Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Mencegah Korupsi dengan Mengamalkan Pancasila sebagai Sistem Etika

Untuk memenuhi tugas Pendidikan Pancasila

Dosen pengampu

Dr. Ir. H. Dharma Widada, MT., IPU

Disusun Oleh :

Kelompok VIII

1. Muhammad Nur Ihsan (2109076026)


2. Muhammad Qisti Bilhaq (2109076035)
3. Muhammad Rahul (2109076037)
4. Muhammad Rayah M (2109076033)
5. Yofni Kamma (2109076048)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIIVERSITAS MULAWARMAN

2021
2
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul
“Mencegah Korupsi dengan Mengamalkan Pancasila sebagai Sistem Etika”.

Penulisan makalah dilakukan sebagai bagian dari tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila di Program Sarjana Teknik Universitas Mulawarman bidang studi Teknik Elektro.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan berkat kerjasama kelompok hingga bisa
memperlancar pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya, kami
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. H. Dharma Widada, MT., IPU,
selaku dosen pengampu pada mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah bisa memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.

Samarinda, 13 September 2021


Penyusun,

Kelompok VIII

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah..............................................................................................1
1.2. Permasalahan...............................................................................................................3
1.3. Tujuan..........................................................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................................4
2.1. Pengertian....................................................................................................................4
2.2. Korupsi dan Etika Pancasila........................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................6
3.1. Contoh-Contoh Kasus Korupsi yang Terjadi di Indonesia..........................................6
3.2. Implementasi Nilai Pancasila dalam Mencegah Korupsi di Indonesia.......................6
BAB IV PENUTUP................................................................................................................10
4.1. Kesimpulan................................................................................................................10
4.2. Saran..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
LAMPIRAN............................................................................................................................13

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Slogan Anti Korupsi..............................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pancasila sebagai landasan falsafah Negara. Indonesia merupakan Negara yang
berdasarkan atas UUD 1945 dan Agamanya. Pada masa ORLA dan ORBA penduduk
Indonesia dikatakan sebagai penduduk yang bersifat ketimur-timuran karena sifatnya
memang seperti orang-orang timur, maksudnya adalah sikap orang Indonesia pada saat itu
bersikap sopan, santun, baik, ramah tamah dan jujur serta rasa sosialis yang tinggi. Tapi,
pada awal era Reformasi sekitar tahun 2000-an penduduk Indonesia seketika berubah tapi
bukan tidak melalui proses.

Manusia merupakan mahluk yang sangat mulia yang diciptakan oleh Tuhan,
namun kemuliaannya di kotori oleh sikap perilakunya sendiri. Perilaku tindak pidana
korupsi merupakan salah satu perilaku yang membuat kemuliaan manusia menjadi buruk.
Korupsi seperti sudah menjadi budaya yang seolah-olah sebagai konsep budaya yang kita
kenal. Padahal budaya itu sendiri berbudi dan daya yang artinya, manusia yang berbudaya
itu adalah manusia yang memakai akal dan dayanya untuk kebaikan akan tetapi jauh dari
kenyataan. Korupsi secara harfiah diartikan sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian (Tim Penulis
Buku Pendidikan anti korupsi, 2011: 23). Benny Susetyo mengatakan, mengapa korupsi
dianggap budaya? karena korupsi seringkali dibiarkan. Jika berbicara mengenai budaya
maka itu adalah nilai. Nilai itu yang tertanam seperti budaya gotong royong atau budaya
kerja keras. Budaya merupakan sistem nilai dan sistem nilai yang sedang dibangun adalah
sistem nilai yang positif dan bukan yang negatif. Jadi dapat dikatakan bahwa pada
dasanya korupsi bukan budaya akan tetapi melawan budaya.

Penduduk Indonesia telah terkena demonstration effect sehingga sebutan


Indonesia sebagai Negara yang ketimur-timuran kini berubah menjadi Negara yang
kebarat-baratan. Disebut Negara kebarat-baratan karena sikap moral dari pada penduduk
Indonesia ini sudah mulai menurun dan ini termasuk sebagai salah satu permasalahaan
sosial yang akan menyebabkan generasi muda sebagai generasi penerus mempunyai
watak yang tidak baik, jika seperti itu maka kelanjutan dari pada Negara ini tidak akan
bisa dibayangkan, betapa koprol nya nanti Negara ini jika dipimpin oleh pemimpin yang

1
mempunyai watak dan moral yang kurang baik. Terlepas dari hal itu, nampaknya kini
sudah ada hasilnya, dari mulai ORBA sampai Era Reformasi.

Berbagai upaya pemberantasan sejak dulu ternyata tidak mampu mengikis habis
kejahatan korupsi. Karena dalam masalah pembuktian dalam tindak pidana korupsi
memang merupakan masalah yang rumit, karena pelaku tindak pidana korupsi ini
melakukan kejahatannya dengan rapi. Sulitnya pembuktian dalam perkara korupsi ini
merupakan tantangan bagi para aparat penegak hukum untuk tetap konsisten dengan
penuh rasa tanggung jawab.

Jika mantan presiden Alm. Presiden Abdurrahman Wahid menyatakan cara


pemberantasan korupsi adalah dengan cara pembuktian terbalik terhadap tindak pidana
korupsi. Korupsi bukan hal yang baru bagi bangsa Indonesia. Tanpa disadari, korupsi
muncul dari kebiasaan yang dianggap lumrah dan wajar oleh masyarakat umum. Seperti
memberi hadiah kepada pejabat/pegawai Negeri atau keluarganya sebagai imbal jasa
sebuah pelayanan.

Perbuatan tindak pidana korupsi merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial


dan hak hak ekonomi masyarakat, sehingga tindak pidana korupsi tidak dapat lagi
digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi kejahatan luar biasa .
Sehingga dalam upaya pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan secara biasa,tetapi
dibutuhkan cara-cara yang luar biasa, salah satunya pencegahan.

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah pemerintahan rentan korupsi
dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda beda dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Rasanya sungguh tidak pantas,
seseorang yang berpendidikan melakukan hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan.
Korupsi tidak boleh dilakukan karena akan menimbulkan kerugian bagi pihak lain dan
hanya memberikan keuntungan kepada pihak yang korupsi atau biasa disebut dengan
koruptor.

Faktanya korupsi dilakukan oleh orang yang mempunyai kekuasaan. Misalnya


dalam pemerintahan, mereka menyalahgunakan kekuasaan hanya untuk kepentingan
pribadi.

2
1.2. Permasalahan
Bertolak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi ruang lingkup penulisan
yang akan dibahas yaitu upaya pencegahan korupsi yang memperlihatkan keterampilan
individu atau kelompok dalam merumuskan solusi atas problem moralitas bangsa dengan
pendekatan Pancasila?

1.3. Tujuan
Menjelaskan implementasi nilai Pancasila dalam mencegah dan menyikapi upaya
korupsi di Indonesia.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian
Pengertian korupsi menurut masyarakat awam khususnya adalah suatu tindakan
mengambil uang Negara agar memperoleh keuntungan untuk diri sendiri. Akan tetapi di
dalam buku Leden Marpaung pengertian korupsi sebaga berikut :

“Penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan, dan sebagainya


untuk keuntungan pribadi atau orang lain)”

Pengertian korupsi dalam Kamus Peristilahaan diartikan sebagai penyelewengan


atau penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan diri dan merugikan negara dan rakyat.

Dalam Ensiklopedia Indonesia disebut “Korupsi” (dari bahasa Latin: corruptio =


penyuapan; corruptore = merusak) gejala dimana para pejabat, badan-badan negara
meyalahgunakan wewenang dengan terjadinya penyuapan, pemalsuan serta
ketidakberesan lainnya.

Baharuddin Lopa mengutip pendapat dari David M.Chalmers menguraikan, arti


istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang menyangkut masalah penyuapan, yang
berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang menyangkut bidang
kepentingan umum. Kesimpulan ini diambil dari defenisi yang dikemukakan antara lain
yakni yang menyangkut masalah penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi di
bidang ekonomi, dan yang menyangkut bidang kepentingan umum. Kesimpulan ini
diambil dari defenisi yang dikemukakan antara lain berbunyi :

“Manipulasi dan keputusan mengenai keuangan yang membahayakan


perekonomian sering dikategorikan perbuatan korupsi”.

2.2. Korupsi dan Etika Pancasila


Etika Pancasila merupakan salah satu cabang dari filsafat yang kemudian
dijabarkan melalui sila-sila Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Pada dasarnya bangsa Indonesia telah mempunyai
nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusia, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan sejak ribuan
ratusan tahun yang lampau, ketika negara Indonesia belum berdiri.

4
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya adalah watak kesusilaan
atau adat. Meskipun kata etika dan moral memiliki kesamaan arti, dalam pemakaian
sehari-hari dua kata ini digunakan secara berbeda. Moral atau moralitas digunakan untuk
perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai
yang ada (Zubair, 1990: 13).

Nilai-nilai etika yang terkandung dalam kelima sila Pancasila tersebut dapat
membentuk perilaku manusia dalam semua aspek kehidupannya :

a. Sila Pertama, “Ketuhanan yang Maha Esa” mengandung dimensi moral berupa nilai
spiritualitas mendekatkan diri kepada sang pencipta, ketaatan kepada nilai-nilai agama
dan kepercayaan yang dianutnya.
b. Sila kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, mengandung dimensi humanisme,
yang menjadikan manusia lebih manusiawi dalam upaya peningkatan kualitas
kemanusian dalam pergaulan antar bangsa.
c. Sila ketiga, “Persatuan Indonesia”, mengandung dimensi nilai-nilai solidaritas yang
tinggi, rasa kebersamaan, dan rasa cinta terhadap tanah air. Berjuang bersama dalam
rangka bela negara.
d. Sila keempat, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan”, mengandung dimensi nilai sikap menghargai orang
lain, mempunyai kemauan untuk mendengar pendapat orang lain, saling menghargai
jika berlainan pendapat, tidak memaksakan kehendak dan tidak bersikap ekslusif
merasa pendapat dan cara pandan sendiri paling benar.
e. Sila kelima, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, mengandung dimensi
peduli terhadap orang lain, ikut serta dalam membantu kesusahan, musibah atau
bencana yang terjadi kepada orang lain.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Contoh-Contoh Kasus Korupsi yang Terjadi di Indonesia


a. Kotawaringin Timur
KPK resmi menetapkan Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi sebagai tersangka
atas kasus korupsi penerbitan Izin Usaha Pertambanga (IUP) di daerah itu. Dalam
kasus ini, negara tercatat mengalami kerugian hingga Rp 5,8 triliun dan 711 ribu dolar
AS.
b. Kasus BLBI
BLBI adalah program pinjaman dari Bank Indonesia kepada sejumlah bank
yang mengalami masalah pembayaran kewajiban saat menghadapi krisis moneter
1998. Bank yang telah mengembalikan bantuan mendapatkan Surat Keterangan Lunas
(SKL), namun belakangan diketahui SKL itu diberikan sebelum bank tertentu
melunasi bantuan.
Menurut keterangan KPK, kerugian negara akibat kasus megakorupsi ini
mencapai Rp 3,7 triliun. Penyelesaian kasus besar yang ditargetkan rampung 2018 ini
pun kembali molor hingga 2019.
c. Kasus E-KTP
Kasus pengadaan E-KTP menjadi salah satu kasus korupsi yang paling
fenomenal. Kasus yang menyeret Mantan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto
ini telah bergulir sejak 2011 dengan total kerugian negara mencapai Rp 2,3 triliun.
Setidaknya ada sekitar 280 saksi yang telah diperiksa KPK atas kasus ini dan hingga
kini ada 8 orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka.

3.2. Implementasi Nilai Pancasila dalam Mencegah Korupsi di Indonesia


Upaya perbaikan perilaku manusia antara lain dapat dimulai dengan menanamkan
nilai-nilai yang mendukung terciptanya perilaku anti-koruptif. Nilai-nilai yang dimaksud
antara lain adalah kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggungjawab, kerja
keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Penanaman nilai-nilai ini kepada
masyarakat dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Penanaman nilai-nilai ini juga penting dilakukan kepada mahasiswa. Pendidikan anti-
korupsi bagi mahasiswa dapat diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain kegiatan
sosialisasi, seminar, kampanye atau bentuk-bentuk kegiatan ekstra kurikuler lainnya.
6
Pendidikan anti korupsi juga dapat diberikan dalam bentuk perkuliahan, baik dalam
bentuk mata kuliah wajib maupun pilihan.

Pencegahan adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya


perilaku koruptif. Pencegahan juga sering disebut sebagai kegiatan Anti-korupsi yang
sifatnya preventif. Untuk keterampilan kelompok seperti salah satu upaya yang dilakukan
oleh pemerintah dalam melakukan pemberantasan korupsi adalah melalui tindakan
pencegahan. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan agar masyarakat memiliki benteng
diri yang kuat guna terhindar dari perbuatan yang mencerminkan tindakan korupsi di
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Upaya pencegahan tindakan korupsi dilakukan oleh
permerintah berdasarkan nilai-nilai dasar Pancasila agar dalam tindakan pencegahannya
tidak bertentangan dengan nilai-nilai dari Pancasila itu sendiri. Adapun tindakan
pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka melakukan upaya
pemberantasan korupsi di wilayah negara Indonesia contohnya dengan penanaman
semangat nasional dan himbauan terhadap masyarakat.

Seseorang yang berjiwa Pancasilais juga menyadari bahwa Indonesia adalah


negara hukum (Pasal 1 ayat 3 UUD 1945), maka penting sekali menjunjung tinggi hukum
dengan tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum. Sebagai makhluk beragama,
juga tak ada satupun agama yang mengajarkan untuk merugikan kepentingan orang lain.
Setiap membela Pancasila adalah membela negara, dimana salah satu wujud bela negara
dengan melawan perbuatan korupsi yang merugikan masa depan bangsa. Korupsi sebagai
bentuk penyimpangan sosial jelas bertentangan dengan butir nilai dalam Pancasila.

Pemerintah melalui KPK berperan penting dalam upaya pemberantasan Korupsi.


Tetapi setiap masyarakat maupun pemerintah perlu melakukan pencegahan terjadinya
Korupsi. Karena korupsi bisa saja dilakukan oleh setiap manusia. Maka hal-hal yang
perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak korupsi adalah:

1. Penegakkan undang-undang secara jelas dan tegas. Undang-undang sebagai dasar


yang mengatur pelaksanaan kehidupan maka penegakkannya harus secara jelas dan
tegas. Hukum dan undang-undang harus secara tegas dan tidak bercelah untuk
menimbulkan makna ambigu yang bisa dipermainkan dan diselewengkan.
Penegakannya pun harus sejara tegas dan jelas memutuskan kebenaran ataupun jenis
pelanggaran. Dengan begitu, selain masyarakat memiliki kepercayaan kepada hukum
dan apparat penegakkannya, masayarakat juga memiliki kepatuhan akan hukum.

7
Dengan adanya undang-undang dan juga aparat penegakkannya yang tegas dan jelas
maka korupsi ataupun segala sesuatu bentuk tindakan bisa diatur berdasarkan undang-
undang yang diawasi oleh para aparat penegakkannya. Apabila terjadi ketidaksesuaian
maka hal tersebut bisa saja menjadi hal yang terindikasi sebagai tindak pelanggaran,
maka bisa diproses secara hukum. Kondisi saat ini, di Indonesia yang terjadi ialah
lemahnya para aparat penegakkan hukum dalam memutuskan suatu pelanggaran. Hal
ini tidak lepas dari undang-undang yang masih bermakna ganda, sehingga dijadikan
celah untuk lepas dari jerat hukum.
2. Nilai-nilai kehidupan. Selain memiliki dasar yang kuat (undang-undang) dan juga
memiliki pengawasan yang ketat, maka hal individu pelaksananya juga harus
diperbaiki. Individu adalah pelaksana langsung sehingga sangat erat hubungannya dan
berperan penting. Tindakan korupsi bahkan muncul dari dorongan dan keputusan
individu. Maka upaya pencegahan yang perlu dilakukan selanjutnya adalah
memperbaiki dan menanamkan nilai-nilai anti korupsi pada diri setiap masing-masing
individu. Adapun nilai-nilai anti korupsi yaitu :
a. Kejujuran, kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai
sebuah tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang.
Dalam berbagai buku juga disebutkan bahwa jujur memiliki makna satunya kata
dan perbuatan.
b. Kepedulian, arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan.
c. Kemandirian, dikatakan bahwa mandiri berarti dapat berdiri diatas kaki sendiri,
artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal.
d. Kedisiplinan, yaitu patuh dan taat terhadap aturan. Manfaat dari disiplin ialah
seseorang dapat mencpai tujuan dengan waktu yang lebih efisien. Kedisiplinan
memiliki dampak yang sama dngan nilai-nilai antikorupsi l ainnya yaitu dapat
menumbuhkan kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal.
e. Tanggung jawab, kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan).
Seseorang yang memiliki tanggung jawab akan memiliki kecenderungan
menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Seseorang yang dapat menunaikan
tanggung jawabnya sekecil apa-pun itu dengan baik akan mendapatkan
kepercayaan dari orang lain.

8
f. Kerja keras, kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan
terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian,
ketabahan, keteguhan dan pantang mundur.
g. Kesederhanaan, gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
interaksi dengan masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana
manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros, tidak sesuai dengan kemampuannya.
Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang juga dibina untuk memprioritaskan
kebutuhan diatas keinginannya.
h. Keadilan, tidak berat sebelah dan tidak memihak. Keadilan adalah penilaian
dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya,
yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar hukum.
i. Keberanian, mempunyai sikap tidak takut terhadap apapun. Keberanian sangat
diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan semakin matang jika
diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika
pengetahuannya juga kuat.

Gambar 3.1. Slogan Anti Korupsi

Sumber: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fflidan.blogspot.com
%2F2021%2F07%2Fgambar-poster-stop-
korupsi.html&psig=AOvVaw2z1Thk9VmtIne_MA2_nCBT&ust=1631464892603000&source=images&
cd=vfe&ved=0CAsQjRxqFwoTCIDY8cmu9_ICFQAAAAAdAAAAABAD

9
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Upaya perbaikan perilaku manusia dapat dimulai antara lain dengan menanamkan
nilai-nilai yang mendukung berkembangnya perilaku antikorupsi. Nilai-nilai tersebut
antara lain kejujuran, kepedulian, kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kerja keras,
kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Membawa nilai-nilai tersebut kepada
masyarakat dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Membawa nilai-nilai ini juga penting bagi siswa. Pendidikan antikorupsi bagi siswa dapat
diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain kegiatan penyuluhan, seminar, kampanye
atau bentuk kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Pendidikan anti korupsi juga dapat
diberikan dalam bentuk perkuliahan, baik dalam bentuk mata kuliah wajib maupun
pilihan.

Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya


perilaku korupsi. Pencegahan juga sering disebut dengan kegiatan anti korupsi yang
bersifat preventif. Keterampilan kelompok, seperti salah satu upaya pemerintah
memberantas korupsi, merupakan tindakan preventif. Tindakan pencegahan ini
dimaksudkan untuk memberikan pertahanan diri yang kuat bagi masyarakat untuk
menghindari tindakan yang mencerminkan tindakan korupsi dalam kehidupan sehari-hari
mereka. Karena korupsi bisa dilakukan oleh siapa saja. Untuk mencegah korupsi, hal-hal
berikut perlu dilakukan:

4.2. Saran
Hukum secara jelas dan tidak ambigu. Hukum sebagai dasar yang mengatur
terwujudnya kehidupan, penegakannya harus jelas dan kokoh. Hukum dan peraturan
harus tegas dan tidak ambigu untuk menciptakan makna ambigu yang dapat dimanipulasi
dan terdistorsi. Penegakan hukum juga harus memutuskan secara tegas dan jelas tentang
kebenaran atau jenis pelanggaran. Dengan demikian, selain percaya pada hukum dan
aparat penegak hukumnya, masyarakat juga patuh pada hukum. Dengan adanya undang-
undang dan aparat penegak hukumnya yang tegas dan jelas, korupsi atau segala bentuk
perbuatan dapat diatur dengan undang-undang yang diawasi oleh aparat penegak
hukumnya. Jika terjadi ketidakberesan, itu bisa menjadi tanda pelanggaran. maka dapat
diproses secara hukum.

10
11
DAFTAR PUSTAKA
Al Barry, M. (1996). Kamus Peristilahan Modern dan Populer 10.000 Istilah. Surabaya:
Indah Surabaya.

Marpaung, L. (2007). Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Djambatan.

https://core.ac.uk/download/pdf/322553033.pdf (diakses pada tanggal 11 September 2021)

https://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Formil/article/download/2974/2509 (diakses pada


tanggal 11 September 2021)

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1848/4/108400221_file5.pdf (diakses pada


tanggal 11 September 2021)

https://osf.io/zaxvt/download/?format=pdf (diakses pada tanggal 11 September 2021)

https://www.suara.com/news/2019/02/11/163457/5-kasus-korupsi-terbesar-di-indonesia-
dengan-kerugian-negara-fantastis?page=all (diakses pada tanggal 13 September 2021)

12
LAMPIRAN
A. Dokumen

B. Materi Presentasi (PPt)

C. Video pendukung materi

13

Anda mungkin juga menyukai