Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MARAKNYA KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME (KKN)


DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Pancasila Semester 4 pada Program Studi Sistem Informasi
Dosen : INDRA SYAHRIAL S.H. , M.H

Disusun Oleh :
BAHRUDIN 211011700196
BADRIAH 211011700200
NUNUNG NURHAYATI 211011700209
PUTRI SUCI RAMADHANTY 211011700077
YULIANINGSIH 211011700059

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGGERANG SELATAN
2023
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk tugas mata kuliah
Pendidikan Anti Korupsi yang berjudul “Maraknya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN) Dalam Dunia Pendidikan” tepat pada waktunya. Makalah ini kami tulis
dengan maksud untuk menyampaikan pendapat kami mengenai upaya-upaya
pemberantasan KKN di Indonesia khususnya dalam dunia pedidikan dan untuk bahan
pertimbangan nilai mata kuliah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
untuk tugas mata kuliah Pendidikan kami.
Semoga makalah Maraknya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) Dalam
Dunia Pendidikan ini dapat bermanfaat bagi kami dan segenap tumpah darah
Indonesia untuk memajukan negara ini menuju Indonesia tercinta bebas KKN. Kami
mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu memotivasi
dan memberi masukan-masukan yang bermanfaat sehingga kami dapat membuat
makalah ini dengan baik. Khususnya, kami ucapkan terima kasih kepada Bapak INDRA
SYAHRIAL S.H. , M.H selaku dosen mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi yang telah
memberi tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca khususnya serta rekan-rekan
mahasiswa pada umumnya.

Tanggerang Selatan, Juni 2023

PENYUSUN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
1.3 Maksud Dan Tujuan .................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 4
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Korupsi ............................................................................................ 4
2.1.2 Pengertian Kolusi .............................................................................................. 5
2.1.3 Pengertian Nepotisme ...................................................................................... 6
2.2 Korelasi KKN Dalam Lembaga Pendidikan. ............................................................... 6
2.2.1 Penyebab Munculnya KKN Dalam Lembaga Pendidikan. ................................. 6
2.2.2 Dampak KKN Dalam Lembaga Pendidikan ........................................................ 8
2.2.3 Peran Pendidikan Dalam Pemberantasan Korupsi ........................................... 9
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 12
3.2 Saran ....................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) bukanlah suatu hal yang asing didengar
bagi kita sebagai individu yang mengaku rakyat Indonesia. Dimana hal tersebut secara
turun temurun seolah-olah sudah menjadi adat-istiadat bagi pelakunya. Ironinya,
bahkan telah muncul stigma yang menyatakan bahwa KKN merupakan salah satu dari
sekian pilihan menuju hidup lebih baik tanpa memperdulikan akibatnya bagi orang
lain. Tanggung jawab Negara atas pendidikan bagi warganya sudah dijamin dalam
berbagai peraturan perundangan yaitu Undang – Undang Dasar 1945 dan Undang –
Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sementara itu,
dalam menjalankan peran tersebut Negara menghadapi berbagai kendala, termasuk
adanya kasus korupsi atau kebocoran anggaran disektor pedidikan. Sektor pendidikan
merupakan salah satu sektor yang termasuk kategori rentan terhadap korusi, karena
relatif besarnya anggaran pendidikan, sehingga cenderung memberi peluang untuk
praktik korupsi yang semakin besar pula.
Ada sedikit sejarah tentang korupsi, korupsi sudah berlangsung lama, sejak
zaman Mesir Kuno, Babilonia, Roma sampai abad pertengahan dan sampai sekarang.
Korupsi terjadi diberbagai sosial, tak terkecuali di negara-negara maju sekalipun. Di
sosial Amerika Serikat sendiri yang sudah begitu maju masih ada praktek-praktek
korupsi. Sebaliknya, pada masyarakat yang sosial dimana ikatan-ikatan sosial masih
sangat kuat dan kontrol sosial yang efektif, korupsi sosial jarang terjadi. Tetapi dengan
semakin berkembangnya social ekonomi dan politik serta semakin majunya usaha-
usaha pembangunan dengan pembukaan-pembukaan sumber alam yang baru, maka
semakin kuat dorongan individu terutama di kalangan pegawai negeri untuk melakukan
praktek korupsi dan usaha-usaha penggelapan.

1
Perlu diketahui bahwa Indonesia termasuk negara yang kaya dan penghasilannya
pun cukup melimpah. Hanya saja uang tersebut sebagian diserap oleh keegoisan para
pelaku tindak KKN. Alhasil, mereka dapat memperkaya diri sendiri tanpa memikirkan
nasib rakyat yang menderita. Melihat kondisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pemberantasan KKN sangatlah penting. Sudah tentu langkah-langkah untuk
memberantas KKN tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu adanya
kesadaran dan implementasi sesungguhnya dari dalam diri tiap individu akan betapa
praktik KKN memberikan dampak negatif bagi bangsa dan negara.
Banyak cara telah diupayakan pemerintah untuk memberantas praktik KKN di
Indonesia. Akan tetapi masih saja KKN merajalela di negeri ini, dikarenakan pada
akhirnya semua usaha tersebut bergantung pada moral, mental, dan tingkat kesadaran
masing-masing individu. Sedang keadaan moral, mental, dan kesadaran bangsa
Indonesia berada pada tingkat menghawatirkan.
Untuk mengoptimalkan usaha pemberantasan KKN, terlebih dulu harus
diupayakan usaha-usaha untuk memperbaiki moral dan mental serta mendongkrak
kesadaran masyarakat terutama generasi muda akan dampak negatif KKN juga
kemauan dan kesadaran untuk beralih dari budaya KKN. Dengan begitu, akan
terbentuk moralitas, mentalitas dan kesadaran yang sesungguhnya mengenai
KKN yang nantinya akan beralih dari budaya KKN. Sehingga sedikit demi sedikit
Indonesia akan lenyap dari pelaku KKN yang merupakan hasil dari kesadaran individu
untuk tidak merugikan orang lain.
Institusi pendidikan merupakan tempat terbaik dan strategi untuk menanamkan
dan menyebarkan nilai-nilai anti korupsi. Siswa dan mahasiswa yang akan menjadi
tulang punggung bangsa dimasa yang akan mendatang sejak dini harus diajar dan
dididik untuk melawan dan menjauhi prakter korupsi. Namun, permasalahannya
institusi pendidikan termasuk dinas pendidikan ditingkat daerah maupun pusat yang
diharapkan dapat berperan dalam memerangi korupsi, justru merupakan salah satu
lembaga yang didalamnya terdapat kasus – kasus kebocoran yang telah menyebabkan

2
berkurangnya anggaran dan dana pendidikan, serta meningkatkan beban biaya yang
harus ditanggung masyarakat dan turunnya kualitas layanan pendidikan.
Tulisan ini bertujuan mengemukakan bahasan tentang capaian dan permasalahan
pembangunan pendidikan pada umumnya, dan persoalan korupsi dibidang pendidikan,
serta akan dibahas pula peran pendidikan dalam memerangi korupsi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka makalah ini dimaksudkan


untuk menelaah masalah-masalah KKN dalam dunia pendidikan dengan perumusan
masalah sebagai berikut :
1.1 Apakah penyebab munculnya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)
di lembaga pendidikan?
1.2 Apa saja dampak KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dalam
lembaga Pendidikan?
1.3 Bagaimanakah peran yang dilakukan sebagai pemberantasan KKN
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dalam lembaga pendidikan?

1.3 Maksud Dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Menambah wawasan akan pengertian, asal-muasal, dan implementasi KKN.
b. Mempelajari upaya-upaya yang mungkin diterapkan dalam pemberantasan
KKN khususnya dalam lembaga pendidikan.
c. Membangun moral dan mental anti-KKN serta memberi kesadaran akan
seberapa merugikan KKN.
d. Membantu mengupayakan pembaharuan Indonesia menuju negeri yang bersih
dari KKN.
e. Memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Korupsi

Korupsi atau rasuah (Bahasa Latin : corruption berasal dari kata kerja
corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok)
adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain
yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang
dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Menurut Black’s Law Dictionary, Korupsi adalah perbuatan yang secara
sengaja dilakukan untuk mencari keuntungan baik untuk dirinya sendiri maupun orang
lain dengan cara yang salah.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut: perbuatan melawan hukum, penyalahgunaan
kewenangan, kesempatan, atau sarana, memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
korporasi, dan merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Jenis tindak
pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah memberi atau menerima
hadiah atau janji (penyuapan), penggelapan dalam jabatan, pemerasan dalam jabatan,
ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan
menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
Dari hasil diskusi kelompok :
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa istilah Korupsi merupakan
perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh pejabat publik,
baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang secara tidak wajar dan
tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik sehingga merugikan banyak orang
hanya untuk mengejar keutungan pribadi atau sekelomppok orang semata.

4
2.1.2 Pengertian Kolusi

Menurut Wikipedia, kolusi adalah kesepakatan antara pejabat pemerintah


dengan pihak lain secara tersembunyi yang merugikan negara dengan dibarengi oleh
pemberian suap dalam bentuk uang maupun hadiah. Pengertian Kolusi menurut UU
No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
KKN adalah permfakatan atau kerja sama secara melawan hukum antar penyelenggara
negara atau antara penyelenggara negara dengan pihak lain yang mana kerja sama
tersebut dapat merugikan orang lain, masyarakat ataupun negara.
Menurut KBBI, kolusi adalah kerjasama secara diam-diam (rahasia) untuk
maksud tidak terpuji dan/atau persekongkolan. Kolusi merupakan sikap dan perbuatan
tidak jujur dengan membuat kesepakatan secara tersembunyi dalam melakukan
kesepakatan perjanjian yang diwarnai dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu
sebagai pelicin agar segala urusannya menjadi lancar. Di Indonesia, kolusi sering
terjadi dalam proyek pengadaan barang dan jasa tertentu (umumnya dilakukan
pemerintah). Ciri-ciri kolusi jenis ini adalah:
1. Pemberian uang pelicin dari perusahaan tertentu kepada oknum pejabat atau
pegawai pemerintahan agar perusahaan dapat memenangkan tender
pengadaan barang dan jasa tertentu.
2. Penggunaan broker (perantara) dalam pengadaan barang dan jasa
tertentu.Padahal, seharusnya dapat dilaksanakan melalui mekanisme G 2 G
(pemerintah ke pemerintah) atau G 2 P (pemerintah ke produsen), atau dengan
kata lain secara langsung.

Dari hasil diskusi kelompok :


Berdasarkan teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis
besar, kolusi adalah pemufakatan secara bersama untuk melawan hukum antar
penyelenggara negara atau antara penyelenggara dengan pihak lain yang merugikan
orang lain, masyarakat dan negara.

5
2.1.3 Pengertian Nepotisme

Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan


hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya. Pakar-pakar biologi telah
mengisyaratkan bahwa tendensi terhadap nepotisme adalah berdasarkan naluri, sebagai
salah satu bentuk dari pemilihan saudara.
Kata nepotisme berasal dari kata Latin nepos, yang berarti “keponakan” atau
“cucu”. Tuduhan adanya nepotisme bersama dengan korupsi dan kolusi (ketiganya
disingkat menjadi KKN) dalam pemerintahan Orde Baru, dijadikan sebagai salah satu
pemicu gerakan reformasi yang mengakhiri kekuasaan presiden Soeharto pada
tahun1998.
Pengertian Nepotisme menurut UU No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN adalah setiap perbuatan
penyelenggara negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan
keluarganya dan/atau kroninnya di atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara.
Dari hasil diskusi kelompok :
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa nepotisme adalah sikap
pilihkasih dengan lebih mementingkan anak, kerabat, atau orang terdekat dalam segala
urusan sehingga tidak memandang nilai atau kemampuan seseorang yang tidak dekat
dengannya .

2.2 Korelasi KKN Dalam Lembaga Pendidikan.

2.2.1 Penyebab Munculnya KKN Dalam Lembaga Pendidikan.

Tindakan korupsi diantaranya adalah dalam strategi pembiayaan yang


didasarkan pada proyek wajib belajar karena model proyek tersebut memudahkan
terjadinya korupsi. Jenis jumlah dan pola korupsinya sangat tergantung pada tingkat

6
atau jenjang penyelenggara. Bahkan beberapa pungutan yang dilarang bagi SD yang
menerima dana BOS, ternyata masih terjadi seperti ruang ujian uang ekstrakurikuler,
uang kebersihan, uang daftar ulang, uang perpisahan murid, guru, dan kepala sekolah.
Adanya kebocoran anggaran pada sektor pendidikan semakin menambah
kekhawatiran bila tedapat penambahan anggaran pendidikan dalam APBN seperti
diketahui anggaran pendidikan sebesar 20% sudah mulai diberlakukan sejak tahun
anggaran 2009 harapannya tentu dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
meningkatkan mutu pendidikan persoalan lainnya adalah kenaikan anggaran itu diikuti
dengan semakin membengkaknya pinjaman negara menurut kepala pengelolaan uang
departemen keuangan pemerintah negara untuk tahun 2009 sebesar Rp. 112,5 triliun
padahal rencana semula hanya RP. 94,7 triliun berarti ada kenaikan sebanyak Rp. 17,8
triliun.
Temuan dari kajian pemetaan korupsi pendidikan pada tahun 2009
menunjukkan bahwa pendidikan merupakan sektor yang relatif dan cukup rawan untuk
korupsi. Banyak objek korupsi yang terdapat di sektor pendidikan seperti dana untuk
pembangunan gedung sekolah, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan
operasional, satuan pendidikan, gaji dan honor guru, aset pendidikan, serta kegiatan
pendidikan lainnya. Institusi dengan kewenangan yang tinggi dan didukung oleh
anggaran yang besar berpeluang paling besar melakukan penyelewengan. Dengan
dasar ini maka peluang korupsi terbesar dalam sektor pendidikan terletak pada
Depdiknas atau (Departemen Pendidikan Nasional) yang saat ini telah berganti nama
dengan kementerian pendidikan nasional.
Institusi ini memiliki banyak kewenangan dalam penyelenggaraan pendidikan
yang berpengaruh pada seluruh sektor pendidikan di Indonesia selain itu kewenangan
ini juga didukung oleh anggaran besar kementerian pendidikan nasional merupakan
kementerian atau lembaga yang mengelola anggaran paling besar setiap tahunnya
dibanding dengan kementerian atau lembaga lainnya. Korupsi pendidikan juga dapat
terjadi di tingkat sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru, komite sekolah,
atau rekanan sekolah yang telah ditunjuk oleh dinas pendidikan. Korupsi dalam

7
pengelolaan dana operasional sekolah terjadi melalui penggelapan dana operasional
tersebut, namun demikian karena sekolah berada di bawah pengaruh birokrasi Dinas
pendidikan daerah maka dimungkinkan korupsi sekolah terjadi karena adanya tekanan
dari atas. Sebagai contoh adalah korupsi dalam pengadaan sarana dan prasarana
sekolah seperti Maleber buku, alat peraga dan sebagainya. Pihak sekolah biasanya
menerima barang ini dari rekanan langsung mereka tidak melakukan pengadaan sendiri
walaupun mereka berhak melakukan hal tersebut namun mereka mengikuti kemauan
dinas pendidikan yang menetapkan perusahaan mana saja yang menjadi supplier.

2.2.2 Dampak KKN Dalam Lembaga Pendidikan

Fenomena korupsi disektor pendidikan fenomena korupsi di sektor pendidikan


dapat berdampak negatif terhadap kuantitas, kualitas, dan efisiensi layanan pendidikan.
Sebagai lembaga pendidikan sekolah diharapkan memiliki peran besar dalam upaya
pembentukan karakter peserta didik dalam penanaman nilai-nilai moral termasuk
pemberantasan korupsi. Walaupun menjadi tempat dan harapan, realitas yang terjadi di
sektor pendidikan juga tidak terlepas dari permasalahan korupsi di tingkat terendah
mulai dari sekolah sampai pada tingkat tertinggi korupsi di sektor pendidikan dilakukan
secara berjamaah dan sistematik.
Nepotisme dalam dunia pendidikam sangat memberikan dampak yang buruk
bagi pendidikan di Indonesia. Pengangkatan seorang pendidik secara nepotisme tanpa
memenuhi kualifikasi, kompetensi , serta serifikasi pendidik dapat memberi pengaruh
buruk terhadap kualitas peserta didik. Hal ini juga memberatkan dan dirasa tidak adil
terhadap calon calon pendidik yang telah menempuh atau sedang menempuh
pendidikannya di perguaan tinggi. Harus ada tindakan tegas dari pemerintah dengan
memperketat pengawasan serta memberantas praktik nepotisme yang masih kerap
terjadi di Indonesia. Nasib bangsa masa depan bergantung pada kontribusi pendidikan,
oleh sebab itu nepotisme dalam dunia pendidikan harus segera dimusnahkan karena

8
pendidikan merupakan jembatan bagi kemajuan dan kemakmuran masa depan bangsa
ini agar menjadi bangsa yang lebih maju.

2.2.3 Peran Pendidikan Dalam Pemberantasan Korupsi

Upaya pemberantasan korupsi yang selama ini dilakukan ternyata belum


menunjukkan hasil. Seperti yang kita harapkan korupsi bahkan telah menjadi penyakit
kronis, pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme telah menjadi agenda utama
gerakan reformasi yang bergulir sejak tahun 1998 dan telah ada beberapa perangkat
hukum yang mengatur soal pemberantasan KKN perangkat hukum tersebut
diantaranya adalah TAP MPR nomor XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara
yang bersih dan bebas KKN.
Ketetapan ini antara lain menyatakan bahwa upaya pemberantasan korupsi
harus dilakukan secara tegas dengan melaksanakan secara konsisten undang-undang
tindak pidana korupsi untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas KKN. Presiden selaku kepala negara mengeluarkan keputusan presiden nomor
127 tahun 1999 dan membentuk komisi pemeriksa kekayaan pejabat negara sebagai
lembaga independen yang dalam pelaksanaan tugasnya bebas dari pengaruh kekuasaan
eksekutif legislatif dan yudikatif. Institusi pendidikan merupakan lembaga terbaik
untuk menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai anti korupsi dengan cara melakukan
pembinaan pada aspek mental spiritual dan moral.
Karena orientasi pendidikan nasional kita mengerahkan manusia Indonesia
untuk menjadi insan yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia. Peserta didik
yang akan menjadi generasi penerus bangsa di masa mendatang sejak dini harus di
didik untuk menjauhi bahkan memerangi praktek korupsi, dan diharapkan dapat turut
aktif memeranginya sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang nomor 20 tahun
2003 tentang SIDIKNAS pasal 4 diantaranya mengemukakan bahwa pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkelanjutan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi HAM dan nilai keagamaan, pendidikan diselenggarakan dengan

9
memberi keteladanan membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran memerangi korupsi melalui pendidikan dapat
dilakukan baik melalui jalur formal maupun informal pada jalur pendidikan formal
dapat dilakukan melalui pengembangan kurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler
pada jalur pendidikan informal dapat melalui berbagai inisiatif.
Seperti adanya masyarakat maupun program-program pembentukan kelompok
seperti seminar mahasiswa dan acara lainnya yang melibatkan semua pemangku
kepentingan mulai dari KPK, kepolisian, kejaksaan, kementerian pendidikan nasional
hingga kalangan masyarakat madani seperti LSM, ormas, dan lain sebagainya. Untuk
pendidikan formal yang mengimplementasikan melalui kurikulum tidak harus
diwujudkan dalam suatu mata pelajaran khusus tetapi dapat diintegrasikan dalam
pelajaran yaitu pelajaran agama dan PPKN penerapan kurikulum ini tentu saja
menuntut kreativitas yang lebih dari para guru dan harus mampu mengaitkan persoalan
korupsi korupsi dan nepotisme dengan tema-tema atau materi pembelajaran pendidikan
korupsi dalam lembaga pendidikan formal. juga sejalan dengan pendidikan karakter
yang telah dirancang pemerintah dan direncanakan akan selesai dan diterapkan di
seluruh sekolah meskipun pendidikan karakter bangsa bukan semata-mata tanggung
jawab guru dan sekolah, akan tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh
komponen masyarakat dan lingkungan keluarga tujuan yang akan dicapai dengan
pendidikan karakter dan khususnya pendidikan pertama untuk menanamkan semangat
anti korupsi pada setiap anak didik melalui pendidikan.
Diharapkan semangat diresapi oleh setiap generasi dan tercermin dalam
perkembangan sehari-hari akan membangun bangsa yang maksimal, tujuan kedua
adalah menyadari bahwa pemberantasan korupsi bukan hanya tanggung jawab lembaga
kepolisian, kejaksaan agung, melainkan menjadi tanggung jawab setiap anak bangsa
walaupun pendidikan dan sistematis akan mampu membuat siswa mengenal diri hal-
hal yang terkenal generasi yang sadar dan memahami bahaya korupsi . bentuk-bentuk
korupsi yang akan diterima jika melakukan korupsi sehingga masyarakat akan
mengawasi setiap tindak korupsi yang terjadi dan secara bersama memberikan sanksi

10
moral dan sosial bagi koruptor hal ini akan menjadi gerakan bersama anti korupsi dan
sekaligus akan memberikan tekanan bagi penegak hukum dan hubungan moral bagi
KPK sehingga lebih bersemangat dalam menjaga tugasnya.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemberantasan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pemerintah belum


membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan kompleksitas permasalahan korupsi
di Indonesia. Ternyata tidak cukup ditanggulangi hanya dengan mengandalkan strategi
preventif dan investigative, oleh itu sebab salah satu upaya yang mungkin dapat
dilakukan untuk mencegah tindak pidana korupsi adalah dengan melibatkan sektor
pendidikan formal. Meskipun selama ini sistem pendidikan nasional dalam
pelaksanaannya telah diracuni unsur-unsur Kolusi Korupsi dan Nepotisme sebagai satu
sistem yang tertutup maka sangat mudah terjadi praktik korupsi baik yang bersifat
material maupun non material juga terjadi dalam tubuh sistem pendidikan nasional
dengan sendirinya. Telah merosotan mutu dan cita-cita luhur pendidikan oleh karena
sumber-sumber dana yang tak terbatas tidak dinikmati dan dimanfaatkan oleh orang
banyak.
Korupsi di sektor pendidikan telah menyebabkan kenaikan anggaran keuangan
terhadap pelayanan pendidikan karena penyimpangan dan kebocoran anggaran.
Kenaikan anggaran pendidikan justru meningkatkan potensi korupsi di sektor
pendidikan, hal ini terjadi karena buruknya tata kelola sehingga masyarakat terutama
dan kelompok miskin harus menanggung beban berkurangnya dana pendidikan.
Korupsi juga terjadi akibat rendahnya publik dalam penetapan monitoring dan evaluasi.
Kebijakan dan anggaran pendidikan korupsi dalam lembaga pendidikan formal dapat
digunakan melalui dua pendekatan, pertama menjadi peserta didik dalam target dalam
bentuk peningkatan moral dan kepribadian peserta didik sehingga tidak hanya
mencetak manusia yang cerdas secara intelektual. Kedua menggunakan peserta didik

12
untuk menekan lingkungan agar tidak tersimis dan mudah melakukan reaksi dengan
memberikan materi-materi pengayaan yang dapat mendorong peserta didik untuk
pelaku pencegahan korupsi.

3.2 Saran

Pada dasarnya, korupsi merupakan tindak pidana luar biasa yang harus
mendapatkan hukuman yang amat sangat berat. Hal ini karena korupsi tergolong
sebagai perampokan harta rakyat yang menyebabkan kemiskinan semakin bertambah,
pembangunan yang gagal, serta banyak lagi kerugian besar lainnya. Akan tetapi,
praktik KKN ini bisa diberantas sejak dini dengan menanamkan jiwa Pancasila dalam
diri setiap lapisan masyarakat khususnya golongan muda karena merupakan generasi
penerus bangsa untuk periode yang akan datang melalui media sekolah ataupun
penyuluhan akan betapa praktik tersebut berdampak negatif pada bangsa dan negara.
Dengan begitu, sedikit demi sedikit akan mengurangi dan menghilangkan budaya KKN
di Indonesia.

13
DAFTAR PUSTAKA

Baru, Bambang M., & Rusbiyanti, S. 2020. “BUDAYA BIRORASI PUBLIK, DAN
POTENSI KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME (KKN)”. Seminar
Nasional Sistem Informasi (SENASIF) (Vol. 4, pp. 2345-2358).

Hidayat, Muhammad Husni, 2014. “TENTANG DAMPAK KORUPSI, KOLUSI,


DAN NEPOTISME (KKN)” Blog Anak Gambut (Ayat Atc): TUGAS
MAKALAH PKN TENTANG DAMPAK KORUPSI, KOLUSI, DAN
NEPOTISME, diakses pada 14 Juni 2023.

Hidayat, Rahmad, 2016. “Pengertian Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)”,


https://www.kitapunya.net/pengertian-korupsi-kolusi-dan-nepotisme/, diakses
pada 13 Juni 2023.

Ismansyah, I., & Sulistyo, P. A. (2010). Permasalahan korupsi, kolusi, dan nepotisme
di daerah serta strategi penanggulangannya. Jurnal Demokrasi, 9(1).

NURDJANA, I. (2004). KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME (KKN) SEBAGAI


FENOMENA SOSIAL DALAM PRAKTEK BISNIS SERTA UPAYA
PENANGGULANGANNYA (Doctoral dissertation, UAJY).
Rahmawati, Sekti Nur, 2015. “MAKALAH KKN (KORUPSI, KOLUSI, DAN
NEPOTISME)” Makalah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)
(sektinurrahmawati1.blogspot.com), diakses pada 13 Juni 2023.
Surachman , Cahaya Suhandi, 2013. “Strategi dan Teknik Korupsi(Mengetahui untuk
Mencegah)”. Penerbit Sinar Grafika : Jakarta dikutip dari
http://guruppkn.com/dampak-korupsi-bagi-negara, diakses pada 13 Juni 2023.

14

Anda mungkin juga menyukai