Dosen pengampu
Disusun Oleh :
Kelompok VIII
FAKULTAS TEKNIK
UNIIVERSITAS MULAWARMAN
2021
2
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul
“Mencegah Korupsi dengan Mengamalkan Pancasila sebagai Sistem Etika”.
Penulisan makalah dilakukan sebagai bagian dari tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila di Program Sarjana Teknik Universitas Mulawarman bidang studi Teknik Elektro.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan berkat kerjasama kelompok hingga bisa
memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya, kami
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. H. Dharma Widada, MT., IPU,
selaku dosen pengampu pada mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah bisa memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.
Kelompok VIII
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah..............................................................................................1
1.2. Permasalahan...............................................................................................................3
1.3. Tujuan..........................................................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................................4
2.1. Pengertian....................................................................................................................4
2.2. Korupsi dan Etika Pancasila........................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................6
3.1. Contoh-Contoh Kasus Korupsi yang Terjadi di Indonesia..........................................6
3.2. Implementasi Nilai Pancasila dalam Mencegah Korupsi di Indonesia.......................6
BAB IV PENUTUP................................................................................................................10
4.1. Kesimpulan................................................................................................................10
4.2. Saran..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
LAMPIRAN............................................................................................................................13
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Slogan Anti Korupsi..............................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia merupakan mahluk yang sangat mulia yang diciptakan oleh Tuhan,
namun kemuliaannya di kotori oleh sikap perilakunya sendiri. Perilaku tindak pidana
korupsi merupakan salah satu perilaku yang membuat kemuliaan manusia menjadi buruk.
Korupsi seperti sudah menjadi budaya yang seolah-olah sebagai konsep budaya yang kita
kenal. Padahal budaya itu sendiri berbudi dan daya yang artinya, manusia yang berbudaya
itu adalah manusia yang memakai akal dan dayanya untuk kebaikan akan tetapi jauh dari
kenyataan. Korupsi secara harfiah diartikan sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian (Tim Penulis
Buku Pendidikan anti korupsi, 2011: 23). Benny Susetyo mengatakan, mengapa korupsi
dianggap budaya? karena korupsi seringkali dibiarkan. Jika berbicara mengenai budaya
maka itu adalah nilai. Nilai itu yang tertanam seperti budaya gotong royong atau budaya
kerja keras. Budaya merupakan sistem nilai dan sistem nilai yang sedang dibangun adalah
sistem nilai yang positif dan bukan yang negatif. Jadi dapat dikatakan bahwa pada
dasanya korupsi bukan budaya akan tetapi melawan budaya.
1
mempunyai watak dan moral yang kurang baik. Terlepas dari hal itu, nampaknya kini
sudah ada hasilnya, dari mulai ORBA sampai Era Reformasi.
Berbagai upaya pemberantasan sejak dulu ternyata tidak mampu mengikis habis
kejahatan korupsi. Karena dalam masalah pembuktian dalam tindak pidana korupsi
memang merupakan masalah yang rumit, karena pelaku tindak pidana korupsi ini
melakukan kejahatannya dengan rapi. Sulitnya pembuktian dalam perkara korupsi ini
merupakan tantangan bagi para aparat penegak hukum untuk tetap konsisten dengan
penuh rasa tanggung jawab.
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah pemerintahan rentan korupsi
dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda beda dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Rasanya sungguh tidak pantas,
seseorang yang berpendidikan melakukan hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan.
Korupsi tidak boleh dilakukan karena akan menimbulkan kerugian bagi pihak lain dan
hanya memberikan keuntungan kepada pihak yang korupsi atau biasa disebut dengan
koruptor.
2
1.2. Permasalahan
Bertolak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi ruang lingkup penulisan
yang akan dibahas yaitu upaya pencegahan korupsi yang memperlihatkan keterampilan
individu atau kelompok dalam merumuskan solusi atas problem moralitas bangsa dengan
pendekatan Pancasila?
1.3. Tujuan
Menjelaskan implementasi nilai Pancasila dalam mencegah dan menyikapi upaya
korupsi di Indonesia.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian
Pengertian korupsi menurut masyarakat awam khususnya adalah suatu tindakan
mengambil uang Negara agar memperoleh keuntungan untuk diri sendiri. Akan tetapi di
dalam buku Leden Marpaung pengertian korupsi sebaga berikut :
4
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya adalah watak kesusilaan
atau adat. Meskipun kata etika dan moral memiliki kesamaan arti, dalam pemakaian
sehari-hari dua kata ini digunakan secara berbeda. Moral atau moralitas digunakan untuk
perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai
yang ada (Zubair, 1990: 13).
Nilai-nilai etika yang terkandung dalam kelima sila Pancasila tersebut dapat
membentuk perilaku manusia dalam semua aspek kehidupannya :
a. Sila Pertama, “Ketuhanan yang Maha Esa” mengandung dimensi moral berupa nilai
spiritualitas mendekatkan diri kepada sang pencipta, ketaatan kepada nilai-nilai agama
dan kepercayaan yang dianutnya.
b. Sila kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, mengandung dimensi humanisme,
yang menjadikan manusia lebih manusiawi dalam upaya peningkatan kualitas
kemanusian dalam pergaulan antar bangsa.
c. Sila ketiga, “Persatuan Indonesia”, mengandung dimensi nilai-nilai solidaritas yang
tinggi, rasa kebersamaan, dan rasa cinta terhadap tanah air. Berjuang bersama dalam
rangka bela negara.
d. Sila keempat, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan”, mengandung dimensi nilai sikap menghargai orang
lain, mempunyai kemauan untuk mendengar pendapat orang lain, saling menghargai
jika berlainan pendapat, tidak memaksakan kehendak dan tidak bersikap ekslusif
merasa pendapat dan cara pandan sendiri paling benar.
e. Sila kelima, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, mengandung dimensi
peduli terhadap orang lain, ikut serta dalam membantu kesusahan, musibah atau
bencana yang terjadi kepada orang lain.
5
BAB III
PEMBAHASAN
7
Dengan adanya undang-undang dan juga aparat penegakkannya yang tegas dan jelas
maka korupsi ataupun segala sesuatu bentuk tindakan bisa diatur berdasarkan undang-
undang yang diawasi oleh para aparat penegakkannya. Apabila terjadi ketidaksesuaian
maka hal tersebut bisa saja menjadi hal yang terindikasi sebagai tindak pelanggaran,
maka bisa diproses secara hukum. Kondisi saat ini, di Indonesia yang terjadi ialah
lemahnya para aparat penegakkan hukum dalam memutuskan suatu pelanggaran. Hal
ini tidak lepas dari undang-undang yang masih bermakna ganda, sehingga dijadikan
celah untuk lepas dari jerat hukum.
2. Nilai-nilai kehidupan. Selain memiliki dasar yang kuat (undang-undang) dan juga
memiliki pengawasan yang ketat, maka hal individu pelaksananya juga harus
diperbaiki. Individu adalah pelaksana langsung sehingga sangat erat hubungannya dan
berperan penting. Tindakan korupsi bahkan muncul dari dorongan dan keputusan
individu. Maka upaya pencegahan yang perlu dilakukan selanjutnya adalah
memperbaiki dan menanamkan nilai-nilai anti korupsi pada diri setiap masing-masing
individu. Adapun nilai-nilai anti korupsi yaitu :
a. Kejujuran, kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai
sebuah tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang.
Dalam berbagai buku juga disebutkan bahwa jujur memiliki makna satunya kata
dan perbuatan.
b. Kepedulian, arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan.
c. Kemandirian, dikatakan bahwa mandiri berarti dapat berdiri diatas kaki sendiri,
artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal.
d. Kedisiplinan, yaitu patuh dan taat terhadap aturan. Manfaat dari disiplin ialah
seseorang dapat mencpai tujuan dengan waktu yang lebih efisien. Kedisiplinan
memiliki dampak yang sama dngan nilai-nilai antikorupsi l ainnya yaitu dapat
menumbuhkan kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal.
e. Tanggung jawab, kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan).
Seseorang yang memiliki tanggung jawab akan memiliki kecenderungan
menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Seseorang yang dapat menunaikan
tanggung jawabnya sekecil apa-pun itu dengan baik akan mendapatkan
kepercayaan dari orang lain.
8
f. Kerja keras, kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan
terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian,
ketabahan, keteguhan dan pantang mundur.
g. Kesederhanaan, gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
interaksi dengan masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana
manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros, tidak sesuai dengan kemampuannya.
Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang juga dibina untuk memprioritaskan
kebutuhan diatas keinginannya.
h. Keadilan, tidak berat sebelah dan tidak memihak. Keadilan adalah penilaian
dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya,
yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar hukum.
i. Keberanian, mempunyai sikap tidak takut terhadap apapun. Keberanian sangat
diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan semakin matang jika
diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika
pengetahuannya juga kuat.
Sumber: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fflidan.blogspot.com
%2F2021%2F07%2Fgambar-poster-stop-
korupsi.html&psig=AOvVaw2z1Thk9VmtIne_MA2_nCBT&ust=1631464892603000&source=images&
cd=vfe&ved=0CAsQjRxqFwoTCIDY8cmu9_ICFQAAAAAdAAAAABAD
9
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Upaya perbaikan perilaku manusia dapat dimulai antara lain dengan menanamkan
nilai-nilai yang mendukung berkembangnya perilaku antikorupsi. Nilai-nilai tersebut
antara lain kejujuran, kepedulian, kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kerja keras,
kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Membawa nilai-nilai tersebut kepada
masyarakat dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Membawa nilai-nilai ini juga penting bagi siswa. Pendidikan antikorupsi bagi siswa dapat
diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain kegiatan penyuluhan, seminar, kampanye
atau bentuk kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Pendidikan anti korupsi juga dapat
diberikan dalam bentuk perkuliahan, baik dalam bentuk mata kuliah wajib maupun
pilihan.
4.2. Saran
Hukum secara jelas dan tidak ambigu. Hukum sebagai dasar yang mengatur
terwujudnya kehidupan, penegakannya harus jelas dan kokoh. Hukum dan peraturan
harus tegas dan tidak ambigu untuk menciptakan makna ambigu yang dapat dimanipulasi
dan terdistorsi. Penegakan hukum juga harus memutuskan secara tegas dan jelas tentang
kebenaran atau jenis pelanggaran. Dengan demikian, selain percaya pada hukum dan
aparat penegak hukumnya, masyarakat juga patuh pada hukum. Dengan adanya undang-
undang dan aparat penegak hukumnya yang tegas dan jelas, korupsi atau segala bentuk
perbuatan dapat diatur dengan undang-undang yang diawasi oleh aparat penegak
hukumnya. Jika terjadi ketidakberesan, itu bisa menjadi tanda pelanggaran. maka dapat
diproses secara hukum.
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Al Barry, M. (1996). Kamus Peristilahan Modern dan Populer 10.000 Istilah. Surabaya:
Indah Surabaya.
https://www.suara.com/news/2019/02/11/163457/5-kasus-korupsi-terbesar-di-indonesia-
dengan-kerugian-negara-fantastis?page=all (diakses pada tanggal 13 September 2021)
12
LAMPIRAN
A. Dokumen
13