Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


POLITIK, DEMOKRASI DAN HAM DALAM ISLAM
DOSEN PENGAMPU : Maisarah, S.Pd.I, M.Pd.

Kelompok 4 :
Dhea Yuliana Dewi 2011017220001
Febri Cahyani Rayhana 2011017220002
Noor Jannah 2011017220005
Nursyifa 2011017220003
Muhammad Irfan Dhiya Akmal 2011017210022

PROGRAM STUDI STATISTIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahim,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kesempatan serta kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang di tentukan.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Tidak lupa Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di dunia dan akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah Agama Islam dengan judul “POLITIK, DEMOKRASI, DAN HAM DALAM
ISLAM”.

Kami selaku penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya
bisa menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila ada kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Ibu Hj. Maisarah S.Pd.I, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Agama Islam
yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini  bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Banjarbaru, 03 April 2021

ii
Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Politik dalam Islam............................................................................................................5
B. Demokrasi dalam Islam.....................................................................................................6
C. HAM dalam Islam.............................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
A.Kesimpulan.......................................................................................................................11
B. Saran................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini, sering kita jumpai maraknya perdebatan yang menyangkut kehidupan
masyarakat Indonesia maupun masyarakat luar negeri , beberapa contoh perdebatan yang
terjadi tidak lain mengenai Politik,HAM, dan juga demokrasi. Untuk itu ,kami selaku
mahasiswa yang berjiwa islam mencoba untuk mengkilas balik ilmu yang mengenai Politik,
HAM, dan juga demokrasi islam yang berkaitan dengan konsep umum maupun agama. Hal
yang melatar belakangi topik bahasan kami adalah tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama
Islam mengenai politik, HAM , dan demokrasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konsep politik, HAM, dan demokrasi islam?
2. Apa saja sumber hukum didalam islam ?
3. Bagaimana peran islam didalam kehidupan bermasyarakat?
4. Adakah kontribusi umat islam dalam perumusan dan penegakan hukum di Indonesia?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat memahami dan menguasai materi yang telah disajikan dalam bentuk
makalah ini.
2. Mahasiswa dapat menjalankan syariat islam berdasarkan sumber hukum islam.
3. Mahasiswa dapat memahami peran mahasiswa yang berjiwa islam dan berjiwa
kebangsaan.
4. Mahasiswa dapat mengaplikasikan materi dari makalah ini dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Politik dalam Islam


Politik adalah suatu proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat, yang dapat berwujud berupa proses pembuatan keputusan khususnya
dalam bernegara. Selain itu, politik dapat diartikan sebagai seni untuk meraih
kekuasaan secara konstitusional maupun non konstitusional. Al-Qur’an sebagai
petunjuk (hudan) bagi umat manusia, menyediakan suatu dasar yang kokoh dan
permanen bagi seluruh prinsip-prinsip etika dan moral yang diperlukan dalam
kehidupan ini termasuk di dalamnya masalah politik. Untuk menerapkan Al-
Qur’an dalam kehidupan politik diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dalam
memaknainya agar memperoleh pemahaman yang tepat, karena Al-Qur’an tidak
menyebutkan secara eksplisit dalam ayat-ayatnya.
Dalam kehidupan politik ketatanegaraan, terlihat fenomena kecanggungan
umat Islam dalam memecahkan masalah persoalan-persoalan fundamental.
Karenanya, orang akan sia-sia mencari konsepsi Al-Qur’an tentang system
pemerintahan. Dengan kata lain, Al-Qur’an tidak memberikan suatu teori
ketatanegaraan yang baku, yang harus di ikuti umat Islam di seluruh negeri.
Begitupula dengan islam, definisi politik dalam islam tidak jauh berbeda
dengan definisi politik secara umumnya, namun dengan menitikberatkan pada
sumbernya yaitu Al-Qur'an dan hadits sebagai sumber utama. Selain itu, adanya
hukum-hukum atau yang disebut dengan syariat dan pentingnya kepala negara
berkonsultasi dengan dewan syura mengenai permasalaha  syariat dan adanya
kewajiban menggulingkan kepala negara yang tidak berbuat adil.
Awal belajar ilmu HI, yaitu bukanlah dari barat terutama perjanjian
Westphalia yang mencetuskan pembentukan negara modern. Namun jauh sebelum
itu, yaitu berasal dari Madinah, yang ditandai dengan berdirinya kota Madinah
yang asalnya bernama Yatsrib. Dimana Rasulullah menyatukan kaum Muhajirin
dan kaum Anshor melalui suatu perjanjian, yaitu Piagam Madinah. 
Sehingga politik dalam islam sangat dianjurkan bahkan diwajibkan untuk
sesuai dengan syariat islam dan bertujuan untuk memperbaiki ahlaq manusia
dengan cara memperkenalkan agama dalam politik, atau lebih tepatnya bukan
berdasarkan pada konsep sekulerisasi seperti konsep yang ditawarkan Barat.
Karena sifat manusia tanpa adanya agama seperti mufsidun fil-ard wa yusfiqu
dima' (Perusak di dunia dan penumpah darah). Bahkan, jika terpaksa melakukan
peperangan sebagai usaha terakhir untuk mengakhiri perang itu sendiri. Sehingga
perang memiliki fungsi yang sesungguhnya untuk menjaga masyarakat muslim
sendiri dari kolonialisme bangsa lain dan menjaga dari ancaman.

5
Tujuan terpenting Al-Qur’an adalah agar nilai-nilai dan pemerintah-
pemerintah etikanya di junjung tinggi dan bersifat mengikat atas kegiatan-
kegiatan sosio-politik umat manusia. Dalam system pemerintahan perhatian utama
Al-Qur’an ialah agar masyarakat ditegakkan atas keadilan dan moralitas.
B. Demokrasi dalam Islam
Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang berusaha menerapkan prinsip-
prinsip Islam ke dalam kebijakan publik dalam kerangka demokrasi. Teori
politik Islam menyebutkan tiga ciri dasar demokrasi Islam: pemimpin harus
dipilih oleh rakyat, tunduk pada syariah, dan berkomitmen untuk
mempraktekkan "syura", sebuah bentuk konsultasi khusus yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW yang dapat ditemukan dalam berbagai hadits
dengan komunitas mereka.
Menurut Aswab Mahasin, agama dan demokrasi memang berbeda. Agama
berasal dari wahyu sementara demokrasi berasal dari pergumulan pemikiran
manusia. Dengan demikian agama memiliki dialeketikanya sendiri. Namun
begitu menurut Mahasin, tidak ada halangan bagi agama untuk berdampingan
dengan demokrasi. Adapun elemen-elemen pokok demokrasi dalam perspektif
Islam meliputi: as-syura, al-musawah, al-‘adalah, al-amanah, al-
masuliyyah dan al-hurriyyah.

a. As-Syura 
As-Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan
keputusan yang secara eksplisit ditegaskan dalam Al-Qur’an. Misalnya
saja disebut dalam QS. As-Syura: 38:“Dan urusan mereka diselesaikan
secara musyawarah di antara mereka”. Sikap musyawarah juga merupakan
bentuk dari pemberian penghargaan terhadap orang lain karena pendapat-
pendapat yang disampaikan menjadi pertimbangan bersama. Begitu
pentingnya arti musyawarah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
maupun bernegara, sehingga Nabi sendiri juga menyerahkan musyawarah
kepada umatnya.
b. Al-Musawah
Al-Musawah adalah kesejajaran, egaliter, artinya tidak ada pihak
yang merasa lebih tinggi dari yang lain sehingga dapat memaksakan
kehendaknya. Dalam perspektif  Islam, pemerintah adalah orang atau
institusi  yang diberi wewenang dan kepercayaan oleh rakyat melalui
pemilihan yang jujur dan adil untuk melaksanakan dan menegakkan
peraturan dan undang-undang yang telah dibuat.

c. Al-‘Adalah
Al-‘Adalah adalah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum
termasuk rekrutmen dalam berbagai jabatan pemerintahan harus dilakukan
secara adil dan bijaksana. Tidak boleh kolusi dan nepotis. Arti pentingnya
penegakan keadilan dalam sebuah pemerintahan ini ditegaskan oleh Allah

6
SWT dalam beberapa ayat-Nya, antara lain dalam surat an-Nahl: 90:    
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang berbuat
keji, kemungkaran dan permusuhan”.

d. Al-Amanah
Al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan
seseorang kepada orang lain. Oleh sebab itu kepercayaan atau amanah
tersebut harus dijaga dengan baik. Persoalan amanah ini terkait dengan
sikap adil. Sehingga Allah SWT. menegaskan dalam surat An-Nisa’: 58:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya menyampaikan amanah
kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil”. 

e. Al-Masuliyyah 
Al-Masuliyyah adalah tanggung jawab. Kekuasaan dan jabatan itu
adalah amanah yang harus diwaspadai, bukan nikmat yang harus
disyukuri, maka rasa tanggung jawab bagi seorang pemimpin atau
penguasa harus dipenuhi.  Sebagaimana Sabda Nabi:   Setiap kamu adalah
pemimpin dan setiap pemimpin dimintai pertanggung jawabannya.

f. Al-Hurriyyah
Al-Hurriyyah dalah kebebasan, artinya bahwa setiap orang, setiap
warga masyarakat diberi hak dan kebebasan untuk mengeksperesikan
pendapatnya. Sepanjang hal itu dilakukan dengan cara yang bijak dan
memperhatikan al-akhlaq al-karimah dan dalam rangka al-amr bi-‘l-
ma’ruf  wa an-nahy ‘an al-‘munkar, maka  tidak ada alasan bagi penguasa
untuk mencegahnya. Patut disimak sabda Nabi yang berbunyi:   “Barang
siapa yang melihat kemunkaran, maka hendaklah diluruskan dengan
tindakan, jika tidak mampu, maka dengan lisan dan jika tidak mampu
maka dengan hati, meski yang terakhir ini termasuk selemah-lemah iman”.
Pendapat Para Ulama Tentang Demokrasi
1. Abu ‘Ala Al-Maududi
Al-Maududi secara tegas menolak demokrasi. Menurutnya, islam
tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan besar
kepada rakyat untuk menetapkan segala hal. Demokrasi adalah buatan
manusia sekaligus produk dari pertentangan barat terhadap agama
sehingga cenderung sekuler. Karenannya, Al-Maududi mengatakan
demokrasi barat merupakan seusuatu yang bersifat syirik. Menurutnya
islam menganut paham theokrasi (berdasarkan hukum tuhan).
2. Salim Ali Al-Bahsanawi
Menurutnya, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak
bertentangan dengan islam dan memuat sisi negatif yang bertentangan

7
dengan Islam. Sisi baiknya adalah adanya kedaulatan rakyat selama tidak
bertentangan dengan islam. Sementara, sisi buruknya adalah penggunaan
hak legislatif secara bebas yang bisa mengarah pada sikap menghalalkan
yang haram dan menghalalkann yang haram.
C. HAM dalam Islam
HAM adalah hak-hak dasar manusia yang dimiliki sejak berada dalam
kandungan dan setelah lahir ke dunia (kodrat) yang berlaku secara universal dan
diakui oleh semua orang. Berhubung hak asasi manusia merupakan hak-hak dasar
yang dibawa manusia semenjak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa,
maka perlu dipahami bahwa hak asasi manusia tersebut tidaklah bersumber dari
negara dan hukum, tetapi, semata-mata bersumber dari Tuhan sebagai pencipta
alam semesta beserta isinya, sehingga hak asasi manusia itu tidak bisa dikurangi
(non derogable right). Oleh karena itu, yang diperlukan dari negara dan hukum
adalah suatu pengakuan dan jaminan perlindungan terhadap hak asasi manusia
tersebut. Salah satu kendala bagi perlindungan dan penegakan hak asasi manusia
dalam masyarakat beragama yang sedang mengalami modernisasi adalah
keraguan dalam menyikapi hubungan antara agama dan sekulerisme. Hingga kini
keduanya dipahami sebagai domain yang berbeda, bahkan, berbenturan satu
dengan yang lain. Seperti yang diketahui, sebagian besar penduduk dunia adalah
orang yang beragama. Karena itu, keengganan untuk melibatkan prespektif agama
sebagai fondasi HAM bukan berarti hanya hilangnya dukungan politik komunitas-
komunitas beragama. Akan tetapi, juga bisa menjebak melakukan perlawanan
terhadap sebagian hak-hak universal tersebut. Negara-negara Muslim sering
menjadi sasaran atas pelanggaran-pelanggaran HAM, karena banyak yang menilai
bahwa hukum atau undang-undang yang mereka terapkan banyak yang
membunuh terhadap hak-hak seseorang. Contohnya seperti pemerintah yang
diterapkan oleh Taliban yang ada di Afganistan, dimana kaum perempuan tidak
boleh keluar rumah dan bersekolah tanpa didampingi muhrimnya. Penerapan ini
sangat ditentang oleh banyak negara, terutama Eropa. Akibatnya kemudian,
pemerintah Taliban dihantam habis oleh Amerika dengan dalih menghilangkan
pemerintah yang diktator, hingga akhirnya pemerintah Taliban sudah tinggal
cerita. Dalam penerapannya, dinilai sangat diktator dan kaku (dalam presepsi
Barat), sehingga dunia Barat memberikan pencerminan bahwa Hukum Islam

8
seakan-akan seperti itu. Padahal, jika dikaji secara mendalam, maka akan kita
temukan bahwa pengertian penerapan konteks tentang HAM antara tiap-tiap
negara pasti memiliki perbedaan yang amat tajam. Tidak terkecuali pemaknaan
antara negara Barat dengan Timur juga demikian. Sebab, masing-masing
mempunyai perbedaan kultur yang amat tajam. Orang Timur Tengah tidak bisa
dipaksakan harus hidup layaknya orang Hawai, yang selalu terkenal dengan bikini
dan tariannya. Demikian juga orang Barat tidak bisa dipaksakan hidup dengan
selalu berjubah layaknya orang Arab.

Di negara Barat yang dikenal pelopor, bahkan sering memaksakan HAM


terhadap negara-negara lain, bukan berarti bersih dari pelanggaran HAM.
Misalnya saja Perancis yang baru saja telah melarang warganya untuk memakai
jilbab. Bukankah ini suatu pembunuhan terhadap hak seseorang. Demikian juga
dengan Amerika yang sampai saat ini juga masih sering memarjinalkan orang-
orang kulit hitam dan lain sebagainya, sehingga suatu kebohongan besar jika suatu
negara sudah terbebas dari pelanggaran HAM. Hukum Islam sangat menjunjung
tinggi HAM, ini bisa dipelajari mulai dari hukum pidana, perdata, ataupun yang
lainnya. Perbedaan masing-masing negara dengan penerapan hukum memang
disesuaikan dengan faktor kondisi dan situasi negara tersebut.

Pada dasarnya HAM dalam Islam terpusat pada lima hal pokok yang
terangkum dalam al-dloruriyat al-khomsah atau yang disebut juga al-huquq al-
insaniyah fi al-islam (hak-hak asasi manusia dalam Islam). Konsep ini
mengandung lima hal pokok yang harus dijaga oleh setiap individu, yaitu hifdzu
al-din (penghormatan atas kebebasan beragama), hifdzu al-mal (penghormatan
atas harta benda),hifdzu al-nafs wa al-‘ird (penghormatan atas jiwa, hak hidup dan
kehormatan individu) hifdzu al-‘aql(penghormatan atas kebebasan berpikir) dan
hifdzu al-nasl(keharusan untuk menjaga keturunan). Kelima hal pokok inilah yang
harus dijaga oleh setiap umat Islam supaya menghasilkan tatanan kehidupan yang
lebih manusiawi, berdasarkan atas penghormatan individu atas individu, individu
dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan negara
dan komunitas agama dengan komunitas agama lainnya.

9
Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum dalam Islam memberikan
penghargaan yang tinggi terhadap hak asasi manusia. Al-Qur’an sebagai sumber
hukum pertama bagi umat Islam telah meletakkan dasar-dasar HAM serta
kebenaran dan keadilan, jauh sebelum timbul pemikiran mengenai hal tersebut
pada masyarakat dunia. Ini dapat dilihat pada ketentuan-ketentuan yang terdapat
dalam Al-Qur’an, antara lain : 1.) Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 80 ayat
tentang hidup, pemeliharaan hidup dan penyediaan sarana kehidupan, misalnya
dalam Surat Al-Maidah ayat 32. Di samping itu, Al-Qur’an juga berbicara tentang
kehormatan dalam 20 ayat. 2.) Al-Qur’an juga menjelaskan dalam sekitas 150
ayat tentang ciptaan dan makhluk-makhluk, serta tentang persamaan dalam
penciptaan, misalnya dalam Surat Al-Hujarat ayat 13. 3.) Al-Qur’an telah
mengetengahkan sikap menentang kezaliman dan orang-orang yang berbuat zalim
dalam sekitar 320 ayat, dan memerintahkan berbuat adil dalam 50 ayat yang
diungkapkan dengan kata-kata : ‘adl, qisth dan qishash. 4.) Dalam Al-Qur’an
terdapat sekitar 10 ayat yang berbicara mengenai larangan memaksa untuk
menjamin kebebasan berpikir, berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi. Misalnya
yang dikemukakan oleh Surat Al-Kahfi ayat 29.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjabaran di atas dapat didefinisikan bahwa politik dalam
islam tidak jauh berbeda dengan definisi politik secara umumnya, namun
dengan menitikberatkan pada sumbernya yaitu Al-Qur'an dan hadits
sebagai sumber utama. Yang bertujuan untuk memperbaiki ahlaq manusia
dengan cara memperkenalkan agama dalam politik, atau lebih tepatnya
bukan berdasarkan pada konsep sekulerisasi seperti konsep yang
ditawarkan Barat.
Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang berusaha menerapkan
prinsip-prinsip Islam ke dalam kebijakan publik dalam
kerangka demokrasi. Dan walaupun agama dan demokrasi dianggap
sebagai hal yang berbeda bukan berarti keduanya tidak bisa dijalankan
secara berdampingan jika disesuaikan dengan nilai-nilai Islam. Adapun
elemen-elemen pokok demokrasi Islam meliputi: as-syura, al-musawah,
al-‘adalah, al-amanah, al-masuliyyah dan al-hurriyyah.
HAM adalah hak-hak dasar manusia yang dimiliki sejak berada
dalam kandungan dan setelah lahir ke dunia (kodrat) yang berlaku secara
universal dan diakui oleh semua orang.HAM merupakan anugerah dari
Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh manusia.Karena itulah Islam sangat
menjunjung HAM.
Dapat dilihat bahwa HAM adalah suatu komponen penting dalam
Islam yang harus dijalankan oleh pemeluknya bahkan Al-Qur’an telah
meletakkan dasar-dasar HAM serta kebenaran dan keadilan, jauh sebelum
timbul pemikiran mengenai hal tersebut pada masyarakat dunia.
B. Saran
Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari
pembaca. Kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang
memperbaiki makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah berikutnya
dapat penulis selesaikan dengan hasil yang lebih baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kompasiana. 2019. Politik dalam Perspektif Islam. diakses pada tanggal 03 April
2021,https://www.kompasiana.com/alibaaan/5db32d000d8230142603fd42/politik
-dalam-perspektif-islam
Almanhaj. 2014. Islam dan Politik. diakses tanggal 03 April 2021.
https://almanhaj.or.id/4150-islam-dan-politik.html
Zainuddin. 2013. Islam dan Demokrasi. diakses pada tanggal 03 April 2021.
https://www.uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/islam-dan-demokrasi.html
Masanda. 2019. Demokrasi dalam Pandangan Islam. Diakses pada tanggal 03
April 2021. http://mmi.manbaul-huda.com/2019/11/16/demokrasi-dalam-
pandangan-islam/
Idris. Saifullah. ISLAM DAN DEMOKRASI : Respon Umat Islam Indonesia
terhadap Demokrasi. diakses tanggal 03 April 2021.https://repository.ar-
raniry.ac.id/id/eprint/2204/1/Islam%20dan%20Demokrasi-Respon%20Umat
%20Islam%20Indonesia%20Terhadap%20Demokrasi.pdf
Ebook HAM dan Demokrasi dalam Islam oleh Zuman Malaka

12

Anda mungkin juga menyukai