Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN AGAMA

MAKALAH KELOMPOK VII


POLITIK ISLAM

Dosen Pembimbing : Dra. Zainurni Zein, M.Ag

Disusun oleh:
Muhammad Fakhrul Rozi 19136082

Ahmad Soleman Dongoran 19136116


Salsabila 19136101

Yustika Amanda 19136110


Ilham Yasranda 19136073

PROGRAM STUDI GEOGRAFI (NK)

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul Politik Islam.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi
ini tidak lain berkat bantuan dari teman-teman, dan kami menyampaikan ucapan
terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan tersebut sebagai ibadah, amiin yaa robbal ‘alamiin.

Padang, Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

2.1 Politik Islam ............................................................................... 3


2.2 Prinsip Dasar Politik Islam.......................................................... 3
2.3 Tujuan Politik Islam ................................................................... 5
2.4 Demokrasi dan HAM dalam Islam .............................................. 6
2.5 Konsep Masyarakat Madani ........................................................ 9

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 11


3.2 Saran .......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam merupakan agama Allah SWT sekaligus agama terakhir yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan
tujuan untuk mengubah akhlak manusia ke arah yang lebih baik di sisi Allah
SWT. Banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai ketakwaan
di sisi-Nya, salah satunya dalam bidang “Politik”. Karena politik dapat
dikatakan sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu yaitu tegaknya
Agama Allah dimuka bumi. Tidak sedikit masyarakat menganggap bahwa
politik adalah sesuatu yang negatif dan harus dijauhi. Padahal tidak
semestinya selalu begitu, bahkan politik sangat dibutuhkan dalam hidup
beragama. Andai saja kita tidak mempunyai cara untuk melakukan
pendekatan kepada Allah SWT, maka dapat dipastikan kita sebagai manusia
biasa juga tidak akan pernah mencapai kata beriman dan takwa disisi-Nya,
dikarenakan tidak akan pernah tercapai suatu tujuan jika tidak ada usaha atau
cara yang dilakukannya untuk mencapai tujuan tersebut. Realita inilah yang
harus kita ubah dikalangan masyarakat setempat, setidaknya dimulai dari
lingkungan keluarga, masyarakat, kemudian untuk bangsa dan negara kita.
Islam bukanlah suatu ilmu yang harus dipertandingkan dengan tulisan
atau dengan ceramah belaka tanpa diterapkan dalam kehidupan sehari- hari.
Karena islam sangat identik dengan sifat, pemikiran, tingkah laku, dan
perbuatan manusia dalam kehidupan sehari- hari untuk mendekatkan diri
kepada Allah dengan tujuan mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Tentunya untuk mencapai hal tersebut, kita harus mempunyai suatu
cara tertentu yang tidak melanggar ajaran agama dan tidak merugikan umat
manusia. Banyak yang beranggapan bahwa jika agama dimasukkan dalam
ranah politik, maka agama ini tidak akan murni lagi. Namun ada yang
beranggapan lain, karena jika agama tidak menggunakan suatu politik atau
cara, maka agama tersebut tidak akan sampai pada tujuannya. Kalaupun pada

1
kenyataannya banyak yang tidak berhasil, mungkin cara yang digunakan
belum sempurna dan perlu penambahan ilmu.
Untuk itulah kami sangat berharap kepada pembaca semua, semoga
setelah membaca atau membahas makalah ini, kita semua mampu menjadikan
agama islam sebagai agama yang kembali sempurna untuk mengubah akhlak
manusia ke arah yang lebih baik di sisi-Nya, Amin.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Pengertian Politik Islam
1.2.2 Prinsip Dasar Politik Islam
1.2.3 Tujuan Politik Islam
1.2.4 Demokrasi dan HAM dalam Islam
1.2.5 Konsep Masyarakat Madani

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui Pengertian Politik Islam
1.3.2 Untuk mengetahui Prinsip Dasar Politik Islam
1.3.3 Untuk mengetahui Tujuan Politik Islam
1.3.4 Untuk mengetahui Demokrasi dan HAM dalam Islam
1.3.5 Untuk mengetahui Konsep Masyarakat Madani

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Politik Islam


Politik berasal dari bahasa yunani yaitu politicos, atau dari bahasa latin
yaitu politicus yang berarti “relating to ciitizen”. Keduanya berasal dari kata
polis yang berarti kota.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan kata politik
sebagai segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dsb) mengenai
pemeintahan negara atau terhadap negara lain. Juga dalam arti “kebijakan,
cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah)”.
Sedangkan dalam islam sendiri dikenal dengan istilah as-siyasah,
berasal dari bahasa arab dari akar kata “sasa-yasusu”, yang berarti
mengemudikan, mengendalikan, mengatur, dsb (Quraish Shihab, 1999:416).
Sehingga politik secara umum diartikan sebagai ilmu mememrintah dan
mengatur negara, seni memerintah dan mengatur masyarakat. Dengan kata
lain cara atau taktik untuk mencapai suatu tujuan. Secara lebih khusus politik
diartikan sebagai kemahiran dalam menghimpun, meningkatkan kualitas dan
kuantitas, mengawasi, mengendalikan dan menggunakan kekuatan untuk
mencapai tujuan kekuasaan dalam negara dan institusi lainnya (Ruslan Abdul
Ghani, tt:h.5).

2.2 Prinsip Dasar Politik Islam


Politik islam didasarkan dalam tiga prinsip, yaitu tauhid, rislah, dan
khalifah. Tauhid berarti mengesakan Allah SWT selaku pemilik kedaulatan
atau kekuasaan tertinggi. Oleh karena itu manusia adalah sebagai pengemban
amanah dari pemilik kedaulatan tertinggi yaitu Allah SWT, sehingga semua
tindak-tanduk politik yang dilakukan setiap muslim erat kaitannya dengan
keyakinan kepada Allah SWT.
Risalah merupakan medium perantara penerimaan manusia terhadap
hukum-hukum Allah SWT. Sebagai orang yang beriman kepada risalah

3
tersebut setiap muslim berkewajiban menjadikannya sebagai pegangan hidup.
Dalam menjalankan pemerintahan, risalah berfungsi sebagai “sumber norma
dan nilai”. Dalam artian risalah adalah suber norma dan nilai dalam
melaksanakan perpolitikan.
Manusia adalah khalifah oleh Allah SWT dimuka bumi, lihat Al-Qur’an
surah Al-Baqarah ayat 30:

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para


malaikat, Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. Mereka
berkata, Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang
merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami
bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? Dia
berfirman, Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui". (QS. Al-Baqarah 2:30).

Khalifah berarti pemimpin atau “wakil Allah SWT” di muka bumi.


Oleh karena itu khalifah dituntut untuk melakukan tugas kekhalifahan dengan
baik dan maksimal sesuai aturan-aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT
yaitu mengurus dan mengatur kehidupan di bumi termasuk dalam masalah
pemerintahan.
Dalam pelaksanaan politik, islam juga memiliki norma-norma yang
harus diperhatikan. Berfungsi sebagai pembeda politik islam dengan sistem
politik lainnya. Norma–norma tersebut adalah:
1. Politik merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan, bukan sebagai
tujuan akhir ataupun satu-satunya.
2. Politik islam berhubungan dengan kemaslahatan umat.
3. Kekuasaan mutlak adalah milik Allah SWT.
4. Manusia diberi amanah sebagai khalifah untuk mengatur alam ini secara
baik.
5. Pengangkatan pemimpin didasari oleh prinsip musyawarah.

4
6. Ketaatan kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah
SWT dan Rasul dan,
7. Islam tidak menentukan secara eksplisit bentuk pemerintahan negara.

Seperti yang teradapat dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 58-59:

"Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat


kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu
menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu
menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik
yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha
Mendengar, Maha Melihat". (QS. An-Nisa, 4:58).

"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan


taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang
kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada
Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS.
An-Nisa, 4:59).

2.3 Tujuan Politik Islam


Tujuan sistem politik Islam adalah untuk membangun sebuah sistem
pemerintahan dan kenegaraan yang tegak atas dasar untuk melaksanakan
seluruh hukum syariat Islam. Tujuan utamanya ialah menegakkan sebuah

5
negara Islam atau Darul Islam. Dengan adanya pemerintahan yang
mendukung syariat, maka akan tegaklah Ad-Din dan berterusteranglah segala
urusan manusia menurut tuntutan-tuntutan Ad-Din tersebut. Para fuqaha
Islam telah menggariskan 10 perkara penting sebagai tujuan dari sistem
politik dan pemerintahan Islam:
1. Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh
ulama salaf dari kalangan umat Islam.
2. Melaksanakan proses pengadilan dikalangan rakyat dan menyelesaikan
masalah dikalangan orang-orang yang berselisih.
3. Menjaga keamanan daerah-daerah Islam agar masyarakatnya dapat hidup
dalam keadaan aman dan damai.
4. Melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan syarak demi
melindungi hak-hak manusia.
5. Menjaga perbatasan negara dengan berbagai persenjataan untuk
menghadapi kemungkinan serangan dari pihak luar.
6. Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
7. Mengendalikan urusan pengutipan infak, zakat, dan sedekah
sebagaimana yang ditetapkan syarak.
8. Mengatur anggaran belanja dan perbelanjaan dari pada perbendaharaan
negara agar tidak digunakan secara boros atau kikir.
9. Melantik pegawai-pegawai yang cakap dan jujur dalam mengawal
kekayaan negara dan menguruskan hal-hal administrasi negara.
10. Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yang rapi dalam hal-hal
awam demi untuk memimpin negara dan melindungi Ad-Din (Agama).

2.4 Demokrasi dan HAM dalam Islam


2.4.1 Demokrasi dalam Islam
Demokrasi dalam kerangka konseptual islam, banyak
memberikan perhatian pada aspek khusus dari ranah sosial dan politik.
Demokrasi islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan kosep-
konesp islami yang sudah lama berakar yaitu musyawarah (syura),
persetujuan (ijma’), dan penilaian interpretatif yang mandiri (ijtihad).

6
Perlunya musyawah merupakan konsekuensi politik
kekhalifahan manuasia. Masalah musyawarah ini dengan jelas
terdapat dalam Al-Qur’an surah Asy-Syura ayat 38, yang isinya
berupa perintah kepada para pemimpin dalam kedudukan apapun
untuk menyelesaikan urusan meraka yang dipimpinnya dengan cara
bermusyawarah.

"Dan (bagi) orang-orang yang menerima


(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka." (QS. Asy-Syura, 42:38).

Dengan demikian tidak akan terjadi kesewenang-wenangan dari


seorang pemimpin terhadap rakyat yang dipimpinnya. Oleh karena itu
“perwakilan rakyat” dalam sebuah negara islam tercermin terutama
dalam doktrin musyawarah (syura).
Disamping musyawarah ada hal lain yang sangat penting, yakni
konsensus atau ijma’. Konsensus memainkan peranan dalam
menentukan perkembangan hukum islam dan mamberikan sumbangan
yang sangat besar pada tafsir hukum.
Pengertian yang lebih luas, konsensus dan musyawarah sering
dipandang sebagai landasan yang efektif bagi demokrasi islam
moderen. Selain syura dan ijma’, ada konsep yang sangat penting
dalam demokrasi islam, yakni ijtihad. musyawarah, konsensus, dan
ijtihad bahkan konsep-konsep yang sangat penting bagi artikulasi
demokrasi islam dalam kerangka keesaan Allah dan kewajiban-
kewajiban manusia sebagi khalifahnya.

7
Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan maknanya
namun lepas dari ramainya perdebatan maknanya di dunia islam,
istilah-istilah ini memberikan landasan yang efektif untuk memahami
antara islam dan demokrasi di dunia kontemporer (John L.Esposito,
1999:36).

2.4.2 HAM dalam Islam


Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai suatu hak dasar yang
melekat pada diri tiap manusia. Ada perbedaan prinsip antara hak-hak
asasi manusia dilihat dari sudut pandangan barat dan islam. Hak asasi
manusia menurut pandangan barat bersifat antroposentris, artinya
segala sesuatu berpusat kepada manusia. Sebaliknya, hak-hak asasi
manusia dilihat dari sudud pandangan islam bersifat theosentris,
artinya segala sesuatu berpusat kepada Allah SWT. Dengan demikian
tuhan sangat dipentingkan. Dengan kata lain, berbeda dengan
pendekatan barat sedangkan strategi islam sangat mementingkan
penghargaan pada hak-hak asasi kemerdekaan dasar manusia sebagai
sebuah aspek kualitas dari kesadaran keagamaan yang terpatri didalam
hati, pikiran, dan jiwa penganut-penganutnya. Perspektif islam
sungguh-sungguh bersifat theosentris.
Dalam konsep islam seseorang hanya mempunyai kewajiban
atau tugas kepada Allah SWT karena ia harus mematuhi hukumnya.
Namun secara paradoks, didalam tugas-tugas inilah terdapat semua
hak dan kemerdekaannya. Menurut ajaran islam, manusia mengakui
hak-hak dari manusia lain, karana hal itu merupakan sebuah
kewajiban yang dibebankan oleh hukum agama untuk mematuhi Allah
SWT. Oleh karena itu hak asasi manusia dalam islam tidak semata-
mata menekankan pada hak asasi manusia saja, akan tetapi hak-hak itu
dilandasi kewajiaban hak asasi manusia untuk mengabdi kepada Allah
SWT sebagai penciptanya.
Kewajiban yang diperuntatkan kepada umat manusia dapat
dibagi kedalam dua kategori yaitu huququllah dan huququl ‘ibad

8
(hak-hak manusia) merupakan kewajiban-kejaiban manusia terhadap
sesamanya dan terhadap makhluk-makhluk Allah lainnya.

2.5 Konsep Masyarakat Madani


Masyarakat madani adalah masyarakat yang menjadikan nilai nilai
peradaban sebagai ciri utama. Masyarakat madani menjadi simbol idealisme
yang diharapkan oleh setiap masyarakat. Di dalam Al Qur-an , Allah SWT
memberikan ilustrasi masyarakat ideal, sebagai gambaran dari masyarakat
madani dengan firmannya dalam Al Quran yang artinya negerimu, adalah
negeri yang baik dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Pengampun (QS.
Saba’: 15).

"Sungguh, bagi kaum Saba' ada tanda (kebesaran Tuhan) di


tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah
kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan),
Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan)
Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu)
adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu)
adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". (QS. Saba', 34:15).

Karakteristik masyarakat madani yang ideal sebagai berikut:


1. Bertuhan
2. Damai
3. Tolong-menolong
4. Toleran
5. Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban sosial
6. Berperadaban tinggi
7. Berakhlak mulia.

9
Dalam konteks masyarakat Indonesia, dimana orang islam adalah
mayoritas sehingga kondisi masyarakat sangat bergantung pada kontribusi
dari umat islam. Yaitu dapat direalisasikan melalui jalur hukum, sosial,
politik, ekonomi, dll.
Permasalahan pokok yang masih menjadi kendala saat ini adalah
kemampuan dan konsistensi umat islam Indonesia terhadap karakter
dasarnya untuk mengimplementasikan ajaran islam dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sikap Amar Makhruf dan Nahi Mungkar juga
masih sangat lemah. Hal itu dapat dilihat dari fenomena-fenomena sosial
yang bertentangan dengan ajaran islam, seperti angka kriminalitas yang
tinggi, korupsi yang terjadi di semua sektor, kurangnya rasa aman, dan lain-
lain. Bila umat islam Indonesia benar benar mencerminkan sikap hidup yang
islami pasti bangsa Indonesia mejadi bangsa yang sejati.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Politik ialah cara atau taktik untuk mencapai satu tujuan yang
berhubungan dengan berbagai cara dalam pencapaian tujuan hidup
manusia. Politik secara khusus penekanannya terhadap kekuasaan dan
pemerintahan.
3.1.2 Hak Asasi Manusia dalam islam adalah hak dasar yang melekat pada
diri tiap manusia tanpa perbedaan antara yang satu dengan yang lain
dan diakui karena hal itu merupakan sebuah kewajiaban yang
dibebankan oleh hukum islam untuk mematuhi Allah SWT, sehingga
tidak semata-mata menekankan kapada Hak Asasi Manusia saja tetapi
dilandasi oleh kewajiban untuk mengabdi kepada Allah SWT sebagai
penciptanya.
3.1.3 Demokrasi dalam islam yaitu kebebasan berdasarkan kedaulatan mutlak
dan keesaan Allah yang terkandung dalam konsep tauhid dan peranan
manusia sebagai pengemban kekuasaan dimuka bumi sebagai
kebebasan.
3.1.4 Masyarakat madani merupakan masyarakat yang ideal dengan
karakteristik bertuhan, damai, tolong-menolong, toleransi,
keseimbangan antara hak dan kewajiban, berperadaban tinggi dan
berakhlak mulia, sehingga sikap amar ma’ruf dan nahi mungkar bisa
terlaksana dalam kehidupan sehari-hari.

3.2 Saran
Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, sudah sepatutnya
memiliki peran utama dalam kehidupan politik sebuah negara. Untuk menuju
ke arah integrasi kehidupan masyarakat, negara dan Islam diperlukan ijtihad
yang akan memberikan pedoman bagi anggota parlemen atau politisi dalam
menjelaskan hujjahnya dalam berpolitik. Dan interaksi umat Islam yang
hidup dalam alam modern ini dengan politik akan memberikan pengalaman

11
dan tantangan baru menuju masyarakat yang adil dan makmur. Berpolitik
yang bersih dan sehat akan menambah kepercayaan masyarakat khususnya di
Indonesia bahwa memang Islam mengatur seluruh aspek mulai ekonomi,
sosial, militer, budaya sampai dengan politik.

12
DAFTAR PUSTAKA

H.S, Nasrul, dkk. 2010. Pendidikan Agama Islam Bernusnsa Soft Skills Untuk
Perguruan Tinggi Umum. Padang: UNP Press.
Anwar, Fuadi, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum
Untuk Pengembangan Kepribadian. Padang: UNP Press.

M, Dhianddin Rais. 2001. Teori Politik Islam. Jakarta: Gema Insani.

Nurcholish, Madjid. 1999. Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi. Jakarta:


Paramadina.

13

Anda mungkin juga menyukai