Disusun Oleh :
BAHRUDIN 211011700196
BADRIAH 211011700200
NUNUNG NURHAYATI 211011700209
PUTRI SUCI RAMADHANTY 211011700077
YULIANINGSIH 211011700059
PENYUSUN
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
1.3 Maksud Dan Tujuan .................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 4
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Korupsi ............................................................................................ 4
2.1.2 Pengertian Kolusi .............................................................................................. 5
2.1.3 Pengertian Nepotisme ...................................................................................... 6
2.2 Korelasi KKN Dalam Lembaga Pendidikan. ............................................................... 6
2.2.1 Penyebab Munculnya KKN Dalam Lembaga Pendidikan. ................................. 6
2.2.2 Dampak KKN Dalam Lembaga Pendidikan ........................................................ 8
2.2.3 Peran Pendidikan Dalam Pemberantasan Korupsi ........................................... 9
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 12
3.2 Saran ....................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) bukanlah suatu hal yang asing didengar
bagi kita sebagai individu yang mengaku rakyat Indonesia. Dimana hal tersebut secara
turun temurun seolah-olah sudah menjadi adat-istiadat bagi pelakunya. Ironinya,
bahkan telah muncul stigma yang menyatakan bahwa KKN merupakan salah satu dari
sekian pilihan menuju hidup lebih baik tanpa memperdulikan akibatnya bagi orang
lain. Tanggung jawab Negara atas pendidikan bagi warganya sudah dijamin dalam
berbagai peraturan perundangan yaitu Undang – Undang Dasar 1945 dan Undang –
Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sementara itu,
dalam menjalankan peran tersebut Negara menghadapi berbagai kendala, termasuk
adanya kasus korupsi atau kebocoran anggaran disektor pedidikan. Sektor pendidikan
merupakan salah satu sektor yang termasuk kategori rentan terhadap korusi, karena
relatif besarnya anggaran pendidikan, sehingga cenderung memberi peluang untuk
praktik korupsi yang semakin besar pula.
Ada sedikit sejarah tentang korupsi, korupsi sudah berlangsung lama, sejak
zaman Mesir Kuno, Babilonia, Roma sampai abad pertengahan dan sampai sekarang.
Korupsi terjadi diberbagai sosial, tak terkecuali di negara-negara maju sekalipun. Di
sosial Amerika Serikat sendiri yang sudah begitu maju masih ada praktek-praktek
korupsi. Sebaliknya, pada masyarakat yang sosial dimana ikatan-ikatan sosial masih
sangat kuat dan kontrol sosial yang efektif, korupsi sosial jarang terjadi. Tetapi dengan
semakin berkembangnya social ekonomi dan politik serta semakin majunya usaha-
usaha pembangunan dengan pembukaan-pembukaan sumber alam yang baru, maka
semakin kuat dorongan individu terutama di kalangan pegawai negeri untuk melakukan
praktek korupsi dan usaha-usaha penggelapan.
1
Perlu diketahui bahwa Indonesia termasuk negara yang kaya dan penghasilannya
pun cukup melimpah. Hanya saja uang tersebut sebagian diserap oleh keegoisan para
pelaku tindak KKN. Alhasil, mereka dapat memperkaya diri sendiri tanpa memikirkan
nasib rakyat yang menderita. Melihat kondisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pemberantasan KKN sangatlah penting. Sudah tentu langkah-langkah untuk
memberantas KKN tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu adanya
kesadaran dan implementasi sesungguhnya dari dalam diri tiap individu akan betapa
praktik KKN memberikan dampak negatif bagi bangsa dan negara.
Banyak cara telah diupayakan pemerintah untuk memberantas praktik KKN di
Indonesia. Akan tetapi masih saja KKN merajalela di negeri ini, dikarenakan pada
akhirnya semua usaha tersebut bergantung pada moral, mental, dan tingkat kesadaran
masing-masing individu. Sedang keadaan moral, mental, dan kesadaran bangsa
Indonesia berada pada tingkat menghawatirkan.
Untuk mengoptimalkan usaha pemberantasan KKN, terlebih dulu harus
diupayakan usaha-usaha untuk memperbaiki moral dan mental serta mendongkrak
kesadaran masyarakat terutama generasi muda akan dampak negatif KKN juga
kemauan dan kesadaran untuk beralih dari budaya KKN. Dengan begitu, akan
terbentuk moralitas, mentalitas dan kesadaran yang sesungguhnya mengenai
KKN yang nantinya akan beralih dari budaya KKN. Sehingga sedikit demi sedikit
Indonesia akan lenyap dari pelaku KKN yang merupakan hasil dari kesadaran individu
untuk tidak merugikan orang lain.
Institusi pendidikan merupakan tempat terbaik dan strategi untuk menanamkan
dan menyebarkan nilai-nilai anti korupsi. Siswa dan mahasiswa yang akan menjadi
tulang punggung bangsa dimasa yang akan mendatang sejak dini harus diajar dan
dididik untuk melawan dan menjauhi prakter korupsi. Namun, permasalahannya
institusi pendidikan termasuk dinas pendidikan ditingkat daerah maupun pusat yang
diharapkan dapat berperan dalam memerangi korupsi, justru merupakan salah satu
lembaga yang didalamnya terdapat kasus – kasus kebocoran yang telah menyebabkan
2
berkurangnya anggaran dan dana pendidikan, serta meningkatkan beban biaya yang
harus ditanggung masyarakat dan turunnya kualitas layanan pendidikan.
Tulisan ini bertujuan mengemukakan bahasan tentang capaian dan permasalahan
pembangunan pendidikan pada umumnya, dan persoalan korupsi dibidang pendidikan,
serta akan dibahas pula peran pendidikan dalam memerangi korupsi.
Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Menambah wawasan akan pengertian, asal-muasal, dan implementasi KKN.
b. Mempelajari upaya-upaya yang mungkin diterapkan dalam pemberantasan
KKN khususnya dalam lembaga pendidikan.
c. Membangun moral dan mental anti-KKN serta memberi kesadaran akan
seberapa merugikan KKN.
d. Membantu mengupayakan pembaharuan Indonesia menuju negeri yang bersih
dari KKN.
e. Memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Korupsi atau rasuah (Bahasa Latin : corruption berasal dari kata kerja
corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok)
adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain
yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang
dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Menurut Black’s Law Dictionary, Korupsi adalah perbuatan yang secara
sengaja dilakukan untuk mencari keuntungan baik untuk dirinya sendiri maupun orang
lain dengan cara yang salah.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut: perbuatan melawan hukum, penyalahgunaan
kewenangan, kesempatan, atau sarana, memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
korporasi, dan merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Jenis tindak
pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah memberi atau menerima
hadiah atau janji (penyuapan), penggelapan dalam jabatan, pemerasan dalam jabatan,
ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan
menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
Dari hasil diskusi kelompok :
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa istilah Korupsi merupakan
perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh pejabat publik,
baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang secara tidak wajar dan
tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik sehingga merugikan banyak orang
hanya untuk mengejar keutungan pribadi atau sekelomppok orang semata.
4
2.1.2 Pengertian Kolusi
5
2.1.3 Pengertian Nepotisme
6
atau jenjang penyelenggara. Bahkan beberapa pungutan yang dilarang bagi SD yang
menerima dana BOS, ternyata masih terjadi seperti ruang ujian uang ekstrakurikuler,
uang kebersihan, uang daftar ulang, uang perpisahan murid, guru, dan kepala sekolah.
Adanya kebocoran anggaran pada sektor pendidikan semakin menambah
kekhawatiran bila tedapat penambahan anggaran pendidikan dalam APBN seperti
diketahui anggaran pendidikan sebesar 20% sudah mulai diberlakukan sejak tahun
anggaran 2009 harapannya tentu dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
meningkatkan mutu pendidikan persoalan lainnya adalah kenaikan anggaran itu diikuti
dengan semakin membengkaknya pinjaman negara menurut kepala pengelolaan uang
departemen keuangan pemerintah negara untuk tahun 2009 sebesar Rp. 112,5 triliun
padahal rencana semula hanya RP. 94,7 triliun berarti ada kenaikan sebanyak Rp. 17,8
triliun.
Temuan dari kajian pemetaan korupsi pendidikan pada tahun 2009
menunjukkan bahwa pendidikan merupakan sektor yang relatif dan cukup rawan untuk
korupsi. Banyak objek korupsi yang terdapat di sektor pendidikan seperti dana untuk
pembangunan gedung sekolah, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan
operasional, satuan pendidikan, gaji dan honor guru, aset pendidikan, serta kegiatan
pendidikan lainnya. Institusi dengan kewenangan yang tinggi dan didukung oleh
anggaran yang besar berpeluang paling besar melakukan penyelewengan. Dengan
dasar ini maka peluang korupsi terbesar dalam sektor pendidikan terletak pada
Depdiknas atau (Departemen Pendidikan Nasional) yang saat ini telah berganti nama
dengan kementerian pendidikan nasional.
Institusi ini memiliki banyak kewenangan dalam penyelenggaraan pendidikan
yang berpengaruh pada seluruh sektor pendidikan di Indonesia selain itu kewenangan
ini juga didukung oleh anggaran besar kementerian pendidikan nasional merupakan
kementerian atau lembaga yang mengelola anggaran paling besar setiap tahunnya
dibanding dengan kementerian atau lembaga lainnya. Korupsi pendidikan juga dapat
terjadi di tingkat sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru, komite sekolah,
atau rekanan sekolah yang telah ditunjuk oleh dinas pendidikan. Korupsi dalam
7
pengelolaan dana operasional sekolah terjadi melalui penggelapan dana operasional
tersebut, namun demikian karena sekolah berada di bawah pengaruh birokrasi Dinas
pendidikan daerah maka dimungkinkan korupsi sekolah terjadi karena adanya tekanan
dari atas. Sebagai contoh adalah korupsi dalam pengadaan sarana dan prasarana
sekolah seperti Maleber buku, alat peraga dan sebagainya. Pihak sekolah biasanya
menerima barang ini dari rekanan langsung mereka tidak melakukan pengadaan sendiri
walaupun mereka berhak melakukan hal tersebut namun mereka mengikuti kemauan
dinas pendidikan yang menetapkan perusahaan mana saja yang menjadi supplier.
8
pendidikan merupakan jembatan bagi kemajuan dan kemakmuran masa depan bangsa
ini agar menjadi bangsa yang lebih maju.
9
memberi keteladanan membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran memerangi korupsi melalui pendidikan dapat
dilakukan baik melalui jalur formal maupun informal pada jalur pendidikan formal
dapat dilakukan melalui pengembangan kurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler
pada jalur pendidikan informal dapat melalui berbagai inisiatif.
Seperti adanya masyarakat maupun program-program pembentukan kelompok
seperti seminar mahasiswa dan acara lainnya yang melibatkan semua pemangku
kepentingan mulai dari KPK, kepolisian, kejaksaan, kementerian pendidikan nasional
hingga kalangan masyarakat madani seperti LSM, ormas, dan lain sebagainya. Untuk
pendidikan formal yang mengimplementasikan melalui kurikulum tidak harus
diwujudkan dalam suatu mata pelajaran khusus tetapi dapat diintegrasikan dalam
pelajaran yaitu pelajaran agama dan PPKN penerapan kurikulum ini tentu saja
menuntut kreativitas yang lebih dari para guru dan harus mampu mengaitkan persoalan
korupsi korupsi dan nepotisme dengan tema-tema atau materi pembelajaran pendidikan
korupsi dalam lembaga pendidikan formal. juga sejalan dengan pendidikan karakter
yang telah dirancang pemerintah dan direncanakan akan selesai dan diterapkan di
seluruh sekolah meskipun pendidikan karakter bangsa bukan semata-mata tanggung
jawab guru dan sekolah, akan tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh
komponen masyarakat dan lingkungan keluarga tujuan yang akan dicapai dengan
pendidikan karakter dan khususnya pendidikan pertama untuk menanamkan semangat
anti korupsi pada setiap anak didik melalui pendidikan.
Diharapkan semangat diresapi oleh setiap generasi dan tercermin dalam
perkembangan sehari-hari akan membangun bangsa yang maksimal, tujuan kedua
adalah menyadari bahwa pemberantasan korupsi bukan hanya tanggung jawab lembaga
kepolisian, kejaksaan agung, melainkan menjadi tanggung jawab setiap anak bangsa
walaupun pendidikan dan sistematis akan mampu membuat siswa mengenal diri hal-
hal yang terkenal generasi yang sadar dan memahami bahaya korupsi . bentuk-bentuk
korupsi yang akan diterima jika melakukan korupsi sehingga masyarakat akan
mengawasi setiap tindak korupsi yang terjadi dan secara bersama memberikan sanksi
10
moral dan sosial bagi koruptor hal ini akan menjadi gerakan bersama anti korupsi dan
sekaligus akan memberikan tekanan bagi penegak hukum dan hubungan moral bagi
KPK sehingga lebih bersemangat dalam menjaga tugasnya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
untuk menekan lingkungan agar tidak tersimis dan mudah melakukan reaksi dengan
memberikan materi-materi pengayaan yang dapat mendorong peserta didik untuk
pelaku pencegahan korupsi.
3.2 Saran
Pada dasarnya, korupsi merupakan tindak pidana luar biasa yang harus
mendapatkan hukuman yang amat sangat berat. Hal ini karena korupsi tergolong
sebagai perampokan harta rakyat yang menyebabkan kemiskinan semakin bertambah,
pembangunan yang gagal, serta banyak lagi kerugian besar lainnya. Akan tetapi,
praktik KKN ini bisa diberantas sejak dini dengan menanamkan jiwa Pancasila dalam
diri setiap lapisan masyarakat khususnya golongan muda karena merupakan generasi
penerus bangsa untuk periode yang akan datang melalui media sekolah ataupun
penyuluhan akan betapa praktik tersebut berdampak negatif pada bangsa dan negara.
Dengan begitu, sedikit demi sedikit akan mengurangi dan menghilangkan budaya KKN
di Indonesia.
13
DAFTAR PUSTAKA
Baru, Bambang M., & Rusbiyanti, S. 2020. “BUDAYA BIRORASI PUBLIK, DAN
POTENSI KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME (KKN)”. Seminar
Nasional Sistem Informasi (SENASIF) (Vol. 4, pp. 2345-2358).
Ismansyah, I., & Sulistyo, P. A. (2010). Permasalahan korupsi, kolusi, dan nepotisme
di daerah serta strategi penanggulangannya. Jurnal Demokrasi, 9(1).
14