Dosen Pengampu:
Ir. Andika Ade Indra Saputra, S.T., M.T
NIP 199101122015041001
Dosen Asistensi:
Muhammad Hadid, S.T ., M.T.
NIP 198809092019031014
1. Bapak Ir. Andika Ade Indra Saputra, S.T., M.T dan Ibu Andina Prima
Putri , S.T., M.Eng. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Teknologi
Bahan Konstruksi
2. Bapak Muhammad Hadid selaku Dosen Asistensi yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama praktikum dan selama
pembuatan laporan.
3. Ibu Dyah Wahyu Apriani, S.T., M.Eng. selaku Kepala Laboratorium
Teknik Sipil dan Bapak Hendro Susilo, S.T. selaku Laboran Teknik
Sipil yang telah memperbolehkan kami untuk meminjam alat-alat yang
diperlukan
4. Kakak Novillany (Teknik Sipil 2018) selaku Asisten Praktikum yang
telah membagikan ilmunya yang didapat dan mendampingi kami setiap
kami melakukan praktikum ini.
5. Teman-teman yang telah bekerja sama selama proses praktikum dan
selama pembuatan laporan.
6. Bapak/Ibu kami yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada
i
kami.
7. Semua pihak yang terlibat dalam praktikum ini yang tidak dapat kami
sebutkan satu- persatu.
ii
DAFTAR ISI
iii
2.6.6 Menentukan Faktor Air Semen .......................................................... 19
2.6.17 Menghitung Berat Jenis Agregat Campuran ..... Error! Bookmark not
defined.7
iv
3.2.5 Alat da Bahan pada Percobaan Mortar ............................................... 50
v
4.1.3 Pengujian Berat Volume Agregat Halus (ASTM C 29-91 / SNI
808:1998) ..................................................................................................... 101
4.1.5 Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus (SK SNI S-04-1998-F) ... 105
4.1.10 Pengujian Berat Jenis (ASTM C 188-95 / SNI 15-2531-1991) ....... 109
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen
(Benda Uji Berbentuk Silinder Diameter 150 mm Tinggi 300 mm)………………20
Gambar 2.2 Grafik Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen
(Benda Uji Berbentuk Kubus 150 x 150 x 150 mm)………………………………21
Gambar 2.3 Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan
(Untuk Ukuran Butir Maksimum 10 mm)………………………………………..26
Gambar 2.4 Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan
(Untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm)………………………………………...26
Gambar 2.5 Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan
(Untuk Ukuran Butir Maksimum 40 mm)……………………….………………..26
Gambar 2.6 Grafik Perkiraan Berat Isi Beton Basah yang Telah Selesai
Dipindahkan………………………………………………...………………..…..28
Gambar 3.1 Menyiapkan agregat halus…………………………………………..54
Gambar 3.2 Menimbang Loyang……………….………………………………..54
Gambar 3.3 Menimbang benda uji……………………………………………….54
Gambar 3.4 Memasukan benda uji kedalam oven………………………………..55
Gambar 3.5 Benda uji dikeluarkan dalam oven lalu ditimbang…………………..55
Gambar 3.6 Benda uji dimasukkan kembali kedalam oven………………………56
Gambar 3.7 Agregat halus ditimbang………………………………………….....56
Gambar 3.8 Agregat halus diayak hingga lolos ayakan nomor.4…………………57
Gambar 3.9 Oven agregat halus yang lolos ayakan nomor.4…………………….57
Gambar 3.10 Rendam agregat halus selama 24±4 jam…………………………...57
Gambar 3.11 Air rendaman dibuang lalu pasir dihantarkan……………………...58
Gambar 3.12 Pasir dikeringkan menggunakan hair drayer……………………….58
Gambar 3.13 Kerucut ditempatkan diatas bidang yang datar…………………….59
Gambar 3.14 Agregat halus dimasukkan dalam kerucut 1/3
bagian lalu dirojok 8 kali………………………………………………………….59
vii
Gambar 3.15 Diisi 1/3 lagi lalu dirojok 8 kali…………………………………….60
Gambar 3.16 Tambahkan agregat halus hingga penuh
lalu dirojok 9 kali…………………………………………………………………60
Gambar 3.17 Permukaan atas kerucut diratakan lalu kerucut diangkat…………...61
Gambar 3.18 Mengambil agregat halus sebanyak 500gr………………………...61
Gambar 3.19 Timbang piknometer……………………………………………….61
Gambar 3.20 Isi pasir kedalam piknometer………………………………………62
Gambar 3.21 Air yang ada didalam piknometer digoyangkan…………………...62
Gambar 3.22 Tambahkan air dalam piknometer………………………………….62
Gambar 3.23 Buang air dari piknometer………………………………………….63
Gambar 3.24 Timbang silinder dengan menggunakan neraca ohaus…………….63
Gambar 3.25 Rojok 1/3 pasir dalam silinder……………………………………..64
Gambar 3.26 Rojok 2/3 pasir dalam silinder……………………………………..64
Gambar 3.27 Rojok 3/3 pasir dalam silinder…………………………………….64
Gambar 3.28 Ratakan permukaan pasir…………………………………………..65
Gambar 3.29 Timbang silinder yang sudah diisi pasir…………………………..65
Gambar 3.30 Ulangi langkah percobaan dengan metode
goyang dan pukul…………………………………………………………………65
Gambar 3.31 Siapkan alat dan bahan…………………………………………….66
Gambar 3.32 Timbang gelas ukur………………………………………………..66
Gambar 3.33 Menyiapkan pasir sebesar 250gr…………………………………..67
Gambar 3.34 Pasir dimasukkan kedalam gelas ukur &
dicampur dengan air……………………………………………………………...67
Gambar 3.35 Pasir diaduk dan didiamkan selama 24 jam……………………….67
Gambar 3.36 Ukur tinggi pasir dan lumpur……………………………………...68
Gambar 3.37 Menyiapkan agregat halus………………………………………....68
Gambar 3.38 Timbang ayakan satu per satu……………………………………...69
Gambar 3.39 Saringan dibersihkan lalu disusun dari yang paling besar………….69
Gambar 3.40 Saringan diletakkan pada mesin penggetar
lalu aregat halus dimasukkan kedalam saringan………………………………….69
Gambar 3.41 Agregat halus diayak selama 15 menit……………………………..70
Gambar 3.42 Timbang agregat halus yang tertahan di saringan………………….70
viii
Gambar 3.43 Menyiapkan agregat kasar………………………………………….71
Gambar 3.44 Timbang Loyang dengan menggunakan
timbangan digital…………………………………………………………………71
Gambar 3.45 Timbang benda uji yang berada didalam loyang…………………...71
Gambar 3.46 Masukkan benda uji kedalam oven selama 15 menit………………72
Gambar 3.47 Keluarkan benda uji dari oven…………………………………..…72
Gambar 3.48 Masukkan benda uji kedalam oven sampai
beratnya konstan………………………………………………………………….72
Gambar 3.49 Siapkan agregat kasar……………………………………………...73
Gambar 3.50 Oven agregat kasar………………………………………………...73
Gambar 3.51 Timbang agregat kasar lalu masukkan ke dalam botol…………….74
Gambar 3.52 Air dimasukkan kedalam botol lalu dibiarkan selama
± 24 jam………………………………………………………………………….74
Gambar 3.53 Keluarkan air dalam botol……………………………………….....74
Gambar 3.54 Agregat kasar dikeringkan menggunakan lap………………………75
Gambar 3.55 Timbang agregat kasar……………………………………………..75
Gambar 3.56 Agregat kasar di masukkan kedalam keranjang…………………….75
Gambar 3.57 Agregat kasar di masukkan dalam keranjang diikat kedalam ember
yang beriisi air…………………………………………………………………....76
Gambar 3.58 Goyangkan agregat kasar dalam ember sampai
gelembung udara hilang…………………………………………………………..76
Gambar 3.59 Timbang berat batu yang dalam air………………………………...76
Gambar 3.60 Timbang berat silinder…………………………………………….. 77
Gambar 3.61 Silinder diisi krikil 1/3 bagian kemudian di rojok 25 kali………….77
Gambar 3.62 Masukkan lagi 1/3 bagian lalu di rojok sebanyak 25 kali………….78
Gambar 3.63 Masukkan lagi 1/3 bagian lalu dirojok sebanyak 25 kali………..…78
Gambar 3.64 Isi agregat kasar hingga penuh lalu ratakan permukaannya……….78
Gambar 3.65 Timbang silinder yang sudah diisi krikil dengan neraca ohaus…….79
Gambar 3.66 Ulangi Langkah diatas dengan metode goyang lalu
pukul dengan menggunakan palu karet sebanyak 25 kali…………………………79
Gambar 3.67 .Siapkan agregat kasar…………………………………………...…80
Gambar 3.68 Timbang ayakan satu per satu…………………………………..…80
ix
Gambar 3.69 Agregat kasar di masukkan ke dalam talam……………………..…80
Gambar 3.70 Bersihkan saringan lalu susun saringan yang
paling besar diatasnya…………………………………………………………….81
Gambar 3.71 Masukkan agregat kasar kedalam saringan
sedikit demi sedikit……………………………………………………………….81
Gambar 3.72 Ayak agregat kasar dengan mesin penggetar
selama ±15 menit…………………………………………………………………81
Gambar 3.73 Timbang tiap ayakan dengan neraca ohaus…………………………82
Gambar 3.74 Sampel semen ditimbang…………………………………………..82
Gambar 3.75 Timbang piknometer……………………………………………….83
Gambar 3.76 Minyak tanah dimasukkan kedalam piknometer………………..…83
Gambar 3.77 Semen dimasukkan kedalam piknometer……………………..........83
Gambar 3.78 Minyak dimasukkan kedalam piknometer………………………….84
Gambar 3.79 Piknometer digoyangkan………………………………………..…84
Gambar 3.80 Penambahan minyak tanah………………………………………...84
Gambar 3.81 Menimbang berat total piknometer dan minyak tanah…………….85
Gambar 3.82 Piknometer yang diisi air ditimbang……………………………….85
Gambar 3.83 Ambil benda uji dari cetakan……………………………………….88
Gambar 3.84 Timbang barat setiap Mortar……………………………………….88
Gambar 3.85 Mortar di letakkan di alat tekan mesin hidrolis…………………….89
Gambar 3.86 Menimbang bahan uji……………………………………………....91
Gambar 3.87 Mesin molen dinyalakan………………………………………...…91
Gambar 3.88 Kerikil,pasir dan semen dimasukan dalam molen………………....91
Gambar 3.89 Aduk benda uji dalam mesin molen secara merata…………………92
Gambar 3.90 Masukan air sedikit demi sedikit………………………………...…92
Gambar 3.91 aduk semua bahan hingga merata sampai
menjadi adonan pasta beton………………………………………………………92
Gambar 3.92 Cetakan diletakkan diatas plat logam…………………………...….93
Gambar 3.93 Isi 1/3 beton segar kedalam cetakan………………………………..93
Gambar 3.94 Padatkan dengan menggunakan batang
besi sebanyak 25 kali……………………………………………………………..94
Gambar 3.95 Isi 1/3bagian lagi hingga menjadi 2/3 lalu
x
dirojok sebanyak 25 kali………………………………………………………….94
Gambar 3.96 Isi 1/3 akhir lalu dirojok sebanyak 25 kali…………………………94
Gambar 3.97 Ratakan permukaan kerucut………………………………………..95
Gambar 3.98 Cetakan diangkat perlahan tegak lurus…………………………......95
Gambar 3.99 Mengukur nilai slump menggunakan penggaris…………………...95
Gambar 3.100 Cetakan diberikan pelumas…………………………………….…96
Gambar 3.101 Beton segar dimasukkan kedalam cetakan………………………..96
Gambar 3.102 Masukkan 1/3 bagian campuran beton kedalam
cetakan lalu dirojok sebanyak 25 kali…………………………………………….96
Gambar 3.103 Masukkan beton kembali sebanyak 1/3 menjadi
2/3 lalu dirojok sekaligus dipukul menggunakan palu sebanyak 25 kali………….97
Gambar 3.104 Masukkan beton kembali 1/3menjadi 3/3 &
di rojok sekaligus dipukulkan dengan palu sebanyak 25 kali……………………..98
Gambar 3.105 Ratakan permukaan atas cetakan beton silinder…………………..98
Gambar 3.106 Buka beton satu per satu dari cetakan……………………………..99
Gambar 3.107 Masukkan beton satu per satu kedalam drum
yang berisi air…………………………………………………………………….99
Gambar 4.1 Grafik Analisis Ayakan Agregat Halus Zona I…………………….103
Gambar 4.2 Grafik Analisis Ayakan Agregat Halus Zona II……………………103
Gambar 4.3 Grafik Analisis Ayakan Agregat Halus Zona III………….……….104
Gambar 4.4 Grafik Analisis Ayakan Agregat Halus Zona IV…………..………104
Gambar 4.5 Grafik Analisis Ayakan Agregat Kasar
Ukuran Maks. 10 mm………………………………..……...…………………..108
Gambar 4.6 Grafik Analisis Ayakan Agregat Kasar
Ukuran Maks. 20 mm…………………………………………………..…...….108
Gambar 4.7 Grafik Analisis Ayakan Agregat Kasar
Ukuran Maks. 40 mm……………………………………..…………………….108
Gambar 4.8 Grafik Konsistensi Penetrasi Semen……………………..…………110
Gambar 4.9 Grafik Pada Percobaan Waktu Ikat…………………………………111
Gambar 4.10 Grafik 1 Faktor Air Semen………………………….…………….112
Gambar 4.11 Grafik 13 Persentasi Agregat Halus..……………….…….……….114
Gambar 4.12 Grafik 13 Perkiraan Berat Isi Beton Basah
xi
yang Telah Selesai didapatkan mm….…………………..………………...….....114
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Rumus Konversi dari K(𝑓 ′ 𝑐𝑘 atau 𝜎𝑏𝑘) ke C(𝑓𝑐 ′ ) atau
Konveksi Kubus ke Silinder……………………………………………...…........15
Tabel 2.3 Nilai Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal pada Bagian Umur
untuk Benda Uji Silinder yang Dirawat di Laboratorium………………………...16
Tabel 2.5 Perkiraan Kekuatan Tekan (𝑁/𝑚𝑚2 ) Beton dengan Faktor Air
Semen 0.5 dan Jenis Semen dan Agregat Kasar yang Biasa dipakai……………..19
Tabel 2.7 Perkiraan Kebutuhan Air (liter) per Meter Kubik Beton…………....…22
Tabel 3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Pada Agregat Halus…………….......31
Tabel 3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan Pada Agregat Kasar…………….......37
Tabel 3.5 Alat dan Bahan yang Digunakan Pada Mortar …………….….............50
Tabel 4.1 Hasil Data Pengujian dan Perhitungan Kadar Air Agregat Halus…….100
Tabel 4.2 Hasil Data Pengujian dan Perhitungan Berat Jenis dan
Penyerapan Agregat Halus…………………………………...…………………101
xii
Agregat Halus………………………...…………………………………………102
Tabel 4.4 Hasil Data Pengujian dan Perhitungan Ayakan Agregat Halus……...102
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan pada percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara melakukan uji material untuk mendapatkan nilai kadar
air, berat jenis, berat volume, kadar lumpur, dan uji ayakan pada agregat
halus dan agregat kasar, serta konsistensi normal pada semen?
1. pada agregat halus dan agregat kasar?
2. Bagaimana hasil pengujian kuat tekan mortar 14 hari dan 28 hari?
3. Bagaimana mengetahui hasil proporsi perencanaan campuran material
beton normal melalui perhitungan mix design?
1.3 Tujuan
Tujuan pada percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
2. Mengetahui cara melakukan uji material untuk mendapatkan nilai kadar
air, berat jenis, berat volume, kadar lumpur, dan uji ayakan pada agregat
halus dan agregat kasar, serta konsistensi normal pada semen.
3. Mengetahui hasil pengujian kuat tekan mortar pada 14 hari dan 28 hari.
4. Mengetahui hasil proporsi perencanaan campuran material beton normal
melalui perhitungan mix design.
1.4 Manfaat
Manfaat pada percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman dalam pembuatan mortar.
2. Sebagai acuan dalam mempelajari dan memahami seluruh perilaku
elemen gabungan pembentuk mortar.
3. Sebagai pedoman bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin
melakukan percobaan pembuatan beton normal.
2
1.5 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah untuk lebih memfokuskan arah praktikum,
diantaranya sebagai berikut:
1. Mutu yang ingin dicapai yaitu beton normal.
2. Slump yang digunakan 10 ± 2.
3. Sampel yang dibuat sebanyak 6 sampel.
4. Pengujian mortar dilakukan 14 hari dan 28 hari.
3
BAB II
DASAR TEORI
4
d) Ferosemen
Adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan memberikan kepada
mortar semen suatu tulangan yang berupa anyaman. Ferosemen dapat diartikan
sebagai beton bertulang.
e) Beton Serat
Adalah beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa
serat. Bahan serat dapat berupa serat asbes, serat tumbuh-tumbuhan (rami,
bamboo, ijuk), serat plastik (polypropylene) atau potongan kawat logam.
f) Beton Non Pasir
Adalah suatu bentuk sederhana dan jenis beton ringan yang diperoleh
menghilangkan bagian halus agregat pada pembuatannya. Rongga dalam beton
mencapai 20-25 %.
g) Beton Siklop
Beton ini sama dengan beton biasa, bedanya digunakan agregat dengan ukuran
besar-besar. Ukurannya bisa mencapai 20 cm. Namun, proporsi agregat yang
lebih besar tidak boleh lebih dari 20 %.
h) Beton Hampa (Vacuum Concrete)
Beton ini dibuat seperti beton biasa, namun setelah tercetak padat kemudian air
sisa reaksi disedot dengan cara khusus, disebut cara vakum (vacuum method).
Dengan demikian air yang tinggal hanyalah air yang dipakai sebagai reaksi
dengan semen sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.
i) Mortar
Mortar sering disebut juga mortel atau spesi ialah adukan yang terdiri dari
pasir, bahan perekat, kapur dan PC.
5
Kelebihan:
a) Kekuatannya sangat tinggi.
b) Sangat mudah dibentuk menggunakan bekisting, sehingga bisa disesuaikan
dengan kebutuhan struktur bangunan anda.
c) Tahan terhadap suhu yang tinggi, sehingga aman ketika terjadi kebakaran,
setidaknya mampu memberikan waktu kepada penghuni untuk menyelamatkan
diri jika memang kebakarannya sangat besar.
d) Biaya pemeliharaan setelah pemasangan beton sangat rendah. Anda harus
memastikan bahwa posisi besi tulangan berada pada posisi yang baik di dalam
beton, sehingga kemungkinan terjadinya karat dapat dikurangi. Dengan
demikian, tak ada biaya perawatan yang harus dikeluarkan.
e) Harganya lebih murah jika dibandingkan dengan baja.
f) Memiliki daya tekan yang tinggi.
g) Di Indonesia mudah sekali di dapat beton bangunan. Hal tersebut disebabkan
oleh bahan baku dari beton yang sangat melimpah, di pegunungan hingga dasar
lautan.
h) Umurnya tahan lama hingga puluhan tahun.
i) Untuk Anda pecinta seni, beton bangunan memiliki tekstur yang terlihat alami
sebagai batuan, sehingga bisa saja digunakan sebagai bagian dari seni arsitektur
bangunan.
Kekurangan:
a) Beton memiliki bobot yang berat.
b) Kuat tarik kecil dari kuat tekan (hanya 9% hingga 15%).
c) Dalam pengaplikasiannya dibutuhkan ketelitian yang tinggi.
6
a) Semen atau PC (Portland Cement)
Semen digunakan sebagai bahan pengikat dalam pembuatan campuran
beton, bahan untuk pembuatan elemen - elemen bangunan, seperti : tegel, genteng,
pipa - pipa dan lain- lain, juga dapat dipakai sebagai bahan campuran pembuatan
semen PPC (Puzzolanic Portland Cement), dan dipakai sebagai bahan stabilitasi
seperti bata-bata tanah stabilitasi. Menurut Peraturan Beton 1989 (SKBI.
1.4.53.1989) dalam ulasannya di halaman 1, membagi semen portland menjadi lima
jenis ( SK.SNI T–15–1990–03:2 ) yaitu :
• Jenis I : Semen Portland yang dalam penggunaanya tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya. Biasanya digunakan dalam
konstruksi beton secara umum.
• Jenis II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Digunakan dalam struktur bangunan
air / drainase dengan kadar konsentrasi sulfat tinggi di dalam air tanah.
• Jenis III : Semen Portland untuk konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan
awal yang tinggi. Biasanya digunakan pada struktur-struktur bangunan yang
bekistingnya harus cepat dibuka dan akan segera dipakai kembali.
• Jenis IV : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas
hidrasi yang rendah. Biasanya digunakan pada konstruksi dam atau bendungan,
dengan tujuan panas yang terjadi sewaktu hidrasi merupakan faktor penentu bagi
keutuhan beton.
• Jenis V : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
yang tinggi tehadap sulfat. Digunakan untuk beton yang lingkungannya
mengandung sulfat, terutama pada tanah / air tanah dengan kadar sulfat tinggi.
b) Agregat Kasar
Adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm. ( PBBI 1971, NI–2 ).
Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya tahannya
terhadap disintegrasi beton, cuaca dan efek-efek perusak lainnya. Agregat kasar
mineral ini harus bersih dari bahan-bahan organik dan harus mempunyai ikatan
yang baik dengan sel semen. Syarat-syarat agregat kasar :
7
• Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
• Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
• Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti
zat-zat yang reaktif alkali.
• Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %. Apabila kadar
lumpur melampaui 1 % maka agregat kasar harus dicuci.
c) Agregat Halus
Agregat yang berupa pasir sebagai hasil desintegrasi alami dari batu-batuan
atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu (PBBI 1971,
N.I.– 2). Ukurannya bervariasi antara ukuran No. 4 dan No. 100 saringan standar
Amerika. Agregat halus yang baik harus bebas bahan organik, lempung, paitikel
yang lebih kecil dan saringan No. 100 atau bahan - bahan lain yang dapat merusak
campuran beton. Variasi ukuran dalam suatu campuran harus mempunyai gradasi
yang baik, yang sesuai dengan standar analisis saringan dari ASTM (American
Society of Testing and Materials). Untuk beton penahan radiasi, serbuk baja halus
dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat halus. Syarat agregat halus :
• Agregat halus terdiri dari butir–butir yang tajam dan keras. Butir agregat halus
harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti
terik matahari dan hujan.
• Kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering).
Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian–bagian yang dapat melalui ayakan
0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 5%, maka agregat harus dicuci.
• Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton,
kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang diakui.
d) Air
Tujuan utama dari penggunaan air adalah agar terjadi hidrasi yaitu reaksi
kimia antara semen dan air yang menyebabkan campuran ini menjadi keras setelah
lewat beberapa waktu tertentu. Air yang dibutuhkan agar terjadi proses hidrasi tidak
banyak, kira - kira 30% dari berat semen. Dengan menambah lebih banyak air harus
dibatasi sebab penggunaan air yang terlalu banyak dapat menyebabkan
8
berkurangnya kekuatan beton.
Berikut ini adalah ketentuan umum untuk air yang digunakan dalam beton, yaitu;
• Air yang digunakan untuk pembuatan beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam. Zat organik atau bahan-bahan
lain yang dapat merusak beton dan atau baja tulangan. Air tawar yang umumnya
dapat diminum baik air yang telah diolah diperusahaan air minuin maupun tanpa
diolah dapat dipakai untuk pembuatan beton.
• Air yang dipergunakan untuk pembuatan beton pratekan dan beton yang
didalamnya akan tertanam logam aluminium serta beton bertulang tidak boleh
mengandung sejumlah ion klorida. Sebagai pedoman, kadar ion klorida (Cl)
tidak melampaui 500 mg per liter air.
• Air tawar yang tidak dapat diminum tidak boleh dipakai untuk pembuatan beton
kecuali dapat dipenuhi ketentuan - ketentuan berikut: Pemilihan campuran beton
yang akan dipakai didasarkan kepada campuran beton yang mempergunakan air
dari sumber yang sama yang telah menunjukkan bahwa mutu beton yang
diisyaratkan dapat dipenuhi. Dilakukan percobaan perbandingan antara mortar
yang memakai air tersebut dan mortar yang memakai air tawar yang dapat
diminum atau air suling. Untuk ini dibuat kubus uji mortar berukuran sisi 50 mm
dengan cara sesuai dengan ASTM C 109. Air tersebut dapat dipakai untuk
pembuatan beton apabila tekan mortar yang memakai air tersebut pada umur 7
hari dan umur 28 hari paling sedikit adalah 90 % dari kuat tekan mortar yang
memakai air tawar yang dapat diminum atau air sulung.
e) Bahan Tambahan
Selain bahan-bahan utama pembuat beton, terkadang diperlukan bahan
tambahan untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu. Bahan tambahan adalah suatu
bahan yang berupa zat yang dicampurkan selama pengadukan dalam dosis tertentu
untuk mengubah beberapa sifat beton. Diantaranya, meningkakan plastisitas,
meningkatkan mutu awal, meningkatkan kekedapan, dan lain sebagainya.
9
menjadi tulang punggung berdiri atau tidaknya bangunan. Berikut faktor-faktor
yang mempengaruhi kekuatan tekan beton:
a) Kandungan semen
Semakin banyak bahan material semen yang digunakan, maka akan
dihasilkan konstruksi beton bertulang yang kuat dan baik. Penggunaan semen
berbanding lurus dengan kekuatan konstruksi beton.
b) Kandungan air
Semakin banyak air yang digunakan, maka konstruksi beton yang dihasilkan
semakin jelek. Walaupun didalam pengerjaan konstruksi beton ringan, jika air yang
digunakan banyak, konstruksi beton semakin mudah dikerjakan dan pekerjaan
menjadi lebih ringan.
c) Campuran air dan material semen atau faktor air semen (FAS)
Semakin tinggi perbandingan campuran air dan bahan material semen, maka
konstruksi beton malah semakin jelek. Untuk meningkatkan mutu konstruksi beton
rumah harus mengurangi perbandigan air dan bahan material semen. Faktor air dan
bahan material semen adalah perbandingan antara berat air dibandingkan dengan
berat bahan material semen. Jika air kita simbolkan dengan W, dan bahan material
semen kita simbolkan dengan C maka rumusnya adalah FAS=W/C, dimana berat
jenis air adalah 1 Kg/liter, dan berat jenis bahan material semen adalah 3150 kg/m3
(Disyaratkan Ameican Standard Testing And Material)
d) Agregat pasir dan kerikil
Campuran yang terlalu banyak pasirnya jika dijadikan beton halus akan
membuat kekuatannya berkurang, jika di bandingkan dengan campuran yang
normal. Kekuatan beton akan semakin menurun jika pada pencampuran
menggunakan molen terlalu lama. Sebaliknya jika beton terdiri dari kerikil yang
banyak maka kontruksi beton akan menjadi kasar akan tetapi kekuatannya menjadi
lebih baik jika di bandingkan dengan beton yang menggunakan pasir lebih banyak
10
2.5 Semen untuk Pembuatan Beton
Semen portland adalah bahan pengikat organik yang sangat penting dipakai
dalam bangunan - bangunan pada masa kini. Semen Portland adalah bahan
pengikat Hidrolig (Hidrolic bending agent) artinya dapat mengeras dengan adanya
air. Jenis-jenis semen secara umum adalah sebagai berikut:
a) Ordinary Portland Cement
Adalah semen portland yang dipakai untuk semua macam konstruksi
apabila tidak diperlukan sifat-sifat khusus seperti ketahanan terhadap silfat, panas,
hidrasi. Semen portland ini yang biasa dipakai untuk umum dan biasanya dikenal
dengan nama semen saja karena pembuatannya masal.
b) Moderate Sulphate Resistance
Adalah semen portland yang dipakai untuk kebutuhan semua macam
konstruksi apabila diisyaratkan mempunyai ketahanan terhadap sulfat pada
tingkatan sedang yaitu dipakai dilokasi tanah yang mengandung air tanah 0,08% -
0,17% dan mengandung 125 ppm SO3 serta pH tidak kurang dari 6 dan sedang
yaitu pada lokasi suhunya agak tinggi.
c) Hight Early Strength Cement
Adalah semen portland yang digiling lebih halus dan mehgandung C38
lebih banyak dibandingkan Ordinary Portland Cement (OPC). Mempunyai sifat
pengembangan kekuatan awal dan kekuatan pada umur panjang yang lebih tinggi
dibandingkan OPC. Semen ini dapat dipakai pada keadaan emergency dan musim
dingin, disamping itu dapat juga digunakan untuk concrete product atau presstress
concrete.
d) Low Heat of Hydration Cement
Sifat - sifatnya ; Panas hidrasi yang rendah, oleh karenanya sesuai untuk
masa concrete construction. Kekuatan tekan awalnya rendah tetapi kekuatan tekan
pada umur panjang adalah sama dengan Ordinary Portland Cement. Shrinkage
akibat pengeringan adalah rendah. Bersifat chemical, resistance terutama terhadap
sulfat.
11
e) High Sulfate Resistance Cement
Sifatnya mempunyai ketahanan terhadap sulfat yang tinggi. Semen ini
dipakai untuk semua jenis konstruksi apabila kadar sulfat pada air tanah dan tanah
0,17%-1,67% dan 12 ppm – 1250 ppm dinyatakan sebagai SO3. Misalnya pada
konstruksi untuk air buangan atau konstruksi di bawah air.
f) Super High Early Strength Portland
Semen ini dipakai untuk kebutuhan – kebutuhuan konstruksi yang perlu
cepat selesai atau pekerjaan grating karena mempunyai kekuatan tekan yang tinggi.
g) Calloid Cement
Adalah semen yang pada pemakaiannya dipakai dalam bentuk Sturry semen
(Calloid) yang dipompakan mengingat pengecoran harus dilakukan pada formasi
yang dalam dan sempit.
h) Blended Cement
Dalam rangka memproduksi sifat Ordinary Portland Cement maka
dikembangkan jenis Blended Cement. Dalam pemasarannya dikenal dengan Fly
Ash Cement, Pozoland Cement, Masnry Cement. Jenis-Jenis dalam Blanded
Cement tergantung pada proses dan bahan yang digunakan dan berakibat pada
keunggulan-keunggulan yang dimilikinya. Keunggulan ini diharapkan untuk
memperbaiki : Kelecakan, Plastisitas, Kerapatan, Panas hidrasi, Ketahanan, dll.
Berikut adalah tahapan dalam menguji material untuk pembuatan beton
adalah sebagai berikut :
a) Untuk Percobaan Berat Jenis semen (ASTM C188-95/SNI 15-2531-1991)
Berat isi semen portland adalah perbandingan antara berat kering semen
pada suhu kamar dengan satuan isi. Suhu kamar adalah suhu ruangan pada saat
dilakukan pengujian. Contoh semen portland adalah sejumlah semen dengan berat
dan isi tertentu yang diambil dari tempat penyimpanan secara acak serta dianggap
mewakili sejumlah semen portland yang akan digunakan sebagai bahan struktur.
b) Semen Portland untuk Percobaan Konsistensi Normal (C187-98/SNI
036826-2002)
Konsistensi normal semen portland adalah kadar air pasta semen yang apabila
jarum vicat diletakakan dipermukaannya dalam interval waktu 30 detik akan terjadi
penetrasi sedalam 10 mm. Banyaknya air untuk proses hidrasi sangat tergantung
12
dari komposisi senyawa dalam semen dan kehalusan semen. Jika air untuk proses
hidrasi tersebut kurang, maka tidak semua butiran semen akan terhidrasi . demikian
pula jika air terlalu banyak, maka kekuatan pasta semen akan turun. Untuk itulah
perlu dicari beberapa kebutuhan air yang optimum sehingga proses hidrasi dapat
berjalan sempurna dan kekuatan semen dapat mencapai maksimum. Umumnya
persentase air untuk mencapai konsistensi berkisar antara 2% - 29%
c) Agregat Halus untuk Percobaan Kadar Air (ASTM C 556-89)
Agregat halus adalah agregat yang semua butirannya menembus ayakan
berlubang 5,0 mm. Agregat halus sebagai bahan dasar untuk pembuatan beton
memegang peran penting dalam menentukan mutu beton, karena agregat
merupakan bahan pengisi yang diikat oleh semen dan air menjadi masa padat yang
mengeras dan dikenal dengan beton. Dengan demikian, kualitas agregat halus
mempengaruhi langsung dari mutu beton. Oleh karrena itu, perlu diketahui
pengaruh penggunaan agregat halus yang akan digunakan terhadap mutu dan
kekuatan tekan beton. Kadar air adalah besarnya perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam persen,
dengan diketahuinya kadar air dari pasir yang digunakan, dapat diketahui berapa
banyak air yang digunakan saat pasir digunakan dalam keadaannya langsung.
d) Agregat Halus untuk Percobaan Berat Jenis (ASTM C 128-93)
Adapun berat jenis yang dimaksud dalam agregat halus adalah:
• Berat jenis curah adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat
air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada
suhu 25 ̊ C.
• Berat jenuh kering permukaan adalah perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25 ̊ C.
• Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat
air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada
suhu 25 ̊ C.
Metode berat jenis pasir dimaksudkan sebagai pegangan dalam melakukan
pengujian untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan
jenuh, dan berat jenis semu pada agregat halus.
13
e) Agregat Halus untuk Percobaan Berat Volume (ASTM C – 29 – 91)
Berat volume agregat halus adalah massa agregat tiap satuan volume (m3)
dalam keadaan SSD. Metode berat volume pasir dimaksudkan sebagai pegangan
dalam melakukan pengujian untuk menentukan berat volume agregat halus.
14
hasil dari ayakan batu pecah yang kemudian diplot kedalam grafik.
k) Perencanaan Campuran Beton Normal (SNI 03-2834-1993)
Mix design dapat didefinisikan sebagai proses merancang dan memilih bahan
yang cocok dan menentukan proporsi relatif dengan tujuan memproduksi beton
dengan kekuatan tertentu, daya tahan tertentu dan ekonomis.
2.6 Menentukan Kuat Tekan Beton Karakteristik yang Disyaratkan (f’c) pada
umur tertentu
Bahwa nilai f’c memiliki arti bahwa kuat tekan beton dengan benda uji
berbentuk silinder. Jika yang diketahui adalah nilai K, maka nilai kuat tekan beton
perlu dikonversi.
Tabel 2.1 Notasi Kuat Tekan Beton
Diameter 15 cm
F’c Silinder 28 hari
Tinggi 20 cm
Sumber : SNI T-15-1991-03
Tabel 2.2 Rumus Konversi dari K(f′ck atau σbk) ke C(f′c) atau Konversi Kubus
ke Silinder
f ′ c = [0.76 + 0.210
𝑓 ′ 𝑐𝑘 = Kuat tekan Karakteristik Beton
f ′ ck ′ Kubus (MPa)
× log ( ) f ck]
15
15
Tabel 2.3 Nilai Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal pada Bagian Umur
untuk Benda Uji Silinder yang Dirawat di Laboratorium
Umur Beton (Hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen Portland Biasa 0.40 0.65 0.88 0.95 1.00 1.20 1.35
n
(X1 − X)2
SD = √∑
(n − 1)
i=0
Dimana :
SD = Deviasai Standar
X1 = Kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji
X = Kuat tekan beton rata-rata menurut rumus:
∑n
i=0 X1
X= n
16
Dimana:
n = Jumlah nilai hasil uji, yang harus diambil minimum 30 buah (satu hasil uji
adalah nilai uji rata-rata dari 2 buah benda uji).
b) Jika pelaksanaannya tidak mempunyai catatan hasil pengujian beton serupa pada
waktu sebelumnya atau bila data hasil uji kurang dari 15 buah, maka nilai tambah
M ( margin ) langsung diambil sebesar 12 Mpa.
Dimana :
M = Nilai tambah, ketetapan statistika
SD = Standar deviasi
17
2.6.4 Menetapkan Jenis Semen Portland digunakan table berikut:
Tabel 2.4 Jenis Semen Portland Menurut PUBI 1982
18
2.6.5 Menetapkan Jenis Agregat
Adapun jenis agregat yang akan digunakan dengan ditetapkan apakah akan
menggunakan pasir alam dan krikil alam, atau pasir alam dan batu pecah.
II dan V
Batu Pecah 30 40 53 60
Sumber : SNI T-15-1991-03
19
Adapun cara mengguakan grafik dan table tersebut adalah:
Lukislah titik A pada Gambar Hubungan Kuat Tekan dan faktor air semen
(Pilih Grafik 1 untuk Silinder atau Grafik 2 untuk Kubus) dengan faktor air semen
0.5 sebagai absis dan kuat tekan beton yang diperoleh dari Tabel 6 diatas sebagai
ordinat dari titik A dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan dua grafik yang
sudah ada didekatnya. Selanjutnya tarik garis mendatar dari sumbu tegak di kiri
pada kuat tekan rata-rata yang dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut,
lalu ditarik kebawah untuk mendapatkan faktor air semen yang dicari.
Gambar 2.1 Grafik 1 Hubungan Antara kuat tekan dan Faktor Air Semen
(Benda Uji Berbentuk Silinder Diameter 150 mm Tinggi 300 mm)
Sumber : SNI T-15-1991-03
20
Gambar 2.2 Grafik 2 Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen
(Benda Uji berbentuk Kubus 150 x 150 x 150 mm).
Sumber : SNI T-15-1991-03
21
Fondasi telapak tidak bertulang,
kaison, dan struktur dibawah 9,0 2,5
tanah
22
Catatan:
• Koreksi suhu diatas 200°𝑐, setiap kenaikan 50°𝑐 harus ditambah air 5 liter
per 𝑚3 adukan beton.
• Kondisi permukaan, untuk permukaan agregat yang kasar harus ditambah air
± 10 liter per m3 adukan beton.
b) Untuk agregat campuran gabungan antara (agregat tak pecah dengan agregat
dipecah), dihitung menurut rumus berikut:
A = 0.67 Ah + 0.33 Ak
Dengan:
A = jumlah air yang dibutuhkan (𝑙𝑡/𝑚3 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛)
Ah = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya
Ak = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya
23
Tabel 2.8 Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan
Lingkungan Khusus
Semen Minimum
Jenis Pembetonan
(𝒌𝒈/𝒎𝟑 𝒃𝒆𝒕𝒐𝒏)
Beton didalam ruangan
bangunan: 275
a. Keadaan keliling non-korosif
b. Keadaan keliling korosif, 325
disebabkan oleh kondensasi
atau aup korosif
Beton diluar ruangan bangunan:
a. Tidak terlindungi dari hujan 325
dan terik matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan 275
terik matahari langsung
Beton yang masuk kedalam
tanah;
a. Mengalami keadaan basah 325
dan kering
b. Mendapat pengaruh sulfat dan
alkali dari tanah
Beton yang selalu berhubungan
dengan air tawar,payau,laut.
Sumber : SNI-03-2834-1993
24
2.6.14 Menghitung Penyesuaian Jumlah Air atau FAS
Jika jumlah semen tidak ada perubahan akibat langkah 15, maka ini dapat
diabaikan, tetapi jika ada perubahan, maka nilai faktor air semen berubah. Dalam
hal ini dilakukan dua cara berikut:
a. Cara pertama, faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagi jumlah
air dengan jumlah semen minimum.
b. Cara kedua, jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah semen minimum
dengan faktor air semen.
Catatan: Cara pertama akan menurunkan faktor semen, sedangkan cara kedua
akan menaikkan jumlah air yang diperlukan.
2.6.15 Menentukan Gradasi Daerah Agregat Halus
Penentuan gradasi agregat halus dengan menggunakan tabel berikut;
Tabel 2.9 Batas Gradasi Pasir
Lubang Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan
Ayakan 1 2 3 4
10.00 100 100 100 100
4.80 90-100 90-100 90-100 95-100
2.40 60-100 75-100 85-100 95-100
1.20 30-70 55-90 75-100 95-100
0.60 15-34 35-59 60-79 80-100
0.30 5-20 8-30 12-40 15-50
0.15 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber : SNI-03-2834-1993
25
Gambar 2.3 Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan
(untuk Ukuran Butir Maksimum 10mm)
Sumber : SNI-03-2834-1993
Gambar 2.4 Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan (untuk
Butir Maksimum 20 mm)
Sumber : SNI-03-2834-1993
Gambar 2.5 Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan (untuk
Butir Maksimum 40 mm)
Sumber : SNI-03-2834-1993
26
2.6.17 Menghitung Berat Jenis Agregat Campuran
Berikut ini adalah persamaan yang digunakan untuk menghitung berat
jenis agregat campuran :
P K
Bj. Camp = × Bj. AH + × Bj AK
100 100
Dengan :
Bj Campuran = Berat jenis agregat campuran
Bj AH = Berat jenis agregat halus
Bj AK = Berat jenis agregat kasar
P = Persentase agregat halus terhadap agregat campuran
K = Persentase agregat kasar terhadap agregat campuran
Berat jenis agregat ditentukan berdasarkan dengan data hasil uji laboratorium, bila
tersedia dapat dipakai nilai bawah ini:
• Agregat tak pecah atau alami = 2.6 gr/𝑐𝑚3
• Agregat dipecah = 2.7 gr/𝑐𝑚3
27
Gambar 2.6 Grafik Perkiraan Berat Isi Beton Basah yang telah Selesai
Dipindahkan
28
C D
Air = B − (Ck − Ca) × 100 − (Dk − Da) × 100
C
Agregat Halus = C + (Ck − Ca) × 100
D
Agregat Kasar = D + (Dk − Da) × 100
Dengan :
B = Jumlah air (kg/m3 )
C = Jumlah agregat halus (kg/m3 )
D = Jumlah agregat kasar (kg/m3 )
Cn = absorpsi air pada agregat halus (%)
Ck = Kandungan air dalam Agregat halus (%)
Dk = Kandungan air dalam agregat kasar (%)
29
BAB III
METODE PERCOBAAN
Studi literatur
Ya
Curing
Selesai
30
30
3.2 Alat & Bahan
3.2.1 Alat & Bahan pada percobaan agregat halus
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama melakukan percobaan ini
antara lain,
Tabel 3.1 Alat dan bahan yang digunakan pada agregat halus
No.` Gambar Nama Fungsi
Sebagi wadah
untuk benda
uji yang akan
dioven
1 Loyang kecil
berupa
agregat halus/
pasir
Material yang
digunakan
untuk bahan
Agregat uji coba
2
halus dalam
percobaan ini
berupa pasir
31
Untuk
mengeringka
n atau
menghikangk
an kadar air
3 Oven yang terdapat
pada agregat
hingga berta
agregat diuji
menjadi
konstan
Untuk
menimbang
massa dengan
Timbangan kapasitas 1
4
digital kg atau lebih
denga n
ketelitian 0,1
gram
32
Untuk
mengambil
bahan uji
5 Cetok seperti
agregat kasar,
agregat halus
dan semen.
Untuk
mengukur
nilai massa
6 Piknometer jenis atau
densitas
fluida
(cairan)
Sebagai alat
bantu untuk
memasukkan
atau
7 Corong kaca
memindah
-kan benda
uji kedalam
wadah
33
Untuk
memasukkan
agregat halus
Kerucut
8 berupa pasir
terpancung
untuk
mendapatkan
SSD- nya
Untuk
membantu
agregat halus
berupa pasir
Batang agar
9
penumbuk memenuhi
volume dari
kerucut
terpancungny
a.
34
Untuk
meredam
Bejana
10 agregat halus
tempat air
selama satu
hari
Untuk
mengetahui
11 silinder
berat volume
agregat halus.
Untuk
merojok
setiap beton
Batang maupun
12
perojok agregat yang
dimasukkan
kedalam
silinder.
35
Untuk
mengetuk /
memukul
silinder yang
13 Palu karet telah diisi
agregat halus
atau bahan uji
coba disetiap
bagiannya.
Untuk
mengeringkan
atau
Hair
14 mengurangi
drayer
kadar air pada
permukaan
agregat halus.
Untuk
menyaring
agregat baik
15 Ayakan
yang halus
maupun yang
kasar.
36
Untuk
Alat membantu
16
penggetar mengayak
bahan uji.
Sebagai wadah
untuk benda uji
Loyang
1. yang akan
kecil
dioven berupa
agregat
37
Material yang
digunakan
untuk bahan uji
Agregat
2. coba dalam
kasar
percobaan ini
berupa batu
pecah
Untuk
menimbang
Neraca massa dari
3.
ohaus bahan uji dan
juga massa dari
alat uji.
Untuk
menimbang
massa dengan
Timbagan kapasitas 1 kg
4.
digital atau lebih
dengan
ketelitian 0,1
gram.
38
Untuk
mengambil
bahan uji seperti
5. Cetok agregat
kasar,agregat
halus maupun
semen.
Untuk
mengetahui
6. silinder
berat volume
agregat halus.
Untuuk merojok
setiap beton
Batang maupun agregat
7.
perojok yang
dimasukkan ke
dalam silinder.
39
Untuk
mengetuk/mem
ukul silinder
yang telah diiisi
8. Palu karet
agregat atau
bahan uji coba
di setiap
bagiannya.
Untuk
menyaring
9. Ayakan agregat baik
yang halus
maupun kasar
Untuk
Alat membantu
10.
penggetar mengayak
bahan uji.
40
Sebagai wadah
agregat kasar
Keranjang
11. saat ditimbang
kawat
dan dimasukkan
ke dalam air.
Untuk
merendam
agregat kasar
saat ditimbang
dan digoyang-
12. Ember
goyangkan
hingga udara
terserap ke
dalam agregat
kasar.
41
3.2.3 Alat & Bahan Pada Percobaan Semen
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama melakukan percobaan ini
antara lain,
Tabel 3.3 Alat dan bahan pengujian pada semen
No. Gambar Nama Fungsi
Sebagai
Loyang tempat untuk
1.
kecil menaruh
bahan
Sebagai bahan
2. Semen
uji
42
Sebagai cairan
berupa air
suling yang
3. Air diberikan pada
sampel semen
yang akan
diuji
Sebagai cairan
yang akan
Minyak diberikan pada
4.
tanah sampel semen
yang akan di
uji
Sebagai alat
untuk
Timbangan mengukur
5.
Digital berat bahan
bahan yang
digunakan
43
Sebagai alat
untuk
6. Piknometer
mengukur
masa jenis air
Sebagai alat
untuk
memasukkan
Corong
7. air dan
kaca
minyak tanah
ke dalam
piknometer
44
3.2.4 Alat & Bahan Pada Percobaan Mx Design
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama melakukan percobaan ini
antara lain,
Tabel 3.4 Alat Dan Bahan Pengujian Mix Design
No. Gambar Nama Fungsi
Sebagai
agregat halus
yang akan
bersama-sama
1. Pasir dengan pasta
semen mengisi
rongga dalam
dalam agregat
kasar.
Sebagai
agregat kasar
2. Krikil
dalam
campuran
Sebagai alat
3. Semen pengikat dalam
campuran
45
Sebagai
pelarut dalam
4 Air yang
campuran
semen
Sebagai alat
untuk
mengaduk
5. Molen
secara rata
campuran
bahan uji.
Sebagai alat
untuk merojok
campuran
dalam silinder
Batang
6. agar dapat
perojok
mengisi ruang-
ruang udara
didalam
silinder
46
Untuk
mencetak
Cetakan
7. adonan beton
silinder
yang sudah
diaduk
Berfungsi untuk
mengambil,
memasukkan
8. Cetok dan meratakan
campuran beton
ke dalam
cetakan silinder
Sebagai
Cetakan
9. cetakan pada
kerucut
uji slump
47
Sebagai alat
untuk
10. Palu
memukul
silinder
Sebagai alat
pengukur
tinggi
11. Penggaris
campuran
beton pada saat
uji slump
Sebagai wadah
Loyang untuk menaruh
12.
kecil agregat kasar
maupun halus
48
Sebagai wadah
Loyang campuran
13.
besar yang sudah
diaduk.
Sebagai alas
yang
digunakan
untuk
14 Loyang besi
meletakkan
cetakan
kerucut ketika
uji slump
49
3.2.5 Alat & Bahan Pada Percobaan Mortar
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama melakukan percobaan ini
antara lain,
Tabel 3.5 Alat Dan Bahan Pengujian Mortar
No. Gambar Nama Fungsi
Sebagai bahan
pengikat
1. Semen
campuran
mortar
Sebagai bahan
untuk
2. Air mencampur
semen dan
agregat halus
Sebagai
agregat halus
3. Pasir dalam
pembuatan
mortar
50
Sebagai alat
untuk
4. Mixer
mencampur
semua bahan
Sebagai alat
untuk
Cetakan
5. mencetak
Benda Uji
campuran
mortar
Sebagai alat
untuk
Timbangan
6. menimbang
digital
berat semua
bahan
51
Sebagai wadah
untuk
mengukur
7. Gelas Ukur
banyaknya air
yang akan
digunakan
Sebagai alat
untuk
Alat
8. memadatkan
Pemadat
mortar di
dalam cetakan
Sebagai alat
untuk
9. Spatula meratakan
permukaan
atas mortar
52
Sebagai alat
untuk
10. Kunci 12 mengunci dan
melepas
cetakan kubus
Sebagai alat
untuk menguji
Mesin
11. kuat tekan
Tekan
terhadap
mortar
53
1. Siapkan agregat halus sebanyak 500 gr
3. Masukkan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat beratnya (W2)
54
4. Masukkkan benda uji kedalam oven, selama 15 menit.
5. Setelah dioven selama 15 menit. Keluarkan, benda uji dari dalam oven dan
timbang benda uji.
55
6. Masukkan lagi kedalam oven hingga beratnya konstan.
56
2. Agregat halus yang sudah disiapkan, diayak hingga lolos ayakan nomor 4
3. Masukkan agregat halus yang lolos ayakan nomor 4, kedalam oven. Oven
selama 15 menit hingga beratnya konstan sebanyak 3 kali
4. Rendam agregat halus hingga terendam semua dalam botol dengan air selama
24± 4 jam.
57
5. Buang air pada rendaman dan hantarkan pasirnya pada Loyang
58
7. Tempatkan kerucut SSD pada bidang datar yang tidak menghisap air, tahan
jangan sampai goyang.
59
9. Tambahkan lagi, agregat halus kedalam kerucut sebanyak 1/3 bagian keumudia
dirojok sebanyak 8x
10. Kemudian diisi lagi, dengan 1/3 bagian agregat halus kedalam kerucut hingga
penuh dan dirojok sebanyak 9x
Gambar 3.16 Tambahkan agregat halus hingga penuh lalu dirojok 9 kali
11. Ratakan permukaannya dan angkat kerucutnya, bila pasir masih berbentuk
kerucut maka pasir belum SSD. Keringkan lagi dan ulangi lagi pengisian
dengan proses sebelumnya, bila kerucut diangkat dan pasir gugur tetapi
berpuncak maka pasir sudah dalam keadaan SSD dan siap untuk digunakan
dalam pengujian.
60
Gambar 3.17 Permukaan atas kerucut diratakan lalu kerucut diangkat
61
14. Isi piknometer dengan pasir dan diisi air sampai pada garis merah piknometer
lalu ditimbang
15. Air yang sudah dimasukkan kedalam piknometer digoyangkan hingga berbusa
selama 15 menit.
16. Tambahkan air kedalam piknometer hingga menyentuh garis merah lalu
timbang berat piknometer.
62
17. Kemudian, buang air dari piknometer
63
2. Lalu diisi pasir 1/3 bagian kemudian dirojok sebanyak 25 kali
64
5. Isi hingga penuh lalu ratakan permukaannya
7. Ulangi langkah diatas dengan menggunakan metode goyang dan pukul palu
karet sebanyak 25x
Gambar 3.30 Ulangi langkah percobaan dengan metode goyang dan pukul.
65
3.3.4 Percobaan Kadar Lumpur pada Agregat Halus
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam analisis ayakan agregat
halus, terdiri dari:
1. Gelas ukur AH
2. Alat pengaduk
3. Air
4. Penggaris
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam percobaan kadar
lumpur pada agregat halus ini yaitu:
1. Siapkan gelas ukur AH, alat pengaduk, dan air
66
3. Siapkan pasir sebanyak 250gr
67
6. Setelah didiamkan, ukur tinggi pasir dan lumpur dalam gelas ukur
68
2. Timbang setiap ayakan satu per satu
Gambar 3.39 Saringan dibersihkan lalu disusun dari yang paling besar
Gambar 3.40 Saringan diletakkan pada mesin penggetar lalu aregat halus
dimasukkan kedalam saringan
69
5. Ayak agregat halus dengan mesin penggetar selam ± 15 menit.
70
1. Siapkan agregat kasar sebanyak 1000gr
3. Masukkan benda uji ke dalam loyang kemudian timbang dan catat beratnya
(W2)
71
4. Masukkkan benda uji kedalam oven, selama 15 menit.
5. Setelah dioven selama 15 menit. Keluarkan, benda uji dari dalam oven dan
timbang benda uji.
Gambar 3.48 Masukkan benda uji kedalam oven sampai beratnya konstan
72
3.3.7 Percobaan Berat Jenis Agregat Kasar
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian berat jenis
agregat kasar, terdiri dari
1. Kerikil 500 gram.
2. Air.
3. Oven, dilengkapi dengan pengatur suhu.
4. Timbagan
5. Talam atau cawan
6. Piknometer/ gelas ukur.
7. Kain pengering
8. Stopwatch.
Dalam pelaksanaan berat jenis agregat kasar prosedur pengujian adalah
sebagai berikut :
1. Siapkan 500 gr agregat kasar
73
3. Timbang berat agregat kasar lalu masukkan agregat kasar kedalam botol
4. Masukkan air kedalam botol dan biarkan terrendam selama kurang lebih
24± 4jam
5. Setelah direndam selama kurang lebih 24± 4jam, keluarkan agregat kasar
yang ada di dalam air.
74
6. Keringkan agregat kasar dengan menggunakan lap sampai permukaanya
kering
9. Siapkan ember cat kemudian ember cat diisi air ¾ bagian lalu agregat
kasar yang di dalam keranjang diikat ke dalam ember yang berisi air
75
Gambar 3.57 Agregat kasar di masukkan dalam keranjang diikat kedalam
ember yang beriisi air
76
3.3.8 Percobaan Berat Volume Agregat Kasar
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan pada pengujian berat
volume agregat kasar ini, terdiri dari :
1. Batang penusuk
2. Alat ketuk.
3. Alat penakar berbentuk silinder, berdiameter 15 cm dengan tinggi 30 cm.
4. Cetok
5. Batu pecah sebagai benda uji.
6. Timbangan.
Dalam pelaksanaan berat volume agregat kasar prosedur pengujian adalah
sebagai berikut :
1. Timbang berat silinder uji ukuran 10x20
Gambar 3.61 Silinder diisi krikil 1/3 bagian kemudian di rojok 25 kali
77
3. Masukkan lagi 1/3 bagian lalu dirojok sebanyak 25 kali
Gambar 3.62 Masukkan lagi 1/3 bagian lalu di rojok sebanyak 25 kali
Gambar 3.63 Masukkan lagi 1/3 bagian lalu dirojok sebanyak 25 kali
Gambar 3.64 Isi agregat kasar hingga penuh lalu ratakan permukaannya
78
6. Timbang silinder yang sudah diisi dengan krikil dengan menggunakan
neraca ohaus
Gambar 3.65 Timbang silinder yang sudah diisi krikil dengan neraca ohaus
Gambar 3.66 Ulangi Langkah diatas dengan metode goyang lalu pukul
dengan menggunakan palu karet sebanyak 25 kali
79
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengujian ayakan pada
agregat halus ini yaitu
1. Siapkan agregat kasar sebesar 1kg
80
4. Bersihkan saringan kemudian saringan disusun dengan susunan saringan,
yang paling besar ditempatkan diatas.
Gambar 3.70 Bersihkan saringan lalu susun saringan yang paling besar
diatasnya
81
7. Agregat kasar yang tertahan disetiap saringan ditimbang dengan
menggunakan neraca ohaus.
82
2. Timbang tiknometer, dengan menggunakan timbangan digital
83
5. Masukkan minyak baru, hingga menyentuh leher tiknometer
84
8. Timbang berat total piknometer, semen, dan minyak tanah.
85
4. Membuat bola dari pasta, dengan menggunakan tangan, lalu melemparkan 6x
dari tangan kiri ke tangan kanan dan sebaiknya jarak lemparan adalah 30cm
5. Memegang bola pasta yang terbentuk di salah satu tangan sedang tangan lainnya
memegang semen Portland. Melalui lubang dasarnya, memasukkan bola pasta
ke dalam cetakan semen Portland sampai terisi penuh dan meratakan kelebihan
pasta pada cincin dengan sekali gerakan telapak tangan;
6. Meletakkan dasar cincin pada pelat kaca, meratakan permukaan atas pasta
dengan sekali gerakan sendok perata dalam posisi miring dan
7. Menghaluskan permukaan pasta dengan ujung sendok perata, tanpa mengadakan
tekanan pada pasta;
8. Meletakkan semen Portland yang berisi pasta pada alat vikat, lalu menyentuhkan
ujung batang vikat pada bagian tengah permukaan pasta dan mengencangkan
posisi batang vikat;
9. Meletakkan pembacaan pada skala nol atau catat angka permulaan, dan segera
melepaskan batang vikat sehingga dengan bebas dapat menembus permukaan
pasta; setelah 30 detik, mencatat besarnya penetrasi batang vikat;
10. Mengulangi pekerjaan 2 sampai 8 dengan menggunakan semen Portland baru
dan kadar air yang berlainan (84 ml, 78 ml, 75 ml, 65 ml dan 58 ml).
11. Menghitung besarnya nilai konsistensi untuk setiap semen Portland, kemudian
membuat grafik yang menyatakan hubungan antara nilai konsistensi dengan
penetrasi;
12. Menentukan titik pada sumbu penetrasi yang menyatakan nilai penetrasi
13. 10 mm, lalu menarik garis horizontal sehingga memotong grafik konsistensi
penetrasi; setelah itu, pada titik perpotongan tesebut menarik garis vertikal ke
bawah sejajar sumbu penetrasi sehingga didapat nilai konsistensi normal.
86
2. Menuangkan air suling tersebut ke dalam mangkuk pengaduk, kemudian
memasukkan pula secara perlahan-lahan semen Portlandsebanyak 300 gr;
3. Mengaduk kedua bahan tadi selama 1 menit hingga tercampur;
4. Membuat bola dari pasta, dengan menggunakan tangan, lalu melemparkan 6 kali
dari tangan kiri ke tangan kanan dan sebaiknya jarak lemparan adalah 15cm;
5. Memegang bola pasta yang terbentuk di salah satu tangan sedang tangan lainnya
memegang semen Portland. Melalui lubang dasarnya, memasukkan bola pasta
ke dalam cetakan semen Portland sampai terisi penuh dan meratakan kelebihan
pasta pada cincin dengan sekali gerakan telapak tangan;
6. Meletakkan dasar cincin pada pelat kaca, meratakan permukaan atas pasta
dengan sekali gerakan sendok perata dalam posisi miring dan
7. Menghaluskan permukaan pasta dengan ujung sendok perata, tanpa mengadakan
tekanan pada pasta;
8. Meletakkan semen Portland yang berisi pasta pada alat vikat, lalu
menyentuhkan ujung batang vikat pada bagian tengah permukaan pasta dan
mengencangkan posisi batang vikat;
9. Meletakkan pembacaan pada skala nol atau mencatat angka permulaan;
10. Setelah 45 menit dijatuhkan jarum vikat menembus pasta dan setelah 30 detik
jarum di stop dan penurunannya dibaca lalu dicatat;
11. Mengangkat jarum vikat diameter 1 mm tersebut dan dilap untuk memberikan
semen yang menempel pada jarum. Setelah 15 menit ditest Agregat Halus
12. Menempelkan ujung jarum pada permukaan pasta semen, bukan pada tempat
yang tadi melainkan digeser ke tempat lain disekitarnya dengan jarak minimum
3mm;
13. Menjatuhkan jarum vikat diameter 1mm pada pasta, dan setelah 30 detik jarum
distop, membaca penurunannya, mencatat, jarum diangkat dan dilap. Demikian
setiap 15 menit ditest dan dicatat sampai penurunan 0 mm didapat, maka
percobaan dihentikan.
14. Menempelkan ujung jarum pada permukaan pasta semen, bukan pada tempat
yang tadi melainkan digeser ke tempat lain disekitarnya dengan jarak minimum
3mm;
87
15. Menjatuhkan jarum vikat diameter 1mm pada pasta, dan setelah 30 detik jarum
distop, membaca penurunannya, mencatat, jarum diangkat dan dilap. Demikian
setiap 15 menit ditest dan dicatat sampai penurunan 0 mm didapat, maka
percobaan dihentikan.
88
5. Lalu diletakkan mortar uji pada alat tekan mesin test hidrolis dan pilih
permukaan yang rata sebagai bidang yang dibebani.
6. Kemudian digerakkan tuas yang berwarna merah ke atas dan tekan tombol
penggerak keposisi ON. Lalu dimatikan tombol penggerak pada saat mortar
pecah (jarum sudah tidak bergerak lagi).
7. Nilai mortar dapat diliat pada saat jarum mencapai puncaknya. Untuk
mengambil kembali benda uji, gerakkan tuas ke bawah sehingga benda uji
terlepas dari jepitan.
8. Pengujian dilakukan sebanyak tiga buah beton uji disetiap mortar uji berumur
7 hari dan 28 hari
89
7. Menentukan faktor air semen dengan menggunakan grafik 1 sesuai dengan
langkah berikut :
a. Tentukan nlai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan tabel
2 berdasarkan semen dan agregat yang akan dipakai.
b. Liat grafik 1 untuk benda uji berbentuk silider.
c. Tarik garis tegak lurus ke atas.
8. Menetukan slump yang digunakan.
9. Menentukan ukuran agregat maksimum yang ditetapkan.
10. Menghitung kadar air bebas sesuai dengan rumus perhitungan.
11. Menghitung kadar semen dengan membagi haisl point 11 dengan hasil pada
point 7.
12. Menentukan kadar semen minimum yang digunakan.
13. Menentukan susunan besar butir agregat halus dengan menggunakan hasil
data uji ayakan agregat halus yang kemudian telah dicocokkan dengan grafik
grading zone agregat halus.
14. Menentukan susunan besar butir agregat kasar dengan menggunakan hasil
data uji ayakan agregat kasar yang kemudian telah dicocokkan dengan grafik
grading zone agregat kasar.
15. Menghitung persentase agregat halus dengan cara mencocokkan hasil data
penentuan zona pada grafik grading zone agegat halus berat jenis relative
ditentukan berdasarkan hasil perhitunga berikut ini.
16. Menghitung berat isi beton dari hasil perhitungan berat jenis relative yang
kemudian disesuaikan dengan grafik.
17. Menghitung kadar agregat gabungan.
18. Menghitung kdar agregat halus.
19. Menghitung kadar agregat kasar.
20. Menghitung proporsi campurn beton dari bahan uji agregat halus, agregat
kasar, semen, dan air.
90
3.3.15 Pengecoran
Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengecoran
yaitu :
1. Timbang bahan uji sesuai hasil perhitungan mix design.
3. Masukkan kerikil, pasir dan semen sesuai dengan hasil perhitungan mix
design kedalam molen.
91
4. Aduk dengan menggunakan mesin molen sampai semuanya bahan uji
tercampur rata.
Gambar 3.89 Aduk benda uji dalam mesin molen secara merata
5. Masukkan air secara sedikit demi sedikit ke dalam bahan uji yang sudah
tercampur.
6. Aduk kembali bahan sampai semua bahan tercampur rata dengan air sehingga
menjadi adonan pasta beton
92
7. Selama belum dimasukkan ke dalam cetakan, adonan pasta beton harus terus
diaduk, jangan sampai masuk waktu setting
93
Gambar 3.94 Padatkan dengan menggunakan batang besi sebanyak 25 kali
5. Isi 1/3 bagian berikutnya (menjadi terisi 2/3) dengan hal yang sama sebanyak
25 kali tusukan dan pastikan besi menyentuh lapisan pertama.
Gambar 3.95 Isi 1/3bagian lagi hingga menjadi 2/3 lalu dirojok
sebanyak 25 kali
6. Isi 1/3 akhir dengan 25 kali tusukan terakhir dan pastikan tusukan tidak
melebihi lapisan kedua.
94
7. Setelah selesai dipadatkan, ratakan permukaan kerucut dan sekalian
membersihkan sisa beton diluar cetakan.
95
3.3.17 Pencetakan Beton
Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mencetak
beton ke dalam silinder yaitu:
1. Bersihkan seluruh cetakan silinder.
2. Berikan pelumas/oli pada cetakan agar mudah dibuka saat pembongkaran.
96
Gambar 3.102 Masukkan 1/3 bagian campuran beton kedalam cetakan lalu
dirojok sebanyak 25 kali
5. Kemudian masukkan beton kembali 1/3 bagian (dalam hal ini 2/3) dan
kembali dilakukan rojokan sekaligus memukulkan palu terhadap permukaan
cetakan sebanyak 25 kali.
Gambar 3.103 Masukkan beton kembali sebanyak 1/3menjadi 2/3 lalu dirojok
sekaligus dipukul menggunakan palu sebanyak 25 kali
97
6. Selanjutnya masukkan beton kembali 1/3 bagian (dalam hal ini 3/3) dan
kembali dilakukan rojokan sekaligus memukulkan palu terhadap permukaan
cetakan sebanyak 25 kali.
Gambar 3.104 Masukkan beton kembali 1/3menjadi 3/3 lalu di rojok sekaligus
dipukulkan dengan palu sebanyak 25 kali
8. Berikan masing-masing cetakan silinder dengan tanda dan nomor agar mudah
pada saat proses uji tekan.
98
3.3.18 Curing Beton (Perendaman)
Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam curing beton
yaitu :
1. Isi drum tersebut sebanyak 2/3 dengan menggunakan air.
2. Buka beton satu persatu dari cetakan.
3. Masukkan satu persatu yang telah dibuka dari cetaklan ke dalam drum
tersebut.
Gambar 3.107 Masukkan beton satu per satu kedalam drum yang berisi air
99
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Setelah melakukan pengujian kadar air pada agregat halus maka dapat
disimpulkan bahwa nilai kadar air pada agregat halus adalah 2,82 %. Nilai tersebut
sesuai dengan ASTM C 556-89 dan SNI 1971:2011 yang mana (1% - 5%). Hal
tersebut disebabkan pengujian material.
100
Nilai tersebut juga dapat mempengaruhi daya ikat pasir ketika pencampuran
beton dan akan berdampak pada mutu beton tersebut.
S
6 Berat jenis permukaan jenuh = B+S− B 2,6 gr/ml
l
B
7 Berat jenis semu = B+B k− B 2,7 gr/ml
k l
(S− Bk )
8 Penyerapan = x 100 3,5 gr/ml
Bk
Setelah melakukan pengujian berat jenis pada agregat halus maka dapat
disimpulkan bahwa nilai berat jenis pada agregat halus adalah 2,7 gr/ml yang mana
nilai tersebut telah memenuhi standar (1,66 – 3,30) gr/ml sesuai dengan ASTM C
128-93 dan SNI 1970:2008.
101
Tabel 4.3 Hasil Data Pengujian dan Perhitungan Berat Volume Agregat Halus
No. Jenis Pengujian Dirojok Dipukul Digoyang Satuan
1 Berat Silinder (W1 ) 6900 6511,5 6668 gr
Berat Silinder + Pasir
2 8278 9715 8955 gr
(W2 )
3 Berat Pasir (W2 - W1 ) 1378 3203,5 2287 gr
4 Volume Silinder (V) 1570 1570 1570 cm3
Berat Volume = gr/
5 0,88 2,04 1,46
(W2 − W1 ) cm3
V
102
30 78 7,80 13,15 86,85
50 391 39,10 52,25 47,75
100 437 43,70 95,95 4,05
200 36 3,60 99,55 0,45
Sisa 4,5 0,45 100,00 0,00
Total 1000 100,0 366,95 433,05
120
120
100 100
96.99 100
97.60 100.00
100
92.95
90 90
80 78.34 75
60 59 55
40 39.12 35
30
20
10 8
0 1.12
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6
103
Gambar 4.3 Grafik Analisis Ayakan Agregat Halus Zona III
40 40
39.12
20
10 12
0 1.12
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6
60
50
40
20
15 15
0 0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6
Untuk menentukan zona gradasi agregat halus, grafik gradasi dari hasil
pengujian ayakan harus berada diantara garis atau batasan-batasan zona agregat
yaitu berada diantara batas maksimum dan batas minimumnya. Dari pengujian dan
analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa agregat halus yang telah dilakukan
pegujian ayakan termasuk dalam kategori Zona III.
104
4.1.5 Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus (SK SNI S-04-1998-F)
Adapun hasil data pengujian dan perhitungan kadar lumpur pada material
agregat halus yang dilakukan berdasarkan SK SNI S-04-1998-F sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Data Pengujian & Perhitungan Kadar Lumpur Agregat Halus
Nama Hasil Ukuran
Tinggi Pasir (A) 5,9 cm
Tinggi Lumpur (B) 0,3 cm
Tinggi Pasir + Tinggi Lumpur (C) 6,2 cm
(C− A)
Kadar Lumpur = x 100 4,84 %
C
Dari data tersebut didapatkan kadar lumpur agregat halus sebesar 4,84%
dari hasil tersebut sesuai dengan SK SNI S-04-1998-F yang mana kadar lumpur
maksimal sebesar 5%.
105
4.1.7 Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar(ASTM C 128-01 / SNI 1969:2008)
Adapun hasil data pengujian dan perhitungan berat jenis pada material
agregat kasar yang dilakukan berdasarkan ASTM C 128-01 dan SNI 1969:2008)
sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Data Pengujian dan Perhitungan Berat Jenis Agregat Kasar
No. Keterangan Hasil Pengujian Satuan
1 Berat benda uji kering (A) 500 gr
Berat benda uji jenuh kering permukaan
2 497 gr
(B)
3 Berat benda uji dalam air (C) 306 gr
A
4 Benda jenis curah kering (Sd) = B−C 2,61 gr/m
Setelah melakukan pengujian berat jenis pada agregat kasar maka dapat
disimpulkan bahwa nilai berat jenis pada agregat kasar adalah 2,57 gr/ml yang mana
nilai tersebut telah memenuhi standar (2,4 – 2,7) gr/cm3 sesuai dengan ASTM C
128-93 dan SNI 1970:2008).
106
3 Berat Pasir = (W2 - W1 ) 2683 2633 2744 gr
4 Volume Silinder (V) 1570 1570 1570 cm3
(W2 − W1 )
5 Berat Volume = V
1,71 1,68 1,75 gr/cm3
107
Gambar 4.5 Grafik Analisis Ayakan Agregat Kasar Ukuran Maks. 10 mm
100 100
95.00
80 85
60
50
40
30.28
20
10
0 4.80
0
4.8 9.6 19
60 60
40
30.28
30
20
10
4.80
0 0
4.8 9.6 19 38
100 100.00
100 100.00
100
95.00 95
80
70
60
40 40
35
30.28
20
10
0 5
4.80
0
4.8 9.6 19 38 76
108
Setelah membandingkan dasar teori dan hasil percobaan yang telah
dilakukan, maka agregat kasat tersebut telah memenuhi syarat ASTM C 136 dan
SNI 03-2834:2002 yaitu agregat kasar yang baik untuk campuran beton apabila
agregat kasar yang digunakan memiliki ukuran diameter maksimal 20 mm.
109
Konsistensi 28 26 25 21,67 19,33
Penetrasi 44 42 30 9 4
Konsistensi Normal
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
KONSISTENSI NORMAL
15 25
30 7
45 5
60 4.5
75 4.5
90 4
120 3.5
135 3
150 2
145 1
160 1
175 0
110
Gambar 4.9 Grafik Pada Percobaan Waktu Ikat
30
25
20
Penetrasi
15
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
Waktu
111
Gambar 4.10 Grafik 1 Faktor Air Semen
112
Batu tak
135 160 180 195
20 Dipecah
Batu dipecah 170 190 210 225
Batu tak
115 140 160 175
40 Dipecah
Batu dipecah 155 175 190 205
113
Gambar 4.11 Grafik 13 Presentasi Agregat Halus
18. Persen agregat kasar didapatkan dengan cara 100% dikurangi dengan
persen agregat halus:
Persen Agregat Halus = 100% – 29%
= 71%
19. Berat jenis relatif gabungan ditentukan berdasarkan hasil perhitungan
berikut ini:
Bj. Relative gabungan = (% agregat halus x berat jenis agregat halus) +
(% agregat kasar x berat jenis agregat kasar)
= (29% x 2,5407) + (71% x 2,6504)
= 2,62
20. Berat isi beton = 2359 yang mana didapatkan dari hasil perhitungan berat
jenis relatif yang kemudian disesuaikan dengan grafik.
Gambar 4.12 Grafik 13 Perkiraan berat isi beton basah yang
telah selesai didapatkan mm
114
21. Kadar agregat gabungan didapatkan dari perhitungan berikut ini:
Kadar agregat gab. = Berat isi beton – (jumlah semen + kadar air bebas)
= 2359 - (359,65 + 205)
= 1794,4 kg/m3
22. Kadar agregat halus didapatkan dengan melakukann perhitungan sebagai
berikut:
Kadar agregat halus = Persen agregat halus x Kadar agregat gabungan
= 29% x 1794,4
= 520,36 kg/m3
23. Kadar agregat kasar didapatkan dengan melakukan perhitungan sebagai
berikut:
Kadar agregat kasar = Kadar agregat gabungan - Kadar agregat halus
= 1794,4 - 520,36
= 1273,99 kg/m3
24. Proporsi campuran beton:
a. Berat Semen = Kadar air semen x Volume silinder x Banyak mold x
Safety factor
= 359,65 x 0,00157 x 6 x 1,25
= 4,235 kg
b. Agregat Halus = Kadar agregat halus x Volume silinder x Banyak mold
x Safety factor
= 530,36 x 0,00157 x 6 x 1,25
= 6,127 kg
c. Agregat Kasar = Kadar agregat kasar x Volume silinder x Banyak mold
x Safety factor
= 1273,99 x 0,00157 x 6 x 1,25
= 15,001 kg
d. Air = Kadar air bebas x Volume silinder x Banyak mold x Safety factor
= 205 x 0,00157 x 6 x 1,25
= 2,414 kg/liter
115
4.3 Hasil Data Kuat Tekan Mortar
Untuk pengujian kuat tekan mortar tidak memiliki ketentuan target berapa
Mpa yang akan dicapai. Setelah dilakukan pengujian kuat tekan mortar didapatkan
hasil data dan perhitungan sebagai berikut:
• Hasil perhitungan uji tekan mortar I (14 hari) :
Hasil uji tekan = 7,0160 kN = 7016 N
A = 2500 mm2
Hasil Uji Tekan 7016
Konversi kuat tekan mortar = = 2500 = 2,8064 𝑀𝑃𝑎
A
116
A = 2500 mm2
Hasil Uji Tekan 7509
Konversi kuat tekan mortar = = 2500 = 3,004 𝑀𝑃𝑎
A
4.4 Pembahasan
Telah dilakukan percobaan Teknologi Beton dan Konstruksi yang bertujuan
untuk mengetahui cara melakukan uji material untuk mendapatkan nilai kadar air,
berat jenis, berat volume, kadar lumpur, dan uji ayakan pada agregat halus dan
agregat kasar serta konsistensi normal dan waktu ikat pada semen. Mengetahui hasil
proporsi perencanaan campuran material beton normal melalui perhitungan mix
design.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan Teknologi Beton
dan Kontruksi yaitu, talam logam, agregat halus, agregat kasar, semen, air, oli,
oven, timbangan, cetok, piknometer, corong kaca, kerucut, bejana tempat air,
silinder, batang perojok, hair dryer, palu karet, ayakan, alat penggetar, keranjang
kawat, ember, kain lap, vicat, mixer, penggaris, dan cangkul.
Prosedur pekerjaan yang dilakukan dari praktikum Teknologi Bahan dan
Konstruksi diantaranya adalah siapkan alat dan bahan, kemudian dilakukan uji
bahan yaitu pengujian agregat halus, pengujian agregat kasar dan pengujian semen.
Selanjutnya dilakukan pengujian mix design dan pengecoran, selanjutnya dilakukan
117
pengujian slump dan pencetakan beton. Setelah 1 hari dalam cetakan kemudian
dilakukan curing beton.
Setelah melakukan praktikum pembuatan beton normal dilakukan
praktikum kedua yaitu praktikum pembuatan mortar yang dimana dalam percobaan
pembuatan mortar ini, mengacu pada SNI 03-6825-2002.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan mortar yaitu,
talam logam, agregat halus, semen, air, oli, mold/cetakan, timbangan, cetok, palu,
kain lap atau vicat, mesin mixer dan mesin tekan hidrolis.
Prosedur pekerjaan yang dilakukan pada pembuatan mortar diantaranya
adalah siapkan alat dan bahan, aduk bahan sampai tercampur dengan merata,
menuang adukan mortar ke dalam cetakan, setelah 1 hari dalam cetakan kemudian
dilakukan curing mortar. Kemudian dilakukan tes kuat tekan mortar dengan umur
hari yang telah ditentukan yaitu 14 hari dan 28 hari.
Adapun hasil data yang didapatkan dari praktikum mortar antara lain
dengan pengujian umur 14 hari didapatkan 3 sampel mortar memiliki berat masing
– masing 0,2296 kg, 0,2360 kg, dan 0,2319 kg dengan kuat tekannya berturut turut
7,0160 kN, 6,1702 kN, dan 6,5847 kN. Setelah diperhitungkan dengan correction
factor yang berlaku, maka didapatkan kuat tekan pada 3 sampel mortar tersebut
berturut – turut 2,8064 Mpa, 2,4680 Mpa, dan 2,6340 Mpa. Maka rata – rata kuat
tekan yang didapatkan dari 3 sampel beton 14 hari adalah 2,636 Mpa. Sedangkan,
untuk pengujian umur 28 hari didapatkan 3 sampel mortar memiliki berat masing –
masing 0,2229 kg, 0,2298 kg, dan 0,2140 kg dengan kuat tekannya berturut – turut
9,5955 kN, 12,8120 kN, dan 7,5092 kN. Setelah diperhitungkan dengan correction
factor yang berlaku, maka didapatkan kuat tekan pada 3 sampel mortar tersebut
berturut – turut antara lain 3,838 Mpa, 5,125 Mpa, dan 3,004 Mpa. Maka rata-rata
kuat tekan yang didapatkan dari 3 sampel beton pada umur 28 hari adalah 3,989
Mpa. Dari pengujian yang dilakukan pada umur 14 hari, dan 28 hari maka dapat
disimpulkan bahwa rata – rata kuat tekan mortar yang didapatkan adalah 3,3125
Mpa.
118
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berikut ini beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik untuk bahan adukan beton telah didapatkan melalui percobaan uji
material dan telah sesuai dengan standar yang berlaku.
2. Dapat diketahui bahwa proporsi untuk 6 sampel pada campuran beton, yaitu
berat semen sebesar 4.3235 kg, agregat halus sebesar 6.127 kg, agregat kasar
sebesar 15.001 kg, dan air sebesar 2.414 kg liter.
3. Rata-rata kuat tekan mortar pada umur 14 hari adalah sebesar 2,636 MPa, rata-
rata kuat tekan mortar pada umur 28 hari adalah sebesar 3,989 MPa, dan rata-
rata kuat tekan total pada mortar yang didapatkan yaitu sebesar 3,3125 MPa.
5.2 Saran
Adapun hal – hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan praktikum,
khususnya pada metode untuk melakukan percobaan antara lain:
1. Ketika melakukan pengujian material, diperlukan ketelitian dalam menimbang
material yang diuji dan tahap penelitian harus sesuai dengan ketetapan yang
berlaku agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pengujian.
2. Ketika melakukan perencanaan dalam pembuatan mortar, sering terjadi
kekeliruan dalam pencampuran bahan sehingga menyalahi hasil uji kuat tekan
mortar. Pada proses merojok sangat berpengaruh pada mortar, apabila cara
merojok tidak tepat maka mortar yang tercetak tidak padat dan hal ini akan
mengakibatkan kekuatan mortar tidak maksimal.
3. Ketika akan melakukan praktikum konsistensi normal dan uji vicat terdapat
kendala yaitu alat praktikum yang digunakan rusak, hal ini mengakibatkan
praktikum konsistensi normal dan uji vicat tidak dapat dilaksanakan. Sehingga
hasil data yang digunakan dalam laporan didapatkan dari hasil data praktikan
kakak tingkat sebelumnya.
119
119
DAFTAR PUSTAKA
Antoni dan Nugraha, P., 2007. Teknologi Beton, CV. Andi Offset, Yogyakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. Pengujian Berat Jenis Pasir dan Kerikil. SNI
1970-2008. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
British Standard Institution, BS 812 Part 1, Part 2, Part 3, Part 4. 1975. Method for
Sampling and Testing of Material Aggregates, Sands, and Filler, British
Standars Institution, London.
Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar, SNI 03-1969-1990.
Departemen Pekerjaan Umum, Standar Nasional Indonesia.
120
120
SNI-03-6826-2002. Metode Pengujian Konsistensi Normal Semen Portland dengan
Alat Vicat Untuk Pekerjaan Sipil. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia, Metode Pengujian Berat Jenis Semen Portland (SNI
15-2531-1991).
121
LAMPIRAN
A. Biodata Penulis
Nama : Danisa Amalia Rifa’i
NIM : 07191020
Email : 07191020@student.itk.ac.id
NIM : 07191026
Email : 07191026@student.itk.ac.id
NIM : 07191058
Email : 07191026@student.itk.ac.id
NIM : 07191060
Email : 07191060@student.itk.ac.id
122
Nama : Raden Indra R.A
NIM : 07191068
Email : 07191068@student.itk.ac.id
NIM : 07191069
Email : 07191069@student.itk.ac.id
NIM : 07191074
Email : 07191074@student.itk.ac.id
NIM : 07191080
Email : 07191080@student.itk.ac.id
NIM : 07191082
Email : 07191082@student.itk.ac.id
123
Nama : Wisnu Jaya
NIM : 07191084
Email : 07191084@student.itk.ac.id
NIM : 99201039
Email : 99201039@student.itk.ac.id
NIM : 99201098
Email : 99201098@student.itk.ac.id
124
B. Lembar Asistensi
125