Anda di halaman 1dari 52

1 LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH II

2 SEMESTER GENAP 2021/2022


3
4 LOKASI PENGAMBILAN TANAH: DESA GAROT
5
6
7
8 Disusun oleh:
9
10 KELOMPOK 16
11
12 1. ALMI SUHARJA 1703120187
13 2. MUHAZIR MUHAMMAD 1903120191
14 3. KAISUL FUADI 1903120007
15 4. M.ILHAM 2003120106
16 5. FIRMANDA TAKWANSYAH 2003120112
17
18

19
20
21
22
23 LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
24 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
25 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH
26 BANDA ACEH
27 2022
28

29
30 LEMBAR PENGESAHAN NILAI
31 LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH
32 SEMESTER GENAP 2021/2022
33 KELOMPOK 16
34
35 Penyusunan Laporan Praktikum Mekanika Tanah II ini bertujuan untuk
36 memenuhi Sebagian dari syarat-syarat yang diperlukan pada Program Studi
37 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Aceh, dan kepada
38 bersangkutan diberi nilai sebagai berikut.
39
No. Nama Mahasiswa NPM Paraf Nilai
1. ALMI SUHARJA 1703120187
2. MUHAZIR MUHAMMAD 1903120191
3. KAISUL FUADI 1903120007
4. M.ILHAM 2003120106
5. FIRMANDA TAKWANSYAH 2003120112
40
41 Mengetahui, Banda Aceh, 12 September 2022
42 Kepala Laboratorium Disetujui oleh,
Mekanika Tanah, Dosen Pembimbing,
43
44   
45   
 
46
( Ir. Maimunah, ST., MT., IPM, ASEAN Eng ) (_Agustiar, ST, MT, IPM )
47 NIDN. 0120047901 NIDN. 0018087003
48
49
Disahkan Oleh,
50
Ketua Program Studi Teknik Sipil,
51 Universitas Muhammadiyah Aceh,
52
 
53  
54  
( Ir. Tamalkhani, ST., M.Eng.Sc, IPM, ASEAN Eng )
55
NIDN. 1327108201

i
56 LEMBAR ASISTENSI
57 MEKANIKA TANAH II + PRAKTIKUM
58 Kelompok : 16
59 Mata Kuliah : Mekanika Tanah II + Praktikum
60 Dosen pembimbing : Ir. Maimunah, ST., M. Eng, IPM, ASEAN Eng
61 Ir. Agustiar, S.T., M.t, IPM
62
TANGGAL KETERANGAN PARAF

63

64

65

66

67

68

ii
69 KATA PENGANTAR
70
71 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
72 memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat melaksanakan sebuah
73 praktikum dan menyelesaikannya dengan baik hingga menjadi sebuah laporan
74 resmi praktikum Mekanika Tanah II. Laporan  yang kami susun dengan sistematis
75 dan sebaik mungkin ini bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah.
76 Dengan terselesainya laporan resmi praktikum ini, maka tidak lupa kami
77 mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
78 penyusunan laporan ini, khususnya kepada :

79 1. Kepada Bapak Dr. Agustiar, S.T., M.T, IPM selaku dosen pembimbing kami.

80 2. Kepada Ibu Ir. Maimunah, S.T., M. Eng, IPM, ASEAN Eng selaku dosen
81 pengampu matakuliah ini.

82 3. Kepada orang tua yang selalu mendoakan kelancaran kuliah kami. Dan para
83 asisten laboratorium serta teman-teman yang saling membantu dalam
84 menyelesaikan laporan resmi praktikum ini.
85 Demikian laporan yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas
86 kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
87 bagi semua pihak dan bagi kami selaku penulis.
88
89 Banda Aceh, Agustus 2022
90
91
92 KELOMPOK 16
93

94

95

96

97

iii
98 DAFTAR ISI

99

100 Halaman

101 LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... i

102 LEMBAR ASISTENSI............................................................................................ ii

103 KATA PENGANTAR.............................................................................................. iii

104 DAFTAR ISI............................................................................................................. iv

105

106 BAB. I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

107 1.1 Latar Belakang............................................................................... 1

108 1.2 Tujuan Praktikum.......................................................................... 4

109 1.3 Rumusan Masalah.......................................................................... 5

110 1.4 Lokasi Penelitian............................................................................ 5


111

112 BAB. II LANDASAN TEORI........................................................................... 6

113 2.1 Pengertian Tanah........................................................................... 6

114 2.2 Klasifikasi Tanah........................................................................... 7

115 2.2.1 Sistem Kalsifikasi Tanah menurut AASHTO.................... 7

116 2.2.2 Sistem Klasifikasi Tanah menurut USCS.......................... 9

117 2.3 Sifat – Sifat Fisis Tanah................................................................. 11

118 2.3.1 Kadar Air........................................................................... 12

119 2.3.2 Analisis Ukuran Butiran.................................................... 12

120 2.3.3 Batas-batas Atterberg......................................................... 16

121 2.3.4 Pemadatan Tanah............................................................... 17


122

iv
123 BAB. III METODOLOGI.................................................................................. 20

124 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel.......................................................... 20

125 3.2 Waktu & Pelaksanaan.................................................................... 21

126 3.3 Pengujian Sifat-sifat Fisis Tanah................................................... 22

127 3.3.1 Kadar Air............................................................................ 24

128 3.3.2 Analisis Ukuran Butiran..................................................... 26

129 3.4 Pengujian Pemadatan..................................................................... 27


130
131 BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 31

132 4.1 Kadar Air....................................................................................... 31

133 4.2 Analisa Saringan (Sieve Analysis) ............................................... 33


134 3
135 4
136 4.1
137 4.2
138 4.2.1 Hail Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified......... 34

139 4.2.2 Hasil Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem AASHTO.... 36

140 4.3 Percobaan Pengukuran Batas Cair dan Batas Plastis.................... 38


141 5
142 6
143 6.1
144 6.2
145 4.3.1 Batas Cair (Liquid Limit)................................................... 39

146 4.3.2 Batas Plastis (Plastic Limit) .............................................. 39

147 4.3.3 Indeks Plastisitas (Plasticity Indekx) ................................ 40

148 4.4 Pengujian Pemadatan Proktor ...................................................... 41


149

150 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 44

v
151 5.1 Kesimpulan.................................................................................... 44

152 5.2 Saran.............................................................................................. 44


153

154 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 45

155

156 LAMPIRAN.............................................................................................................. 46

157

158

159

160

vi
161 BAB I
162 PENDAHULUAN
163
164 1.1 Latar Belakang
165
166 Mekanika tanah adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang sifat
167 fisik dan mekanika serta perilaku masa tanah bila menerima bermacam-macam
168 gaya.
169 Dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah himpunan mineral , bahan
170 organic, danendapan-endapan yang relative lepas (loose), yang terletak di atas
171 batuan dasar (bedrock) butiran yang relative lemah disebut karbonat, zat organic,
172 atauoksida yang mengendap diantara partikel-partikel. Proses pelapukan batuan
173 atau proses geologi ataupun yang lainnya yang terjadi didekat permukaan bumi
174 membentuk tanah dapat juga bersifat fisik maupun kimia.
175 Umumnya pelapukan terjadi akibat proses kimia yang dapat dipengaruhi
176 oleh oksigen, karbondioksida, dan air (terutama yang mengandung asam dan
177 alkali). Jika hasil pelapukan masih berada di tempat asalnya maka tanah ini
178 disebut tanah residual (residual soil) dan apabila tanah berpindah tempatnya
179 disebut tanah terangkut (transported soil).
180 Hal-hal tersebut sangat penting untuk menunjang segi ekonomis dan segi
181 keselamatan baik untuk bangunan, pemakai maupun pekerja yang ada dan
182 sebagainya. Ketelitian dari hasil yang kami peroleh dari penyelidikan tanah
183 tergantung dari banyak faktor yang dimulai pada saat proses penyelidikan
184 dilakukan sampai dengan cara penyelidikan di laboraturium dilaksanakan. Suatu
185 penyelidikan tanah dikatakan berhasil bila contoh tanah yang diambil terganggu
186 sedikit mungkin sehingga sesuai dengan keadaannya dilapangan serta diselidiki di
187 laboraturium sesuai dengan rencana menurut standar prosedur yang berlaku.
188 Penyelidikan dilapangan maupun di laboraturium sebenarnya direncanakan untuk
189 meniru keadaan yang dialami sesungguhnya oleh tanah di lapangan terutama
190 untuk mempelajari perubahan sifat teknisnya akbibat beban sedang dan akan
191 dialami dilapangan.

1
192 Pengujian di laboraturium mekanika tanah yang merupakan materi dalam
193 pratikum meliputi :
194 Sifat fisik tanah, yaitu sifat tanah dalam keadaan asli yang digunakan untuk
195 menentukan jenis tanah, terdiri dari :
196 1. Batas atterberg ( batas kosintensi ),
197 a. Batas cair (liquid limit)
198 b. Batas plastis (plastic limit)
199 c. Indeks plastis (plastic index)
200
201 Pengelompokan jenis tanah dalam praktek berdasarkan campuran butir, antara
202 lain:
203 1. Tanah berbutir kasar adalah tanah yang sebagian besar butir-butir tanahnya
204 berupa pasir dan kerikil.
205 2. Tanah berbutir halus adalah tanah yang sebagian besar butir-butir tanahnya
206 berupa lempung dan lanau.
207 3. Tanah organik adalah tanah yang cukup banyak menganduug bahan-bahan
208 organik.
209 Pengelompokan tanah berdasarkan sifat lekatannya :
210 1. Tanah Kohesif adalah tanah yang mempunyai sifat lekatan antara butir-
211 butirnya. Contohnya : Tanah Lempung
212 2. Tanah Non Kohesif' adalah tanah yang tidak mempunyai atau sedikit sekali
213 lekatan antara butir-butirnya. Contohnya Pasir dan Kerikil
214 3. Tanah Organik : adalah tanah yang sifamya sangat dipengaruhi oleh bahan-
215 bahan organik. Contohnya Tanah humus
216
217 Dalam prakteknya tanah banyak digunakan dalam proyek-proyek sipil
218 maupun dibidang pertambangan sebagai pondasi untuk mendukung struktur
219 bangunan dan tanggul-tanggul, sebagai bahan bangunan tanah atauran cangan
220 bangunan jalan raya, jalan masuk tambang dan sebagainya. Untuk menyelesaikan
221 permasalahan yang timbul akibat aktivitas tersebut, kita menerapkan dasar-dasar
222 mekanika tanah.

2
223 Pada suatu keruntuhan akibat geser, tegangan-tegangan yang timbul di dalam
224 sistem tanah melebihi kekuatan tanah, dan ini pada umumnya mengakibatkan
225 runtuhnya sistem tersebut. Longsornya lereng alam dan lereng buatan serta
226 menggulingnya dinding penahan merupakan contoh-contoh kegagalan jenis ini.
227 Keruntuhan ini terjadi sebagai akibat meningkatnya tegangan-tegangan sepanjang
228 bidang runtuh atau akibat menurunnya kekuatan tanah sepanjang bidang tersebut.
229 Tegangan-tegangan dapat meningkat akibat perubahan distribusi tegangan karena
230 beberapa sebab, seperti pembuatan suatu potongan jalan raya pada kaki suatu
231 lereng alam. Kekuatan tanah sering kali menurun selama terjadinya gempa bumi,
232 akibat tanah mengalami suatu kondisi pembebanan siklus.
233 Deformasi yang terlalu besar dari suatu sistem besar dari suatu sistem
234 fondasi dapat membuat suatu bangunan menjadi tidak berguna. Besarnya
235 penurunan yang dianggap dapat ditolerir bergantung dari fungsi bangunan
236 tersebut. Deformasi yang tidak diinginkan disebabkan oleh pengembangan
237 ataupun oleh kompresi tanah. Tanah lempung tertentu mengembang apabila
238 kandungan air tanah meningkat dan ini dapat menyebabkan fondasi dan dinding
239 penehan mengalami deformasi yang terlalu besar. Banyak tanah sangat peka
240 terhadap pembekuan air dan mengembang selama temperatur beku, menyebabkan
241 kerusakan pada jalanraya, fondasi gedung, dinding penahan, dan bangunan-
242 bangunan lain. Karena itu, suatu tindakan yang mencukupi harus dibuat selama
243 mendesain untuk mencegah kerusakan akibat tanah yang mengembang. Apabila
244 pondasi tidak di desain secara memadai, penurunan yang terlalu besar dari
245 bangunan dapat terjadi sebagai akibat kompresi dari tanah dibawahnya.
246 Pemampatan dapat disebabkan oleh berat bangunan, oleh penurunan muka air
247 tanah, ada baiknya diterangkan sedikit mengenai pengertian dan genesa dari tanah
248 tersebut.
249

250

251

252

3
253

254 1.2 Tujuan Praktikum


255
256 Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
257 a. Kadar air
258 Adapun tujuan dari praktikum ini adalah pengukuran perbandingan
259 berat antara air pori dengan berat butir tanah kering, angkanya dinyatakan
260 dalam persen. Angka ini sangat penting dalam perhitungan tekanan tanah.
261 b. Berat Jenis Tanah
262 Tujuan dari percobaan menetukan berat jenis tanah adalah untuk
263 mengetahui berat jenis dari suatu sampel tanah yang akan diambil, karena
264 tanah terdiri dari beberapa jenis tanah lainnya.
265 c. Batas Cair Tanah
266 Adapun tujuan praktikum batas cair (liquid limit) ialah kadar air pada
267 suatu keadaan cenderung menunjukkan sifat seperti benda alir. Batas
268 tersebut ditentukan menurut cara yang dikemukakan oleh A. Atterberg.
269 Angka ini berguna untuk menentukan kepekaan tanah terhadap air.
270 d. Batas Plastis dan Indes Plasisitas
271 Adapun tujuan dari praktikum batas plastis (plastic limit) adalah kadar
272 air batas terhadap sesuatu tanah memperlihatkan sifat plastis. Batas
273 tersebut ditentukan menurut cara yang dikemukakan oleh A. Atterberg.
274 Angka batas plastis merupakan pasangan angka dengan batas cair.
275 e. Pemadatan
276 Tujuan dari percobaan pemadatan ini adalah untuk menentukan
277 kepadatan maksimum yang dapat terjadi pada suatu tanah dengan cara
278 tumbukan.
279
280
281
282
283

4
284
285 1.3 Rumusan Masalah
286
287 Masalah-masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
288 1. Bagaimanakan Berat volume tanah dan hubungan-hubungannya ?
289 2. Apa itu Mineral Lempung serta susunan tanah lempung dan pengaruh air
290 pada tanah lempung ?
291 3. Bagaimana analisis ukuran butiran pada tanah berbutir kasar dan berbutir
292 halus ?
293
294 1.4 Lokasi Penelitian
295
296 Praktikum Mekanika Tanah dilaksanakan di Laboratorium Mekanika
297 Tanah Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Aceh dengan bantuan asisten
298 labarotorium.

299

300 Gambar 1.1 Lokasi Penelitian

5
301 BAB II

302 LANDASAN TEORI

303
304 2.1 Pengertian Tanah

305 Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)
306 mineral-mineral padat yang tidak tersementasikan (terikat secara kimia) satu sama
307 lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat)
308 disertai dengan zat cair dan gas mengisi ruang-ruang kosong di antara
309 partikelpartikel padat tersebut. Tanah mempunyai sifat struktur yang bermacam-
310 macam, hal itu disebabkan karena tanah mempunyai banyak sifat-sifat fisis yang
311 berbeda. Sifat-sifat fisis meliputi berat isi, angka pori, nilai sudut geser, dan berat
312 volume. Berat isi adalah berat tanah termasuk air dan udara dengan volume total.
313 Sudut geser terbentuk akibat dari gerak antara butiran-butiran tanah. Berat volume
314 adalah berat volume butiran tanah termasuk udara, dengan volume total tanah.
315 Secara umum dari hasil survey lapangan dan test laboraturium tanah memiliki
316 sifat-sifat sebagai berikut (Braja M Das, 1998) :
317 - Permaebilitas tanah
318 - Kemampuan dan konsuliditas tanah
319 - Kekutan tegangan geser tanah.
320 - Klasifikasi Tanah
321 Secara umum tanah dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan sifat
322 lekatnya, yaitu tanah kohesif, tanah tidak kohesif (granular) dan tanah organik
323 tanah. Sifat-sifat tanah kohesif adalah sebagai berikut
324 a) Tanah Kohesif adalah tanah yang mempunyai sifat lekatan antara butir –
325 butirnya seperti tanah lempung.
326 b) Tanah Non Kohesif adalah tanah yang tidak mempunyai atau sedikit sekali
327 lekatan antara butir - butirnya atau hampir tidak mengandung lempung
328 misal pasir.

6
329 c) Tanah Organik adalah tanah yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh bahan -
330 bahan organik (sifat tidak baik) seperti sisa-sisa hewani maupun tumbuh
331 tumbuhan.
332
333 2.2 Klasifikasi Tanah

334 Klasifikasi tanah didapatkan dari pengukuran sifat-sifat fisis. Dari data
335 sifat-sifat itu dapat ditentukan klasifikasi tanah, baik klasifikasi menurut sistem
336 AASHTO (American Association of State Highway and Tecknology Officials)
337 maupun menurut USCS (Unified Soil Classification System) Bowles(1993:116).
338 Menurut Das (1995:66) sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur adalah relatif
339 sederhana karena ia hanya didasarkan pada distribusi ukuran butiran tanah tanah
340 saja. Pada saat ini ada dua sistem klasifikasi tanah yang selalu dipakai. Kedua
341 sistem tersebut memperhitungkan distribusi ukuran butir dan batas-batas
342 Atterberg.
343 Umumnya, penentuan sifat-sifat tanah banyak dijumpai dalam masalah
344 teknis yang berhubung dengan tanah. Hasil dari penyelidikan sifat-sifat ini
345 kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi masalah-masalah tertentu seperti :
346 - Penentuan penurunan bangunan, yaitu dengan menentukan kompresibilitas
347 tanah.
348 - Penentuan kecepatan air yang mengalir lewat benda uji guna menghitung
349 koefesien permeabilitas.
350 - Untuk mengevaluasi stabilitas tanah yang miring, yaitu dengan menentukan
351 kuat geser tanah.
352
353 2.2.1 Sistem Klasifikasi Tanah Menurut AASHTO
354 Menurut Bowles (1993:132), pada klasifikasi tanah dengan sistem
355 AASHTO ini tanah dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu kelompok A-1
356 sampai A-8. Sistem klasifikasi ini didasarkan pada hasil pengujian analisa ukuran
357 butiran dan batas-batas Atterberg. Kelompok A-1 sampai dengan kelompok A-3
358 tergolong tanah berbutir kasar yang teridiri dari pasir dan kerikil (Granuler

7
359 Material) dengan persyaratan tidak lebih dari 35% tanah lolos saringan nomor
360 200. Kelompok A-4 sampai A-7 tergolong tanah berbutir halus yang terdiri dari
361 lanau dan lempung (Still-Clay Material) dengan persyaratan lebih dari 35% tanah
362 lolos saringan nomor 200. Kelompok-kelompok yang telah disebutkan di atas
363 dibagi lagi menjadi beberapa sub kelompok. Kelompok A-1 dibagi menjadi dua
364 subkelompok yaitu

Gambar 2.1. Sistem Klasifikasi AASHTO


365
366
367 Menurut Bowles (1993: 135), untuk menentukan tingkatan relatif
368 (kualitas) A-1a dan A-1b, kelompok A-2 dibagi menjadi empat subkelompok (A-
369 2-4, A-2-5, A-2-6, A-2-7), dan kelompok A-7 dibagi menjadi dua subkelompok
370 yaitu A-7-5 dan A-7-6. Kelompok tanah A-8 tidak diperlihatkan karena
371 merupakan jenis tanah gambut yang dapat ditentukan secara visual.
372 Tanah pada masing-masing sub kelompok dapat diketahui dengan mencari
373 bilai indek kelompok (Group Index, GI). Indeks kelompok (GI) merupakan fungsi
374 dari persentase tanah yang lolos saringan nomor 200 dan batas-batas Atterberg.
375 Das(1995:68) menyatakan indeks kelompok (Group Index) dapat dihitung dengan
376 persamaan berikut ini.
377

8
378 GI = (F-35)[0,2 + 0,005 (LL-40)]+ 0,01 (F – 15)(PI-10)………….….

379 (2.2)

380 Dimana :
381 GI = indeks kelompok (Group Index);
382 F = persen material lolos saringan no.200;
383 LL = batas cair; dan
384 PI = indeks plastisitas.
385
386 Bila indeks kelompok (GI) semakin tinggi, maka tanah semakin berkurang
387 ketepatan penggunaan. Tanah granuler diklasifikasikan kedalam A-1 sampai A-3.
388 Tanah A-1 merupakan tanah granuler bergradasi baik,sedang A-3 adalah pasir
389 bersih bergradasi buruk. Tanah A-2 termasuk tanah granuler (urang dari 35%
390 lolos saringan no.200) tapi masih mengandung lanau dan lempun. Tanah berbutir
391 halus diklasifikasikan dari A-4 sampai A-7, yaitu tanah lempung – lanau.
392
393 2.2.2 Sistem Klasifikasi Tanah menurut USCS
394 Menurut sutarman (2013:29) mengemukakan bahwa sistem klasifikasi
395 tanah unified mendefinisikan tanah sebagai :
396 a) Tanah berbutir kasar apabila lebih dari 50% tertahan pada saringan no. 200
397 atau ukuran 0,075 mm
398 b) Tanah berbutir halus apabila lebih dari 50% dapat lolos saringan no. 200.
399 Bowles (1993:126) mengemukakan bahwa sistem USCS menggunakan
400 analisa ukuran butiran dan batas-batas Ateterberg sebagai dasar untuk klasifikasi
401 tanah. Sistem USCS ini juga membagi tanah dalam dua kelompok utama, yaitu
402 tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus. Tanah yang berbutir kasar adalah
403 tanah yang tertahan di atas saringan 200 lebih besar dari 50%, sedangkan tanah
404 yang berbutir halus adalah tanah yang lolos saringan nomor 200 lebih besar dari
405 50%.

9
Jenis Tanah huruf pertama Sub Kelompok Huruf Kedua
Gradasi Baik W
Kerikil G
Gradasi Baik P
Jenis Tanah Huruf Pertama Sub Kelompok Huruf Kedua
Berlanau M
Pasir S
Berlempung C
Lanau M
WL < 50% L
Lempung C
Organik O
WL > 50% H
Gambut R

Tabel 2.1. Simbol – simbol Kelompok Tanah USCS


Sumber: Bowles (1993 : 125)
406
407 Pemberian nama pada sistem USCS ini ialah dengan cara memadukan
408 huruf-huruf yang terdapat pada tabel 2.2 antaranya GW adalah kerikil yang
409 bergradasi baik, Sc adalah pasir berlempung, CH adalah lempung dengan batas
410 cair besar dari 50 % lempung organik dengan plastisitas tinggi, lempung gemuk
411 dan lain sebagainya.
412 Prosedur untuk menentukan klasifikasi tanah Sistem USCS adalah sebagai
413 berikut :
414 1) Tentukan apakah tanah berupa butiran halus atau butiran kasar secara visual
415 atau dengan cara menyaringnya dengan saringan nomor 200.
416 2) Jika tanah berupa butiran kasar :
417 a) Saring tanah tersebut dan gambarkan grafik distribusi butiran.
418 b) Tentukan persen butiran lolos saringan nomor 4. Bila persentase butiran
419 yang lolos kurang dari 50 %, maka klasifikasikan tanah tersebut sebagai
420 kerikil. Bila persen butiran yang lolos lebih dari 50 % klasifikasikan
421 sebagai pasir.
422 c) Tentukan jumlah butiran yang lolos saringan no.200. jika persentase
423 butiran yang lolos kurang dari 5%, pertimbangkan bentuk grafik distribusi
424 butiran dengan menghitung Cc dan Cu. Jika termasuk bergradasi baik,
425 maka klasifikasikan sebagai GW (bila kerikil) atau SW (bila pasir). Jika
426 termasuk bergradasi buruk, klasifikasikan sebagai GP(bila kerikil) atau

10
427 SP(bila pasir). Jika persentase butiran tanah yang lolos saringan nomor
428 200 diantara 5 sampai 12 %, tanah akan mempunya simbol dobel dan
429 mempunyai sifat keplastisan.
430 3) Jika tanah berbutir halus :
431 a) Kerjakan uji batas –batas atterberg dengan menyingkirkan butiran tanah
432 yang tinggal dalam saringan no.40. jika batas cair lebih dari 50 %,
433 klasifikasikan sebagai H (plastis tinggi) dan jika kurang dari 50 %,
434 klasifikasikan sebagai L (plastis rendah ).
435 b) Untuk H (plastis tinggi), jika plot batas-batas atterberg pada grafik plastis
436 di bawah garis A, tentukan apakah tanah organik (OH) atau anorganik
437 (MH). Jika plot jatuh diatas garis A, klasifikasikan sebagai CH.
438 c) Untuk L (plastis rendah), jika plot batas-batas atterberg pada grafik
439 plastisitas dibawah garis A dan area yang diarsir, tentukan klasifikasi
440 tanah tersebut sebagai organik (OL) atau anorganik (ML) berdasarkan
441 warna, bau, atau perubahan batas cair dan batas plastisnya dengan
442 mengeringkannya di dalam oven.
443 d) Jika plot batas-batas atterberg pada grafik plastisitas jatuh pada area yang
444 diarsir ,dekat denan garis A atau nilai LL sekitar 50,gunakan simbol dobel.
445
446 2.3 Sifat-Sifat Fisis Tanah

447 Das (1995:1) mengatakan bahwa dalam pengertian teknik secara umum,
448 tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral –
449 mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu sama lain dan dari bahan –
450 bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi
451 ruang –ruang kosong antar partikel – partikel tersebu. Tanah berfungsi sebagai
452 bahan bangunan untuk berbagai macam pekerjaan kontruksi. Pada suatu
453 konstruksi diharuskan untuk mengetahui sifat – sifat dasar dari tanah tersebut
454 seperti batas cair,batas plastis, indeks plastis, berat jenis,dan penyebaran ukuran
455 butiran.
456

11
457
458 2.3.1 Kadar Air
459
460 Hardiyatmo (2002) berpendapat bahwa pada dasarnya tanah terdiri dari
461 beberapa bagian yaitu bagian padat dan bagian rongga. Bagian padat terdiri dari
462 partikel-partikel tanah yang padat sedangkan bagian rongga terisi oleh air dan
463 udara. Untuk menentukan suatu kadar air dari tanah maka dilakukan pengujian
464 sampel tanah dengan membandingkan antara berat air yang terkandung dalam
465 tanah dengan berat butir tanah yang dinyatakan dalam persen. Kadar air tanah
466 ialah perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering
467 tanah tersebut. Kadar air tanah dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan
468 2.1 sebagai berikut.
469
470 W=ww/ws X100.....................................................................................(2.1)

471 Dimana:
472 W= kadar air (%)
473 Ww=berat air(gram)
474 Ws=berat butiran padat (gram)
475
476 2.3.2 Analisis Ukuran Butiran
477
478 Hardiyatmo (2006:24) mengatakan sifat-sifat tanah sangat bergantung
479 pada ukuran butirannya. Besarnya butiran dijadikan dasar untuk pemberian nama
480 dan klasifikasi tanah. Oleh karena itu, analisis butiran ini adalah penentuan
481 persentase berat butiran pada satu unit saringan, dengan ukuran diameter lubang
482 tertentu.
483 1) Analisis Saringan
484 Menurut Bowles (1993:121) pada dasarnya analisis ukuran butiran terdiri
485 dari:

12
486 a) Mendapatkan contoh yang representative dan menguranginya menjadi
487 partike-partikel elementer dengan melumatnya menjadi adukan mortar
488 dan mencucinya pada saringan nomor 200.
489 b) Menyaring contoh melalui susunan saringan empat sampai enam buah
490 dan menimbang jumlah yang tertahan pada setiap saringan.
491 c) Menghitung persentase yang lolos saringan (lebih halus) untuk masing-
492 masing saringan berdasarkan berat komulatif yang tertahan pada setiap
493 saringan dan berat total.
494 d) Menggambarkan persentase yang lolos saringan vs ukuran saringan
495 (secara sederhana istilah ini disebut pula diameter butiran) pada kertas
496 semilog.
497 Hardiyatmo (2006:24) sifat-sifat tanah sangat bergantung pada ukuran
498 butirannya. Besarnya butiran dijadikan dasar untuk pemberian nama dan
499 klasifikasi tanah. Oleh karena itu, analisis butiran ini adalah penentuan persentase
500 berat butiran pada satu unit saringan, dengan ukuran diameter lubang tertentu.
501 Maksud dan tujuan dari analisis saringan (sieve analysis) adalah untuk
502 menentukan distribusi ukuran butir tanah yang memiliki diameter lebih besar dari
503 0,075 mm (tertahan di atas saringan No. 200 ASTM) dengan cara penyaringan.
504 Pengujian ini menggunakan standar ASTM D 422-63.
505 Hardiyatmo lebih lanjut menjelaskan bahwa sifat dan karakteristik tanah
506 banyak tergantung pada ukuran butirannya. Ukuran butiran menentukan
507 klasifikasi atau jenis tanah tersebut. Untuk butiran kasar dipakai cara penyaringan
508 (sieving) dalam penentuan ukuran butiran tanah. Tanah kering oven disaring pada
509 serangkaian saringan dengan ukuran diameter lubang saringan tertentu dari mulai
510 yang kasar hingga yang halus disusun dari atas ke bawah.
511 Pengukuran pembagian butir yang menggunakan analisis ukuran butir
512 saringan kering diawali dengan mengovenkan sampel tanah selama 24 jam. Tanah
513 yang telah kering dioven tersebut kemudian direndam sebanyak 60 gram dalam air
514 selama 24 jam. Setelah direndam tanah tersebut dicuci dengan menggunakan
515 saringan no. 200, agar semua butiran yang berukuran kecil atau lewat saringan
516 no.200 dapat dipisahkan dengan butiran tanah yang tidak lewat saringan no.200.

13
517 Pencucian ini dilakukan sampai air yang digunakan kelihatan jernih. Kemudian
518 tanah yang tidak lewat saringan akan diovenkan kembali selama 24 jam. Setelah
519 pengovenan, butiran-butiran tanah dipisahkan dengan menggunakan saringan
520 yang berukuran berturut-turut yaitu no. #4, no. #10, no. #20, no. #40, no. #60, no.
521 #80, no. #100, no. #140, no. #200, yang bertujuan untuk mengetahui berat
522 masing-masing butiran. Ukuran lubang dari beberapa standar dapat dilihat pada
523 tabel 2.2 dibawah ini :
America Society for Testing
AASHTO British Standard BS 1377: 1975
and Materials, ASTM
Nomor Ukuran Ukuran Nomor Ukuran
Ayakan Lubang (mm) Lubang (mm) Ayakan Lubang (mm)
No. 4 4.76 4.75
No. 6 3.35
No. 8 2.36 2.36 No.8 2.057
No. 10 2
No. 16 1.18 1.18 No.16 1.003
No. 20 0.841
No. 30 0.595 0.6 No.30 0.5
No.36 0.422
No. 40 0.425
No. 50 0.3 0.3 No. 52 0.295
No. 60 0.25 No.60 0.251
No. 80 0.18 No.85 0.178
No. 100 0.15 0.15 No.100 0.152
No. 140 0.106
No. 170 0.088 0.09
No. 200 0.075 0.075 No.200 0.076
524 Tabel 2.2. Diameter Lubang Ayakan Beberapa Standar
525 Sumber: Hardiatmo (2016:24)
526 Wesley, (1997:42) mengatakan apabila kadar air suatu tanah rendah, tanah
527 tersebut kaku dan sukar dipadatkan. Hal ini disebabkan karena gumpalan tanah

14
528 tidak cukup tersiram oleh air. Bila kadar air ditambahkan, air akan berfungsi
529 sebagai pelumas sehingga tanah akan lebih mudah dipadatkan dan ruangan
530 kosong antara butir menjadi lenih kecil. Selanjutnya pada kadar air yang lebih
531 tinggi lagi, kepadatan tanah akan turun kembali karena ruang pori tanah akan
532 penuh terisi air sehingga butir-butir tanah tidak mungkin lagi menjadi lebih padat.
533 Bowles (1993: 204) mengemukakan bahwa pemadatan merupakan suatu
534 usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan pemakaian energi mekanis
535 untuk pemampatan partikel. Kepadatan tanah maksimum akan tercapai pada saat
536 kadar air optimum (Optimum Moisture Content, OMC) dan berat volume kering
537 maksimum. Tujuan dilakukan pemadatan adalah untuk memperbaiki sifat teknis
538 massa tanah, sehingga bertambahnya kekuatan tanah, berkurangnya penyusutan
539 dan berkurangnya penurunan tanah. Namun pemadatan juga mengalami kerugian
540 yaitu bertambahnya kadar air dari nilai patokannya (memuai) dan kemungkinan
541 pembekuan tanah itu akan membesar. Energi mekanis yang digunakan dalam
542 proses pemadatan dapat merupakan usaha dari penumbukan (impact), penekanan,
543 penggetaran, dan penggilasan. Hardiyatmo (2006:75) menyatakan bahwa untuk
544 menentukan hubungan kadar air dan berat volume, dan untuk mengevaluasi tanah
545 agar memenuhi persyaratan kepadatan, maka umumnya dilakukan uji pemadatan.
546 Berat volume kering setelah pemadatan bergantung pada cara atau usaha
547 pemadatan, jenis tanah dan kadar airnya. Pada usaha pemadatan yang lebih besar
548 diperoleh pemadatan yang lebih tinggi.
549
550 Hardiyatmo (2006:82) menjelaskan bahwa energi pemadatan per volume
551 (E) dapat dihitung dengan persamaan 2.4 berikut ini :
552
553 E = (Nb × Nl × W × H)/V

554 Dimana:
555 E = energi pemadatan (gr/cm 3);
556 Nb = jumlah pukulan per lapisan;
557 Nl = jumlah lapisan;

15
558 W = berat pukulan (gr);
559 H = tinggi jauh pemukulan (cm); dan
560 V = volume mold (cetakan) (cm3).
561
562
563 2.3.3 Batas-batas Atterberg
564
565 Suatu hal yang penting pada tanah berbutir halus adalah sifat plastisitasnya.
566 Plastisitas disebabkan oleh adanya partikel mineral lempung dalam tanah. Istilah
567 plastisitas menggambarkan kemampuan tanah dalam menyesuaikan perubahan
568 bentuk pada volume yang konstan tanpa retak – retak atau remuk.
569 Bergantung pada kadar air, tanah dapat berbentuk cair, plastis, semi padat,
570 atau padat. Kedudukan fisik tanah beebutir halus pada kadar air tertentu disebut
571 konsistensi. Konsistensi bergantung pada gaya tarik antara partikel mineral
572 lempung. Sembarang pengurangan kadar air menghasilkan berkurangnya tebal
573 lapisan kation yang menyebabkan bertambahnya gaya tarik partikel. Bila tanah
574 dalam kedudukan plastis, besarnya jaringan gaya antar partikel akan sedemikian
575 hingga partikel bebas menggelincir antara satu dengan yang lain, dengan kohesi
576 yang tetap terpelihara. Pengurangan kadar air menghasilkan pengurangan volume
577 tanah.
578
579 1) Batas Cair (Liquid Limit)
580 Menurut Atterberg (1911:14), cara untuk menggambarkan batas-batas
581 konsistensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan air
582 tanah. Hardiyatmo (2006:33) mengatakan bahwa pada dasarnya batas cair (LL)
583 merupakan kadar air pada batas antara keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu
584 batas dari daerah plastis. Batas cair juga didefinisikan sebagai kadar air pada 25
585 kali ketukan pada alat pengujian batas cair (mangkuk Cassagrande). Batas plastis
586 didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah plastis dan semi
587 padat, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan diameter silinder 3,2 mm
588 mulai retak-retak ketika digulung atau diplintir.

16
589

Gambar 2.2. Skema Alat Uji Batas Cair


Sumber: Hardiyantmo (2012:48)
590
591 2) Batas Plastis (Plastic Limit)

592 Batas plastis (PL) adalah keadaan dimana kadar air pada kedudukan
593 antara daerah plastis dan semi padat, yaitu presentase kadar air dimana tanah
594 dengan diameter silinder 3,2 mm tanah mulai retak-retak ketika digulung.
595
596 2.3.4 Pemadatan Tanah

597 Pemadatan adalah sebuah usaha untuk mempertinggi kerapatan


598 tanah dengan pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan
599 pemampatan partikel. Apabila tanah yang ada di lapangan
600 membutuhkan perbaikan agar dapat mendukung bangunan di atasnya,
601 atau tanah yang akan digunakan sebagai bahan timbunan, maka
602 pemadatan sering dilakukan. Tujuan dari pemadatan adalah :
603 1. mempertinggi kuat geser tanah,
604 2. mengurangi sifat mudah mampat (kompresibilitas),
605 3. mengurangi permeabilitas, dan
606 4. mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar
607 air dan lain- lain.
608 Tujuan tersebut dapat tercapai dengan cara pemilihan bahan
609 timbunan, cara pemadatan, pemilihan mesin pemadat, dan jumlah

17
610 lintasan yang sesuai. Apabila tanah lempung dipadatkan dengan cara
611 yang benar, maka dapat memberikan kuat geser yang tinggi
612 sedangkan stabilitas terhadap sifat kembang susut tergantung dari
613 jenis kandungan mineralnya. Kepadatan dipengaruhi oleh beberapa
614 faktor yaitu :
615 1. usaha pemadatan (atau energi),
616 2. jenis tanah,
617 3. kadar air, dan
618 4. berat satuan kering (Proctor Standart menggunakan angka pori)
619 (Bowles, 1986)

620
621 Tingkat kepadatan dari suatu tanah diukur dari berat volume
622 kering tanah yang dipadatkan (d). Apabila kadar air dari suatu tanah
623 tertentu rendah, maka tanah tersebut keras dan sulit untuk dipadatkan
624 dan kemudian kadar air ditambah, maka air tersebut berfungsi untuk
625 memudahkan tanah dalam pemadatan dan membuat ruang kosong
626 antar butir-butir menjadi lebih kecil. Pada dasarnya kadar air yang
627 lebih tinggi, tingkat kepadatan akan turun. Hal ini dikarenakan pori-
628 pori tanah menjadi terisi dengan air yang tidak dapat dikeluarkan
629 dengan cara pemadatan. Hubungan antara berat volume kering dengan
630 berat volume basah dan kadar air di
631 nyatakan dalam Persamaan 3.3.

18
632
633
𝛾
634 γd = 1+𝑤 636 (3.3)
635

637

638 dengan : d = Berat volume tanah kering (kN/m3)

639  = Berat volume tanah basah (kN/m3)


640 w = Kadar air (%)

641

642 Karakteristik kepadatan tanah didapatkan dari pengujian standar


643 laboraterium yang disebut uji Proctor Standart. Untuk mendapatkan nilai kadar
644 air optimum (OMC), maka dibuat grafik hubungan antara berat volume kering
645 dengan kadar air. Kurva kadar air dan berat volume kering dapat dilihat pada
646 Gambar 3.3 berikut ini.
647
648

649 Gambar 2.3. Kurva Kadar Air dan Berat Volume Kering
650 (Sumber : Hardiyatmo, 2010)
651

652 Puncak dari kurva merupakan nilai (d) maksimum, dari titik puncak kurva
653 ditarik garis vertikal memotong absis, pada titik ini adalah merupakan kadar air
654 optimumnya.

19
655 BAB III
656 METODELOGI
657
658 Pada bab ini diuraikan mengenai pelaksanaan penelitian mulai dari
659 pengumpulan data, pengadaan tanah dan peralatan yang digunakan dalam
660 penelitian, produser penelitian sampai dengan analisis data. Untuk mendapatkan
661 data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka dilakukan beberapa tahap
662 penyelidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Penelitian ini dilakukan di
663 laboratorium Mekanika Tanah Universitas Muhammadiyah Aceh (UNMUHA).
664
665 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel
666

667
668 Gambar 3.1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel
669 Sumber : Google Maps
670
671 Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini berasal Dari Desa
672 Teubang Phui Mesjid, Kec.Montasik, Aceh Besar pada koordinat 5°27'46.8"N dan
673 95°25'18.0"E yang diambil dari lokasi pengambilan secara terganggu (disturbed),
674 dengan menggunakan Sekop.

675
676
677 Gambar 3.2. Proses Pengambilan Sampel
678
679 Tanah dimasukkan ke dalam karung dan dibawa kemudian tanah tersebut
680 dihamparkan di atas tempat penjemuran, dibiarkan beberapa hari sampai tanah
681 kering udara. Tanah tersebut selanjutnya ditumbuk dengan menggunakan palu
682 karet atau hammer. Hal ini dilakukan untuk mempermudah memecahkan
683 gumpalan tanah sehingga tanah mudah untuk di saring.
684
685
686 3.2. Waktu & Pelaksanaan
687 Waktu pelaksanaan praktikum mekanika tanah terbagi kedalam beberapa
688 agenda pelaksanaan yaitu :
689 1. Pengambilan Sampel Tanah
690 Tempat : Desa Teubang Phui Mesjid, Kec.Montasik, Kota Aceh Besar
691 Waktu : Tanggal 14 juni 2022
692
693 2. Meneliti Kadar Air Tanah Asli
694 Tempat : Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah Aceh
695 Waktu : Tanggal 14 Juni 2022
696
697

21
698 3. Melaksanakan Analisa Saringan
699 Tempat : Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah Aceh
700 Waktu : Tanggal 14 Juni 2022
701
702 4. Pelaksanaan Batas-batas Atterberg
703 Tempat : Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah Aceh
704 Waktu : Tanggal 20 Juni 2022
705
706 5. Pelaksanaan Pemadatan
707 Tempat : Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah Aceh
708 Waktu : Tanggal 04 Juli 2022 dan 05 Juli 2022
709
710 3.3. Pengujian Sifat-Sifat Fisis Tanah
711
712 Berdasarkan sistem AASHTO (American Association of State Highway and
713 Transportation Officials Classification) dan USCS (Unified Soil Classification
714 Sistem) untuk menentukan klasifikasi tanah, maka harus dilakukan pengujian
715 sifat-sifat fisis tanah terlebih dahulu, pengujian ini meliputi pengukuran kadar air,
716 analisis ukuran butiran, batas cair, batas plastis, yang akan dilakukan dengan
717 metode ASTM (American Society for Testing and Material). Dari hasil pengujian
718 sifat-sifat fisis tanah maka akan ditentukan klasifikasi tanah tersebut.
719 1. Pengujian batas cair
720 Pengujian batas cair ini berpedoman pada ketentuan standar ASTM D
721 423-59. Peralatan yang digunakan adalah Cassagrande, grooving tool, spatula,
722 dan plat kaca. Tujuan pengujian batas cair ini adalah untuk mendapatkan nilai
723 batas cair yang digunakan untuk penentuan jenis tanah berdasarkan sistem
724 klasifikasi AASHTO dan USCS. Contoh tanah yang dipergunakan adalah tanah
725 kering udara yang lolos saringan nomor 40 (0,425 mm) lebih kurang 900 gram.
726 Sampel tanah diletakkan di atas plat kaca, kemudian dicampur air sedikit
727 demi sedikit dan diaduk hingga merata dengan menggunakan spatula sehingga
728 adonan menjadi lembut. Adonan tanah ini dimasukkan ke dalam Cassagrande

22
729 dan diratakan permukaannya dengan menggunakan spatula, kemudian pada
730 bagian tengah adonan tanah yang berada di dalam Cassagrande dibuat alur
731 dengan menggunakan grooving tool. Tuas pegangan Cassagrande diputar
732 sesuai dengan jumlah ketukan yang ditentukan, yaitu tiga kali pengujian
733 dengan jumlah ketukan di atas 25 kali dan tiga kali pengujian di bawah 25 kali.
734 Pemegang tuas putar Cassagrande diatur dengan kecepatan dua putaran per
735 detik dan ketukan dihentikan pada saat alur merapat sepanjang 0,5 inc (13 mm)
736 dan jumlah ketukan itu dicatat. Bila keadaan ini belum dicapai maka campuran
737 adonan ditambahkan air sedikit dan kembali diulang pengujian tersebut.
738 Selanjutnya adonan tanah pada bagian yang merapat diambil sedikit dan
739 dimasukkan ke dalam kontainer, ditimbang beratnya dan di oven selama 24
740 jam untuk mendapatkan kadar air tanah. Pekerjaan ini dilakukan empat buah
741 sampel tanah sehingga diperoleh jumlah ketukan yang berbeda.
742 Data yang diperoleh dari hasil pengujian batas cair ini adalah banyaknya
743 ketukan, berat kontainer kosong, berat kontainer yang berisi tanah basah,
744 campuran dan berat kontainer yang berisi tanah kering. Hasil dari pengujian
745 batas cair akan disajikan dalam bentuk grafik hubungan antara kadar air dan
746 jumlah ketukan (dalam skala log).
747
748 2. Pengujian batas plastis
749 Pengujian batas plastis dilakukan berdasarkan pada ketentuan standar
750 ASTM D 424-59 yang bertujuan untuk mendapatkan nilai batas plastis. Nilai
751 batas plastis ini digunakan untuk mendapatkan nilai indeks plastis yang dipakai
752 untuk penentuan jenis tanah berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO dan
753 USCS. Contoh tanah yang digunakan adalah tanah kering open dan lolos
754 saringan nomor 40 (0,425 mm) lebih kurang 100 gram.
755 Sampel tanah diletakkan diatas plat kaca dan diberi air sedikit demi
756 sedikit sampai adonan menjadi kenyal. Tanah ini diambil kira-kira sebesar ibu
757 jari dan dipelintir di atas plat kaca sehingga berupa benang-benang tanah yang
758 berdiameter lebih kurang 3mm dan terlihat keretak-keretakan pada tanah
759 tersebut. Pada keadaan tersebut tanah telah mencapai batas plastis. Pekerjaan

23
760 ini dilakukan beberapa kali sehingga diperoleh empat buah sampel tanah yang
761 dimasukkan ke dalam tigaa buah kontainer. Kontainer beserta tanah ditimbang
762 dan dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam setelah itu ditimbang kembali
763 dan untuk mengetahui kadar airnya. Data yang diperoleh pada pengujian plastis
764 adalah berat kontainer kosong, berat kontainer beserta tanah basah, dan berat
765 kontainer beserta tanah kering.
766
767 3. Pengujian analisis butiran
768 Pengujian analisa saringan kering didasarkan pada standar ASTM 421-63
769 yang bertujuan untuk mengetahui presentase saringan butiran yang lolos pada
770 setiap nomor saringan. Ada dua cara yang digunakan dalam pengujian ini,
771 yaitu analisa saringan dan hidrometer. Cara pertama dilakukan untuk fraksi
772 yang berbutir kasar, sedangkan untuk fraksi halus yang lulus saringan nomor
773 200 digunakan cara kedua. Untuk tanah yang digunakan memakai kedua cara
774 tersebut dalam pengujiannya, sedangkan untuk kerikil hanya menggunakan
775 analisa saringan.
776 Pengujian dilakukan terhadap tanah kering yang telah di oven sebanyak
777 500 gram kemudian direndam selama 24 jam untuk memisahkan butiran yang
778 satu dengan yang lainnya. Pembagian ukuran butiran dilakukan dengan
779 penyaringan yang disusun mulai ukuran 3/8” (10 mm), nomor 4 (4,75 mm)
780 nomor 10 (2,0 mm), nomor 16 (1,18 mm), nomor 20 (0.85 mm), nomor 40
781 (0.425mm), nomor 60 (0.3 mm) nomor 100 (0.15 mm) dan nomor 200(0,075).
782 Masing-masing butiran.
783
784 3.3.1 Kadar Air
785
786 Pemeriksaan kadar air ini bertujuan unutuk menentukan kadar air tanah
787 asli, langkah-langkahnya ialah sebagai berikut :
788 1. Perlatan
789 a) Tanah asli yang diambil dengan cara disturbed
790 b) Cawan atau wadah

24
791 c) Oven pengering
792 d) Timbangan
793
794 2. Prosedur pengujian
795 a) Siapkan 3 buah cawan atau wadah yang bersih dan kering. Timbang dan
796 catat berat cawan.
797 b) Ambil sampel tanah sesuai dengan syarat minimum berat sampel.
798 Lebihkan sampel tanah yang diambil sehingga menghasilkan hasil yang
799 lebih signifikan.
800 c) Timbang cawan beserta sampel tanah dan catat hasilnya.
801 d) Lakukan pengeringan sampel dengan cara memasukkan sampel tanah
802 beserta cawan ke dalam oven pengering dengan temperatur ± 110 ̊ C
803 selama 24 jam.
804 e) Keluarkan cawan dengan sampel tanah yang sudah dikeringkan lalu
805 dinginkan cawan beserta sampel tanah sesuai suhu ruangan atau sampai
806 cawan dapat dipegang dengan tangan.
807 f) Timbang cawan beserta sampel kering dan catat hasilnya.
808
809 3. Perhitungan
810 W 1 = Berat Cawan atau wadah (gr)
811 W 2 = Berat cawan + tanah basah (gr)
812 W 3 = Berat cawan + tanah kering (gr)
813 Kadar air :
W 2−W 3
814 W¿ x 100 %
W 3−W 1
815 Kadar air rata-rata :
W i+ W ii +W iii
816 W¿ x 100 %
3
817
818
819

25
820
821 3.3.2 Analisis Ukuran Butiran
822 Pengujian analisa saringan tanah bertujuan untuk mengetahui besaran
823 butiran yang nantinya diperlukan untuk mengklasifikasikan jenis tanah. Langkah-
824 langkahnya ialah sebagai berikut (menurut SNI 3423:2008) :
825 1. Peralatan
826 a) Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
827 b) Satu set saringan: No.4; No.10; No.20; No.40; No.60; No.140 dan No.
828 200 (ASTM) Note: untuk saringan yang ada di lab: no.3/8 ; no.4 ; no.10 ;
829 no.16 ; no.20; no.40; no.60 ; no.100 dan no. 200.
830 c) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
831 (110 -5) ᶱ C.
832 d) Mesin pengguncang saringan
833 e) Talam-talam
834
835 2. Prosedur pengujian
836 a) Siapkan sampel tanah lebih dari 200 gram untuk percobaan ini.
837 b) Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling
838 besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan mesin
839 penguncang selama 10 menit.
840 c) Jika memperoleh tanah 50 gram di pan maka lakukan percobaan analisis
841 hidrometer.
842
843 3. Perhitungan
844 a) Tanah yang diizinkan hilang selama pengujian analisis saringan ialah :
W −W 1
845 X 100 %=¿ 2%
W
846 Dimana :
847 W = Berat tanah yang akan diuji
848 W 1 = Berat tanah setelah diuji
849

26
850
851 3.4. Pengujian Pemadatan
852
853 Pengujian pemadatan dilakukan berdasarkan pada standar SNI- 1742-2008.
854 Maksud dari pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air optimum dan
855 kepadatan kering maksimum. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini
856 adalah standar proctor yang terdiri dari cetakan (mold) penumbuk (hammer), dan
857 alat untuk mengeluarkan benda uji (extruder).
858 Pengujian pemadatan ini bertujuan untuk mendapatkan OMC (Optimum
859 Moisture Content) Pemadatan dilakukan dengan menjatuhkan hammer ke dalam
860 mold yang telah diisi tanah kira-kira 1/3 bagian mold dan ditumbuk dengan
861 menjatuhkan hammer sebanyak 25 kali setiap lapisan, dimana setiap mold
862 dipadatkan dalam tiga lapisan. Penumbukan dilakukan dengan menjatuhkan
863 hammer dari ketinggian 30,5 cm pada benda uji dimulai dari bagian tepi benda uji
864 dan diakhiri pada bagian tengahnya, sehingga didapatkan kepadatan merata di
865 setiap bagian benda uji. Tanah berlebihan di atas mold diratakan dengan
866 menggunkan pisau perata, kemudian benda uji beserta mold ditimbang, lalu
867 benda uji dikeluarkan dari dalam mold dengan menggunakan extruder.
868 Pengukuran kadar air dilakukan sesudah pemadatan, masing-masing dengan dua
869 buah container untuk bagian atas, dan bagian bawah benda uji. Data yang
870 diperoleh dari pengujian ini adalah berat mold kosong berat mold + benda uji,
871 volume mold, kadar air optimum (wopt) dan volume kering maksimum (γdmaks).
872
873 Pengujian pemadatan tanah menggunakan metode standar SNI 1742-2008,
874 dengan langkah – langkah sebagai berikut :
875 1. Peralatan
876 a) Cetakan harus dari logam berdinding teguh dan dibuat sesuai dengan ukuran
877 dan kapasitas yang sesuai SNI. Cetakan harus dilengkapi dengan leher
878 sambung yang dibuat dari bahan yang sama dengan cetakan, dengan tinggi
879 kurang lebih 60 mm. cetakan dan leher sambung harus dipasang kuat-kuat
880 pada keping alas yang dibuat dari bahan yang sama dan dapat dilepaskan.

27
881 b) Alat penumbuk tangan (manual), penumbuk dari logam dengan massa 2,5
882 kg ± 0,009 kg dan mempunyai permukaan berbentuk bundar dan rata,
883 diameter 50,08 mm ± 0,25 mm. akibat pemakaian, diameter penumbuk tidak
884 boleh kurang dari 50,42 mm. penumbuk harus dilengkapi dengan selubung
885 yang dapat mengatur jatuh bebas setinggi 300 mm ± 2mm diatas
886 permuakaan tanah yang akan dipadatkan.
887 c) Alat pengeluar benda uji (extruder) terdiri dari sebuah dongkrak,
888 pengungkit, rangka, atau alat lain yang sesuai.
889 d) Timbangan
890 e) Oven pengering yang temperaturnya mencapai 110 ̊ C ± 5 ̊ C untuk
891 mengeringkan contoh tanah basah
892 f) Pisau perata dibuat dari baja yang kaku dengan panjang minimum 25 cm.
893 salah satu sisi penampang pisau perata harus tajam dan sisi lainnya datar.
894 g) Alat pencampur
895 h) Cawan
896
897 2. Prosedur pengujian
898 Prosedur pengujian ini menggunakan metode SNI 1742:2008 dengan
899 langkah-langkah sebagai berikut :
900 a. Timbangan massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram serta
901 ukur diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.
902 b. Pasang leher sambungan pada cetakan dan keping alas kemudian dikunci
903 dengan di tempatkan pada landasan dari beton dengan massa tidak kurang
904 dari 100 kg yang diletakkan pada dasar yang stabil.
905 c. Ambil contoh uji yang akan di padatkan, tuangkan ke dalam baki dan aduk
906 sampai merata
907 d. Padatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam 3
908 lapisan dengan ketebalan sama sehingga ketebalan total setelah didapatkan
909 kira-kira 125 mm. pemadatan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
910 berikut:

28
911 1. Untuk lapis 1, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah yang
912 sedikit melebihi 1/3 dari ketebalan padat total, sebarkan secara merata
913 dan ditekan sedikit dengan alat penumbuk atau alat lain yang serupa agar
914 tidak lepas atau rata. Padatkan secara merata pada seluruh bagian
915 permukaan contoh uji di dalam cetakan dengan menggunakan alat
916 penumbuk dengan massa 2,5 kg yang di jatuhkan secara bebas dari
917 ketinggian 300 mm di atas permukaan contoh uji tersebut sebanyak 25
918 kali.
919 2. Lakukan pemadatan untuk lapis 2 dan lapis 3 dengan cara yang sama
920 seperti untuk lapis 1.
921 e. Lepaskan leher sambungan, potong kelebihan contoh uji yang telah
922 dipadatkan dan ratakan permukaannya menggunakan pisau perata, sehingga
923 betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
924 f. Timbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya dengan
925 ketelitian 1 gram.
926 g. Buka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam cetakan menggunakan
927 alat pengeluar benda uji (extruder). Belah benda uji secara vertikal manjadi
928 2 bagian yang sama, kemudian ambil sejumlah contoh yang mewakuli dari
929 salah satu bagian untuk pengujian kadar air.
930 h. Pecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan no 4 (4,75 mm) dan
931 campurkan dengan sisa contoh uji di dalam baki. Tambahkan air
932 secukupnya sehinggga kadar airnya meningkat 1% sampai dengan 3% dari
933 kadar air benda uji pertama, kemudian diaduk sampai merata.
934 i. Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam (a) sampai (h) diatas
935 beberapa kali sampai massa benda uji berkurang atau tetap.
936
937 3. Perhitungan
938 Perhitungan kadar air :
939 1) Berat cawan + berat tanah basah = W1 (gr)
940 2) Berat cawan + berat tanah kering = W2 (gr)
941 3) Berat air = W1 – W2 (gr)

29
942 4) Berat cawan = Wc (gr)
943
944 5) Berat tanah kering = W2 – Wc (gr)
945 6) Kadar air (w) = _ W1 – W2 (%)
946 W2 - Wc
947
948 Perhitungan berat isi :
949 1) Berat mold = Wm (gr)
950 2) Berat mold + sampel = Wms (gr)
951 3) Berat tanah (W) = Wms – Wm (gr)
3
952 4) Volume mold = V (cm )
3
953 5) Berat volume = W/V (gr/cm )
954 6) Kadar air (w)
955 7) Berat volume kering :
γ
956 γd =
(1+wr )
957 8) Berat volume zero air void ( γz )
3
958 γz = Gs x γw (gr/cm )
959 1.+ Gs . w

30
960 BAB IV
961 HASIL DAN PEMBAHASAN
962

9634.1 Kadar Air


964 Percobaan kadar air dilakukan dengan cara sebagai berikut didalam table ini :
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH ACEH
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Muhammadiyah No.91 Gedung K, Lt.1 Batoh, Kec. Lhung Bata
Kota Banda Aceh, Aceh 23123

KADAR AIR
Tanggal : 17-06-2022 Pelaksana :Kelompok 16
Mata Kuliah : Mekanika Tanah II Objek : Tanah Di Garot

Sampel 1 2 3
Kode Container 19 2 11
Berat Container, W1 (gr) 9 9 9
Berat Container + Tanah Basah, W2 (gr) 34 35 33
Berat Container + Tanah Kering, W3 (gr) 30 29 30
Berat Tanah Basah, W4 = W2-W1 (gr) 20 20 20
Berat Tanah Kering Oven, W5= W3-W1 (gr) 16 14 17
Berat Air, W6=W4-W5 (gr) 4 6 3
Kadar Air W7 = W6/W5*100 (%) 25,000 42,857 17,647
Kadar Air Rata-rata (%) 28,50

Diperiksa :
Paraf :
965
966 Tabel 4.1 Percobaan Kadar Air Mula – Mula
967
968
969
970
971
972
973
974
975 Pembahasan kadar air :

976 a) Percobaan nomor container 28


W −Ws
977 W (%) = × 100
Ws
20−16
978 = ×100
16
979 = 25,000
980 Dimana : W = Kadar Air (%)
981 w = Berat Tanah Basah (gr)
982 Ws = Berat Tanah Kering (gr)
983 b) Percobaan nomor container 29
W −Ws
984 W (%) = × 100
Ws
20−14
985 = ×100
14
986 = 42,857
987 c) Percobaan nomor container 29
W −Ws
988 W (%) = × 100
Ws
20−17
989 = ×100
17
990 = 17,647
991
992 Kadar air (W) rata-rata yang di dapatkan ialah :
Wb 1+Wb 2+Wb 3 25,000+42,857+17,647
993 Wrata-rata (%) = = = 28,50 %
3 3
994
995
996
997
998
999
1000

32
1001
1002
4.2 Analisa Saringan (SIEVE ANALYSIS)
1003
1004 Percobaan Analisa Saringan Pada Tabel Dibawah ini :

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH ACEH


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Muhammadiyah No.91 Gedung K, Lt.1 Batoh, Kec. Lhung Bata
Kota Banda Aceh, Aceh 23123

ANALISA SARINGAN (SIEVE ANALYSIS )


Tanggal : 17 JULI 2022 Pelaksana : KELOMPOK 16
Mata Kuliah : MEKANIKA TANAH II Objek : Tanah Di Garot

Berat Tanah Kering yang di uji , W= 500 gr SNI 3423:2008 500


100
Nomor Diameter berat % berat tanah % komulatif % tanah
Saringan lubang tanah tertahan dari tanah yang lolos
saringan yang saringan yang tertahan saringan
(mm) tertahan
saringan
(A) (B) (C) (D)= [(C)/W]*100 (E) (F)
1/2" 12,7 0 0 0,0 100,0
3/8" 10 35 7 7,0 93,0
4 4,75 212 42,4 49,4 50,6
10 2 99 19,8 69,2 30,8
16 1,18 60 12 81,2 18,8
20 0,85 13 2,6 83,8 16,2
40 0,425 26 5,2 89,0 11,0
60 0,3 15 3 92,0 8,0
100 0,15 24 4,8 96,8 3,2
200 0,075 13 2,6 99,4 0,6
PAN 3 0,6 100,0 0,0
Berat Total W1 500 100,00
W-W1
Tanah yang hilang selama pengujian analisis saringan = x100 %
W
500-500
= x 100 % < 2%
500
= 0 < 2%

1005
1006
1007 Tabel 4.2 Analisa Saringan ( Sieve Analysis )
1008
1009

33
Grafik Analisa Lolos Saringan
110
10093,00
90
80
70
60 D60
50,60
50
40 30,80
30 D30 18,8016,20
20 11,00
8,00
10 D10 3,20 0,60
0
10 1 0,1 0,01

1010
1011 Grafik 4.1 Grafik Analisa Lolos Saringan
1012
1013 Dari Grafik Analisa Kita peroleh :
1014 D60 = 5,6 D30 = 1,98 D10 = 0,35
1015 Maka :
¿ ¿
D60 5,6 ( D30) (1,98)
1016 CU = = 16 CC = ¿= ¿=2
D10 0,35 C 60+ D 10 5,6 x 0,35
1017 Karena nilai Cc 2 dan Cu = 16 maka tanah yang kami uji adalah tanah bergradasi
1018 baik berdasarkan 1 ¿ Cc ¿ 3 dan CU > 6 untuk pasir.
1019
1020 4.2.1 Hasil Klasifikaasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified
1021 Pada sistem klasifikasi Unified, tanah di klasifikasikan kedalam tanah
1022 berbutir kasar ( kerikil dan pasir ) jika kurang dari 50 % lolos saringan nomor 200
1023 (0.075) dan sebagai contoh tanah berbutir halus ( lanau / lempung ) jika lebih
1024 dari 50 % lolos saringan nomor 200 (0,075) Jika tanah berbutir kasar :
1025 a) Tentukan persen butiran lolos saringan nomor 4. bila persentase butiran
1026 yang lolos kurang dari 50 %, di klasifikasikan tanah tersebut sebagai
1027 kerikil, bila persen butiran yang lolos lebih dari 50 % di klasifikasikan
1028 sebagi pasir.

34
1029 b) Tentukan jumlah butiran yang lolos saringan no 200, jika persentase
1030 butiran yang lolos kurang dari 5 %, pertimbangkan bentuk grafik distribusi
1031 butiran yang mengandung Cu dan Cc .

1032
1033
1034 Maka menurut klasifikasi Unifield tanah kami di kelompokkan pasa
1035 symbol (SW) dimana keterangannya pasir bergradasi baik pasir berkerikil sedikit
1036 atau tidak mengandung butiran halus

35
1037 4.2.2 Hasil Klasifikaasi Tanah Berdasarkan Sistem Klasifikasi AASHTO
1038 Klasifikasi AASHTO yang sekarang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.2.
1039 Dalam sistem ini, tanah diklasifikasikan ke dalam 7 (tujuh) kelompok besar, yaitu
1040 : A-1 sampai dengan A-7.
1041 Tanah-tanah yang diklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2 dan A-3
1042 merupakan tanah-tanah berbutir kasar dimana 35 % atau kurang butir-butir
1043 tersebut melalui ayakan No. 200.
1044 Tanah-tanah dimana 35 % atau lebih yang melalui ayakan No. 200
1045 diklasifikasikan dalam kelompok A-4, A-5, A-6 dan A-7. Pada umumnya tanah-
1046 tanah ini adalah lumpur dan lempung.
1047 Klasifikasi sistem ini didasarkan atas kriteria-kriteria sebagai berikut :
1048 a. Ukuran butir.
1049 Kerikil : butiran melalui ayakan dengan lubang 75 mm dan tertinggal
1050 di atas ayakan No. 10 dengan lubang 2 mm.
1051 Pasir : butiran melalui ayakan No. 10 (2 mm) dan tertinggal di atas
1052 ayakan No. 200 dengan lubang 0,074 mm.
1053 Lumpur dan lempung : butiran melalui ayakan No. 200.
1054
1055 b. Plastisitas.
1056 Berlanau, jika butiran tanah mempunyai indeks plastisitas ≤ 10.
1057 Berlempung, jika butiran tanah mempunyai indeks plastisitas ≥ 11.
1058
1059 c. Batuan (bouldrs), yang ukurannya lebih besar dari 75 mm tidak
1060 digolongkan dalam klasifikasi ini.
1061 Apabila sistem klasifikasi AASHTO dipakai untuk mengklasifikasikan
1062 tanah, maka data hasil uji dicocokkan dengan angka-angka yang
1063 diberikan dalam tabel 3.2 dari kolom sebelah kiri ke kolom sebelah
1064 kanan hingga ditemukan angka-angka yang sesuai.
1065
1066
1067

36
1068
1069
1070
1071
1072
1073
1074
1075
1076
1077
1078
1079
1080
1081
1082
1083
1084
1085
1086 Untuk menilai kualitas tanah sebagai bahan subgrade jalan raya dapat
1087 ditentukan dengan angka indeks kelompok (Group Index = GI) yang menentukan
1088 kelompok dan sub kelompok tanah.
1089 Indeks kelompok dapat dihitung dengan persamaan :
1090 GI = (F – 35) [0,2 + 0,005 (LL – 40)] + 0,01 (F – 15) (PI – 10)
1091 (2.15)
1092 keterangan :
1093 F = persentase butir yang lolos ayakan No. 200.
1094 LL = batas cair
1095 PI = indeks plastisitas
1096 Maka tanah kami di golongkan A1
1097
1098

37
1099
1100 4.3 Percobaan Pengukuran Batas Cair Dan Batas Plastis
1101 Percobaan Pengukuran Batas Cair Dan Batas Plastis Pada Tabel Dibawah ini :
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH ACEH
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Muhammadiyah No.91 Gedung K, Lt.1 Batoh, Kec. Lhung Bata
Kota Banda Aceh, Aceh 23123
PENGUKURAN BATAS CAIR DAN BATAS PLASTIS
Tanggal : 17 JULI 2022 Pelaksana : KELOMPOK 16
Mata Kuliah : Objek : Tanah Di Garot
Sampel yang dikerjakan : kering oven / kering udara / belum dikeringkan.
Bagian yang lulus saringan No.40 = 100 gr (Standar SNI 1967:2008)
Berat Berat
Berat
container container Kadar air =
Banyakny container A - B B - C
Kode. container dan tanah dan tanah D/E * 100
a ketukan kosong
basah kering
A (gr) B (gr) C (gr) D (gr) E (gr) (%)
Batas Cair (Liquid Limit)
8 20 16,00 14,00 9,00 2,00 5,00 40,00
28 21 16,00 14,00 9,00 2,00 5,00 40,00
27 27 19,00 17,00 9,00 2,00 8,00 25,00
11 30 16,00 15,00 9,00 1,00 6,00 16,67
Batas Plastis (Plastis Limit)
2 20,0 18,0 9,0 2,0 9,0 22,22
9 20,0 18,0 9,0 2,0 9,0 22,22

Batas Cair (LL) = 28,39 % Nilai batas cair di lihat di grafik


Batas Plastis (PL) = 22,22 % hubungan antara kadar air dengan
Indeks Plastis (PI) = 6,16 % ketukan

ATTERBERG LIMIT
50,00
45,00
40,00
35,00
KADAR AIR (%)

30,00
25,00
LL
20,00
15,00
10,00
5,00 LOG 25
0,00
1 10 100
KETUKAN
1102

38
1103 Tabel 4.3 Percobaan Pengukuran Batas Cair dan Batas Plastis
1104 4.3.1 Batas Cair (Liquid Limit)
1105 Batas cair (LL) adalah kadar air tanah yang untuk nilai-nilai diatasnya,
1106 tanah akan berprilaku sebagai cairan kental (batas antara keadaan cair dan
1107 keadaan plastis), yaitu batas atas dari daerah plastis.
1108 Jadi batas cair (LL) yang kita peroleh adalah sebagai berikut :
1109 Kadar Air = D/E * 100 %
1110 Di mana D adalah niai dari berat conitaner dan tanah basah di kurang dengan
1111 berat container dan tanah kering . maka dapat lah hasil nilai D =3
1112 Di mana E adalah nilai dari berat container dan tanah kering kurang dengan berat
1113 cointaner kosong = 9
1114 3/9*100 =0,32 %
1115 Jadi untuk memperoleh nilai batas cair adalah sebagai berikut nilai kadar air di
1116 tambah dan di bagi dengan jumlah sampel yang kita gunakan
1117 40 + 40 + 25 + 16,67 + 22,22 + 22,22 / 6 = 28,39 %
1118
11194.3.2 Batas Plastis (Plastic Limit)
1120 Batas plastis (PL) adalah kadar air yang untuk nilai-nilai dibawahnya,
1121 tanah tidak lagi berpengaruh sebagai bahan yang plastis. Tanah akan bersifat
1122 sebagai bahan yang plastis dalam kadar air yang berkisar antara LL dan PL.
1123 Kisaran ini disebut indeks plastisitas.
1124 Jadi batas cair (LL) yang kita peroleh adalah sebagai berikut :
1125 Kadar Air = D/E * 100 %
1126 Di mana D adalah niai dari berat conitaner dan tanah basah di kurang dengan
1127 berat container dan tanah kering . maka dapat lah hasil nilai D = 2
1128 Di mana E adalah nilai dari berat container dan tanah kering kurang dengan berat
1129 cointaner kosong = 9
1130 2/9*100 = 22,2 %
1131 Jadi untuk memperoleh nilai batas cair adalah sebagai berikut nilai kadar air di
1132 tambah dan di bagi dengan jumlah sampel yang kita gunakan
1133 22,22 + 22,22 / 2 = 22,22 %

39
1134
4.3.3 Indeks Plastisitas (Plasticity Index)
1135
1136 Indeks Plastisitas merupakan interval kadar air, yaitu tanah masih bersifat
1137 plastis. Karena itu, indeks plastis menunjukan sifat keplastisitas tanah. Jika tanah
1138 mempunyai interval kadar air daerah plastis kecil, maka keadaan ini disebut
1139 dangan tanah kurus. Kebalikannya, jka tanah mempunyai interval kadar air daerah
1140 plastis besar disebut tanah gemuk. Nilai indeks plastisitas dapat dihitung dengan
1141 persamaan berikut ini :
1142 IP = LL - PL
1143 IP = 28,39 – 22,22 = 6,16 %
1144
1145 Tabel 2. Nilai Indeks Plastisitas dan Jenis Tanah
1146 Nilai Indeks Plastisitas dan Jenis Tanah
1147 PI Sifat Jenis Tanah Plastisitas Kohesi
1148 0 Non plastis Pasir Non Plastis Non Kohesif
1149 < 7 Plastisitas rendah Lanau Rendah Agak Kohesif
1150 7 – 17 Plastisitas sedang Lempung berlanau Sedang Kohesif
1151 >17 Plastisitas tinggi Lempung Tinggi Kohesif
1152 (Sumber: Jumikis, 1962)
1153
1154 Maka dari tabel di atas Indeks Plastis (IP) = 6,16 di golongkan plastisitas rendah
1155 lanau rendah agak kohesif .
1156
1157
1158
1159
1160
1161
1162
1163
1164

40
1165 4.4 pengujian pemadatan Proktor
1166 Percobaan Hasil Pengujian Pemadatan Proktor Pada Tabel Dibawah ini :
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH ACEH
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Muhammadiyah No.91 Gedung K, Lt.1 Batoh, Kec. Lhung Bata
Kota Banda Aceh, Aceh 23123

PEMADATAN STANDAR PROKTOR


Tanggal : 17 JULI 2022 Pelaksana : KELOMPOK 16
Mata Kuliah : MEKANIKA TANAH II + PRAKTIKUM Objek : Tanah Di Garot

Sampel yang dikerjakan : kering oven / kering udara / belum dikeringkan.


Bagian yang lolos saringan No. 4 = Tanah 2200 gr/sampel (standar SNI 1742:2008)

Type of Sample :
undisturbed X Disturbed Remolded
Diameter D (cm)=10,2 Height H (cm) 11,6 volume of mold (gr/cm3) 947,39 Mass of Mold (gr) 3800
Water Supplied (%) 10 12 14 16 18
Sample Soil 13 10 12 A6 6 2 18 A3 3 27
Mass Container, W₁ (gr) 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00
Mass Container + Wet Specimen, W₂ (gr) 28,00 27,00 32,00 27,00 30,00 24,00 24,00 24,00 19,00 19,00
Mass of Container + Oven-dried Specimen, W₃ (gr) 24,00 26,00 28,00 24,00 25,00 22,00 21,00 21,00 18,00 16,00
Wet Specimen W₄ = W₂ - W₁ (gr) 19,00 18,00 23,00 18,00 21,00 15,00 15,00 15,00 10,00 10,00
Oven-dried, W ₅ = W ₃ - W ₁ (gr) 15,00 17,00 19,00 15,00 16,00 13,00 12,00 12,00 9,00 7,00
Mass of Water, W₆ = W₄ - W₅ (gr) 4,00 1,00 4,00 3,00 5,00 2,00 3,00 3,00 1,00 3,00
Moisture Content, w = (W₆ / W₅) x 100% 0,267 0,059 0,211 0,200 0,313 0,154 0,250 0,250 0,11 0,43
Average of Moisture Content, w 0,163 0,205 0,233 0,250 0,27

Water Supplied (%) 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 specific gravity
Moisture Content 16,27 20,53 23,32 25,00 26,98 (GS)
Mold + Wet Specimen, W₂ (gr) 5500 5650 5750 5700 5600 maximum dry
1,669 gr/cm3
Wet Specimen, W₃ = W₂ - Wmold (gr) 1700 1850 1950 1900 1800 density ϒk
Unit Weight, ϒ = W₃ / Vmold (gr/cm³) 1,794 1,953 2,058 2,006 1,900 Optimum
Dry Unit Weight, ϒd = ϒ/ (1+w) (gr/cm³) 1,543 1,620 1,669 1,604 1,496 Moisture 23,317 %
ZAV content (OMC)

1,800

1,700

ᵞ D mak
1,620
1,669
Dry Unit Weight (gr/cm3)

1,600 1,604
1,543
1,500 1,496

1,400

1,300

1,200
omc
1,100

1,000
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Kadar Air (%)

1167
1168 Tabel 4.4 Percobaan Hasil Pengujian Pemadatan Proktor

41
1169 Pemadatan tanah :
1170 a. Menimbang mold standar beserta alas
1171 b. Memasang coller pada mold, lalu meletakkannya di atas
1172 papan.
1173 c. Mengambil salah satu sampel yang telah ditambahkan air
1174 sesuai dengan penambahannya.
1175 d. Dengan modified proctor, tanah dibagi kedalam 5 bagian.
1176 Bagian pertama dimasukkan kedalam mold, ditumbuk 25
1177 kali sampai merata. Dengan cara yang sama dilakukan pula
1178 untuk bagian kedua, ketiga, keempat dan kelima sehingga
1179 bagian kelima.
1180 e. Melepaskan collar dan meratakan permukaan tanah
1181 pada mold dengan menggunakan pisau pemotong.
1182 f. Menimbang mold berikut alas dan tanah didalamnya.
1183 g. Mengeluarkan tanah dari mold dengan extruder, ambil
1184 bagian tanah dengan menggunakan container untuk
1185 pemeriksaan kadar air (w).
1186 h. Mengulangi langkah kerja a sampai g untuk sampel tanah
1187 lainnya, maka akan didapatkan 5 data pemadatan tanah.
1188
1189 Perhitungan kadar air :
1190 7) Berat cawan + berat tanah basah = W1 (gr)
1191 8) Berat cawan + berat tanah kering = W2 (gr)
1192 9) Berat air = W1 – W2 (gr)
1193 10) Berat cawan = Wc (gr)
1194 11) Berat tanah kering = W2 – Wc (gr)
1195 12) Kadar air (w) = _ W1 – W2 (%)
1196 W2 - Wc

42
1197 Perhitungan berat isi :
1198 1) Berat mold = Wm (gr)
1199 2) Berat mold + sampel = Wms (gr)
1200 3) Berat tanah (W) = Wms – Wm (gr)
3
1201 4) Volume mold = V (cm )
3
1202 5) Berat volume = W/V (gr/cm )
1203 6) Kadar air (w)
1204 7) Berat volume kering :
γ
1205 γd =
(1+wr )
1206 8) Berat volume zero air void ( γz )
3
1207 γz = Gs x γw (gr/cm )
1208 1.+Gs . w
1209
1210
1211

1212

1213

1214
1215
1216
1217
1218
1219
1220

43
1221 BAB V
1222 KESIMPULAN DAN SARAN
1223
1224 Kesimpulan dan saran dapat diambil berdasarkan hasil perhitungan dan
1225 pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
1226
1227 5.1 Kesimpulan
1228 Berdasarkan hasil pengujian tanah yang kami ambil di Desa Teubang Phui
1229 Mesjid, Kec.Montasik, kab Aceh Besar dapat diambil kesimpulan yaitu :
1230 1. Tanah Desa Teubang Phui Mesjid, menurut sistem USCS dikelompokkan
1231 sebagai pasir bergradasi baik, pasir berkerikil sedikit atau tidak mengandung
1232 butiran halus(SW).
1233 2. Tanah Desa Teubang Phui Mesjid, menurut sistem AASHTO diklasifikasikan
1234 dalam kelompok A24 tipe material yang paling dominan adalah kerikil dan
1235 pasir yang berlanau atau berlempung, penilaian sebagai bahan dasar tanah
1236 baik sekali – baik.
1237 3. Nilai batas cair (LL) yang didapatkan dengan pengujian menggunakan alat
1238 cassagrande adalah 28,39 %, nilai batas plastisnya (PL) di dapat 22,22 % dan
1239 indeks plastis didapat (PI) 6,16 %
1240
1241 5.2 Saran
1242 Pengujian sifat fisis tanah dan pemadatan tanah disarankan agar dapat :
1243 1. Melihat dan memastikan bahwa alat – alat yang akan digunakan dalam
1244 pengujian berfungsi dengan baik dan lengkap.
1245 2. Untuk pengujian yang menginginkan hasil yang maksimal sebaiknya
1246 melengkapi seluruh peralatan yang diperlukan.
1247

1248

44
1249 DAFTAR PUSTAKA

1250

1251 Hardiyatmo, Hady Christady. 2002. Mekanika Tanah I . Gajah Mada University
1252 Press: Jakarta .

1253 Wesley, Laurence D. 2017. Mekanika Tanah : Edisi Baru. Penerbit Andi:
1254 Yogyakarta.

1255

1256

45

Anda mungkin juga menyukai