Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Agama Islam
Disusun Oleh:
Kelompok B3
Dosen Pengampu:
Rusdiansyah, S.Pd.I., M.Pd.I.
BANJARMASIN
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi untuk
menyelesaikan makalah tentang “Sistem Politik dalam Islam”. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi syarat nilai mata kuliah Agama islam.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana sistem politik dalam islam
khususnya kita dapat mengenal sistem politik dalam islam.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna
serta kesalahan yang penulis yakini diluar batas kemampuan penulis. Maka dari itu penulis
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis
berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1 Abdullah Zawawi, S.Pd., MM., M.Pd. Politik Dalam Pandangan Islam Hal. 8
2 Muhammad Baqir Ash Shadr. Sistem Politik Islam Hal. 13-15
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penulis merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa definisi politik dalam islam?
2. Apa saja dalil-dalil yang mengenai politik dalam islam?
3. Apa saja prinsip-prinsip dasar yang mendukung sistem politik islam agar dapat
berjalan dengan baik?
4. Apa tujuan dari sistem politik islam?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Politik Islam di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh sebab itu, di
dalam buku-buku para ulama dikenal istilah siyasah syar’iyyah. Dalam Al Muhith, siyasah
berakar kata sâsa – yasûsu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusuha siyasatan berarti Qama
‘alaiha wa radlaha wa adabbaha(mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya).
Al-Siyasah juga berarti mengatur, mengendalikan,mengurus,atau membuat
keputusan,mengatur kaum, memerintah, dan memimpinya. Secara tersirat dalam pengertian
siyasah terkandung dua dimensi yang berkaitan satu sama lain, yaitu:
1. “Tujuan” yang hendak di capai melalui proses pengendalian,
2. “Cara” pengendalian menuju tujuan tersebut
Secara istilah politik islam adalah pengurusan kemaslahatan umat manusia sesuai
dengan syara’. Pengertian siyasah lainya oleh Ibn A’qil, sebagaimana yang dikutip oleh Ibnu
Qayyim, politik Islam adalah segala perbuatan yang membawa manusia lebih dekat kepada
kemaslahatan dan lebih jauh dari kemafsadatan, sekalipunRasullah tidak menetapkannya dan
(bahkan) Allah SWT tidak menentukanya. Pandangan politik menurut syara’, realitanya pasti
berhubungan dengan masalah mengatur urusan rakyat baik oleh negara maupun rakyat.
Sehingga definisi dasar menurut realita dasar in adalah netral. Hanya saja tiap ideologi
(kapitalisme, sosialisme, dan Islam) punya pandangan tersendiri tentang aturan dan hukum
mengatur sistem politik mereka. Dari sinilah muncul pengertian politik yang mengandung
pandangan hidup tertentu dan tidak lagi “netral”.3
“Adalah Bani Israil, mereka diurusi (siyasah) urusannya oleh para nabi (tasusuhumul
anbiya). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi
setelahku, namun akan ada banyak para khalifah.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Jelaslah bahawa politik atau siyasah itu bermakna adalah mengurusi urusan
masyarakat.
Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja yang bangun di pagi hari dan dia hanya
memperhatikan urusan dunianya, maka orang tersebut tidak berguna apa-apa di sisi Allah;
dan barang siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslimin, maka dia tidak termasuk
golongan mereka (iaitu kaum Muslim). (Hadis Riwayat Thabrani).4
3 Abdullah Zawawi, S.Pd., MM., M.Pd POLITIK DALAM PANDANGAN ISLAM Hal. 88-89
4 Abdullah Zawawi, S.Pd., MM., M.Pd POLITIK DALAM PANDANGAN ISLAM Hal.89
3
• Keharusan pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya
فاألمير الذي على،كلكم راع فمسئول عن رعيه: قال، أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم،حديث عبد هللا بن عمر
والمرأة راعية على بيت بعلها و ولده وهي، والرجل راع على أهل بيته وهو مسؤل عنهم،الناس راع وهو مسئول عنهم
اال اكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته، و العبد راع على مال سيده وهو مسئول علة،مسئولة عنهم
Telah meriwayatkan kepada kami ‘Abdullah bin ‘Umar bahwa Rasulullah Saw
bersabda: Masing-masing dari kalian adalah seorang pemimpin dan akan bertanggungjawab
atas yang kalian pimpin. Amir (kepala negara) pada umumnya adalah seorang pemimpin
manusia dan akan bertanggungjawab atasnya. Seorang suami dari keluarga adalah pemimpin
dan akan bertanggungjawab atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin dalam keluarga dan
anak-anak suami, dan akan bertanggungjawab atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah
pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan bertanggungjawab atasnya. Ketahuilah
bahwa setiap masing-masing dari kalian adalah seorang pemimpin, dan masing-masing akan
bertanggungjawab atas orang-orang yang dipimpinnya (HR. Al-Bukhari: 1199).
Hadis ini menjelaskan tiga pokok. Pertama, pemimpin, subyeknya. Manusia harus
mampu memimpin dirinya sendiri, jadi dasar utamanya internal manusia sendiri sebagai objek
kepemimpinan, memimpin diri sendiri berarti mengupayakan berfungsinya sistem untuk
menghasilkan output yang berfungsi bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar. Jika kita ingin
menyuruh orang lain, kita terlebih dahulu melakukannya. Kedua, kepemimpinan, dinamika
terapannya. Selama ini dipahami kepemimpinan sebagai ilmu dan seni mempengaruhi orang
lain, agar orang lain mau secara ikhlas melakukan sesuatu sesuai keinginan atau harapan
pemimpin. Dalam dimensi ini hanya mengandung secara eksternal, sedangkan dimensi
internalnya hilang. Padahal keduanya harus serentak, karena kepemimpinan juga untuk diri
sendiri. Dari sini suri tauladan akan secara otomatis muncul. Sebenarnya batas antara
pemimpin dengan yang dipimpin sifatnya labil (situasional), maka pada suatu waktu orang
melakukan dua status saling bersamaan atau bergantian. Ketiga, pertanggungjawaban,
resikonya. Resiko sebagai konsekuensi logis dari keberhasilan atau kegagalan, resiko akan
menghitung sampai sejauh mana nilai kepemimpinan terapan yang diharapkan bisa tercapai.
Dengan kata lain, sekecil apapun, akan dihitung mendapatkan imbalan, sebagaimana yang
tertera dalam Q.S al-Zalzalah: 7-8 (Pancaningrum, 2018).5
فقال له معي، أن عبيد هللا بن زياد عاد معقل بن يسار في مرضه الذي مات فيه،حديث معقل بن يسار عن الحسن
ما من عبد السترعاه: سمعت النبي صلى هللا عليه وسلم يقول،إلى معدتك حدينا سمعته من رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
هللا رعية فلم يعطها بنصيحة اال لم يجد رائعة
Hadis Ma’qil bin Yasar. Diriwayatkan dari al-Hasan bahwa ‘Abdullah bin Ziyad
mengunjungi Ma’qil bin Yasar ketika sakit menjelang wafatnya. Ma’qil berkata kepadanya:
Aku akan sampaikan kepadamu, aku mendengar hadis dari Rasulullah Saw dan mendengar
Nabi Saw bersabda: Seorang hamba yang dititipkan amanat oleh Allah Swt berupa
kepemimpinan, namun ia tidak menindaklanjutinya dengan baik, ia tidak akan mendapatkan
aroma surga” (HR. Al-Bukhari: 1200).
Dalam rangka menerapkan sistem keadilan, seorang pemimpin harus tegas dalam
memberikan sanksi kepada para hakim-hakim dan para penegak hukum yang menciderai rasa
4
keadilan bagi masyarakat, terutama masyarakat bawah. Jangan sampai hukum tajam ke bawah
dan tumpul ke atas, artinya penegakkan hukum yang tembang pilih dan diskriminatif. Dalam
prakteknya, Rasulullah Saw selalu mengutus para hakim ke daerah-daerah untuk menetapkan
hukum dengan seadil-adilnya, karena keadilan itu lebih dekat kepada takwa (Mukhtarom,
2018).
Salah satu kemuliaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin adalah ketika mereka
memimpin dengan penuh rasa adil, sehari saja berlaku adil akan jauh lebih mulia daripada
beribadah 60 tahun, termasuk ketika mereka menegakkan hukum secara benar dan
proporsional akan jauh lebih mulia daripada hujan selama 40 tahun. Seorang pemimpin harus
memiliki prinsip serta komitmen yang kuat terhadap tegaknya keadilan. Di samping itu,
seorang pemimpin harus selalu bersikap bijaksana. Karenanya sebelum memtuskan suatu
perkara atau mengambil suatu tindakan maka sebaiknya ia berlapang dada untuk menerima
masukan dan saran agar segala keputusannya tetap dapat diterima karena sesuai dengan
kemaslahatan rakyat (Arake,2020).6
1. Musyawarah
Asas musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua
negara dan orang-orang yang akan menjawab tugastugas utama dalam pentadbiran
ummah. Asas musyawarah yang kedua adalah berkenaan dengan penentuan jalan
dan cara pelaksanaan undang-undang yang telah dimaktubkan di dalam AlQuran
dan As-Sunnah. Asas musyawarah yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan-
jalan bagi menentukan perkara-perkara baru yang timbul di kalangan ummah
melalui proses ijtihad.
2. Keadilan
Prinsip ini adalah berkaitan dengan keadilan sosial yang dijamin oleh sistem
sosial dan sistem ekonomi Islam. Dalam pelaksanaannya yang luas, prinsip
keadilan yang terkandung dalam sistem politik Islam meliputi dan merangkumi
segala jenis perhubungan yang berlaku dalam kehidupan manusia, termasuk
keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antara dua pihak yang bersebgketa di
hadapan pihak pengadilan, di antara pasangan suami isteri dan di antara ibu bapa
dan anak-anaknya.kewajiban berlaku adil dan menjauhi perbuatan zalim adalah di
antara asas utama dalam sistem sosial Islam, maka menjadi peranan utama sistem
politik Islam untuk memelihara asas tersebut. Pemeliharaan terhadap keadilan
merupakan prinsip nilainilai sosial yang utama kerana dengannya dapat
dikukuhkan kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
3. Kebebasan
Kebebasan yang diipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan yang
makruf dan kebajikanyang sesuai dengan Al–Qur’an dan Hadist.Menegakkan
prinsip kebebasan yang sebenarnya adalah tujuan terpenting bagi sistem politik
dan pemerintahan Islam serta menjadi asas-asas utama bagi undang-undang
perlembagaan negara Islam.
4. Persamaan
Persamaan di sini terdiri daripada persamaan dalam mendapatkan dan menuntut
hak, persamaan dalam memikul tanggung jawab menurut peringkat-peringkat
yang ditetapkan oleh undang-undang perlembagaan dan persamaan berada di
5
bawah kuat kuasa undangundang.
5. Hak menghisab pihak pemerintah
Hak rakyat untuk menghisab pihak pemerintah dan hak mendapat penjelasan
terhadap tindak tanduknya.Prinsip ini berdasarkan kepada kewajipan pihak
pemerintah untuk melakukan musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan
urusan dan pentadbiran negara dan ummah.Hak rakyat untuk disyurakan adalah
bererti kewajipan setiap anggota dalam masyarakat untuk menegakkan kebenaran
dan menghapuskan kemungkaran.
6. Diwajibkan untuk memperkuat tali silaturahmi
Dikalangan kaum muslimin di dunia dan untuk mencegah semua
kecenderungan sesat yang didasarkan pada perbedaan ras, bahasa, ras, wilayah
ataupun semua pertimbangan materealistis lainya serta untuk melestarikan dan
memperkuat kesatuanMillah Al-Islamiyyah.
7. Kedaulatan tertinggi atas alam semesta dan hukumnya hanya berada di tangan
Allah semata.
Dasar kekuatan politik Islam yang pertama adalah Allah SWT, tidak ada seorangpun yang
memeliki kekuasaan mutlak. Kekuasaan manusia hanya bersifat temporal karena yang
berkuasa secara mutlak adalah Allah SWT, Tuhan semsta alam, Tuhan langit dan bumi.
Kekuasaan Allah tidak bias dibatasi oleh kekuatan hukum yang ada, karena Ia sendiri adlah
sumber dari hukum tersebut.
Selain prinsipprinsip dasar negara yang konstitusinya berdasar syari’ah, ada juga
prinsip-prinsip tambahan (subsider) yang merupakan kesimpulan dan termasuk ke dalam
bidang fikih siyasah (hukum ketatanegaraan dalam Islam). Prinsip-prinsip tambahan tersebut
adalah mengenai pembagian fungsi-fungsi pemerintahan yaitu hubungan antara Badan
Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Dalam hubungan ketiga badan (lembaga negara) tersebut
prinsip-prinsip berkonsultasi (syura) mesti dilaksanakan di dalam riset, perencanaan,
menciptakan undangundang dan menjaga nilai-nilai syari’ah dengan memperhatikan otoritas
(kewenangan) yang dimiliki masing-masing lembaga tersebut.7
7 Abdullah Zawawi, S.Pd., MM., M.Pd POLITIK DALAM PANDANGAN ISLAM Hal. 96-98
6
6. Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam
7. Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat dan sedekah sebagai mana yang
ditetapkan oleh syara’
8. Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada perbendaharaan negara
agar tidak digunakan secara boros ataupun secara kikir
9. Mengangkat pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan negara
dan menguruskan hal ehwal pentadbiran negara.
10. Menjalankan pergaulan dan pemeriksaan yang rapi di dalam hal ehwal awam demi
untuk memimpin negara dan melindungi al Din.8
8Sukring (Dosen Universitas Haluoleo Kendari) POLITIK ISLAM SUATU TINJAUAN ATAS PRINSIP-
PRINSIP KEADILAN Hal. 121
7
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Politik Islam di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Secara tersirat dalam
pengertian siyasah terkandung dua dimensi yang berkaitan satu sama lain, yaitu secara istilah
politik islam adalah pengurusan kemaslahatan umat manusia sesuai dengan syara’ (perintah
Allah). Pengertian siyasah lainya oleh Ibn A’qil, sebagaimana yang dikutip oleh Ibnu Qayyim,
politik Islam adalah segala perbuatan yang membawa manusia lebih dekat kepada
kemaslahatan dan lebih jauh dari kemafsadatan, sekalipun Rasullah tidak menetapkannya dan
(bahkan) Allah SWT tidak menentukanya. Politik dalam islam memiliki prinsip-prinsip dasar
diantaranya ¹musyawarah, ²keadilan, ³kebebasan, ⁴persamaan, ⁵Hak menghisab pihak
pemerintah, hak rakyat untuk menghisab pihak pemerintah dan hak mendapat penjelasan
terhadap tindak tanduknya, serta ⁶prinsip wajib memperkuat tali silaturahmi di kalangan
muslimin. Dasar kekuatan politik Islam yang pertama adalah Allah SWT, tidak ada
seorangpun yang memiliki kekuasaan mutlak. Tujuan sistem politik Islam ialah untuk
membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk
melaksanakan seluruh hukum syari’at Islam.
8
DAFTAR PUSTAKA