Dosen pengampu:
Disusun Oleh:
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang memberikan rahmat
hidayah dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Pancasila. Selain itu Makalah
ini bertujuan untuk mempermudah kita dalam penyusulan Makalah “ETIKA POLITIK
BERDASARKAN PANCASILA”, Tidak lupa saya ucapkan trimakasih kepada Ibu
dosen Emi Lilawati, S. Pd. I, M. Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Pancasila.
Penyusun juga mengucapkan trimakasih kepada teman teman yang selalu memberikan
motivasi demi lancarnya penyusunan Makalah ini.
Semoga laporan ini memberikan sesuatu kemanfaatan bagi kami penyusun dan
bisa menambah wawasan para pembaca serta bermanfaat untuk perkembangan dan
meningkatkan ilmu pengetahuan Amiin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.....................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Kesimpulan...................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Korupsi dimulai pada masa kerajaan besar Nusanatara, Kerajaan Majapahit, pada
masa penjajahan, dan sejak awal kemerdekaan hingga saat ini, kita dapat melihat
persekongkolan antara penguasa dan mereka yang berkepentingan dengan tebusan
bagi yang dirugikan.1 Korupsi terjadi karena kelaziman yang dianggap wajar dan
lazim oleh masyarakat umum, seperti memberi cendera mata kepada pejabat dan
keluarganya sebagai imbalan atas pelayanannya. Adat ini dianggap sebagai adat
budaya oriental. Kebiasaan koruptif ini telah lama menjadi benih korupsi yang
sebenarnya. Salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya korupsi di beberapa
negara adalah transformasi politik yang sistematis yang merusak atau mengacaukan
tidak hanya sistem sosial ketatanegaraan atau sistem pemerintahan tetapi juga sistem
hukum. Keberadaan saksi (terliput pelapor) sangat diperlukan menilik kesulitan yang
dihadapi aparat penegak hukum dalam menyelesaikan tindak pidana korupsi dan
tindak pidana yang ditangani tanpa adanya saksi (termaktub pelapor). Mereka yang
menjadi pelapor dan bersedia mengambil risiko mengungkap tindak pidana korupsi
jika mereka, keluarga, dan harta bendanya tidak terlindungi dari ancaman yang
mungkin timbul dari terungkapnya kasus tersebut. Saksi yang bekerja sama dengan
pelaku juga enggan memberikan informasi yang sesuai dengan fakta yang dialami,
dilihat, dan dirasakan jika tidak dilindungi secara memadai. Korupsi merupakan
perbuatan asusila yang bertentangan dengan nilai Pancasila, oleh mereka yang
memanipulasi wewenang dan otoritas serta menyimpang dari aturan yang sahih bagi
orang lain secara pribadi. Pancasila harus diikatkan kepada pemerintah negara dan
aparat penegak hukum agar tidak terjerumus ke dalam jurang korupsi. Salah satu
pengamalan Pancasila adalah mencegah korupsi dan membawanya ke dalam
paradigma vokasional dan birokrasi. KPK yang terdiri dari penindakan dan
pencegahan tidak akan pernah berfungsi optimal jika dilaksanakan semata-mata oleh
pemerintah tanpa peran serta masyarakat. Pendidikan pribadi dan budaya antikorupsi
merupakan langkah penting dalam membangun integritas untuk memerangi korupsi
2
yang ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Penting untuk menginternalisasi
nilai dan mengubah paradigma perilaku kita ke arah antikorupsi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sumber historis, sosiologis, politis ?
2. Apa maksud dari korupsi dan perilaku koruptif ?
3. Apa sejarah perkembangan korupsi di indonesia?
4. Apa yang di maksud Urgensi nilai-nilai Pancasila dalam melumpuhkan perilaku
koruptif ?
C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui sistem etika dalam sumber historis,sosiologis, dan politis.
2. Untuk mengetahui .maksud dari korupsi dan perilaku koruptif.
3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan korupsi di indonesia.
4. Untuk mengetahui maksud urgensi nilai-nilai pancasila dalam melumpuhkan
perilaku koruptif.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber historis
Sumber historis Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika
masih berbentuk sebagai Philosofische Grondslag atau Weltanschauung.
Artinya, nilai-nilai Pancasila belum ditegaskan ke dalam sistem etika, tetapi
nilai-nilai moral telah terdapat pandangan hidup masyarakat. Masyarakat dalam
masa orde lama telah mengenal nilai-nilai kemandirian bangsa yang oleh
Presiden Soekarno disebut dengan istilah berdikari (berdiri di atas kaki sendiri).
Pada zaman Orde Baru, Pancasila sebagai sistem etika disosialisasikan melalui
penataran P-4 dan diinstitusionalkan dalam wadah BP-7. Ada banyak butir 187
Pancasila yang dijabarkan dari kelima sila Pancasila sebagai hasil temuan dari
para peneliti BP-7.
Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem etika tenggelam dalam
hirukpikuk perebutan kekuasaan yang menjurus kepada pelanggaraan etika
politik. Salah satu bentuk pelanggaran etika politik adalah abuse of power, baik
oleh penyelenggara negara di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.
Penyalahgunaan kekuasaan atau kewenangan inilah yang menciptakan korupsi
di berbagai kalangan penyelenggara negara.
B. Sumber Sosiologis
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam
kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya, orang Minangkabau
dalam hal bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata
oleh mufakat”. Masih banyak lagi mutiara kearifan lokal yang bertebaran di bumi
Indonesia ini sehingga memerlukan penelitian yang mendalam.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku sosial antara
individu dengan individu, individu dengan kolompo k, dan kelompok dengan
3
kelompok. Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah jauh dengan yang
namaya hubungan sosial, karena bagaimanapun hubungan tersebut memengaruhi
perilaku orang-orang. Sebagai bidang studi, cakupan sosiologi sangatlah luas.
Sosiologi juga melihat bagaimana orang mempengaruhi kita, bagaimana institusi
sosial utama, seperti pemerintah, agama, dan ekonomi memengaruhi kita, serta
bagaimana kita sendiri memengaruhi orang lain, kolompok, bahkan organisasi.
Nilai-nilai Pancasila (ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
keadilan) secara sosiologis telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu
hingga sekarang. Salah satu nilai yang dapat ditemukan dalam masyarakat
Indonesia sejak zaman dahulu hingga sekarang adalah nilai gotong royong.
Misalnya dapat dilihat, bahwa kebiasaan bergotongroyong, baik berupa saling
membantu antar tetangga maupun bekerjasama untuk keperluan umum di desa-
desa. Kegiatan gotong royong itu dilakukan dengan semangat kekeluargaan
sebagai cerminan dari sila Keadilan Sosial
C. Sumber politis
4
struktur sosial, politik, ekonomi. Etika politik memiliki 3 dimensi, yaitu tujuan,
sarana, dan aksi politik itu sendiri.
5
Pengertian korupsi dapat ditinjau dalam berbagai macam perspektif.
Pada hakekatnya korupsi dapat terjadi dari segi kehidupan mana pun, tidak
hanya pada pemerintahan, sehingga menimbulkan pengertian korupsi yang
bermacammacam. Korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin
corruption dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok, mencuri, maling, seiring dengan
pendapat Nurdjana Menyatakan bahwa korupsi adalah istilah yang berasal dari
bahasa Yunani yaitu “corruptio”, yang berarti perbuatan yang tidak baik, buruk,
curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar
norma-norma agama materiil, mental dan hukum.1
1
Nurdjana, 1990
2
Dora Amalia (Pemimpin Redaksi), 2017, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
kelima,cetakan ke 7, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI, PN Balai Pustaka, Jakarta hlm.880
6
bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya
Koruptif adalah awal dari perpuatan korupsi yang Diwali oleh sikap
ketidak mampuan untuk berjuang melawan kezaliman sehingga menimbulkan
sikap pasrah terhadap perbuatan yang tidak baik. Perilaku koruptif Diwali
dengan perbuatan sederhana seperti memberi tips, menyontek dan lain
sebagainya. Koruptif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sikap
korupsi yaitu sikap takut berkorban dan menyebabkan mereka mudah
ditaklukkan oleh musuh atau orang lain5 Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa perilaku koruptif adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap,
tindakan, dan pengetahuan seseorang yang menjebakkan dirinya pada kegiatan
korupsi. Dalam peraturan perundangundangan memang tidak ada rumusan
mengenai apa itu perilaku koruptif. Namun perilaku sehari-hari yang merugikan
orang lain diantaranya mencontek, plagiarisme, berbohong, mencurangi, buang
sampah sembarangan, memberi uang pelican dalam hal pelayanan publik seperti
KTP dan SIM, dan lain sebagainya dan perbuatan tidak tepat waktu.
7
terutama menopang kekuasaannya dengan dukungan militer. Dengan sifat
seperti itu, pemerintahan Orde Baru sesungguhnya tidak hanya telah memerintah
terlalu lama, tetapi cenderung berkuasa secara otoriter.
Masa berkuasa secara otoriter yang terlalu lama itu, telah menyebabkan
semakin jauhnya pemerintahan Orde Baru teralienasi dari Jurnal Universitas
Paramadina, Vol. 2 No. 1, September 2002: 25-34 28 aspirasi yang hidup di
tengah-tengah masyarakat. Pada mulanya, sikap kritis masyarakat terhadap
tindakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat Orde Baru, dapat direpresi
dengan mengendalikan media massa. Tetapi, sebagaimana terbukti kemudian,
tindakan seperti itu sama sekali tidak menolong. Sikap kritis masyarakat
terhadap meluasnya tindakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat Orde
Baru, terus bertahan hidup seperti api dalam sekam.
8
D. Urgensi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Melumpuhkan Perilaku Koruptif
9
miliki oleh setiap warga negara Indonesia. Dengan pengertian tersebut kita dapat
memaknai bahwa dalam setiap melakukan segala sesuatu kita harus berpegangan
pada Pancasila yang merupakan prinsip dasar negara kita. Jika kita melakukan
suatu kegiatan dengan berdasarkan pada Pancasila maka kehidupan antar
masyarakat akan terjalin dengan sangat baik, begitu juga dengan pemerintahan.
Dalam Pancasila terdapat lima sila yang dimana setiap sila-sila itu
memiliki arti yang berbeda tetapi memiliki tujuan yang satu yaitu menciptakan
dan mewujudkan cita-cita negara Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan bahwa
korupsi merupakan salah 1 penyelewangan yang marak terjadi di Indonesia.
Tindakan tersebut bukan hanya melanggar aturan negara tetapi hal itu juga telah
melanggar ideologi dan prinsip terhadap Pancasila. Dengan menyelewengnya
tindakan terhadap Pancasila hal tersebut akan membuat cita-cita yang
didambakan oleh negara dan bangsa lama kelamaan akan menjadi hancur. Maka
dari itu terdapat hal penting dalam tindakan korupsi terhadap Pancasila yaitu
dengan kita melakukan tindakan korupsi kita sama saja telah menghancurkan
Pancasila yang telah susah payah dibuat oleh pendiri bangsa kita yang berjuang
mati-matian.
Sila pertama yang berbunyi “Ke-Tuhanan Yang Masa Esa” jika kita
melakukan tindakan korupsi berarti sama saja kita telah membohongi Tuhan.
Sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab” sila ini
memiliki makna untuk memperlakukan sesama manusia sebagai mana mestinya
dan melakukan tindakan yang benar, bermartabat, adil terhadap sesama manusia
sebagaimana mestinya. Dengan melakukan korupsi, berarti sama saja telah
melangggar sila kedua ini karena telah melakukan tindakan yang
memperlakukan kekuasaan dan kedudukan sebagai tempat untuk mendapatkan
hal yang diinginkan demi kebahagiaan diri sendiri dan juga membuat orang lain
menjadi rugi karena tindakan korupsi tersebut .
10
Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” yang memiliki makna
bahwa kedudukan masyarakat/rakyat itu sama di depan mata hukum tanpa
membeda-bedakan serta mendapat perlakuan yang sama di depan hukum
sehingga, dengan melakukan korupsi berarti sama saja telah melanggar sila ini.
Korupsi merupakan tindakan yang dapat menghilangkan kepercayaan
masyarakat sehingga hal tersebut akan membuat rakyat merasa menjadi
terintimidasi dan tidak peduli lagi terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh
pemerintah. Lama kelamaan, hal ini akan membuat Indonesia menjadi tidak
harmonis.
11
Dari penjabaran tersebut kita dapat mengetahui bahwa tindakan korupsi
merupakan tindakan yang sangat fatal bagi negara, terutama tindakan korupsi
juga telah melanggar dan menyeleweng dari nilai-nilai luhur yang terkandung
dalam Pancasila. Dengan menyelewengnya tindakan korupsi terhadap nilai-nilai
luhur Pancasila itu menyebabkan kondisi negara kita semakin bertambah buruk
dan banyaknya terjadi kegaduhan-kegaduhan yang sangat parah. Maka dari itu,
kita haruslah melakukan segala sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat
dalam Pancasila, terutama bagi para pejabat agar ketika melakukan sesuatu tidak
menimbulkan penyelewengan-penyelewengan yang berdampak buruk bagi
negara.3
3
https://binus.ac.id/character-building/pancasila/sila-sila-pancasila-terhadap-tindakan-korupsi/
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
M. Setiadi, Elly. 2005. Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama.
Ginting, Y. P., & Wartoyo, F. X. (2021). Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Melalui
Perspektif Nilai Pancasila. Jurnal Belo, 7(1), 55-67.
15
16