Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AGAMA ISLAM

Politik Kontribusi Agama dalam Kehidupan Berpolitik


DOSEN PENGAMPU: BAGINDA H. SIREGAR, M.Pd. I

Disusun oleh :
1. Dewi Lutvia Afriyanti
2. Yola Erlina

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM


JL. CUMI NO.37 TANJUNG PRIOK JAKARTA UTARA
2020

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan karunia dan rahmat-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan judul “Kontribusi
Agama Dalam Kehidupan Politik” sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Agama Islam.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
kebaikan yang akan datang.
Demikian yang dapat penulis sampaikan semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan bagi kita semua.

Jakarta, 2 Oktober 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
BAB II ISI................................................................................................................6
A. Pengertian Politik dan Politik Dalam Islam..................................................6
B. Kontribusi Agama Dalam Bidang Politik.....................................................7
C. Politik yang Dilakukan Rasulullah SAW......................................................8
D. Hadits Tentang Politik................................................................................11
E. Norma Politik dalam Islam.........................................................................12
F. Syarat Kepemimpinan Politik dalam Islam................................................14
BAB III PENUTUP...............................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama adalah prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan aturan-aturan syariat
tertentu. Dapat dikatakan bahwa agama adalah sebuah kepercayaan. Agama merupakan aspek
yang sangat penting dalam kehidupan. Dengan adanya agama membuat hidup manusia
menjadi teratur dan terarah. Agama dalam hal ini agama Islam mengatur kehidupan umatnya
di berbagai aspek seperti ekonomi, sosial, bidaya, politik, pendidikan, akhlak, ilmu
pengetahuan dan lain sebagainya.
Islam merupakan agama Allah SWT sekaligus agama yang terakhir yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan tujuan untuk mengubah akhlak
manusia ke arah yang lebih baik di sisi Allah SWT. Nabi Muhammad SAW dalam
menyebarkan agama Islam di kalangan umatnya tidak menggunakan cara yang sembarang.
Tapi dengan menggunakan startegi-strategi yang disesuaikan dengan masyarakat di zaman itu.
Startegi-strategi dakwah tersebut tanpa disadari berupa sesuatu yang bersifat politik.
Politik adalah hal-hal yang berkenaan dengan tata Negara, urusan yang mencakup
siasat dalam pemerintahan negara atau terhadap negara lain. Dengan melihat pengertian
politik tersebut startegi-startegi dakwah yang digunakan Rasulullah SAW adalah politik
Islam. Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyâsah, artinya: mengurusi urusan,
melarang, memerintah Nabi Muhammad SAW. menggunakan istilah politik (siyâsah) dalam
salah satu hadisnya:
“Bani Israil itu diurusi urusannya oleh para nabi (tasûsu hum al-anbiyâ’). Ketika seorang
nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada
banyak khalifah.” (HR Muslim).
Politik artinya mengurusi urusan umat. Berkecimpung dalam dunia politik berarti
memperhatikan kondisi kaum Muslim dengan cara menghilangkan kezaliman penguasa dan
melenyapkan kejahatan kaum kafir atas mereka.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah dalam makalah ini adalah
1. Pengertian politik dalam Islam?
2. Apakah kontribusi agama dalam kehidupan politik?
3. Bagaimana politik yang dilakukan Rasulullah SAW?
4. Apa saja Hadits tentang politik?
5. Apa saja norma politik dalam Islam?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui apa itu politik dalam Islam
2. Mengetahui kontribusi agama dalam kehdupan politik
3. Mengetahui politik yang dugunakan oleh Rasulullah SAW
4. Mengetahui hadits tentang politik
5. Mengetahui norma politik dalam Islam
BAB II
ISI

A. Pengertian Politik dan Politik Dalam Islam


Perkataan politik berasal dari bahasa Latin politicus dan bahasa Yunani politicos,
artinya (sesuatu yang) berhubungan dengan warga negara atau warga kota. Kedua kata itu
berasal dari kata polis maknanya kota. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989),
pengertian politik sebagai kata benda ada tiga. Jika dikaitkan dengan ilmu artinya (1)
pengetahuan mengenai kenegaraan (tentang sistem pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan),
(2) segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan
atau terhadap negara lain dan (3) kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau
menangani suatu masalah). Karena maknanya yang banyak itu, dalam kepustakaan ilmu
politik bermacam-macam definisi tentang politik. Keaneka macaman definisi itu, disebabkan
karena setiap sarjana ilmu politik hanya melihat satu aspek atau satu unsur politik saja.
Menurut Miriam Budiardjo ada lima unsur sebagai konsep pokok dalam politik, yaitu: (1)
negara, (2) kekuasaan, (3) pengambilan keputusan, (4) kebijaksanaan (kebijakan), dan (5)
pembagian dan penjatahan nilai-nilai dalam masyarakat. Kelima unsur politik yang
dikemukakannya itu berdasarkan definisi politik yang dirumuskannya. la menyatakan bahwa
"politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara)
yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan sistem itu dan melaksanakan tujuan-
tujuan itu."
Politik Islam merupakan aktivitas politik sebagian umat Islam yang menjadikan Islam
sebagai acuan nilai dan basis solidaritas berkelompok. Pendukung perpolitikan ini belum
tentu seluruh umat Islam, karenanya mereka dalam kategori politik dapat disebut sebagai
kelompok. Politik Islam, juga menekankan simbolisme keagamaan dalam berpolitik, seperti
menggunakan lambang Islam, dan istilah-istilah keislaman dalam peraturan dasar organisasi,
khittah perjuangan, serta wacana Politik Model Islam Struktural bisa melalui Islam Politik
(partai politik) atau juga tidak melalui partai (Nasiwan, 2003:101).
Islam menyebut politik dengan istilah Siyasah. Jika yang dimaksud politik adalah
siyasah mengatur segenap urusan umat, maka Islam sangat menekankan pentingnya siyasah.
Bahkan Islam sangat mencela orang-orang yang tidak mau tahu terhadap urusan umat.
Tetapi jika siyasah diartikan sebagai orientasi kekuasaan, maka sesungguhnya Islam
memandang kekuasaan hanya sebagai sarana menyempurnakan pengabdian kepada Allah.
Tapi Islam hanya menjadi sarana dalam masalah kekuasaan.
Sebagian orang seringkali menilai istilah politik Islam diartikan sebagai politik
menurut perspektif Islam, hal itu sebagai bentuk kewajaran karena dalam dunia nyata kita
selalu disuguhkan praktik politik yang kurang atau sama sekali menyimpang dari ajaran
Islam. Sehingga muncul pertanyaan apakah politik Islam itu ada? Apakah Islam punya konsep
khusus tentang politik yang berbeda dengan konsep politik pada umumnya?
Sampai batasan tertentu, Islam memang memiliki konsep yang khas tentang politik.
Akan tetapi, tentu saja Islam tetap terbuka terhadap berbagai konsep politik yang senantiasa
muncul untuk kemudian bisa melengkapi konsep yang sudah ada, sepanjang tidak
bertentangan dengan konsep Islam yang sudah ada.
Sifat terbuka Islam dalam masalah politik ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa
Islam tidaklah menetapkan konsep politiknya secara amat rinci. Dalam hal ini, Islam memang
harus memiliki corak politik. Akan tetapi, politik bukanlah satu-satunya corak yang dimiliki
oleh Islam. Sebab jika Islam hanya bercorak politik tanpa ada corak Iain yang seharusnya ada,
maka Islam yang demikian ialah Islam yang parsial.
Pertama adalah hukum (yang ditetapkan) Tuhan dan kedua adalah hukum buatan
manusia. Hukum buatan manusia harus bersandar dan tidak boleh bertentangan dengan
hukum Tuhan yang terdapat dalam Al-Qur'an seperti yang telah disebutkan di atas.
Politik, kekuasaan dan hukum tersebut di atas sangat erat hubungannya dengan
manusia. Al-Qur'an memperkenalkan konsep tentang manusia dengan menggunakan istilah-
istilah antara lain insan dan basyar. Masing-masing istilah berhubungan dengan dimensi yang
berbeda yang dimiliki manusia. Insan menunjuk pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial
budaya dan ekonomi yaitu makhluk yang memiliki kodrat hidup bermasyarakat dan
berpotensi (berkemampuan) mengembangkan kehidupannya dengan mengolah dan
memanfaatkan alam lingkungannya menurut pengetahuan yang diperolehnya. Sedangkan
basyar berkenaan dengan hakikat manusia sebagai makhluk politik yakni makhluk yang diberi
tanggung jawab dan kemampuan untuk mengatur kehidupannya dengan menegakkan hukum-
hukum dan ajaran-ajaran agama.

D. Kontribusi Agama Dalam Bidang Politik.


Agama itu sangat penting disegala aspek kehidupan umat manusia selain itu agama
juga agama berperan untuk menenangkan jiwa dan raga. Dengan agama yg kita yakini hidup
akan lebih baik dan indah. Dengan agama kita akan lebih bijak menyikapi sesuatu. Oleh
karena itu agama itu dibutuhkan oleh setiap umat manusia.
Islam adalah solusi, solusi segala permasalahan di dunia ini dengan kesempurnaan
ajarannya (syumul). Kesempurnaan ajaran Islam dapat ditelaah dari sumber aslinya, yaitu
Alquran dan Sunnah yang mengatur pola kehidupan manusia, mulai dari hal terkecil hingga
terbesar baik ekonomi, sosial, politik, hukum, ketatanegaraan, budaya, seni, akhlak/etika,
keluarga, dan lain-lain. Bahkan, bagaimana cara membersihkan najis pun diatur oleh Islam.
Ajaran Islam merupakan rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi semesta alam), artinya
Islam selalu membawa kedamaian, keamanan, kesejukan, dan keadilan bagi seluruh makhluk
hidup yang berada diatas dunia. Islam tidak memandang bentuk atau rupa seseorang dan
membedakan derajat atau martabat manusia dalam level apapapun. Islam menghormati dan
memberikan kebebasan kepada seseorang untuk menganut suatu keyakinan atau agama tanpa
memaksakan ajaran Islam tersebut dijalankan (laa ikrahaa fiddiin).
Islam bukanlah semata agama namun juga merupakan sistem politik. Islam
mencerminkan teori-teori perundang-undangan dan politik. Islam merupakan sistem
peradaban yang lengkap, yang mencakup agama dan Negara secara bersamaan. Dalam hal
politik Islam mengatur bagaimana seorang pemimpin harus bersikap terhadap rakyatnya. Dan
bagi seorang pemimpin ada pertanggung jawaban atas apa yang telah dilakukan terhadap
rakyatnya di akirat nanti. Ada batas-batasan yang diberikan terhadap seorang pemimpin.

E. Politik yang Dilakukan Rasulullah SAW


Nabi Muhammad SAW adalah seorang politikus yang bijaksana. Di Madinah beliau
membangun Negara Islam yang pertama dan meletakkan prinsip-prinsip utama undang-
undang Islam. Nabi Muhammad pada waktu yang sama menjadi kepala agama dan kepala
Negara.
Pertama, sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul. Nabi Muhammad SAW ber-
tahanuts di Gua Hira. Namun, setelah dipilih sebagai utusan Allah, beliau langsung
diperintahkan untuk memberikan peringatan di tengah-tengah masyarakat mulai dari keluarga
terdekat dan kawan-kawannya. Nabi Muhammad SAW pun menyebarkan dakwah di tengah-
tengah mereka.
Kedua, Rasulullah SAW melakukan pemantapan akidah. Sejak awal, Nabi
Muhammad SAW memproklamirkan: Lâ ilâha illâ Allâh, Muhammad Rasûlullâh. Dengan
syahadat tersebut berarti tidak ada yang wajib disembah, diibadahi dan dipatuhi selain Allah
SWT. Menaati Allah SWT haruslah dengan mengikuti utusan-Nya, Muhammad SAW. Jadi,
syahadat merupakan pengingkaran terhadap thâghût serta keimanan kepada Allah dan Rasul.
Ini merupakan deklarasi politik. Karenanya, dapat dipahami mengapa Abu Jahal dan Abu
Lahab, misalnya, tidak mau mengucapkannya. Bukan tidak bisa, melainkan mereka tahu apa
isi kandungan dan konsekuensinya: kekuasaan mereka untuk menetapkan hukum hilang, hak
mereka menetapkan baik-buruk, benar-salah, dan terpuji-tercela yang selama ini mereka
miliki pun tidak ada lagi. Semuanya harus ditetapkan oleh wahyu.
Ketiga, dakwah Nabi Muhammad SAW menyerukan pengurusan masyarakat. Ayat-
ayat Makiyyah banyak mengajari akidah seperti takdir, hidayah dan dhalâlah (kesesatan),
rezeki, tawakal kepada Allah, dll. Ratusan ayat berbicara tentang Hari Kiamat (kebangkitan
manusia dari kubur, pengumpulan manusia di padang mahsyar, pahala dan dosa, surga dan
neraka, dll), tentang pengaturan terkait akhirat seperti nasihat dan bimbingan, membangkitkan
rasa takut terhadap azab Allah, serta memberikan semangat untuk terus beramal demi
menggapai ridha-Nya.
Selain itu, ratusan ayat al-Quran dan hadits di Makkah dan Madinah diturunkan
kepada Nabi tentang pengaturan masyarakat di dunia. Misal: jual-beli, sewa-menyewa,
wasiat, waris, nikah dan talak, taat pada ulil amri, mengoreksi penguasa sebagai seutama-
utama jihad, makanan dan minuman, pencurian, hibah dan hadiah kepada penguasa,
pembunuhan, pidana, hijrah, jihad, dll. Semua ini menegaskan bahwa apa yang didakwahkan
Nabi Muhammad SAW bukan hanya persoalan ritual, spiritual dan moral. Dakwah Nabi
Muhammad SAW berisi juga tentang hal-hal pengurusan masyarakat. Artinya, dilihat dari
isinya dakwah Rasulullah SAW juga bersifat politik.
Keempat, Rasulullah melakukan pergulatan pemikiran. Pemikiran dan pemahaman
batil masyarakat Arab kala itu dikritisi. Terjadilah pergulatan pemikiran. Akhirnya, pemikiran
dan pemahaman Islam dapat menggantikan pemikiran dan pemahaman lama.
Konsekuensinya, hukum-hukum yang diterapkan di masyarakat pun berubah. Rasulullah
SAW dengan al-Quran menyerang kekufuran, syirik, kepercayaan terhadap berhala,
ketidakpercayaan akan Hari Kebangkitan, anggapan Nabi Isa as. sebagai anak Tuhan, dll.
Hikmah, nasiha dan debat secara baik terus dilakukan oleh Nabi saw. Al-Quran
mengabadikan hal ini:

ْ‫ َّل عَن‬,,‫ض‬ َ ْ‫سنُ إِنَّ َربَّكَ ه َُو أَ ْعلَ ُم بِ َمن‬


َ ‫سنَ ِة َو َجا ِد ْل ُه ْم بِالَّتِي ِه َي أَ ْح‬
َ ‫سبِي ِل َربِّ َك بِا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َم ْو ِعظَ ِة ا ْل َح‬
َ ‫ع إِلَى‬
ُ ‫ا ْد‬
َ‫سبِيلِ ِه َوه َُو أَ ْعلَ ُم بِا ْل ُم ْهتَ ِدين‬
َ
Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah (argumentasi yang kuat) dan nasihat
yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
Yang mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia pula yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS an-Nahl [16]:125).
Kelima, para pembesar Quraisy banyak menzalimi rakyat, kasar, menghambur fitnah,
dan banyak bersumpah tanpa ditepati. Rasulullah SAW dengan tegas menyerang mereka
karena kesombongan dan penentangan mereka. Di antara pembesar yang diserang langsung
oleh Beliau adalah Abu Lahab dan istrinya (Ummu Jamil). Sementara itu, Walid bin
Mughirah diserang dengan menyebutkan ciri, perilaku, dan tindakannya terhadap masyarakat
Misalnya, Nabi Muhammad SAW menyerang Walid dengan ayat:

ٍ ,‫انَ َذا َم‬,,‫ أَنْ َك‬،‫يم‬


‫ال‬, ٍ ِ‫كَ َزن‬,,ِ‫ َد َذل‬,‫ ٍّل بَ ْع‬,ُ‫ ُعت‬،‫يم‬ٍ ِ‫اع لِ ْل َخ ْي ِر ُم ْعتَ ٍد أَث‬
ٍ َّ‫ َمن‬،‫يم‬
ٍ ‫ َه َّما ٍز َمشَّا ٍء بِنَ ِم‬،‫ين‬ ٍ ‫َواَل ت ُِط ْع ُك َّل َحاَّل‬
ٍ ‫ف َم ِه‬
ِ ُ‫س ُمهُ َعلَى ا ْل ُخ ْرط‬
‫وم‬ َ ، َ‫اطي ُر اأْل َ َّولِين‬
ِ َ ‫سن‬ ِ ‫س‬َ َ‫ إِ َذا تُ ْتلَى َعلَ ْي ِه َءايَاتُنَا قَا َل أ‬، َ‫َوبَنِين‬
Janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela,
yang kian kemari menghambur fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui
batas lagi banyak dosa, yang kaku (kasar), selain dari itu yang tidak diketahui siapa
bapaknya karena dia mempunyai banyak harta dan anak. Apabila dibacakan kepadanya
ayat-ayat Kami (Allah), ia berkata, “Ini adalah dongengan orang-orang terdahulu.” Kelak
akan Kami beri tanda di belalainya (hidungnya). (QS al-Qalam [68]: 10-16).
Selain itu, Nabi Muhammad SAW menyampaikan wahyu dari Allah yang berisi
pembongkaran terhadap tipudaya para penguasa Quraisy itu (QS ath-Thariq [86]: 15-17; al-
Anfal [8]: 30). Semua ini merupakan perjuangan politik. Arahnya adalah menghentikan
kezaliman pembesar terhadap rakyatnya, seraya menyerukan Islam sebagai keadilan yang
menggantikannya.
Keenam, Nabi saw. menentang hubungan-hubungan rusak di masyarakat dan
menyerukan Islam sebagai gantinya. Pada saat itu, kecurangan dalam takaran dan timbangan
sudah merupakan hal lumrah dalam jual-beli. Rasulullah menentang keras sistem masyarakat
seperti ini (QS al-Muthaffifin [83]: 1-6).
Sistem masyarakat yang diterapkan penguasa/pembesar kala itu membiarkan
pembunuhan terhadap anak-anak karena takut miskin, khawatir tidak terjamin makan dan
kehidupannya. Rasul saw. justru berteriak lantang bahwa tindakan tersebut adalah dosa besar.
Beliau menyerukan: tidak perlu takut dan khawatir miskin karena Allahlah yang mengatur
rezeki. Perzinaan pun merajalela.
Di tengah masyarakat yang mengagungkan pergaulan bebas itu, Nabi saw. mencela
perzinaan. Beliau juga menentang keras pembunuhan yang ketika itu merupakan kebiasaan
masyarakat yang dilegalkan oleh hukum penguasa. Perilaku para pembesar yang biasa
mengambil harta anak yatim ditentang habis-habisan. Kebiasaan rakyat dan penguasa yang
sering tidak memenuhi janji pun dilawannya; diluruskan. Lalu diserukan perubahan semua itu
dengan syariah Islam (QS al-Isra’ [17]: 31-34). Jelas, Rasul SAW bergerak di tengah
masyarakat, membela kepentingan mereka, menentang aturan dan sistem yang rusak, serta
mendakwahkan ajaran Islam sebagai gantinya. Semua ini merupakan aktivitas politik.
Ketujuh, setelah berhijrah dari Makkah ke Madinah, Beliau mendirikan institusi
politik berupa negara Madinah. Beliau langsung mengurusi urusan masyarakat. Misal: dalam
bidang pendidikan Beliau menetapkan tebusan tawanan Perang Badar dengan mengajari baca-
tulis kepada sepuluh orang kaum Muslim pertawanan. Dalam masalah pekerjaan Nabi saw.
mengeluarkan kebijakan dengan memberi modal dan menyediakan lapangan pekerjaan berupa
pencarian kayu bakar untuk dijual (HR Muslim dan Ahmad). Nabi Muhammad SAW. pernah
menetapkan kebijakan tentang lebar jalan selebar tujuh hasta (HR al-Bukhari). Beliau juga
mengeluarkan kebijakan tentang pembagian saluran air bagi pertanian (HR al-Bukhari dan
Muslim). Begitulah, Nabi saw. sebagai kepala pemerintahan telah memberikan arahan dalam
mengurusi masalah rakyat.
Secara langsung, Rasulullah saw. menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai penulis setiap
perjanjian dan kesepakatan, Harits bin Auf sebagai pemegang stempel kepala negara (berupa
cincin) Nabi saw., Muaiqib bin Abi Fatimah sebagai pendata rampasan perang, Hudzaifah bin
Yaman sebagai kepala pusat statistik hasil buah-buahan di Yaman, dll.
Berdasarkan perilaku dakwah Nabi saw. dan para Sahabatnya di atas, jelaslah, dakwah
Beliau tidak sekadar mencakup ritual, spiritual dan moral. Dakwah Beliau juga bersifat
politik, yakni mengurusi urusan umat dengan syariah. Karenanya, dakwah Islam haruslah
diarahkan seperti yang dilakukan Beliau. Politik tidak dapat dan tidak boleh dipisahkan dari
Islam. Politik yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah politik yang membawa
rakyat ke arah yang lebih baik.

F. Hadits Tentang Politik


Hal mengenai politik tidak hanya diatur dalam Al-quran saja tapi ada beberapa hadits yang
mengaturnya yaitu:
1. Pemimpin suatu kaum adalah pengabdi (pelayan) mereka. (HR. Abu Na'im)
2. Tidak akan sukses suatu kaum yang mengangkat seorang wanita sebagai pemimpin.
(HR. Bukhari)
3. Rasulullah Saw berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, "Wahai Abdurrahman bin
Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena
ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan
tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya." (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu kaum maka dijadikan pemimpin-
pemimpin mereka orang-orang yang bijaksana dan dijadikan ulama-ulama mereka
menangani hukum dan peradilan. Juga Allah jadikan harta-benda ditangan orang-
orang yang dermawan. Namun, jika Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum
maka Dia menjadikan pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang berakhlak
rendah. DijadikanNya orang-orang dungu yang menangani hukum dan peradilan, dan
harta berada di tangan orang-orang kikir. (HR. Ad-Dailami)
5. Kami tidak mengangkat orang yang berambisi berkedudukan. (HR. Muslim)
6. Ada tiga perkara yang tergolong musibah yang membinasakan, yaitu:
a. Seorang penguasa bila kamu berbuat baik kepadanya, dia tidak mensyukurimu dan
bila kamu berbuat kesalahan dia tidak mengampuni.
b. Tetangga apabila melihat kebaikanmu dia pendam (dirahasiakan atau diam saja)
tapi bila melihat keburukanmu dia sebarluaskan.
c. Isteri bila berkumpul dia mengganggumu (diantaranya dengan ucapan dan
perbuatan yang menyakiti) dan bila kamu pergi (tidak di tempat) dia akan
mengkhianatimu. (HR. Ath-Thabrani)
7. Allah melaknat penyuap, penerima suap dan yang memberi peluang bagi mereka.
(HR. Ahmad)
8. Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar
mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar
mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai.
(HR. Ath-Thabrani)
9. Jabatan (kedudukan) pada permulaannya penyesalan, pada pertengahannya
kesengsaraan (kekesalan hati) dan pada akhirnya azab pada hari kiamat. (HR. Ath-
Thabrani)
Keterangan: Hal tersebut karena dia menyalah-gunakan jabatannya dengan berbuat
yang zhalim dan menipu (korupsi dll).
10. Aku mendengar Rasulullah Saw memprihatinkan umatnya dalam enam perkara:
a. Diangkatnya anak-anak sebagai pemimpin (penguasa).
b. Terlampau banyak petugas keamanan.
c. Main suap dalam urusan hokum.
d. Pemutusan silaturahmi dan meremehkan pembunuhan.
e. Generasi baru yang menjadikan Al Qur'an sebagai nyanyian.
f. Mereka mendahulukan atau mengutamakan seorang yang bukan paling mengerti fiqih
dan bukan pula yang paling besar berjasa tapi hanya orang yang berseni sastra lah.
(HR. Ahmad)
G. Norma Politik dalam Islam
Dalam pelaksanaan politik, Islam juga memiliki norma-norma yang harus
diperhatikan. Norma-norma ini merupakan karakteristik pembeda politik Islam dari system
poltik lainnya. Diantara norma-norma itu ialah:
a. Politik merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan, bukan dijadikan sebagai
tujuan akhir atau satu-satunya.
b. Politik Islam berhubungan dengan kemashlahatan umat.
c. Kekuasaan mutlak adalah milik Allah.
d. Manusia diberi amanah sebagai khalifah untuk mengatur ala mini secara baik.
e. Pengangkatan pemimpin didasari atas prinsip musyawarah.
f. Ketaatan kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah dan Rasul.
g. Islam tidak menentukan secara eksplisit bentuk pemerintahan Negara.
Prinsip-Pinsip Politik dalam Pandangan Islam
1. Prinsip-prinsip dasar politik Islam
Sistem politik berdasarkan atas tiga (3) prinsip yaitu:
a. Tauhid berarti mengesakan Allah SWT selaku pemilik kedaulatan tertinggi.
Pandangan Islam terhadap kekuasaan tidak terlepas dari ajaran tauhid bahwa penguasa
tertinggi dalam kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan politik dan bernegara
adalah Allah SWT (QS.5:18)
b. Risalah merupakan medium perantara penerimaan manusia terhadap hukum-hukum
ALLah SWT.
Manusia baik dia pejabat pemerintah atau rakyat jelata adalah Khalifah-Nya,
mandataris atau pelaksana amanah-Nya dalam kehidupan ini (QS.2:30).
c. Khalifah berarti pemimpin atau wakil Allah di bumi.
Pemerintahan baru wajib di patuhi kalau politik dan kebijaksanaannya merujuk kepada
Al-Quran dan hadist atau tidak bertentangan dengan keduanya.
Prinsip-prinsip dasar siasyah dalam Islam meliputi antara lain:
1. Musyawarah.
2. Pembahasan Bersama.
3. Tujuan bersama, yakni untuk mencapai suatu keputusan.
4. Keputusan itu merupakan penyelesaian dari suatu masalah yang dihadapi bersama.
5. Keadilan.
6. Al-Musaawah atau persamaan.
7. Al-hurriyyah (kemerdekaan/kebebasan).
8. Perlindungan jiwa raga dan harta masyarakat.

H. Syarat Kepemimpinan Politik dalam Islam


Kepemimpinan politik dalam Islam harus memenuhi syarat-syarat yang telah
digariskan oleh ajaran agama. Penjelasan itu terdapat dalam surat An-Nisa’ (4):58-59. Pada
ayat itu disimpulkan bahwa terdapat beberapa syarat kepemimpinan politik dalam Islam
antara lain:
1. Amanah yaitu bertanggung jawab dengan tugas dan kewenangan.
2. Adil yaitu mampu menempatkan segala sesuatu secara tepat dan proporsional.
3. Taat kepada Allah dan Rasul.
4. Menjadikan quran dan sunnah sebagai referensi utama.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Agama itu sangat penting disegala aspek kehidupan umat manusia selain itu agama
juga berperan untuk menenangkan jiwa dan raga. Salah satunya adalah dalam hal politik.
Contoh dari politik yang berdasarkan agama adalah politik yang dilakukan oleh Rasulullah
SAW. Politik yang digunakan oleh Rasulullah SAW adalah poltik yang membawa
kebahagiaan bagi umat yang dipimpinnya. Jika seseorang pemimpin politik berlandaskan
agama dalam hal ini agama Islam dan yang menjadi landasan dalam memimpin rakyatnya
adalah Al-quran dan hadist maka pemimpin tersebut tidak akan menindas rakyatnya.
Dikarenakan ia telah mengetahui norma-norma berpolitik dalam Islam dan aturan-aturan
berpolitik dalam Islam

I. Saran
Berkenaan dengan pentingnya penguasaan memahami kontribusi agama dalam
kehidupan politik. Khususnya pendidik harus mampu:
a. Menjelaskan pentingnya Agama dalam kehidupan berpolitik
b. Memberikan contoh pemimpin yang sesuai dengan kaidah Agama.
c. Menerapkan Suri Tauladan yang dicantumkan Dalam Hadits.
d. Berpolitik sesuai dengan norma-norma berpolitik dalam Islam.
DAFTAR PUSTAKA
http://pgs.nul.is.
http://meutzolkin.blogspot.com.
https://ristianisa.blogspot.com/2013/01/kontribusi-agama-di-bidang-politik.html
https://reataxit.wordpress.com/2019/12/15/kontribusi-umat-islam-terhadap-kehidupan-politik-
di-indonesia/
https://prezi.com/p5zhu-okvm7y/kontribusi-beragama-dalam-kehidupan-politik/
https://www.academia.edu/19826269/Pembahasan_AGAMA
https://www.coursehero.com/file/21455725/diskusi-7-Agama-islam/
http://www.media.neliti.com
https://www.kompasiana.com/haleel/pentingnya-agama-dalam-kehidupan-
politik_5529e1d6f17e612036d623c1
http://biosaefful.blogspot.com/2012/07/memahami-kontribusi-agama-dalam.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai