Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM


PEMBELAJARAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI
PENGUAT KARAKTER BANGSA

Dosen :
Steven Y. Audy Luntungan

Disusun Oleh Kelompok KWN A6 :


Anggitha Kirana Putri Ramadhani 07201011
Kholik Abdul Azis Muhri 07201045
Pramudya Fitra Devrian Akbar 10201070

Institut Teknologi Kalimantan


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Kewarganegaraan ini dengan baik. Makalah ini berisikan tentang
program pendidikan kewarganegaraan yang dapat dilakukan guna mengantisipasi
sebuah masalah bangsa yang berjudul “Pendidikan Antikorupsi dalam
Pembelajaran Kewarganegaraan Sebagai Penguat Karakter Bangsa”. Kami
menyadari bahwa proses pengerjaan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Kewarganegaraan.
Keberhasilan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
banyak pihak yang telah membantu dalam pengerjaan makalah ini. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati kami menghanturkan ucapan terimakasih
kepada teman-teman sekelompok kami yang telah membantu untuk
menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembacanya. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Sabtu, 27 Agustus 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 3
2.1 Pengertian Korupsi .................................................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Korupsi .................................................................................... 3
2.3 Penyebab Korupsi ...................................................................................... 5
2.4 Upaya Mengatasi Korupsi.......................................................................... 6
2.5 Pendidikan Kewarganegaraan .................................................................... 7
2.5.1 Definisi Pendidikan Kewarganegaraan ............................................ 7
2.5.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ............................................ 7
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................... 9
3.1 Masalah Korupsi di Indonesia.................................................................... 9
3.2 Data dan Informasi Korupsi di Indonesia .................................................. 9
3.2.1 Data Korupsi Menurut Undang-Undang ....................................... 9
3.2.2 Graph TPK Berdasarkan Jenis Perkara ....................................... 10
3.2.3 Data Korupsi ............................................................................... 11
3.3 Program Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Antisipasi Korupsi ...... 12
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 14
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 14
4.2 Saran ........................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mewujudkan bangsa Indonesia yang sejahtera adalah cita-cita seluruh
masyarakat Indonesia. Kondisi tersebut hanya dapat dicapai jika bangsa ini lepas
dari berbagai macam permasalahan yang ada, baik di bidang sosial, ekonomi
maupun politik. Kenyataannya, bangsa Indonesia yang memiliki tujuan untuk
mensejahterakan rakyat masih jauh dari harapan karena penyakit bernama
korupsi. Korupsi bukan hal yang baru bagi bangsa Indonesia. Tanpa disadari,
korupsi muncul dari kebiasaan yang dianggap lumrah dan wajar oleh masyarakat
umum. Kebiasan itu menyebar ke seluruh tatanan kehidupan masyarakat yang
tidak hanya menggerogoti sendi-sendi perekonomian masyarakat tetapi juga
menghancurkan pilar-pilar demokrasi. Sebagai contoh kebiasaan yang sering
terjadi yaitu memberi hadiah kepada penjabat, pegawai negeri ataupun keluarga
sebagai imbal jasa sebuah pelayanan (KPK, 2006: 1).
Dengan semakin banyaknya kasus-kasus korupsi yang telah terungkap, dari
tahun ke tahun pasti ditemukan kasus korupsi. Kebanyakan korupsi dilakukan
oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi atau yang memiliki kekuasaan.
Rasanya sungguh tidak pantas dilakukan dengan memperkaya diri sendiri namun
merugikan perekonomian negara. Korupsi merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk diberantas. Meskipun telah adanya KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) dan hukuman atau sanksi yang akan para koruptor dapatkan, tetapi hal
tersebut hanya dianggap angin lalu saja dan para koruptor seakan-akan tidak takut
dengan hukuman atau sanksi yang diberikan. Kesadaran akan korupsi sangat
diperlukan. Teapi bila dilihat dari banyaknya kasus korupsi yang ada, dapat
disimpulkan bahwa kesadaran hukum rakyat Indonesia cukup rendah.
Oleh karena itu, perlu adanya penanaman kesadaran serta nilai-nilai positif
lainnya sejak dini agar generasi muda nantinya akan mampu membawa bangsa
Indonesia menjadi lebih baik. Pendidikan Kewarganegaaraan merupakan salah
satu cara yang dapat diberikan untuk mengenalkan tentang masalah bangsa, salah
satunya yaitu korupsi yang harus diantisipasi oleh rakyat Indonesia khususnya

1
para generasi penerus bangsa. Pembelajaran melalui Pendidikan
Kewarganegaraan dapat dilakukan sebagai penguat karakter bangsa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis merumuskan
berbagai masalah sebagai berikut :
1. Apakah penyebab masalah korupsi yang ada di Indonesia?
2. Bagaimana data dan informasi tentang masalah korupsi di Indonesia?
3. Bagaimana program pendidikan kewarganegaraan yang dapat dilakukan guna
mengantisipasi masalah korupsi di Indonesia?

1.3 Tujuan
Dari permasalahan yang telah dipaparkan, penulis memiliki tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui penyebab masalah korupsi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui data dan informasi tentang masalah korupsi di Indonesia.
3. Untuk mengetahui program pendidikan kewarganegaraan yang dapat
dilakukan guna mengantisipasi masalah korupsi di Indonesia.

1.4 Manfaat
Dari penulisan ini, diharapkan dapat memerikan manfaat sebagai berikut :
1. Dapat memberikan pengetahuan mengenai persoalan korupsi yang di
Indonesia, serta penyebab dan dampak dari masalah tersebut.
2. Dapat memberikan fakta mengenai masalah korupsi di Indonesia melalui data
dan informasi yang diberikan.
3. Dapat memberikan program pendidikan Kewarganegaraan guna
mengantisipasi masalah korupsi di Indonesia.

2
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Korupsi

Korupsi sudah menyebar merata di negara ini, tindakan korupsi tidak hanya
merugikan negara, namun juga dapat menghambat kesejahteraan masyarakat.
Wijayanti (2016:1) menyatakan bahwa korupsi atau rasuah (bahasa Latin :
corruption dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik
politis maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu
yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik
yang dikuasakan kepada pejabat publik untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Wibowo (2013:22) menjelaskan bahwa korupsi merupakan penyalahgunaan
wewenang yang ada pada seseorang khususnya pejabat atau pegawai negeri, demi
keuntungan pribadi, keluarga, rekanan, dan teman atau kelompoknya.
Berdasarkan uraian mengenai korupsi oleh dua para ahli dapat ditarik kesimpulan
bahwa korupsi adalah tindakansangat merugikan bagi negara, menjadikan
masyarakat miskin serta menghambat kesejahteraan masyarakat.

2.2 Jenis-Jenis Korupsi


Tindakan korupsi sudah terjadi sejak dahulu, mulai dari kalangan bawah
sampai kalangan atas. Tindakan korupsi dimulai dari tindakan kecil seperti datang
tidak tepat waktu, berbohong, menerima hadiah. Tindakan yang berawal kecil
kemudian menjadi sebuah kebiasaan yang sering dilakukan, hal tersebut akan
berdampak buruk. Alatas dalam Chaerudin, dkk (2008:2) menjelaskan jenis-jenis
korupsi sebagai berikut :
1. Korupsi Transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan diantara
seorang donor dengan resipien untuk keuntungan kedua belah pihak.
2. Korupsi Ekstortif, yaitu korupsi yang melibatkan penekananan dan pemaksaan
untuk menghindari bahaya bagi mereka yang terlibat atau orang-orang yang
dekat dengan pelaku korupsi.

3
3. Korupsi Investif, yaitu korupsi yang berawal dari tawaran yang merupakan
investasi untuk mengantisipasi adanya keuntungan di masa datang.
4. Korupsi Nepotistik, yaitu korupsi yang terjadi karena perlakuan khusus baik
dalam pengangkatan kantor publik maupun pemberian proyek-proyek bagi
keluarga dekat.
5. Korupsi Otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat
keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (insiders
information) tentang berbagai kebijakan publik yang seharusnya dirahasiakan.
6. Korupsi supportif, yaitu perlindungan atau penguatan korupsi yang menjadi
intrik kekuasaan bahkan kekerasan.
7. Korupsi Defensif, yaitu korupsi yang dilakukan dalam rangka mempertahankan
diri dari pemerasan.

Tidakan korupsi beranekaragam yang dapat merugikan sesama manusia.


Pawiroputro, dkk (2011:12) menyebutkan jenis tindak pidana korupsi yang lain,
diantaranya:
1. Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan).
2. Penggelapan dalam jabatan.
3. Pemerasan dalam jabatan.
4. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri atau penyelenggara
negara).
5. Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara
negeri/penyelenggara negara).

Jenis tindakan korupsi beranekaragam, pada intinya tindakan korupsi adalah


tindakan yang dilakukan tidak jujur untuk mengambil hak-hak orang lain yang
akan merugikan dan menghambat kesejahteraan masyarakat. Tindakan korupsi
yang sering dilakukan di dunia pendidikan yaitu menyotek saat ujian, datang
sekolah selalu terlambat, membolos sekolah, tidak mengerjakna PR. Tindakan-
tindakan tersebut jika dibiarakan saja maka akan menjadi sebuah kebiasaan dan di
masa depan akan menimbulkan tindakan korupsi, oleh karena itu diperlukan

4
pendidikan antikorupsi untuk mencegah, mengurangi bahkan memberantas
tindakan korupsi.

2.3 Penyebab Korupsi


Tindakan korupsi dilakukan oleh seseorang dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya faktor sosial, ekonomi, politik, hukum dan pendidikan.
Penyebab utama melakukan tindakan korupsi karena ada faktor dalam diri
seseorang yang mendorong, seperti sifat yang tidak pernah merasa puas, merasa
iri pada orang lain bahkan karena kebutuhan yang sangat mendesak. Hartanti
(2005: 11) menyatakan bahwa penyebab terjadinya korupsi adalah sebagai
berikut:

1. Lemahnya pendidikan agama dan etika.

2. Kolonialisme. Suatu pemerintah asing tidak menggugah kesetiaan dan


kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi.

3. Kurangnya pendidikan. Namun kenyataannya sekarang kasus-kasus korupsi di


lakukan oleh para koruptor yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi,
terpelajar, dan terpandang sehingga alasan ini dapat dikatakan kurang tepat.

4. Kemiskinan. Pada kasus korupsi yang merebak di Indonesia, para pelakunya


bukan didasari oleh kemiskinan melainkan keserahkahan, sebab mereka
bukanlah dari kalangan yang tidak mampu melainkan para konglomerat.

5. Tidak adanya sanksi yang keras.

6. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk pelaku antikorupsi.

7. Struktur pemerintahan.

8. Perubahan radikal. Pada saat sistem nilai mengalami perubahan radikal,


korupsi mucul sebagai suatu penyakit transisional.

9. Keadaan masyarakat. Korupsi dalam suatu birokasi bisa mencerminkan


keadaan masyarakat secara keseluruhan.

5
Penyebab dari tindakan korupsi yang dilakukan oleh seseorang berbeda-beda.
Merican dalam Wibowo (2013:31-33), menyatakan bahwa korupsi di Indonesia
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
1. Warisan dari pemerintah kolonial Belanda.
2. Korupsi disebabkan oleh kemiskinan, ketidaksamaan dan ketidakmerataan.
3. Gaji yang rendah.
4. Persepsi yang popular bahwa korupsi itu sudah dilakukan banyak orang,
sementara pelakunya hanya mendapatkan sangsi ringan.
5. Pengaturan yang bertele-tele.
6. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.

Penyebab dari tindakan korupsi yang telah diuraikan diatas terdapat kesaamaan
dari kedua ahli yaitu kurangnya pengetahuan, kemiskinan, hukum yang tidak
tegas, dan kolonialisme. Macam- macam penyebab korupsi yang telah dijelaskan
merupakan penyebab yang sangat kompleks, yang seharusnya dapat dicegah agar
mengurangi bahkan memberantas tindakan korupsi. Korupsi merupakan salah satu
penyakit sosial yang menyebabkan kerusakan moral pada diri seseorang.

2.4 Upaya Mengatasi Korupsi


Sebagai warga negara yang bertanggung jawab dan peduli dengan bangsa dan
negara memiliki kewajiban untuk mencegah, mengurangi dan membunuh
tindakan korupsi, agar bangsa dan negara ini bersih dari tindakan korupsi. Pasal
13 Undang-Undang Dasar No.30 tahun 2002 menjelaskan penyelenggaran
program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan. Lisdiana dan
Saputro (2014:147) menyatakan bahwa upaya mengatasi korupsi terdiri dari tiga
unsur pembentuk yaitu :
1. Pencegahan (preventif).
2. Penindakan (reprseif).
3. Peran serta masyarakat.

6
2.5 Pendidikan Kewarganegaraan
2.5.1 Definisi Pendidikan Kewarganegaraan
Istilah Pendidikan Kewargaan pada satu sisi identik dengan Pendidikan
Kewarganegaraan. Namun, di sisi lain, istilah Pendidikan Kewargaan
menurut Rosyada (dalam Taniredja, 2009: 3), secara subtantif tidak saja
mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan
hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan
bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah Pendidikan
Kewarganegaraan, melainkan juga membangun kesiapan warga negara
menjadi warga dunia (global society). Dengan demikian, orientasi Pendidikan
Kewargaan secara subtansif lebih luas cakupannya dari istilah Pendidikan
Kewarganegaraan.
Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan membentuk
warga Negara yang baik (to be a good citizentship) dan pembentukan karakter
bangsa yang baik (nation and). Penjelasan tersebut senada dengan pendapat
Achmad Kosasih Djahiri (1995:1) yang mengemukakan bahwa secara khusus
tujuan PKn itu bertujuan untuk membina moral yang diharapkan diwujudkan
dalam kehidupan sehari- hari yang memancarkan iman dan taqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan
agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku
yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam
kebudayaan dan kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang
mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perorangan dan
golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau kepentingan diatas
melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang me ndukung upaya
untuk mewujudkan keadlian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.5.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Menurut Taniredja (2009: 16), fokus utama kompetensi Pendidikan
Kewarganegaraan bahwa tujuan pembelajaran yang dikembangkan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah terbentuknya perilaku (sikap), oleh
karena itu Pendidikan Kewarganegaraan senantiasa mementingkan
terbentuknya sikap atau perilaku. Pendidikan Kewarganegaraan yang

7
berfokus pada dimensi afektif mengharapkan setelah pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan selesai ada sikap tertentu yang tertanam pada
peserta didik. Oleh karena itu, Pendidikan Kewarganegaraan secara umum
berkehendak mengembangkan peserta didik menjadi warga Negara
Indonesia yang baik. Namun demikian, sebagai kajian ilmiah, Pendidikan
Kewarganegaraan tidak meninggalkan aspek akademik.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran
yang mempunyai tujuan menurut Winataputra (Tukiran, 2009: 17)
menegaskan bahwa: “Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk
mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, oleh sebab itu,
diharapkan setiap individu memiliki wawasan, watak, serta keterampilan
intelektual dan sosial yang memadai sebagai warga negara. Dengan
demikian, setiap warga negara dapat berpartisipasi secara cerdas dan
bertanggung jawab dalam berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat,
bangsa dan negara. Oleh karena itu, setiap jenjang pendidikan harus
mencakup pendidikan kewarganegaraan, yang akan mengembangkan
kecerdasan peserta didik melalui pemahaman dan pelatihan keterampilan
intelektual”.

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Masalah Korupsi di Indonesia


Korupsi berasal dari kata berbahasa latin, corruption, kata ini sendiri punya
kata kerja, corrumpere, yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan,
memutarbalikkan, atau menyogok. Makna korupsi dipersamakan dengan
penyuapan. Korupsi biasanya dilakukan oleh para penjabat publik, politikus, atau
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal.
Korupsi terjadi akibat perbuatan melawan hukum, melakukan perbuatan yang
memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara. Contoh tindakan korupsi
yang sering terjadi yaitu memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),
penggelapan dalam jabatan, pemerasan dalam jabatan, ikut serta dalam
penggandaan, menerima gratifikasi.
Korupsi terjadi karena adanya 3 unsur yaitu niat, kemampuan, dan peluang.
Penyebab terjadinya korupsi yakni ada penyebab internal dan eksternal. Penyebab
internal berasal dari diri manusia sendiri yaitu sifat tamak, moral yang kurang
kuat, dan gaya hidup komsumtif. Sedangkan penyebab eksternal berasal dari luar
diri manusia seperti sistem hukum yang masih lemah, penyalahgunaan kekuasaan
dalam politik, dan lingkungan sosial yang snagat berpengaruh.

3.2 Data dan Informasi Korupsi di Indonesia


3.2.1 Data Korupsi Menurut Undang-Undang
 UU No.31 tahun 1999, tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi adalah setiap orang yang dikategorikan melawan hukum,
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalagunakan,
menyalagunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang

9
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan Negara.
 UU No.20 tahun 2001 adalah tindakan melawan hukum dengan
maksud memperkaya diri sendiri, orang lain atau korupsi yang
berakibat merugikan Negara.
 UU No.24 Tahun 1960 adalah perbuatan seseorang yang dengan atau
karena melakukan sesuatu kejahatan dengan menyalahgunakan
jabatan atau kedudukan.

3.2.2 Graph TPK Berdasarkan Jenis Perkara


Perkara Pengadaan Perijinan Penyuapan Pungutan Penyalahgunaan TPPU Merintangi
Barang/Jas Anggaran Proses
a KPK

2004 2 0 0 0 0 0 0
2005 12 0 7 0 0 0 0
2006 8 5 2 7 5 0 0
2007 14 1 4 2 3 0 0
2008 18 3 13 3 10 0 0
2009 16 1 12 0 8 0 0
2010 16 0 19 0 5 0 0
2011 10 0 25 0 4 0 0
2012 8 0 34 0 3 2 2
2013 9 3 50 1 0 7 0
2014 15 5 20 6 4 5 3
2015 14 1 38 1 2 1 0
2016 14 1 79 1 1 3 0
2017 15 2 93 0 1 8 2
2018 9 0 78 0 0 4 2
2019 11 0 49 1 2 0 0

Kewajiban Penyelenggara Negara untuk melaporkan harta kekayaan diatur


dalam UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang

10
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan Peraturan Komisi
Pemberantasan Korupsi Nomor 07 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pendaftaran,
Pengumuman, dan Pemeriksaan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara.
Bidang Wajib Sudah Belum Kepatuhan
Lapor Lapor Lapor
Eksekutif 238.014 157.116 80.898 66,01 %
Yudikatif 22.519 10.817 11.702 48,03 %
Legislattif- 2 1 1 50,00 %
MPR
Legislatif – 536 115 421 21,46%
DPR
Legislatif – 80 46 34 57,50 %
DPD
Legislatif – 15.229 4.372 10.857 28,71 %
DPRD
Pemilu 481 2 479 0,42 %
Legislatif DPR
RI
Pemilu 90 59 31 65,56 %
Legislatif DPD
RI
Pemilu 1..806 29 1.777 1,61 %
Legislatif
DPRD
BUMN/BUMD 25.426 21.436 3.990 84,31 %
Total 304.183 193.993 110.190 63,78 %

3.2.3 Data Korupsi


a. Jawa Timur rawan korupsi 1.772 laporan, 35 pengaduan terverifikasi
KPK. KPK selama periode 2015-2018 telah menerima 1.772 laporan
dan atau pengaduan dari masyarakat Jawa Timur. Pengaduan itu di

11
tindaklanjuti dan dilakukan verifikasi hasilnya 35 pengaduan telah
terverifikasi.
b. Kasus BLBI (Bantuan Likuiditas Nak Indonesia) satu dasarwarsa ini
juga menjadi salah satu kasus korupsi terbesar yang pernah ada di
Indonesia ( tanah air ). Menurut KPK kerugian Negara akibat kosupsi
ini mencapai Rp. 3,7 triliun.
c. Kasus E-KTP menjadi kasus korupsi yang fenomenal. Kasus ini
menyeret mantan ketua Partai Golkar (Satya Novanto) yang bergulir
sejak 2011 dengan total kerugian mecapai Rp. 2,3 triliun.

3.3 Program Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Antisipasi Korupsi


Dalam rangka pemberantasan korupsi di Indonesia tidak cukup hanya dengan
penegakkan hukum semata, tetapi harus dihadapi dengan semangat dan atmosfer
antikorupsi melalui pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk
menanamkan pola pikir, sikap, dan perilaku antikorupsi melalui sekolah dan
Perguruan Tinggi sebagai lingkungan kedua yang menjadi tempat pembangunan
karakter. Caranya dengan memberikan suasana yang mendukung upaya untuk
menginternalisasikan nilai dan etika yang hendak ditanamkan, perilaku
antikorupsi. Pendidikan Antikorupsi dapat dimasukan dalam kurikulum
pendidikan melalui pelajaran Kewarganegaraan sebagai media pembentukan
karakter bangsa. Dengan menanamkan nilai, pola pikir, sikap dan perilaku
antikorupsi melalui pendidikan didasari atas pemikiran bahwa pendidikan sebagai
proses pembudayaan, diyakini akan dapat memberikan kontribusi dalam upaya
menciptakan generasi bangsa yang tangguh dan berperilaku antikorupsi kelak
dikemudian hari. Pendidikan Antikorupsi diharapkan dapat membangun mental
bahwa korupsi merugikan diri sendiri, masyarakat, dan masa depan bangsa.
Susunan Program yang akan dilakukan dengan cara :
1. Memperbaiki pendidikan karakter bangsa, melalui pendidikan karakter bangsa
Indonesia dapat diajarkan tentang pentingnya karakter berbangsa dan
bernegara karena sejalan dengan perkembangan zaman, pendidikan
dilaksanakan secara sistematis dalam bentuk formal. Dengan memperbaiki

12
pendidikan karakter membentuk watak, sikap, serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalam rangka memberi pemahaman tentang korupsi.
2. Pendidikan Antikorupsi, yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang
cukup tentang seluk-beluk korupsi dan pemberantasan serta menanamkan
nilai-nilai antikorupsi.
3. Menerbitkan panduan pencegahan korupsi, dengan cara ini dapat memberikan
suatu modul yang nantinya digunakan untuk memberikan pemahaman kepada
orang lain. Dengan cara ini, dapat memberikan cara pencegahannya.
4. Memberikan pemahaman tentang korupsi, agar dapet memiliki pengetahuan
yang benar dan tepat perlu mendapat informasi yang benar terutama dengan
mengenal tindakan pencegahan korupsi.
5. Memperkuat Pendidikan Kewarganegaraan, dengan cara ini dapat
memperkuat karakter dan moral setiap individu.
6. Memberikan sosialisasi tentang antikorupsi, yang bertujuan untuk
memberikan pengetahuan dan wawasan tentang korupsi.

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari makalah Kewarganegaraan mengenai Pendidikan
Antikorupsi dalam Pembelajaran Kewarganegaraan Sebagai Penguat Karakter
Bangsa dapat disimpulkan bahwa :
1. Dapat mengetahui penyebab masalah korupsi di Indonesia yaitu terdapat
penyebab internal dan eksternal. Penyebab internal berasal dari diri manusia
sendiri yaitu sifat tamak, moral yang kurang kuat, dan gaya hidup komsumtif.
Sedangkan penyebab eksternal berasal dari luar diri manusia seperti sistem
hukum yang masih lemah, penyalahgunaan kekuasaan dalam politik, dan
lingkungan sosial yang sangat berpengaruh.
2. Dapat mengetahui data dan informasi masalah korupsi di Indonesia yaitu dari
data korupsi menurut UU, Graph TPK Berdasarkan Jenis Perkara yang terjadi
pada tahun 2004-2019, Kewajiban Penyelenggara Negara untuk melaporkan
harta kekayaan dengan total tingkat kepatuhan 63,78 %, dan contoh data
korupsi di Jawa Timur, Kasus BLBI (Bantuan Likuiditas Nak Indonesia), dan
kasus E-KTP menjadi kasus korupsi yang fenomenal.
3. Dapat mengetahui program pendidikan kewarganegaraan yang dilakukan guna
mengantisipasi masalah korupsi di Indonesia. Program-program tersebut yaitu
memperbaiki pendidikan karakter bangsa, pendidikan anti korupsi,
menerbitkan panduan pencegahan korupsi, memberikan pemahaman tentang
korupsi, memperkuat pendidikan kewarganegaraan, dan memberikan
sosialisasi tentang antikorupsi.

4.2 Saran
Dengan adanya penjelasan dari makalah ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat, pengetahuan dan informasi kepada pembaca untuk mengantisipasi salah
satu masalah bangsa yaitu korupsi melalui pendidikan Kewarganegaraan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, 2018, ‘Pengaruh Pendidikan’, 9-13.


https://123dok.com/document/zleego6q-bab-ii-kajian-teori-landasan-teori-
aisyah-bab.html

Riyanti, 2013, ‘Peranan Guru Pendidikan’, 7-8.


http://repository.ump.ac.id/6447/3/Riyanti%20Bab%20II.pdf

Hermanto dan Endang Danial A.R, 2012, ‘Pendidikan Antikorupsi dalam


Pembelajaran PKN sebagai Penguat Karakter Bangsa’, Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran, 19, 157-169.

15

Anda mungkin juga menyukai