Anda di halaman 1dari 12

APLIKASI PENELITIAN SYARAH HADIS TAHLILI

(Hadis tentang Politik)

“Diajukan Untuk Melengkapi tugas pada mata kuliah Hadis Tahlili”

Dosen Pengampu :

Siti Ardianti, M.Ag

Disusun Oleh: Kelompok 11

Mutiara Hasanah Nindi Puller (0406192010)

Rois Hamid Siregar (0406192034)

M. Abdillah hakim Koto (04061920…)

PRODI ILMU HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi ALLAH tuhan semesta alam, atas karunia nikmat Iman, islam,
Kesehatan dan kelapangan waktu yang diberikan-Nya. Akhirnya kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul “Aplikasi Penelitian Syarah Hadis Tahlili (Hadis tentang
Politik) ”. Tidak lupa pula kita bersholawat kepada baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam
dan Salam kepadanya, dengan mengucapkan Allahumma Shalli ‘ala Sayyidina Muhammad Wa
‘ala Ali Sayyidina Muhammad, Assalamu’alaika Yaa Rasulullah. Karena kalau tanpa
bersholawat kepada Nabi, maka tiada lah keberkahan dalam makalah yang disusun ini.
Selesainya makalah ini disusun, tidak lepas dari bantuan berbagai belah pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini, izinkan penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu. Jazakallahu Khairan Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan.

Kemudian makalah yang kami selesaikan ini tentu pastinya masih jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran atau masukkan sangat penulis harapkan untuk perbaikan
yang lebih baik lagi dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca, khususnya teman-teman mahasiswa/i dan menambah wawasan bagi para pembaca
semuanya. Aamiin.

Medan, 11 Desember 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................................1
C. Tujuan Penuliasan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3

A. Defini dari Politik.............................................................................................................3


B. Dalil Berpolitik Dalam Islam...........................................................................................4
C. Politik dam Padandangan Cendekiawan dan Ulama....................................................4
D. Prinsip-prinsip Dasar Politik Islam................................................................................6
E. Tujuan Politik...................................................................................................................7

BAB III PENUTUP....................................................................................................................8

A. KESIMPULAN.................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Politik senantiasa diperlukan oleh masyarakat di negara manapun. Ia merupakan
upaya untuk memelihara urusan umat di dalam dan di luar negeri. Jika memandang seseorang
dalam sosoknya sebagai manusia (sifat manusiawinya), ataupun sebagai individu yang hidup
dalam komunitas tertentu, maka sebenarnya ia bisa disebut sebagai seorang politikus.
Didalam hidupnya manusia tidak pernah berhenti dan mengurusi urusannya sendiri, urusan
orang lain yang menjadi tanggung jawabnya, urusan bangsanya, ideologi dan pemikiran-
pemikirannya. Oleh karena itu setiap individu, kelompok, organisasi ataupun negara
yangmemperhatikan urusan umat (dalam lingkup negara dan wilayah-wilayah mereka)
bisa disebut sebagai politikus. Dapat dikenali hal ini dari tabiat aktivitasnya, kehidupan
yang mereka hadapi serta tanggung jawabnya. Islam sebagai agama yang mengurusi
ibadah mahdloh individu saja. Berpolitik adalah hal yang sangat penting bagi kaum muslimin.
Didalam negeri, kaum muslimin harus memperhatikan, apakah urusan umat dapat terpelihara
dengan baik oleh negara. Mulai dari penerapan hukum pemerintahan, ekonomi, kesehatan,
pendidikan, keamanan, aturan interaksi antar individu pria dan wanita serta seluruh
kepentingan umat lainnya. Dengan demikian memperhatikan politik ini berarti menyibukkan diri
dengan urusan-urusan kaum muslimin secara umum. Yaitu memperhatikan kondisi kaum
muslimin dari segi peranan pemerintah dan penguasa terhadap mereka. Jika melihat kondisi
politik yang ada sekarang ini sangatlah memprihatinkan, politik yang hanya mentuhankan uang
dan tidak membawa kaidah apapun bagi negeri ini. Hal ini dikarenakan tidak diterapkannya
nilai-nilai dasar politik dalam ajaran Islam. Dimana nilai-nilai tersebut mencakup segala
peraturan tentang berpolitik dengan menjauhkan dari segala larangan Allah SWT dan
menerapkan sistem politik yang ada pada zaman Rasulullah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Politik ?
2. Apa saja dalil hadis tentang politik ?
3. Bagaimana pendapat para ulama mengenai politik islam ?
4. Apa saja prinsip-prinsip dasar dari politik ?

1
5. Apa saja tujuan dari system politik ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ilmu politik
2. Untuk mengetahui dalil hadis tentang politik
3. Untuk mengetahui pendapat para ulama mengenai politik islam
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar dari politik
5. Untuk mengetahui ujuan dari system politik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dari Politik


Secara umum telah banyak sekali pengertian tentang politik yang diberikan para sarjana
politik. Diantara pengertian politik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menurut Asad (1954), politik adalah menghimpun kekuatan; meningkatkan kualitas dan
kuantitas kekuatan; mengawasi dan mengendalikan kekuatan dan menggunakan kekuatan,
untuk mencapai tujuan kekuasaan dalam Negara dan institusi lainnya.
2. Bluntschli (1935) memandang politik sebagai "Politik is more an art a science and to do with
the practical conduct or guidance of the state" (Politik lebih merupakan seni dari pada ilmu
tentang pelaksanaan tindakan dan pimpinan (praktis negara)).
3. Isjwara (1967) mencatat beberapa arti tentang politik dari sejumlah ahli. Diantaranya adalah
Loewenstein yang berpendapat "Politik is nicht anderes als der kamps um die Macht" (politik
tidak lain merupakan perjuangan kekuasaan).

Politik Islam di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh sebab itu, di
dalam buku-buku para ulama dikenal istilah siyasah syar’iyyah. Dalam Al-Muhith,siyasah
berasal dari kata sâsa -yasûsu. al-Siyasah juga berarti mengatur, mengendalikan, mengurus, atau
membuat keputusan, mengatur kaum, memerintah, dan memimpinya. Secara tersirat dalam
pengertian siyasah terkandung dua dimensi yang berkaitan satu sama lain, yaitu:

1. “Tujuan” yang hendak di capai melalui proses pengendalian.


2. “Cara” pengendalian menuju tujuan tersebut.

Secara istilah politik islam adalah pengurusan kemaslahatan umat manusia sesuai
dengan syara’. Pengertian siyasah menurut Ibn A’qil, sebagaimana yang dikutip oleh Ibnu
Qayyim, politik Islam adalah segala perbuatan yang membawa manusia lebih dekat kepada
kemaslahatan dan lebih jauh dari kemafsadatan, sekalipun Rasullah tidak menetapkannya dan
(bahkan) Allah SWT tidak menentukanya. Pandangan politik menurut syara’, realitanya pasti
berhubungan dengan masalah mengatur urusan rakyat baik oleh negara maupun rakyat. Sehingga
definisi dasar ini bersifat netral. Hanya saja tiap ideology (kapitalisme, sosialisme, dan Islam)
punya pandangan tersendiri tentang aturan dan hukum mengatur sistem politik mereka.hal inilah

3
yang membuat pengertian politik yang mengandung pandangan hidup tertentu dan tidak lagi
“netral”.

B. Dalil Berpolitik Dalam Islam


Rasulullah SAW sendiri menggunakan kata politik (siyasah) dalam sabdanya:

"Adalah Bani Israil, mereka diurusi (siyasah) urusannya oleh para nabi (tasusuhumul anbiya).
Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi setelahku,
namun akan ada banyak para khalifah." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Jelaslah bahawa politik atau siyasah itu bermakna adalah mengurusi urusan masyarakat.
Rasulullah SAW.bersabda : "Siapa saja yang bangun dipagi hari dan dia hanya memperhatikan
urusan dunianya, maka orang tersebut tidak berguna apa-apa di sisi Allah, dan barang siapa
yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslimin, maka dia tidak termasuk golongan mereka
(iaitu kaum Muslim). (Hadis Riwayat Thabrani)

C. Politik dalam Pandangan Cendekiawan dan Ulama


Ibnu Taimiyyah mengutip Khalid Ibrahim Jindan berpendapat bahwa kedudukan agama
dan Negara “Saling berkelindan, tanpa kekuasaan negara yang bersifat memaksa, agama berada
dalam bahaya, sementara tanpa wahyu, Negara pasti menjadi sebuah organisasi yang tiranik.”
Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa kekuasaan penguasa merupakan tanggung jawab
yang harus dipenuhi dengan baik. Penguasa harusmengurusi rakyatnya seperti yang dilakukan
pengembala yang dilakukan kepadagembalaanya. Penguasa disewa rakyatnya agar bekarja
untuk kepentingan meraka, kewajiban timbal balik kepada kedua belah pihak menjadikan
perjanjian dalam bentuk kemitraan.
Pendapat Ibnu Aqil seperti yang dikutip Ibnu Qayyim mendefinisikan : “Siyasah
syar’iyyah sebagai segala perbuatan yang membawa manusia lebih dekat kepada kemaslahatan
dan lebih jauh dari kerusakan, sekalipun Rasul tidak menetapkan dan Allah tidak mewahyukan.
Siyasah yang merupakan hasil pemikiran manusia ttersebut harus berlandaskan kepada etika
agama dan memperhatikan prinsip-prinsip umum syariah”.
Menurut Al-Ghazali melukiskan hubungan antara agama dengan kekuasaan politik
dengan ungkapan : “Sultan (disini berarti kekuasaan politik) adalah wajib untuk ketertiban
dunia; ketertiban dunia wajib untuk ketertiban agama; ketertiban agama wajib bagi

4
keberhasilandi akhirat. Inilah tujuan sebenarnya para Rasul.. Jadi wajib adanya imam
merupakan kewajiban agama dan tidak ada jalan untuk meninggalkannya.”
Sedangkan definisi Siyasah Syar’iyah menurut Abdul Wahhab Khallaf adalah
“Pengaturan urusan pemerintahan kaum Muslimin secara menyeluruh dengan cara mewujudkan
maslahat, mencegah terjadinya kerusakan (mafsadat) melalui batasan-batasan yang ditetapkan
syara’ dan prinsip-prinsip umum Syariah (maqosidhus syari’ah) hal itu tidak ada dalam
ketetapan nash dan hanya menyandarkan pendapat para imam mujtahij”.
Al-Farabi mengemukakan syarat-syarat pemimpin Islam yang baik dan dipandang patut
dijadikan contoh, yaitu :
1. Ia haruslah seorang hakim.
2. Harus berpengetahuan luas dan mampu memelihara undang-undang, adad istiadat,
kebiasaan, tradisi, dan etika.
3. Harus mampu menaarik kesimpulan baru untuk konsep yang bukan dan belum diciptakan
oleh para pendahulunya.
4. Harus memiliki pertimbangan baik dalam menyimpulkan undang-undang baru dan
berupaya menigkatkan kesejahteraan Negara.
5. Ia harus mampu menjadi panutan bagi masyarakat yang ia pimpin.
6. Ia harus memiliki fisik yang kuat dalam rangka mengemban tugas-tugas perang,
menjadi pimpinan militer dan menguasai seni berperang.

Definisi dan pembahasan ruang lingkup politik Islam (as-siyasah syar’iyyah) dalam
pandangan para ulama dan cendekiawan Islam setidaknya mencakup tiga isu utama, yakni :
1) Paradigma dan konsep politik dalam Islam, yang secara garis besar mencakup kewajiban
mewujudkan kepemimpinan Islami (khalifah) dan kewajiban menjalankan Syariah Islam
(Hukum Islam).
2) Regulasi dan ketetapan hukum yang dibuat oleh pemimpin atau imam dalam rangka
menangkal dan membasmi kerusakan serta memecahkan masalah-masalah yang bersifat
spesifik, yang masuk dalam pembahasan fiqh siyasah.
3) Partisipasi aktif setiap Muslim dalam aktivitas politik baik dalam rangka mendukung
maupun mengawasi kekuasaan.

5
D. Prinsip-Prinsip Dasar Politik Islam
1. Musyawarah
Asas musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua negara
dan orang-orang yang akan menjawab tugas-tugas utama dalam pentadbiran ummah. Asas
musyawarah yang kedua adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan
undang-undang yang telah dimaktubkan didalam Al-Quran dan As-Sunnah. Asas musyawarah
yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan bagi menentukan perkara-perkara baru yang
timbul di kalangan ummah melalui proses ijtihad.

2. Keadilan
Dalam pelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam sistem politik
Islam meliputi dan merangkumi segala jenis perhubungan yang berlaku dalam kehidupan
manusia. Kewajiban berlaku adil dan menjauhi perbuatan zalim adalah di antara asas utama
dalam sistem sosial Islam, maka menjadi peranan utama system politik Islam untuk memelihara
asas tersebut.

3. Kebebasan
Kebebasan yang diipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan yang makruf
dan kebajikan yang sesuai dengan Al–Qur’an dan Hadist. Menegakkan prinsip kebebasan yang
sebenarnya adalah tujuan terpenting bagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta menjadi
asas-asas utama bagi undang-undang perlembagaan negara Islam.

4. Persamaan
Persamaan terdiri dari pada persamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak,
persamaan dalam memikul tanggung jawab menurut peringkat-peringkat yang ditetapkan oleh
undang-undang perlembagaan dan persamaan berada di bawah kuat kuasa undang-undang.

5. Hak Menghisab Pihak Pemerintah


Hak rakyat untuk menghisab pihak pemerintah dan hak mendapat penjelasan terhadap
tindak tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada kewajipan pihak pemerintah untuk melakukan
musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan dan pentadbiran negara dan ummah.
Hak rakyat untuk disurakan adalah berartii kewajipan setiap anggota dalam masyarakat untuk
menegakkan kebenaran dan menghapuskan kemungkaran.

6
6. Kedaulatan Tertinggi atas Alam Semesta dan Hukumnya hanya Berada di Tangan
Allah Semata.
Dasar kekuatan politik Islam yang pertama adalah Allah SWT, tidak ada seorangpun
yang memeliki kekuasaan mutlak. Kekuasaan manusia hanya bersifat temporal karena yang
berkuasa secara mutlak adalah Allah SWT, Tuhan semsta alam, Tuhan langit dan bumi.
Kekuasaan Allah tidak bisa dibatasi oleh kekuatan hukum yang ada, karena Ia sendiri adalah
sumber dari hukum tersebut

E. Tujuan Politik
Para fuqaha Islam telah menggariskan 10 perkara penting sebagai tujuan kepada sistem
politik dan pemerintahan Islam :

1. Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh ulama salaf dari
pada kalangan umat Islam.
2. Melaksanakan proses pengadilan dikalangan rakyat dan menyelesaikan masalah dikalangan
orang-orang yang berselisih.
3. Menjaga keamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan aman dan
damai..
4. Melaksanakan hukuman-hukuman yang telah ditetapkan syarak demi melindungi hak-hak
manusia.
5. Menjaga perbatasan negara dengan berbagai persenjataan bagi menghadapi kemungkinan
serangan dari pada pihak luar.
6. Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
7. Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekah sebagaimana yang ditetapkan
syarak.
8. Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan dari pada perbendaharaan negara agar tidak
digunakan secara boros atau kikir
9. Melantik pekerja yang jujur untuk mengawal harta negara dan menguruskan hal ihwal
pentadbiran Negara.
10. Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yang rapi dalam hal ihwal awam untuk
memimpin negara dan melindungi Ad-Din.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Politik Islam adalah segala perbuatan yang membawa manusia lebih dekat kepada
kemaslahatan dan lebih jauh dari kemafsadatan, sekalipun Rasullah tidak menetapkannya
dan (bahkan) Allah SWT tidak menentukanya.
2. Definisi dan pembahasan ruang lingkup politik Islam (as-siyasah syar’iyyah) dalam
pandangan para ulama mencakup tiga isu utama, yakni :
1) Paradigma dan konsep politik dalam Islam, yang secara garis besar mencakup
kewajiban mewujudkan kepemimpinan Islami (khalifah) dan kewajiban menjalankan
Syariah Islam (Hukum Islam).
2) Regulasi dan ketetapan hukum yang dibuat oleh pemimpin atau imam dalam
rangka menangkal dan membasmi kerusakan serta memecahkan masalah-masalah
yang bersifat spesifik, yang masuk dalam pembahasan fiqh siyasah.
3) Partisipasi aktif setiap Muslim dalam aktivitas politik baik dalam rangka
mendukung maupun mengawasi kekuasaan.
3. Adapun Prinsip dasar politik islam meliputi: Musyawarah, keadilan, kebebasan,
persamaan, hak menghisab pihak pemerintah, kedaulatan tertinggi atas alam semesta dan
hukumnya hanya berada ditnagn allah semata.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Mu’in Salim,Fiqih Siyasah:Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al Quran, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2002.

Abul A’la Al-Maududi, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam, Bandung: Mizan, 1995.

Abd. Mu’in Salim, Fiqih Siyasah : Konsepsi KekuasaanPolitik dalam Al Quran, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2002.

Djazuli, Fiqih Siyasah Implementasi Kemaslahatan Umat Rambu-rambu Syariah, Jakarta:


Prenada Media Grup, 2007.

Mumtaz Ahmad, Maslah-masalah Teori Politik Islam, Bandung : Mizan, 1996.

Anda mungkin juga menyukai