditimbang, lalu
852 benda uji dikeluarkan dari dalam mold dengan menggunakan extruder.
853 Pengukuran kadar air dilakukan sesudah pemadatan, masing-masing dengan dua
854 buah container untuk bagian atas, dan bagian bawah benda uji. Data yang
855 diperoleh dari pengujian ini adalah berat mold kosong berat mold + benda uji,
856 volume mold, kadar air optimum (wopt) dan volume kering maksimum (γdmaks).
857
858 Pengujian pemadatan tanah menggunakan metode standar SNI 1742-2008,
859 dengan langkah – langkah sebagai berikut :
860 1. Peralatan
861 a) Cetakan harus dari logam berdinding teguh dan dibuat sesuai dengan ukuran
862 dan kapasitas yang sesuai SNI. Cetakan harus dilengkapi dengan leher
863 sambung yang dibuat dari bahan yang sama dengan cetakan, dengan tinggi
864 kurang lebih 60 mm. cetakan dan leher sambung harus dipasang kuat-kuat
865 pada keping alas yang dibuat dari bahan yang sama dan dapat dilepaskan.
28
866 b) Alat penumbuk tangan (manual), penumbuk dari logam dengan massa 2,5
867 kg ± 0,009 kg dan mempunyai permukaan berbentuk bundar dan rata,
868 diameter 50,08 mm ± 0,25 mm. akibat pemakaian, diameter penumbuk tidak
869 boleh kurang dari 50,42 mm. penumbuk harus dilengkapi dengan selubung
870 yang dapat mengatur jatuh bebas setinggi 300 mm ± 2mm diatas
871 permuakaan tanah yang akan dipadatkan.
872 c) Alat pengeluar benda uji (extruder) terdiri dari sebuah dongkrak,
873 pengungkit, rangka, atau alat lain yang sesuai.
874 d) Timbangan
875 e) Oven pengering yang temperaturnya mencapai 110 ̊ C ± 5 ̊ C untuk
876 mengeringkan contoh tanah basah
877 f) Pisau perata dibuat dari baja yang kaku dengan panjang minimum 25 cm.
878 salah satu sisi penampang pisau perata harus tajam dan sisi lainnya datar.
879 g) Alat pencampur
880 h) Cawan
881
882 2. Prosedur pengujian
883 Prosedur pengujian ini menggunakan metode SNI 1742:2008 dengan
884 langkah-langkah sebagai berikut :
885 a. Timbangan massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram serta
886 ukur diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.
887 b. Pasang leher sambungan pada cetakan dan keping alas kemudian dikunci
888 dengan di tempatkan pada landasan dari beton dengan massa tidak kurang
889 dari 100 kg yang diletakkan pada dasar yang stabil.
890 c. Ambil contoh uji yang akan di padatkan, tuangkan ke dalam baki dan aduk
891 sampai merata
892 d. Padatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam 3
893 lapisan dengan ketebalan sama sehingga ketebalan total setelah didapatkan
894 kira-kira 125 mm. pemadatan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
895 berikut:
29
896 1. Untuk lapis 1, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah yang
897 sedikit melebihi 1/3 dari ketebalan padat total, sebarkan secara merata
898 dan ditekan sedikit dengan alat penumbuk atau alat lain yang serupa agar
899 tidak lepas atau rata. Padatkan secara merata pada seluruh bagian
900 permukaan contoh uji di dalam cetakan dengan menggunakan alat
901 penumbuk dengan massa 2,5 kg yang di jatuhkan secara bebas dari
902 ketinggian 300 mm di atas permukaan contoh uji tersebut sebanyak 25
903 kali.
904 2. Lakukan pemadatan untuk lapis 2 dan lapis 3 dengan cara yang sama
905 seperti untuk lapis 1.
906 e. Lepaskan leher sambungan, potong kelebihan contoh uji yang telah
907 dipadatkan dan ratakan permukaannya menggunakan pisau perata, sehingga
908 betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
909 f. Timbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya dengan
910 ketelitian 1 gram.
911 g. Buka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam cetakan menggunakan
912 alat pengeluar benda uji (extruder). Belah benda uji secara vertikal manjadi
913 2 bagian yang sama, kemudian ambil sejumlah contoh yang mewakuli dari
914 salah satu bagian untuk pengujian kadar air.
915 h. Pecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan no 4 (4,75 mm) dan
916 campurkan dengan sisa contoh uji di dalam baki. Tambahkan air
917 secukupnya sehinggga kadar airnya meningkat 1% sampai dengan 3% dari
918 kadar air benda uji pertama, kemudian diaduk sampai merata.
919 i. Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam (a) sampai (h) diatas
920 beberapa kali sampai massa benda uji berkurang atau tetap.
921
922 3. Perhitungan
923 Perhitungan kadar air :
924 1. Berat cawan + berat tanah basah = W1 (gr)
925 2. Berat cawan + berat tanah kering = W2 (gr)
926 3. Berat air = W1 – W2 (gr)
30
KADAR AIR
Tanggal : 14 Juni 2022 Pelaksana :Kelompok 6
Mata Kuliah : Mekanika Tanah II Objek : TANAH PENYEURAT
Sampel 1 2 3
Kode Container 28 29 11
Berat Container, W1 (gr) 9 9 9
Berat Container + Tanah Basah, W2 (gr) 30 30 30
Berat Container + Tanah Kering, W3 (gr) 28 28 28
Berat Tanah Basah, W4 = W2-W1 (gr) 21 21 21
Berat Tanah Kering Oven, W5= W3-W1 (gr) 19 19 19
Berat Air, W6=W4-W5 (gr) 2 2 2
Kadar Air W7 = W6/W5*100 (%) 10,526 10,526 10,526
Kadar Air Rata-rata (%) 10,526
Diperiksa :
Paraf :
957
958 Tabel 4.1 Percobaan Kadar Air Mula – Mula
32
982 Dari hasil pengujian yang dilakukan diketahui bahwa sampel tanah yang di uji
983 memiliki kadar air 10,526 %. Tanah dengan kadar air 10,526 % tersebut bagus untuk
984 dilakukan pengujian.
985 Dari hasil pengujian laboratorium Mekanika Tanah di Universitas Muhammadiyah
986 Aceh pada tanah di Desa Penyeurat yang didapatkan, yaitu :
987 a. Terlihat perbedaan yang signifikan antara berat tanah basah dan berat tanah
988 kering.
989 b. Berat air (Wb) masing-masing sampel mempengaruhi hasil akhir kadar air
990 rata-rata.
991 c. Pada percobaan sampel tanah pada container B5, 7, 11 di dapat kadar air rata
992 tanah sebesar 10,526%.
993
994 Untuk hasil dan metode perhitungan dapat dilihat pada lampiran perhitungan
995 kadar air tanah asli. Jika kadar air tinggi maka kuat gesernya rendah maka dari itu
996 penurunan dan konsolidasinya besar .
997
998
999
1000
1001
1002
1003
1004
1005
1006
1007
1008
1009
34
1010
1011
1012
4.2 Analisa Saringan (SIEVE ANALYSIS)
1013
1014 1. Hasil Pengujian Analisa Saringan ( Sieve Analysis )
1015 Percobaan Analisa Saringan Pada Tabel Dibawah ini :
35
= 0 < 2%
1016
1017 Tabel 4.2 Pengujian Analisa Saringan (Sieve Analysis)
1018
36
1019
1020 Grafik 4.1 Grafik Analisa Lolos Saringan
1021
1022 2. Pembahasan Analisa Saringan ( Sieve Analysis )
1023 Dari Grafik Analisa kita peroleh :
1024 D60 = 1,645 D30 = 0,652 D10 = 0,366
1025 Maka :
¿ ¿
C 60 1,645 (D 30) (0,652)
1026 CU = = 4,494 CC = ¿= ¿ = 0,706
D10 0,366 D60 x D10 1,645 x 0,366
1027 Karena nilai Cc = 0,706 dan Cu = 4,494 maka tanah yang kami uji adalah tanah
1028 bergradasi buruk berdasarkan 1 ¿ Cc ¿ 3 dan CU >6 untuk pasir.
1029
1030 Menurut sistem klasifikasi yang umum digunakan tanah yang telah kami uji
1031 termasuk ke dalam golongan symbol kelompok SP karena butiran yang tertahan pada
1032 saringan nomor ½ berdiameter 12,5mm sebesar 0% dimana masih ¿ 50% butiran
1033 tertinggal. Untuk penentuan gradasi baik atau buruk dapat diambil dari syarat
1034 persamaan CU >6 dan 1 ¿ Cc ¿ 3 . Data hasil perhitungan Cc sebesar 0,457 dan Cu
1035 sebesar 8,905.
37
1036 Klasifikasi AASHTO yang sekarang digunakan dapat dilihat pada tabel
1037 Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO Dalam sistem ini, tanah diklasifikasikan ke
1038 dalam 7 (tujuh) kelompok besar, yaitu: A-1 sampai dengan A-7.
1039 Tanah-tanah yang diklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2 dan A-3
1040 merupakan tanah-tanah berbutir kasar dimana 35 % atau kurang butir-butir tersebut
1041 melalui ayakan No. 200.
1042
1043 Tanah-tanah dimana 35 % atau lebih yang melalui ayakan No. 200
1044 diklasifikasikan dalam kelompok A-4, A-5, A-6 dan A-7. Pada umumnya tanah-
1045 tanah ini adalah lumpur dan lempung.
1046 Klasifikasi sistem ini didasarkan atas kriteria-kriteria sebagai berikut :
1047 a. Ukuran butir.
1048 Kerikil : butiran melalui ayakan dengan lubang 75 mm dan tertinggal di
1049 atas ayakan No. 10 dengan lubang 2 mm.
1050 Pasir : butiran melalui ayakan No. 10 (2 mm) dan tertinggal di atas
1051 ayakan No. 200 dengan lubang 0,074 mm.
1052 Lumpur dan lempung : butiran melalui ayakan No. 200.
1053
1054 b. Plastisitas.
1055 Berlanau, jika butiran tanah mempunyai indeks plastisitas ≤ 10. Berlempung,
1056 jika butiran tanah mempunyai indeks plastisitas ≥ 11.
1057
1058 c. Batuan (bouldrs), yang ukurannya lebih besar dari 75 mm tidak
1059 digolongkan dalam klasifikasi ini.
1060 Apabila sistem klasifikasi AASHTO dipakai untuk mengklasifikasikan tanah,
1061 maka data hasil uji dicocokkan dengan angka-angka yang diberikan dalam
1062 tabel Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO dari kolom sebelah kiri ke kolom
1063 sebelah kanan hingga ditemukan angka-angka yang sesuai.
1064
38
1065
1066
1067 Tabel Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO
Bahan-bahan Bahan-bahan lanau-lempung
Klasifikasi Umum
(35% atau kurang melalui No. 200) (Lebih dari 35% melalui No. 200)
A-1 A-3 A-2 A-4 A-5 A-6 A-7
Klasifikasi Kelompok A-7-5
A-1a A-1b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
A-7-6
Analisis saringan:
Persen melalui:
No. 10 50 maks.
No. 40 30 maks. 50 maks. 51 maks.
No. 200 15 maks. 25 maks. 10 maks. 35 maks. 35 maks. 35 maks. 35 maks. 36 min. 36 min. 36 min. 36 min.
Karakteristik
fraksi melalui No. 40
Batas Cair, 40 maks. 41 min. 40 maks. 41 maks. 40 maks. 41 min. 40 maks. 41 maks.
Indeks Plastisitas 6 maks. N.P. 10 maks. 10 maks. 11 min. 10 maks. 10 maks. 10 maks. 10 min. 11 min.
Indeks Kelompok 0 0 0 4 maks. 8 maks. 12 maks. 16 maks. 20 maks.
Jenis-jenis bahan Fragmen batuan Pasir Kerikil dan pasir Tanah Tanah
pendukung utama kerikil, dan pasir halus berlanau dan berlempung berlanau berlempung
Tingkatan umum
sebagian tanah Sangat baik baik sampai baik sedang sampai buruk
dasar
1069 Perhatikan bahwa A-8, gambut dan rawang ditentukan dengan klasifikasi visual dan
1070 tidak diperhatikan dalam tabel
1071
1072 Untuk menilai kualitas tanah sebagai bahan subgrade jalan raya dapat
1073 ditentukan dengan angka indeks kelompok (Group Index = GI) yang menentukan
1074 kelompok dan sub kelompok tanah.
1075 Indeks kelompok dapat dihitung dengan persamaan :
1076 GI = (F – 35) [0,2 + 0,005 (LL – 40)] + 0,01 (F – 15) (PI – 10) (2.15)
1077 Keterangan :
1078 F = persentase butir yang lolos ayakan No. 200.
1079 LL = batas cair
1080 PI = indeks plastisitas
1081 Maka tanah kami di golongkan A1
1082
39
ATTERBERG LIMIT
50,00
45,00
KADAR AIR (%)
40,00
35,00
LL
30,00
25,00
LOG 25
20,00
1 10 100
KETUKAN
1086
1087 Tabel 4.3 Percobaan Pengukuran Batas Cair dan Batas Plastis
40
1089 Batas cair (LL) adalah kadar air tanah yang untuk nilai-nilai diatasnya, tanah
1090 akan berprilaku sebagai cairan kental (batas antara keadaan cair dan keadaan plastis),
1091 yaitu batas atas dari daerah plastis.
1092 Jadi batas cair (LL) yang kita peroleh adalah sebagai berikut :
1093 Kadar Air = D/E * 100 %
1094 Di mana D adalah niai dari berat conitaner dan tanah basah di kurang dengan berat
1095 container dan tanah kering . maka dapat lah hasil nilai D =3
1096 Di mana E adalah nilai dari berat container dan tanah kering kurang dengan berat
1097 cointaner kosong = 9
1098 3/9*100 =0,32 %
1099 Jadi untuk memperoleh nilai batas cair adalah sebagai berikut nilai kadar air di
1100 tambah dan di bagi dengan jumlah sampel yang kita gunakan
1101 30 + 33,33 + 30 + 42,86 + 25 + 25 / 6 = 31,03 %
1102 Atterberg limit dapat digunakan untuk membedakan berbagai jenis lanau dan
1103 tanah liat. Pengujian atterberg limit digunakan pada tanah lempung atau berlumpur
1104 karena tanah tersebut adalah tanah yang mengembang dan menyusut karena kadar air.
1105 Sedangkan tanah yang kami uji adalah tanah pasir sedang atau kerikil lanau, karena
1106 tanah kerikil lanau atau pasir, maka tidak terdapat batas atterberg. Tanah yang diteliti
1107 tersebut dominan berjenis pasir (jenis ini dapat dikelompokkan pada klasifikasi tanah
1108 menurut AASHTO atau USCS) atau terdapat banyak butiran-butiran halus yang
1109 menyebabkan tidak adanya batas Atterberg pada tanah tersebut.
1110
1111
1112
1113
1114
1115
41
ATTERBERG LIMIT
50,00
45,00
KADAR AIR (%)
40,00
35,00
LL
30,00
25,00
LOG 25
20,00
1 10 100
KETUKAN
1119
1120 Tabel 4.4 Percobaan Pengukuran Batas Plastis
42
1122 Batas plastis (PL) adalah kadar air yang untuk nilai-nilai dibawahnya, tanah
1123 tidak lagi berpengaruh sebagai bahan yang plastis. Tanah akan bersifat sebagai bahan
1124 yang plastis dalam kadar air yang berkisar antara LL dan PL. Kisaran ini disebut
1125 indeks plastisitas.
1126 Jadi batas cair (LL) yang kita peroleh adalah sebagai berikut :
1127 Kadar Air = D/E * 100 %
1128 Di mana D adalah niai dari berat conitaner dan tanah basah di kurang dengan berat
1129 container dan tanah kering . maka dapat lah hasil nilai D = 2
1130 Di mana E adalah nilai dari berat container dan tanah kering kurang dengan berat
1131 cointaner kosong = 9
1132 2/9*100 = 22,2 %
1133 Jadi untuk memperoleh nilai batas cair adalah sebagai berikut nilai kadar air di
1134 tambah dan di bagi dengan jumlah sampel yang kita gunakan
1135 9,00 + 9,00 / 2 = 9,00 %
1136 Atterberg limit dapat digunakan untuk membedakan berbagai jenis lanau dan
1137 tanah liat. Pengujian atterberg limit digunakan pada tanah lempung atau berlumpur
1138 karena tanah tersebut adalah tanah yang mengembang dan menyusut karena kadar air.
1139 Sedangkan tanah yang kami uji adalah tanah pasir sedang atau kerikil lanau, karena
1140 tanah kerikil lanau atau pasir, maka tidak terdapat batas atterberg. Tanah yang diteliti
1141 tersebut dominan berjenis pasir (jenis ini dapat dikelompokkan pada klasifikasi tanah
1142 menurut AASHTO atau USCS) atau terdapat banyak butiran-butiran halus yang
1143 menyebabkan tidak adanya batas Atterberg pada tanah tersebut.
1144
1145 Indeks Plastisitas merupakan interval kadar air, yaitu tanah masih bersifat
1146 plastis. Karena itu, indeks plastis menunjukan sifat keplastisitas tanah. Jika tanah
1147 mempunyai interval kadar air daerah plastis kecil, maka keadaan ini disebut dangan
1148 tanah kurus. Kebalikannya, jka tanah mempunyai interval kadar air daerah plastis
43
1149 besar disebut tanah gemuk. Nilai indeks plastisitas dapat dihitung dengan persamaan
1150 berikut ini :
1151 IP = LL - PL
1152 IP = 36,21 – 22,22 = 13,99 %
1153
1154 Tabel 2. Nilai Indeks Plastisitas dan Jenis Tanah
IP Jenis Tanah Plastisitas Kohesi
0 Pasir Non Plastis Non Kohesif
<7 Lanau Rendah Agak Kohesif
7 - 17 Lempung Berlanau Sedang Kohesif
> 17 Lempung Murni Tinggi Kohesif
1155 (Sumber: Jumikis, 1962)
1156 Maka dari tabel di atas Indeks Plastisitas (IP) = 13,99 % di golongkan
1157 lempung berlanau sedang kohesif.
1158
1159
1160
1161
1162
1163
1164
1165
1166
1167
1168
1169
1170
1171
44
Water Supplied (%) 13,00 15,00 17,00 19,00 21,00 specific gravity
Moisture Content 12,90 15,79 17,54 20,09 21,31 (GS)
Mold + Wet Specimen, W₂ (gr) 5350 5500 5600 5500 5450 maximum dry
density ϒk
1,616 gr/cm3
Wet Specimen, W₃ = W₂ - Wmold (gr) 1550 1700 1800 1700 1650
Unit Weight, ϒ = W₃ / Vmold (gr/cm³) 1,636 1,794 1,900 1,794 1,742 Optimum
Dry Unit Weight, ϒd = ϒ/ (1+w) (gr/cm³) 1,449 1,550 1,616 1,494 1,436 Moisture 17,544 %
ZAV content (OMC)
1,650
1,550 1,550
1,500 1,494
1,450 1,449
1,436
1,400
1,350 omc
1,300
10 12 14 16 18 20 22
Moisture Content (%)
1175
1176 Tabel 4.5 Percobaan Hasil Pengujian Pemadatan Proktor
45
1223 Dari data dan grafik diatas diperoleh berat isi kering maksimum tanah yang
1224 kami uji di lab tanah Universitas Muhammadiyah Aceh yaitu 1,616 gr/cm3.
1225 Sedangkan kadar air optimum didapat 17,544 %.
1226
1227
1228
48
1285
1286 DAFTAR PUSTAKA
1287
1288 Hardiyatmo, Hady Christady. 2002. Mekanika Tanah I . Gajah Mada University
1289 Press: Jakarta .
1290 Wesley, Laurence D. 2017. Mekanika Tanah : Edisi Baru. Penerbit Andi:
1291 Yogyakarta.
1292
1293
51