Oleh:
Kelompok 4
Kelas I (Reguler)
LAPORAN
PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
Dosen Pembimbing
Praktikum Bahan Perkerasan Jalan
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang
Hyang Widhi Wasa karena atas rahmat dan berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Bahan Perkerasan Jalan ini yang merupakan prasyarat untuk
memenuhi mata kuliah Praktikum Bahan Perkerasan Jalan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Laporan Praktikum Bahan Perkerasan
Jalan ini, antara lain:
1. Dr. I Made Agus Ariawan, ST, MT. selaku dosen pengajar matakuliah
Praktikum Bahan Perkerasan Jalan,
2. Ir. Putu Preantjaya Winaya, MT. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Praktikum Bahan Perkerasan Jalan,
3. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................2
1.4 Lokasi...........................................................................................................4
3.3.7 Metode Pengujian Campuran Beraspal Panas dengan Alat Marshall (SNI 06-
2489-1991)......................................................................................................75
4.2 Pengujian dan Analisis Karakteristik Agregat Kasar (CA dan MA).........87
5.1 Simpulan.....................................................................................................150
5.2 Saran...........................................................................................................152
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................153
DAFTAR TABEL
Y
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
I.4 Lokasi
Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan
kerak tungku besi, yang dipakai secara bersama-sama dengan suatu media
pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan (SK SNIT-
15-1991-03).
Dalam kaitan perencanaan campuran aspal, berat jenis atau specific gravity
(SG) adalah suatu rasio tanpa dimensi, yaitu rasio antara berat suatu benda
terhadap berat air yang volumenya sama dengan benda tersebut. Specific gravity
adalah angka yang menunjukkan berapa banyak bahan lebih padat daripada air
murni pada suhu 4° C. Air murni memiliki kepadatan (berat volume) sebesar
gr/cm3 pada suhu 4° C. Sebagai standar dipergunakan air pada suhu 4° C arena
pada suhu tersebut air memiliki kepadatan yang stabil.
Jadi istilah berat jenis/ specific gravity dalam hal ini memiliki pengertian
sama dengan kepadatan partikel (particle density) atau sering juga disebut dengan
berat volume. Berat jenis atau SG tidak berisi satuan karena merupakan
perbandingan berat material dengan berat air yang volumenya sama dengan
volume material. Apabila istilah yang dipakai kepadatan partikel atau berat
volume satuannya adalah gram/cm3 atau ton/m3, tetapi secara numerik (bilangan),
besarnya sama dengan berat jenis. Berat jenis agregat dapat digambarkan seperti
gambar di bawah ini (Krebs and Walker, 1971).
Vs = Volume solid
V1 = Volume yang impermeable terhadap air dan aspal
Vp = total volume permeable
Vc = Volume yang permeable terhadap air tetapi impermeable
terhadap
Aspal
Vp–Vc = volume yang permeable terhadap air dan aspal
Secara umum volume agregat yang diperhitungkan adalah volume yang
tidak diresapi oleh aspal. Terdapat tiga jenis SG agregat yaitu tergantung dari sifat
penetrasi aspal ke dalam agregat, yaitu SG Bulk, SG semu (Apparent), dan SG
Effektif.
Bulk Specific Gravity
Bila aspal diasumsikan hanya menyelimuti agregat di bagian permukaan saja,
tidak meresap ke bagian agregat yang permeable, volume yang diperhitungkan
adalah:
Vs + Vi + Vp.
dimana: Ws = berat partikel solid dan γw = berat volume air = 1gr/cc. Sehingga
Bulk SG adalah rasio antara berat agregat dan berat air yang volumenya:
Vs+Vi+Vp.
Apparent Specific Gravity
SG ini didasarkan atas asumsi bahwa aspal meresap ke dalam agregat
dengan tingkat resapan yang sama dengan air, yaitu sampai Vc atau ke dalam
seluruh Vp. Karenanya volume yang dipertimbangkan adalah: Vs + Vi.
Pada hakekatnya, ikatan antar butir partikel bisa kuat dan lemah, namun
secara berulang menjadi lemah karena sebagai akibat dari proses perendaman air
seperti akibat cuaca, pembekuan, dan lain-lain. Ada dua aspek yang menguji
durabilitas agregat ini, yaitu:
Kerusakan mekanis
Kerusakan diakibatkan reaksi physico-chemical, seperti pelapukan
Nilai keausan:
- < 40%: untuk lapis permukaan (surface) dan lapis pondasi atas
(base)
Agregat yang telah dipilih dan disiapkan dilapisi dengan aspal pada
temperatur yang telah ditentukan, sesuai dengan kelas (grade) aspal yang
digunakan. Bila digunakan aspal cair (cut back asphalt), agregat yang diselimuti
aspal dibiarkan pada temperatur 600C. Bila digunakan aspal emulsi, agregat yang
diselimuti aspal dibiarkan pada temperatur 1350C. Setelah penyelimutan, bila
digunakan aspal semi padat, atau setelah mengikat untuk aspal cair, aspal emulsi,
agregat yang terselimuti direndam dalam air suling selama 16 jam sampai dengan
18 jam. Pada akhir periode perendaman dan campuran agregat - aspal masih
didalam air, luas total permukaan agregat yang masih diselimuti film aspal
diperkirakan secara visual dengan nilai “dibawah 95%” atau di atas 95%.
Catatan :
Tingkat 95% dipilih dan ditentukan atas penilaian dari kerjasama pengujian(bahan
yang diuji sama, tetapi teknisi atau penguji berbeda), bahwa hanya pada tingkat
5% sisa yang tidak diselimuti dilihat secara visual dapat diperoleh sebagai derajat
reproduksibilitas
Persen Berat Butiran agregat yang lebih besar dari 4,75 mm (No.4) dengan
satu bidang pecah. Persentase butir pecah pada agregat kasar atau yang lebih
dikenal dengan pengujian angularitas agregat kasar, diperlukan untuk menentukan
kualitas agregat kasar yang akan digunakan dalam suatu konstruksi.
Penggunaan butiran agregat kasar yang mempunyai bidang pecah akan menambah
tahanan gesek antar butiran dalam campuran sehingga menambah stabilitas
campuran, dan juga akan memberikan tekstur permukaan yang baik sehingga
menambah kekesatan. Hasil pengujian ini digunakan untuk
menentukan/menetapkan agregat kasar yang dapatdigunakan dalam campuran
sesuai dengan batasan dalam spesifikasi dan memberikan keterangan tentang
kualitas agregat kasar untuk produsen, perencana dan pelaksana.
Berat Fraksi Pecah
AAK = x 100 %
Berat Total Contoh
Spesifikasi agregat:
Penyerapan air oleh agregat maksimum 3%.
Berat jenis (specific grafity) agregat kasar dan halus tidak boleh
berbeda lebih dari 0,2.
Spesifikasi Agregat Kasar (CA & MA)
Tertahan ayakan No. 4 (4,75 mm).
Mempunyai angularitas sesuai syarat. Angularitas agregat kasar
didefinisikan sebagai persen terhadap berat, jumlah agregat yang lebih
besar dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih.
Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.
Tabel 2. Spesifikasi Agregat Kasar (CA & MA)
Pengujian Standar Nilai
Natrium sulfat Maks. 12%
Kekekalan bentuk agregat
Magnesium
terhadap larutan SNI 3407:2008 Maks. 18%
sulfat
Campuran 100 putaran Maks. 6%
AC
Modifikasi 500 putaran Maks. 30%
Abrasi
dengan Semua jenis 100 putaran
campuran Maks. 8%
mesin Los SNI 2417:2008
aspal
Angeles 1)
bergradasi 500 putaran Maks. 40%
lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 Min. 95%
Butir pecah pada agregat kasar SNI 7619:2012 95/90 *)
ASTM D4791
Partikel Pipih dan Lonjong perbandingan 1
Maks. 10%
:5
SNI 03-4142-
Material lolos ayakan No. 200 Maks. 2%
1996
Sumber : Hasil Penelitian
Catatan:
*) 95/90 menunjuka bahwa agregat kasar mempunyai muka bidang pecah
satu atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau
lebih
Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan
kerak tungku besi, yang dipakai secara bersama-sama dengan suatu media
pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan (SK SNIT-
15-1991-03).
Dalam kaitan perencanaan campuran aspal, berat jenis atau specific gravity
(SG) adalah suatu rasio tanpa dimensi, yaitu rasio antara berat suatu benda
terhadap berat air yang volumenya sama dengan benda tersebut. Specific gravity
adalah angka yang menunjukkan berapa banyak bahan lebih padat daripada air
murni pada suhu 4° C. Air murni memiliki kepadatan (berat volume) sebesar
gr/cm3 pada suhu 4° C. Sebagai standar dipergunakan air pada suhu 4° C arena
pada suhu tersebut air memiliki kepadatan yang stabil.
Jadi istilah berat jenis/ specific gravity dalam hal ini memiliki pengertian
sama dengan kepadatan partikel (particle density) atau sering juga disebut dengan
berat volume. Berat jenis atau SG tidak berisi satuan karena merupakan
perbandingan berat material dengan berat air yang volumenya sama dengan
volume material. Apabila istilah yang dipakai kepadatan partikel atau berat
volume satuannya adalah gram/cm3 atau ton/m3, tetapi secara numerik (bilangan),
besarnya sama dengan berat jenis. Berat jenis agregat dapat digambarkan seperti
gambar 2.2 (Krebs and Walker, 1971).
Secara umum volume agregat yang diperhitungkan adalah volume yang
tidak diresapi oleh aspal. Terdapat tiga jenis SG agregat yaitu tergantung dari sifat
penetrasi aspal ke dalam agregat, yaitu SG Bulk, SG semu (Apparent), dan SG
Effektif.
Bulk Specific Gravity
Bila aspal diasumsikan hanya menyelimuti agregat di bagian permukaan saja,
tidak meresap ke bagian agregat yang permeable, volume yang diperhitungkan
adalah:
Vs + Vi + Vp.
dimana: Ws = berat partikel solid dan γw = berat volume air = 1gr/cc. Sehingga
Bulk SG adalah rasio antara berat agregat dan berat air yang volumenya:
Vs+Vi+Vp.
Apparent Specific Gravity
SG ini didasarkan atas asumsi bahwa aspal meresap ke dalam agregat
dengan tingkat resapan yang sama dengan air, yaitu sampai Vc atau ke dalam
seluruh Vp. Karenanya volume yang dipertimbangkan adalah: Vs + Vi.
Angularitas agregat halus adalah persen rongga udara pada agregat lolos
ayakan No.8 (2,36 mm) yang di padatkan dengan berat sendiri. Metoda pengujian
ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas
(tidak dipadatkan). Bila pengujian dilakukan pada agregat yang gradasinya
diketahui, kadar rongga dapat menjadi indikator angularitas, bentuk butir dan
tekstur permukaan relatif terhadap agregat halus lain dengan gradasi yang sama.
Bila pengujian dilakukan terhadap agregat halus sesuai gradasi yang akan
digunakan di lapangan, kadar rongga merupakan indikator terhadap kemudahan
pengerjaan suatu campuran.
Ada tiga prosedur untuk menentukan kadar rongga. Dua prosedur digunakan
untuk agregat halus dengan gradasi tertentu (gradasi standar atau yang gradasinya
telah diketahui) dan satu prosedur lagi digunakan untuk contoh yang terdiri atas
fraksi tertentu agregat.
W
V −( )
Gsb
RonggaUdara= x 100 %
V
Spesifikasi agregat:
Penyerapan air oleh agregat maksimum 3%.
Berat jenis (specific grafity) agregat kasar dan halus tidak boleh
berbeda lebih dari 0,2.
Spesifikasi Agregat Halus (FA)
Pasir atau hasil pengayakan batu pecah lolos ayakan no. 4 (4,75 mm).
Mempunyai angularitas sesuai syarat. Angularitas agregat halus
didefinisikan sebagai persen rongga udara pada agregat lolos ayakan no. 4
(4,75 mm) yang dipadatkan dengan berat sendiri.
Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas yang
tidak melampaui 15 % terhadap berat total campuran.
Tabel 2. Spesifikasi Agregat Halus
Pengujian Standar Nilai
Nilai Setara pasir SNI 03-4428-1997 Min. 60%
Angularitas dengan Uji Kadar Rongga SNI 03-6877-2002 Min. 45%
Gumpalan Lempung dan Butir-butir SNI 03-4141-1996 Maks. 1%
Mudah Pecah dalam Agregat
Agregat Lolos Ayakan No. 200 SNI ASTM C117:2012 Maks. 10%
Sumber : Hasil Penelitian
Semua pengujian dan analisis agregat tersebut merupakan hal yang
dibutuhkan dalam Praktikum ini untuk menentukan karakteristik dari agregat
tersebut seperti jenis agregatnya, berat jenis, penyerapan, keausan, nilai setara
pasir, soundness, kadar lempung, angularitas. Semua hal tersebut tujuannya akan
mempengaruhi kualitas dari perkerasan lentur itu sendiri.
Titik nyala merupakan suhu terendah pada saat aspal menyala singkat pada
suatu titik di atas permukaan aspal. Sedangkan titik bakar adalah suhu pada saat
aspal mulai terbakar (menyala selama sekurang-kurangnya 5 detik) pada suatu
titik di atas permukaan aspal.
Titik nyala dan titik bakar perlu diketahui karena:
• Sebagai indikator temperatur pemanasan maksimum dimana masih dalam
batas-batas aman pengerjaan
• Agar karakteristik aspal tidak berubah (rusak) akibat dipanaskan melebihi
temperatur titik bakar.
Pengujian ini memerlukan kondisi khusus baik dari segi ruangannya dan
komponen pengujiannya.
Daktilitas adalah salah satu sifat mekanik bahan aspal yaitu seberapa besar
bahan ini dapat menahan kekuatan tarik yang diwujudkan dalam bentuk
kemampuannya untuk memenuhi syarat jarak tertentu tanpa putus. Aspal cement
digunakan sebagai bahan pengikat batuan pada lapis keras dimana pada pekerjaan
ini dituntut aspal dengan fleksibilitas yang tinggi, dimana fleksibilitas tersebut
sangat dipengaruhi oleh daktilitas. Aspal yang mempunyai daktilitas tinggi akan
menghasilkan lapisan perluasan yang fleksibilitasnya tinggi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengukur jarak terpanjang yang
dapat terbentuk dari bahan bitumen (AC 60-70) pada 2 cetakan kuningan, akibat
penarikan dengan mesin uji, sebelum bahan bitumen tersebut putus. Pemeriksaan
ini dilakukan pada suhu 25 ˚C dan dengan kecepatan tarik mesin 5 cm per menit.
Tujuan diadakannya pengujian ini adalah untuk mengetahui sifat mekanik
aspal seberapa besar bahan ini dapat menahan kekuatan tarik yang diwujudkan
dalam bentuk kemampuannya untuk memenuhi syarat jarak tertentu tanpa putus.
Aspal keras adalah aspal yang berbentuk padat pada saat keadaan
penyimpanan (suhu ruang). Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat
aspal dengan berat air suling dengan volume sama pada temperatur tertentu
(25°C).
Berat jenis dari bitumen sangat tergantung pada nilai penetrasi dan suhu dari
bitumen itu sendiri. Macam-macam berat jenis bitumen dan kisaran nilainya
adalah sebagai berikut:
• Penetration grade bitumen dengan berat jenis antara 1.010 (untuk bitumen
dengan penetrasi 300) sampai dengan 1.040 (untuk bitumen dengan
penetrasi 25);
• Bitumen yang telah teroksidasi (ixized bitumen) dengan berat jenis
berkisar antara 1.015 sampai dengan 1.035;
• Hard grades bitumen dengan berat jenis berkisar antara 1.045 sampai
dengan 1.065;
• Cutback grades bitumen dengan berat jenis berkisar antara 0.992 sampai
dengan 1.007.
Prosedur pemeriksaan mengikuti PA – 0307 – 76 atau AASHTO T228 –
79.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan piknometer, dengan prinsip
sebagai berikut:
berat material
volume material=
berat air
berat benda uji
berat jenis aspal=
berat air dalamukuran benda
Penurunan berat minyak dan aspal adalah selisih berat sebelum dan sesudah
pemanasan pada suhu tertentu. Aspal yang dipanaskan dapat mengalami
kehilangan berat akibat penguapan komponen-komponen tertentu aspal.
Penurunan berat menunjukkan adanya komponen aspal yang menguap, yang dapat
berakibat aspal mengalami pengerasan yang eksesif/berlebihan sehingga menjadi
getas (rapuh) bila pengurangan berat melebihi syarat maksimalnya.
Dalam TFO Test, aspal yang digunakan cukup tipis, yaitu 1/8 inci (3 mm).
Hal ini bertujuan untuk memberikan efek penguapan (volatilization) dan oksidasi
(oxidation) yang signifikan.
TFO Test ini dimaksudkan untuk mensimulasi efek pemanasan saat
memproduksi campuran aspal panas, dimana agregat diselimuti oleh lapisan aspal
tipis.
2.4.7 Spesifikasi Aspal
Penetrasi pada 25ᵒC (0,1 mm) SNI 06-2456-1991 60-70 Min. 50 Min. 40
ᵒ
Viskositas Dinamis 60 C
SNI 06-6441-2000 160-240 240-360 320-480
(Pa.s)
Viskositas Kinematis 135ᵒC
SNI 06-6441-2000 ≥ 300 385-2000 ≤3000
(cSt)
Titik Lembek (ᵒC) SNI 2434:2011 ≥ 48 ≥ 53 ≥ 54
Campuran beraspal panas pada dasarnya terdiri dari aspal dan agregat.
Proporsi masing - masing bahan harus dirancang sedemikian rupa agar dihasilkan
aspal pasir yang dapat melayani lalu lintas dan tahan terhadap pengaruh
lingkungan selama masa pelayanan. Ini berarti campuran beraspal haruslah:
1. Mengandung cukup kadar aspal agar awet.
2. Mempunyai stabilitas yang memadai untuk menahan beban lalu lintas.
3. Mengandung cukup rongga udara (VIM) agar tersedia ruangan yang cukup
untuk menampung ekspansi aspal akibat pemadatan lanjutan oleh lalu lintas
dan kenaikan temperatur udara tanpa mengalami bleending atau deformasi
plastis.
4. Rongga udara yang ada harus juga dibatasi untuk membatasi permeabilitas
campuran.
5. Mudah dilaksanakan sehingga campuran beraspal dapat dengan mudah
dihampar dan dipadatkan sesuai dengan rencana dan memenuhi spesifikasi.
Dalam Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999, kinerja campuran beraspal
ditentukan oleh volumetrik campuran (padat) yang terdiri atas:
1. Berat Jenis Bulk Agregat
Karena agregat total terdiri atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus,
dan bahan pengisi (filler) yang masing-masing mempunyai berat jenis yang
berbeda maka berat jenis bulk (Gsb) agregat total dapat dihitung sebagai berikut:
Keterangan:
Gsb = Berat jenis bulk total agregat
P1,P2,P3 = Presentase masing-masing fraksi agregat
G1,G2,G3 = Berat jenis bulk masing-masing fraksi agregat
Berat jenis bulk bahan pengisi sulit ditentukan dengan teliti. Namun
demikian, jika berat jenis nyata (apparent) bahan pengisi dimasukkan, maka
penyimpangan yang timbul dapat diabaikan.
2. Berat jenis efektif agregat
Berat jenis efektif campuran (Gse), rongga dalam partikel agregat yang
menyerap aspal, dapat ditentukan dengan rumus berikut:
Keterangan:
Gmm = Berat jenis maksimum campuran, rongga udara nol
Pmm = Persen berat total campuran (= 100)
Ps = Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran
Pb = Kadar aspal, persen terhadap berat total campuran
Gse = Berat jenis efektif agregat
Gb = Berat jenis aspal
4. Penyerapan Aspal
Penyerapan aspal dinyatakan dalam persen terhadap berat agregat total,
tidak terhadap berat campuran. Perhitungan penyerapan aspal (Pba) adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
Pba = Penyerapan aspal, persen total agregat
Gsb = Berat jenis bulk agregat
Gse = Berat jenis efektif agregat
Gb = Berat jenis aspal
5. Kadar Aspal Efektif
Kadar aspal efektif (Pbe) campuran beraspal adalah kadar aspal total
dikurangi jumlah aspal yang terserap oleh partikel agregat. Kadar aspal efektif ini
akan menyelimuti permukaan agregat bagian luar yang pada akhirnya akan
menentukan kinerja perkerasan beraspal. Rumus kadar aspal efektif adalah:
Keterangan
Pbe = Kadar aspal efektif, persen total campuran
Pb = Kadar aspal, persen total campuran
Pba = Penyerapan aspal, persen total agregat
Ps = Kadar agregat, persen total campuran
6. Rongga diantara mineral agregat (VMA)
Rongga di antara mineral agregat (VMA) adalah ruang di antara partikel
agregat pada suatu perkerasan beraspal, termasuk rongga udara, dan volume aspal
efektif (tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat). VMA dihitung
berdasarkan berat jenis bulk (Gsb) agregat dan dinyatakan sebagai persen volume
bulk campuran yang dipadatkan. VMA dapat dihitung pula terhadap berat
campuran total atau terhadap berat agregat total. Perhitungan VMA terhadap
campuran total adalah dengan rumus berikut:
a. Terhadap campuran total
Keterangan:
VMA = Rongga di antara mineral agregat, persen volume bulk
Gse = Berat jenis efektif agregat
Gmb = Berat jenis bulk campuran padat
b. Terhadap agregat total
Keterangan:
VMA = Rongga di antara mineral agregat, persen volume bulk
Gse = Berat jenis efektif agregat
Gmb = Berat jenis bulk campuran padat
Pb = Kadar aspal, persen total campuran
7. Rongga di dalam campuran (VIM)
Rongga udara dalam campuran (VIM) dalam campuran perkerasan beraspal
terdiri atas ruang udara di antara partikel agregat yang terselimuti aspal. Volume
rongga udara dalam persen dapat ditentukan dengan rumus berikut:
Keterangan:
VIM = Rongga udara campuran, persen total campuran
Gmb = Berat jenis bulk campuran padat
Gmm = Berat jenis maksimum campuran
Terdapat modifikasi marshall untuk agregat besar (>1” & <2”) dimana prosedur
modifikasi Marshall (ASTM D 5581) pada dasarnya sama dengan cara Marshall
asli (SNI 06-2489-19931 atau ASTM D1559) kecuali beberapa perbedaan
sehubungan dengan digunakannya ukuran benda uji yang lebih besar.
o Berat penumbuk 10,206 kg dan mampunyai landasan berdiameter 14,94
cm. Hanya alat penumbuk yang dioperasikan secara mekanik dengan
tinggi jatuh 45,7 cm yang digunakan.
o Benda uji berdiameter 15,24 cm dan tinggi 9,52 cm.
o Berat campuran aspal yang diperlukan sekitar 4 kg.
o Peralatan untuk pemadatan dan pengujian (cetakan dan pemegang
cetakan/breaking head) secara proposional lebih besar dari Marshall
normal untuk menyesuaikan benda uji yang lebih besar
o Campuran aspal dimasukkan bertahap ke dalam cetakan dalam dua lapis
yang hampir sama tebalnya, setiap kali dimasukkan ditusuk – tusuk
dengan pisau untuk menghindari terjadinya keropos pada benda uji.
o Jumlah tumbukan yang diperlukan untuk cetakan yang lebih besar adalah
1,5 kali (75 atau 112) dari yang diperlukan untuk cetakan yang lebih kecil
(50 sampai 75 tumbukan) untuk memperoleh energi pemadatan yang
sama.
o Kriteria rancangan harus dimodifikasi sebaik baiknya. Stabilitas minimum
harus 2,25 kali dan nilai kelelehan harus 1,5 kali, masing – masing dari
ukuran cetakan normal.
o Serupa dengan prosedur normal, bilamana tebal aktual benda uji berbeda
beda maka nilai nilai di bawah ini harus digunakan untuk koreksi terhadap
nilai stabilitas yang diukur dengan tinggi standar benda uji adalah 9,52 cm.
Faktor koreksi :