Dosen :
Steven Y. Audy Luntungan
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Kewarganegaraan ini dengan baik. Makalah ini berisikan tentang
program pendidikan kewarganegaraan yang dapat dilakukan guna mengantisipasi
sebuah masalah bangsa yang berjudul “Pendidikan Antikorupsi dalam
Pembelajaran Kewarganegaraan Sebagai Penguat Karakter Bangsa”. Kami
menyadari bahwa proses pengerjaan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Kewarganegaraan.
Keberhasilan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
banyak pihak yang telah membantu dalam pengerjaan makalah ini. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati kami menghanturkan ucapan terimakasih
kepada teman-teman sekelompok kami yang telah membantu untuk
menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembacanya. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
para generasi penerus bangsa. Pembelajaran melalui Pendidikan
Kewarganegaraan dapat dilakukan sebagai penguat karakter bangsa Indonesia.
1.3 Tujuan
Dari permasalahan yang telah dipaparkan, penulis memiliki tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui penyebab masalah korupsi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui data dan informasi tentang masalah korupsi di Indonesia.
3. Untuk mengetahui program pendidikan kewarganegaraan yang dapat
dilakukan guna mengantisipasi masalah korupsi di Indonesia.
1.4 Manfaat
Dari penulisan ini, diharapkan dapat memerikan manfaat sebagai berikut :
1. Dapat memberikan pengetahuan mengenai persoalan korupsi yang di
Indonesia, serta penyebab dan dampak dari masalah tersebut.
2. Dapat memberikan fakta mengenai masalah korupsi di Indonesia melalui data
dan informasi yang diberikan.
3. Dapat memberikan program pendidikan Kewarganegaraan guna
mengantisipasi masalah korupsi di Indonesia.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Korupsi
Korupsi sudah menyebar merata di negara ini, tindakan korupsi tidak hanya
merugikan negara, namun juga dapat menghambat kesejahteraan masyarakat.
Wijayanti (2016:1) menyatakan bahwa korupsi atau rasuah (bahasa Latin :
corruption dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik
politis maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu
yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik
yang dikuasakan kepada pejabat publik untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Wibowo (2013:22) menjelaskan bahwa korupsi merupakan penyalahgunaan
wewenang yang ada pada seseorang khususnya pejabat atau pegawai negeri, demi
keuntungan pribadi, keluarga, rekanan, dan teman atau kelompoknya.
Berdasarkan uraian mengenai korupsi oleh dua para ahli dapat ditarik kesimpulan
bahwa korupsi adalah tindakansangat merugikan bagi negara, menjadikan
masyarakat miskin serta menghambat kesejahteraan masyarakat.
3
3. Korupsi Investif, yaitu korupsi yang berawal dari tawaran yang merupakan
investasi untuk mengantisipasi adanya keuntungan di masa datang.
4. Korupsi Nepotistik, yaitu korupsi yang terjadi karena perlakuan khusus baik
dalam pengangkatan kantor publik maupun pemberian proyek-proyek bagi
keluarga dekat.
5. Korupsi Otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat
keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (insiders
information) tentang berbagai kebijakan publik yang seharusnya dirahasiakan.
6. Korupsi supportif, yaitu perlindungan atau penguatan korupsi yang menjadi
intrik kekuasaan bahkan kekerasan.
7. Korupsi Defensif, yaitu korupsi yang dilakukan dalam rangka mempertahankan
diri dari pemerasan.
4
pendidikan antikorupsi untuk mencegah, mengurangi bahkan memberantas
tindakan korupsi.
7. Struktur pemerintahan.
5
Penyebab dari tindakan korupsi yang dilakukan oleh seseorang berbeda-beda.
Merican dalam Wibowo (2013:31-33), menyatakan bahwa korupsi di Indonesia
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
1. Warisan dari pemerintah kolonial Belanda.
2. Korupsi disebabkan oleh kemiskinan, ketidaksamaan dan ketidakmerataan.
3. Gaji yang rendah.
4. Persepsi yang popular bahwa korupsi itu sudah dilakukan banyak orang,
sementara pelakunya hanya mendapatkan sangsi ringan.
5. Pengaturan yang bertele-tele.
6. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.
Penyebab dari tindakan korupsi yang telah diuraikan diatas terdapat kesaamaan
dari kedua ahli yaitu kurangnya pengetahuan, kemiskinan, hukum yang tidak
tegas, dan kolonialisme. Macam- macam penyebab korupsi yang telah dijelaskan
merupakan penyebab yang sangat kompleks, yang seharusnya dapat dicegah agar
mengurangi bahkan memberantas tindakan korupsi. Korupsi merupakan salah satu
penyakit sosial yang menyebabkan kerusakan moral pada diri seseorang.
6
2.5 Pendidikan Kewarganegaraan
2.5.1 Definisi Pendidikan Kewarganegaraan
Istilah Pendidikan Kewargaan pada satu sisi identik dengan Pendidikan
Kewarganegaraan. Namun, di sisi lain, istilah Pendidikan Kewargaan
menurut Rosyada (dalam Taniredja, 2009: 3), secara subtantif tidak saja
mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan
hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan
bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah Pendidikan
Kewarganegaraan, melainkan juga membangun kesiapan warga negara
menjadi warga dunia (global society). Dengan demikian, orientasi Pendidikan
Kewargaan secara subtansif lebih luas cakupannya dari istilah Pendidikan
Kewarganegaraan.
Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan membentuk
warga Negara yang baik (to be a good citizentship) dan pembentukan karakter
bangsa yang baik (nation and). Penjelasan tersebut senada dengan pendapat
Achmad Kosasih Djahiri (1995:1) yang mengemukakan bahwa secara khusus
tujuan PKn itu bertujuan untuk membina moral yang diharapkan diwujudkan
dalam kehidupan sehari- hari yang memancarkan iman dan taqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan
agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku
yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam
kebudayaan dan kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang
mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perorangan dan
golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau kepentingan diatas
melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang me ndukung upaya
untuk mewujudkan keadlian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
7
berfokus pada dimensi afektif mengharapkan setelah pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan selesai ada sikap tertentu yang tertanam pada
peserta didik. Oleh karena itu, Pendidikan Kewarganegaraan secara umum
berkehendak mengembangkan peserta didik menjadi warga Negara
Indonesia yang baik. Namun demikian, sebagai kajian ilmiah, Pendidikan
Kewarganegaraan tidak meninggalkan aspek akademik.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran
yang mempunyai tujuan menurut Winataputra (Tukiran, 2009: 17)
menegaskan bahwa: “Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk
mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, oleh sebab itu,
diharapkan setiap individu memiliki wawasan, watak, serta keterampilan
intelektual dan sosial yang memadai sebagai warga negara. Dengan
demikian, setiap warga negara dapat berpartisipasi secara cerdas dan
bertanggung jawab dalam berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat,
bangsa dan negara. Oleh karena itu, setiap jenjang pendidikan harus
mencakup pendidikan kewarganegaraan, yang akan mengembangkan
kecerdasan peserta didik melalui pemahaman dan pelatihan keterampilan
intelektual”.
8
BAB III
PEMBAHASAN
9
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan Negara.
UU No.20 tahun 2001 adalah tindakan melawan hukum dengan
maksud memperkaya diri sendiri, orang lain atau korupsi yang
berakibat merugikan Negara.
UU No.24 Tahun 1960 adalah perbuatan seseorang yang dengan atau
karena melakukan sesuatu kejahatan dengan menyalahgunakan
jabatan atau kedudukan.
2004 2 0 0 0 0 0 0
2005 12 0 7 0 0 0 0
2006 8 5 2 7 5 0 0
2007 14 1 4 2 3 0 0
2008 18 3 13 3 10 0 0
2009 16 1 12 0 8 0 0
2010 16 0 19 0 5 0 0
2011 10 0 25 0 4 0 0
2012 8 0 34 0 3 2 2
2013 9 3 50 1 0 7 0
2014 15 5 20 6 4 5 3
2015 14 1 38 1 2 1 0
2016 14 1 79 1 1 3 0
2017 15 2 93 0 1 8 2
2018 9 0 78 0 0 4 2
2019 11 0 49 1 2 0 0
10
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan Peraturan Komisi
Pemberantasan Korupsi Nomor 07 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pendaftaran,
Pengumuman, dan Pemeriksaan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara.
Bidang Wajib Sudah Belum Kepatuhan
Lapor Lapor Lapor
Eksekutif 238.014 157.116 80.898 66,01 %
Yudikatif 22.519 10.817 11.702 48,03 %
Legislattif- 2 1 1 50,00 %
MPR
Legislatif – 536 115 421 21,46%
DPR
Legislatif – 80 46 34 57,50 %
DPD
Legislatif – 15.229 4.372 10.857 28,71 %
DPRD
Pemilu 481 2 479 0,42 %
Legislatif DPR
RI
Pemilu 90 59 31 65,56 %
Legislatif DPD
RI
Pemilu 1..806 29 1.777 1,61 %
Legislatif
DPRD
BUMN/BUMD 25.426 21.436 3.990 84,31 %
Total 304.183 193.993 110.190 63,78 %
11
tindaklanjuti dan dilakukan verifikasi hasilnya 35 pengaduan telah
terverifikasi.
b. Kasus BLBI (Bantuan Likuiditas Nak Indonesia) satu dasarwarsa ini
juga menjadi salah satu kasus korupsi terbesar yang pernah ada di
Indonesia ( tanah air ). Menurut KPK kerugian Negara akibat kosupsi
ini mencapai Rp. 3,7 triliun.
c. Kasus E-KTP menjadi kasus korupsi yang fenomenal. Kasus ini
menyeret mantan ketua Partai Golkar (Satya Novanto) yang bergulir
sejak 2011 dengan total kerugian mecapai Rp. 2,3 triliun.
12
pendidikan karakter membentuk watak, sikap, serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalam rangka memberi pemahaman tentang korupsi.
2. Pendidikan Antikorupsi, yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang
cukup tentang seluk-beluk korupsi dan pemberantasan serta menanamkan
nilai-nilai antikorupsi.
3. Menerbitkan panduan pencegahan korupsi, dengan cara ini dapat memberikan
suatu modul yang nantinya digunakan untuk memberikan pemahaman kepada
orang lain. Dengan cara ini, dapat memberikan cara pencegahannya.
4. Memberikan pemahaman tentang korupsi, agar dapet memiliki pengetahuan
yang benar dan tepat perlu mendapat informasi yang benar terutama dengan
mengenal tindakan pencegahan korupsi.
5. Memperkuat Pendidikan Kewarganegaraan, dengan cara ini dapat
memperkuat karakter dan moral setiap individu.
6. Memberikan sosialisasi tentang antikorupsi, yang bertujuan untuk
memberikan pengetahuan dan wawasan tentang korupsi.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari makalah Kewarganegaraan mengenai Pendidikan
Antikorupsi dalam Pembelajaran Kewarganegaraan Sebagai Penguat Karakter
Bangsa dapat disimpulkan bahwa :
1. Dapat mengetahui penyebab masalah korupsi di Indonesia yaitu terdapat
penyebab internal dan eksternal. Penyebab internal berasal dari diri manusia
sendiri yaitu sifat tamak, moral yang kurang kuat, dan gaya hidup komsumtif.
Sedangkan penyebab eksternal berasal dari luar diri manusia seperti sistem
hukum yang masih lemah, penyalahgunaan kekuasaan dalam politik, dan
lingkungan sosial yang sangat berpengaruh.
2. Dapat mengetahui data dan informasi masalah korupsi di Indonesia yaitu dari
data korupsi menurut UU, Graph TPK Berdasarkan Jenis Perkara yang terjadi
pada tahun 2004-2019, Kewajiban Penyelenggara Negara untuk melaporkan
harta kekayaan dengan total tingkat kepatuhan 63,78 %, dan contoh data
korupsi di Jawa Timur, Kasus BLBI (Bantuan Likuiditas Nak Indonesia), dan
kasus E-KTP menjadi kasus korupsi yang fenomenal.
3. Dapat mengetahui program pendidikan kewarganegaraan yang dilakukan guna
mengantisipasi masalah korupsi di Indonesia. Program-program tersebut yaitu
memperbaiki pendidikan karakter bangsa, pendidikan anti korupsi,
menerbitkan panduan pencegahan korupsi, memberikan pemahaman tentang
korupsi, memperkuat pendidikan kewarganegaraan, dan memberikan
sosialisasi tentang antikorupsi.
4.2 Saran
Dengan adanya penjelasan dari makalah ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat, pengetahuan dan informasi kepada pembaca untuk mengantisipasi salah
satu masalah bangsa yaitu korupsi melalui pendidikan Kewarganegaraan.
14
DAFTAR PUSTAKA
15