Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH AGAMA ISLAM

SISTEM POLITIK DALAM ISLAM

Kelas D
Disusun Oleh :

Rifqi Raganata
Romi Nugroho
Luthfi Aziz
Gayatri Widyastuti
Laksono Adi Pamungkas
Anggi Rodes Wibisana
Intan Pertiwi
Ika Rachmawati
Avinda Diana Putri Sarah

21010113140138
21010113130141
21010113130153
21010113130161
21010113140170
21010113140211
21010113140216
21010113130226
21010112140264

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas rahmat karunia Tuhan Yang Maha Esa yang telah
dilimpahkan kepada kami sehingga Makalah Agama Islam dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan serta penyelesaian Laporan Tugas Struktur Beton Bertulang II ini tidak luput
dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih
Kami menyadari bahwa Makalah Agama Islam yang telah kami selesaikan tidak luput dari
kesalahan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun
dan memperbaiki laporan ini khususnya di masa yang akan datang.
Akhir kata kami berharap agar Makalah Agama Islam yang telah kami selesaikan dapat
bermanfaat bagi penyusun dan pembaca untuk kemajuan almamater tercinta.

Semarang, Maret 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi

ii

Bab I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat

Bab II Pembahasan 3
2.1 Sejarah Sistem Politik dalam Islam 3
2.2 Pengertian Politik Islam

2.2.1 Asas Asas Sistem Politik Islam


2.3 Prinsip Prinsip Dasar Politik Islam

5
10

2.4 Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional


Bab III Penutup

12

16

3.1 Kesimpulan 16
3.2 Saran 16
Daftar Pustaka
Lampiran

17

18

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulaluan yang memiliki keanekaragaman ras, budaya,
etnik, dan juga agama. Islam merupakan salah satu agama yang ada di Indonesia dan
memiliki pengikut terbanyak di Indonesia. Banyaknya pengikut , membuat Islam selalu
menjadi bahan kajian yang tidak pernah membosankan untuk dikaji.Salah satu topik yang
dikaji adalah sistem politik dalam Islam.
Ada berbagai macam sistem politik yang digunakan negara-negara di dunia seperti,
komunisme, persemakmuran, dan demokrasi. Indonesia merupakan salah satu Negara yang
menggunakan system politik demokrasi. Sedangkan islam pun juga memiliki sistem
politiknya sendiri. Kita bias melihat bagaimana sistem politik islam berlangsung pada saat
jaman Nabi Muhammad SAW yang berhasil dalam perjalanannya. . Namun masih sedikit
yang memahami topik ini dikarenakan 2 alasan menurut Nurcholis Majdid. Pertama, bahwa
Islam telah membuat sejarah selama lebih dari empat belas abad. Jadi akan merupakan suatu
kenaifan jika kita menganggap bahwa selama kurun waktu yang panjang tersebut segala
sesuatu tetap stationer dan berhenti. Kesulitannya ialah, sedikit sekali kalangan kaum Muslim
yang memiliki pengetahuan, apalagi kesadaran, tentang sejarah itu. Kedua, selain beraneka
ragamnya bahanbahan kesejarahan yang harus dipelajari dan diteliti kekuatankekuatan
dinamik di belakangnya, juga terdapat perbendaharaan teoritis yang kaya raya tentang politik
yang hambpir setiap kali muncul bersama dengan munculnya sebuah peristiwa atau gejala
sejarah yang penting.
Pada kesempatan kali ini, akan dibahas mengenai tentang sistem politik dalam Islam
untuk memenuhi tugas presentasi dan makalah mata kuliah agama islam.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari sistem politik Islam
2. Apa saja prinsip-prinsip dari dasar politik Islam
3. Apa saja kontribusi umat Islam dalam perpolitikan Nasional
1.3. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dari system politik Islam
2. Mengetahui prinsip-prinsip dari dasar politik Islam
3. Mengetahui Kontribusi umat Islam dari perpolitikan Nasional

1.4.

Manfaat

1. Penulis dapat memahami bagaimana sistem politik dalam islam


2. Menjadi referensi bagi mahasiswa lain yang ingin mengetahui dan memahami sistem
politik dalam islam

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Sistem Politik dalam Islam


Kata sistem berasal dari bahasa asing (Inggris), yaitu system, artinya perangkat unsure
yang secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk suatu totalitas atau susunan yang
teratur dengan pandangan, teori, dan asas. Sedangkan kata politik pada mulanya berasal
dari

Bahasa

Yunani

atau

Latin, Politicos atau politicus, yang

berarti relating

to

citizen.Keduanya berasal dari kata polis, yang berarti kota. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata politik diartikan sebagai segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat dan
sebagainya) mengenai pemerintahan. Sedangkan kata Islam, adalah agama yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, berpedoman pada kitab suci Al Quran yang
diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT. Dengan demikian, sistem politik islam
adalah sebuah aturan tentang pemerintahan yang berdasarkan nilai-nilai Islam.
Islam memang memberikan landasan kehidupan umat manusia secara lengkap, termasuk
di dalamnya kehidupan politik. Tetapi Islam tidak menentukan secara konkrit bentuk
kekuasaan politik seperti apa yang diajarkan dalam Islam. Itulah sebabnya, kemudian
terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam dalam merumuskan sistem politik
Islam.
Kehidupan Rasulullah Muhammad SAW menunjukkan, bahwa beliau memegang
kekuasaan politik di samping kekuasaan agama. Ketika beliau dengan para sahabat hijrah
ke Madinah, kegiatan dan aktivitas yang beliau lakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
menciptakan sistem kehidupan yang stabil dan harmonis serta kondusif adalah
mempersatukan seluruh penduduk Madinah dalam satu sistem sosial politik di bawah
kekuasaan beliau, yang dikenal dengan Perjanjian Madinah. Rasulullah tidak memaksa
kaum Yahudi, Nasrani, dan pemeluk agama lainnya untuk memeluk agama Islam, tetapi
beliau menginginkan semua penduduk Madinah menghormati perjanjian yang mereka
sepakati
3

Setelah Rasulullah memiliki kekuasaan secara politik di Madinah, beliau juga menjamin
kesepakatan dengan penguasa Mekah agar tidak terjadi perselisihan diantara kedua
kekuasaan tersebut, sekalipun dalam perkembangan selanjutnya penguasa Mekah
mengingkari perjanjian yang ia tandatangani, sehingga memicu peperangan yang cukup
hebat dan dahsyat, seperti perang Badar, perang Uhud, dan lain-lain
Dalam kamus bahasa Arab modern, kata politik biasanya diterjemahkan dengan
kata siyasah. Kata ini terambil dari akar kata sasa-yasusu, yang biasa diartikan
mengemudi, mengendalikan, mengatur, dan sebagainya. Dari akar kata yang sama,
ditemukan kata sus, yang berarti penuh kuman, kutu atau rusak, sementara dalam Al
Quran tidak ditemukan kata yang terbentuk dari akar kata sasa-yasusu, namun ini bukan
berarti bahwa Al Quran tidak menguraikan masalah sosial politik.
Banyak ulama ahli AL Quran yang menyusun karya ilmiah dalam bidang politik dengan
menggunakan Al Quran dan Sunnah Nabi sebagai rujukan, bahkan Ibnu Taimiyah (12631328) menamai salah satu karya ilmiahnya dengan al-Siyasah al-Syariyah (politik
keagamaan). Uraian Al Quran tentang politik secara sepintas dapat ditemukan pada ayatayat yang menjelaskan tentang hukum. Kata ini pada mulanya berarti menghalangi atau
melarang dalam rangka aperbaikan. Dari akar kata yang sama, terbentuk kata hikmah,
yang pada mulanya berarti kendali. Makna ini sejalan dengan asal makna kata sasayasusu-sais-siyasah, yang berarti mengemudi, mengendalikan, pengendali dan cara
pengendalian (M. Quraish Shihab, Wawasan Al Quran, Tafsir Maudhui atas pelbagai
persoalan umat, 1997: 417)
Kata siyasah, sebagaimana dikemukakan diatas, diartikan dengan politik, dan juga
sebagaimana terbaca, sama dengan kata hikmat. Di sisi lain, terdapat persamaan makna
antara kata hikmah dan politik. Sementara ulama mengartikan hikmah sebagai
kebijaksanaan, atau kemampuan menangani suatu masalah, sehingga mendatangkan
manfaat atau menghindarkan mudharat. Dengan demikian, sistem politik Islam adalah
suatu konsepsi yang berisikan antara lain ketentuan-ketentuan tentang siapa sumber
kekuasaan Negara, siapa pelaksana kekuasaan tersebut, apa dasar, dan bagaimana cara
untuk menentukan kepada siapa kewenangan melaksanakan kekuasaan itu diberikan,
kepada siapa pelaksana kekuasaan itu bertanggung jawab, dan bagaimana bentuk tanggung
jawab berdasarkan nilai-nilai agama Islam (sesuai dengan sumber ajaran Islam, yaitu Al
Quran, Hadits dan Ijtihad)
4

2.2 Pengertian Politik Islam

Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan ummah kepada usaha untuk mendukung dan
melaksanakan syari'at Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan.

la bertujuan untuk menyimpulkan segala sudut Islam yang syumul melalui satu institusi
yang mempunyai syahksiyyah untuk menerajui dan melaksanakan undang undang.

Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah yang mafhumnya: "Dan katakanlah: Ya
Tuhan ku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku dengan cara
yang baik dan berikanlah kepadaku daripada sisi Mu kekuasaan yang menolong." (AI
Isra': 80)

Di atas landasan inilah para 'ulama' menyatakan bahawa: "Allah menghapuskan sesuatu
perkara melalui kekuasaan negara apa yang tidak dihapuskan Nya meIaiui al Qur'an"

2.2.1 Asas - Asas Sistem Politik Islam


Asas asas sistem politik Islam ialah:

a) Hakimiyyah Ilahiyyah
Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi
dalam sistem politik Islam hanyalah hak mutlak Allah. Tidak mungkin ianya
5

menjadi milik sesiapa pun selain Allah dan tidak ada sesiapa pun yang memiliki
suatu bahagian daripadanya.
Fir man Allah yang mafhumnya:

"Dan tidak ada sekutu bagi Nya dalam kekuasaan Nya." (Al Furqan: 2)




"Bagi Nya segaIa puji di dunia dan di akhirat dan bagi Nya segata penentuan
(hokum) dan kepada Nya kamu dikembalikan." (A1 Qasas: 70)

"Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah." (A1 An'am: 57)

Hakimiyyah Ilahiyyah membawa pengertian pengertian yang berikut:

Bahawasanya Allah adalah Pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya


adalah Tuhan yang menjadi Pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain
bagi manusia kecuali patuh dan tunduk kepada sifat Ilahiyyah Nya Yang
6

Maha Esa

-Bahawasanya hak untuk menghakimi dan mengadili tidak

dimiliki oleh sesiapa kecuali Allah. Oleh kerana itu, manusia wajib ta'at
kepada Nya dan ber'ibadat kepada Nya

Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hak mengeluarkan hukum


sebab Dialah satu satu Nya Pencipta

Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hak mengeluarkan


peraturan peraturan, sebab Dialah satu satu Nya Pemilik

Bahawasanya hukum Allah adalah sesuatu yang benar sebab hanya Dia
sahaja Yang Mengetahui hakikat segala sesuatu, dan di tangan Nyalah
sahaja penentuan hidayah dan penentuan jalan yang selamat dan lurus.

Hakimiyyah Ilahiyyah membawa erti bahawa teras utama kepada sistem politik
Islam ialah tauhid kepada Allah di segi rububiyyah dan uluhiyyah Nya.

b) Risalah
Jalan kehidupan para rasul diiktiraf oleh Islam sebagai sunan al huda atau jalan
jalan hidayah.Jalan kehidupan mereka berlandaskan kepada segala wahyu yang
diturunkan daripada Allah untuk diri mereka dan juga untuk umat umat mereka.
Para rasul sendiri yang menyampaikan hukum hukum Allah dan syari'at syari'at
Nya kepada manusia.
Risalah berarti bahwa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan manusia sejak
Nabi Adam hingga kepada Nabi Muhammad s.a.w adalah satu asas yang penting
dalam sistem politik Islam.Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili
7

kekuasaan tertinggi Allah di dalam bidang perundangan dalam kehidupan manusia.


Para rasul menyampaikan, mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah
dengan ucapan dan perbuatan mereka.
Dalam sistem politik Islam, Allah telah memerintahkan agar manusia menerima
segala perintah dan larangan Rasulullah s.a.w.Manusia diwajibkan tunduk kepada
perintah perintah Rasulullah s.a.w dan tidak mengambil selain daripada Rasulullah
s.a.w untuk menjadi hakim dalam segala perselisihan yang terjadi di antara mereka.

Firman Allah yang mafhumnya:

"Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah,
untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang
yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang
kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah.
Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya." (Al Hasyr: 7)

"Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin
Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu,
lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk
mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang. (An Nisa': 64)

"Dan barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang orang mu'min, akan Kami biarkan mereka
bergelimang daiam kesesatan yang telah mereka datangi, dan Kami masukkan ia
ke dalam jahannam dan jahannam itu adalah seburuk buruk tempat kembali." (An
Nisa: 115)

"Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap keputusan
yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (An Nisa': 65)

c) Khalifah
Khalifah berarti perwakilan. Dengan pengertian ini, ia bermaksud bahawa
kedudukan manusia di atas muka bumi ialah sebagai wakil Allah. Ini juga
bermaksud bahawa di atas kekuasaan yang telah diamanahkan kepadanya oleh
Allah, maka manusia dikehendaki melaksanakan undang undang Allah dalam batas
batas yang ditetapkan. Di atas landasan ini, maka manusia bukanlah penguasa atau
pemilik, tetapi ia hanyalah khalifah atau wakil Allah yang menjadi Pemilik yang
sebenarnya.

Firman Allah yang mafhumnya:

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan


menjadikan seorang khalifah di muka bumi... " (Al Baqarah: 30)

"Kemudian Kami jadikan kamu khalifah khalifah di muka bumi sesudah mereka
supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat." (Yunus: 14)

Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah selama mana ia benar benar
mengikuti hukum hukum Allah.
10

Oleh itu khilafah sebagai asas ketiga dalam sistem politik Islam menuntut
agar tugas tersebut dipegang oleh orang orang yang memenuhi syarat syarat
berikut:

Mereka mestilah terdiri daripada orang orang yang benar benar menerima
dan mendukung prinsip prinsip tanggungjawab yang terangkum di dalam
pengertian khilafah

Mereka tidak terdiri daripada orang orang zalim, fasiq, fajir dan lalai
terhadap Allah serta bertindak melanggar batas batas yang ditetapkan oleh
Nya

Mereka mestilah terdiri daripada orang orang yang ber'ilmu, berakal sihat,
memiliki kecerdasan, kea'rifan serta kemampuan intelek dan fizikal

Mereka mestilah terdiri daripada orang orang yang amanah sehingga dapat
dipikulkan tanggungjawab kepada mereka dengan aman dan tanpa keraguan

2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Politik Islam

Prinsip prinsip sistem politik Islam terdiri daripada beberapa perkara di antaranya:

a.

Musyawarah
11

Prinsip pertama dalam sistem politik Islam ialah musyawarah. Asas


musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua negara
dan orang orang yang akan menjawat tugas tugas utama dalam pentadbiran
ummah. Asas musyawarah yang kedua pula adalah berkenaan dengan penentuan
jalan dan cara perlaksanaan undangundang yang telah dimaktubkan di dalam al
gur'an dan al Sunnah. Asas musyawarah yang seterusnya ialah berkenaan dengan
jalan jalan menentukan perkara perkara baru yang timbul di kalangan ummah
melalui proses ijtihad.

b. Keadilan
Prinsip kedua dalam sistem politik Islam ialah keadilan. Ini adalah menyangkut
dengan ke'adilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan sistem ekonomi Islam.
Keadilan di dalam bidang bidang sosial ekonomi tidak mungkin terlaksana tanpa
wujudnya kuasa politik yang melindungi dan mengembangkannya.
Di dalam perlaksanaannya yang luas, prinsip ke'adilan yang terkandung dalam
sistem politik Islam meliputi dan menguasai segala jenis perhubungan yang berlaku
di dalam kehidupan manusia, termasuk ke'adilan di antara rakyat dan pemerintah, di
antara dua pihak yang bersengketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangan
suami isteri dan di antaxa ibu bapa dan anak anaknya.
Oleh sebab kewajiban berlaku 'adil dan menjauhi perbuatan zalim adalah
merupakan di antara asas utama dalam sistem sosial Islam, maka menjadi peranan
utama sistem politik Islam untuk memelihara asas tersebut.
Pemeliharaan terhadap ke'adilan merupakan prinsip nilai nilai sosial yang utama
kerana dengannya dapat dikukuhkan kehidupan manusia dalam segala aspeknya.

c.

Kebebasan
12

Prinsip ketiga dalam sistem politik Islam ialah kebebasan. Kebebasan yang
dipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan yang berteraskan kepada ma'ruf
dan kebajikan.
Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenar adalah di antara tujuan tujuan
terpenting bagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta asas asas bagi undang
undang perlembagaan negara Islam.

d. Persamaan
Prinsip keempat dalam sistem politik Islam ialah persamaan atau musawah.
Persamaan di sini terdiri daripada persamaan dalam mendapat dan menuntut hak
hak, persamaan dalam memikul tanggungjawab menurut peringkat peringkat yang
ditetapkan oleh undang undang perlembagaan dan persamaan berada di bawah
taklukan kekuasaan undang undang.

e.

Hak Menghisab
Pihak Pemerintah Prinsip kelima dalam sistem politik Islam ialah hak rakyat
untuk menghisab pihak pemeriritah dan hak mendapat penjelasan terhadap tindak
tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada kewajiban pihak pemerintah untuk
melakukan musyawarah dalam hal hal yang berkaitan dengan urusan dan
pentadbiran negara dan ummah.
Hak rakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota di dalam
masyarakat untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan kemungkaran. Hak
ini dalam pengertian yang luas juga bererti hak untuk mengawasi dan menghisab
tindak tanduk dan keputusankeputusan pihak pemerintah.

13

Prinsip ini berdasarkan kepada firman Allah yang mafhumnya:

"Dan apabila ia berpaling (daripada kamu), ia berjalan di bumi untuk


mengadakan kerosakan padanya, dan merosak tanaman tanaman dan binatang
ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan." (Al-Baqarah: 205)

"..maka berilah keputusan di antara manusia dengan 'adil dan janganlah kamu
mengikut hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu daripada jalan Allah.
Sesungguhnya orang orang yang sesat daripada jalan Allah akan mendapat 'azab
yang berat, kerana mereka melupakan hari perhitungan." (Sad: 26)

2.4 Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional


Kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional tidak bisa dipandang sebelah mata. Di
setiap masa dalam kondisi perpolitikan bangsa ini, Islam selalu punya pengaruh yang
besar. Sejak bangsa ini belum bernama Indonesia, yaitu era berdirinya kerajaan-kerajaan
hingga saat ini, pengaruh perpolitikan bangsa kita tidak lepas dari pengaruh umat Islam.
Salah satu penyebabnya adalah karena umat Islam menjadi penduduk mayoritas bangsa
ini. Selain itu, dalam ajaran Islam sangat dianjurkan agar penganutnya senantiasa
memberikan kontribusi sebesar-besarnya bagi orang banyak, bangsa, bahkan dunia.
Penguasaan wilayah politik menjadi sarana penting bagi umat Islam agar bisa
memberikan kontribusi bagi bangsa ini.
Sekarang mari kita amati kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional di setiap era/
masa bangsa ini:
1. Era Kerajaan-Kerajaan Islam Berjaya

14

Pengaruh Islam terhadap perpolitikan nasional punya akar sejarah yang cukup
panjang. Jauh sebelum penjajah kolonial bercokol di tanah air, sudah berdiri beberapa
kerajaan Islam besar. Kejayaan kerajaan Islam di tanah air berlangsung antara abad
ke-13 hingga abad ke-16 Masehi.

2. Era Kolonial dan Kemerdekaan (Orde Lama)

Peranan Islam dan umatnya tidak dapat dilepaskan terhadap pembangunan politik di
Indonesia baik pada masa kolonial maupun masa kemerdekaan. Pada masa kolonial
Islam harus berperang menghadapi ideologi kolonialisme sedangkan pada masa
kemerdekaan Islam harus berhadapan dengan ideologi tertentu macam komunisme
dengan segala intriknya.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sejarah secara tegas menyatakan kalau pemimpinpemimpin Islam punya andil besar terhadap perumusan NKRI. Baik itu mulai dari
penanaman nilai-nilai nasionalisme hingga perumusan Undang-Undang Dasar
Negara.
Para pemimpin Islam terutama dari Serikat Islam pernah mengusulkan agar Indonesia
berdiri di atas Daulah Islamiyah yang tertuang di dalam Piagam Jakarta. Namun,
format tersebut hanya bertahan selama 57 hari karena adanya protes dari kaum umat
beragama lainnya. Kemudian, pada tanggal 18 Agustus 1945, Indonesia menetapkan
Pancasila sebagai filosofis negara.

15

3. Era Orde Baru

Pemerintahan masa orde baru menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas di


dalam negara. Ideologi politik lainnya dipasung dan tidak boleh ditampilkan,
termasuk ideologi politik Islam. Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi depolitisasi
politik di dalam perpolitikan Islam.
Politik Islam terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama di sebut kaum
skripturalis yang hidup dalam suasana depolitisasi dan konflik dengan pemerintah.
Kelompok kedua adalah kaum subtansialis yang mendukung pemerintahan dan
menginginkan agar Islam tidak terjun ke dunia politik.

4. Era Reformasi

Bulan Mei 1997 merupakan awal dari era reformasi. Saat itu rakyat Indonesia bersatu
untuk menumbangkan rezim tirani Soeharto. Perjuangan reformasi tidak lepas dari
peran para pemimpin Islam pada saat itu. Beberapa pemimpin Islam yang turut
mendukung reformasi adalah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketua Nahdatul
Ulama.
Muncul juga nama Nurcholis Majid (Cak Nur), cendikiawan yang lahir dari kalangan
santri. Juga muncul Amin Rais dari kalangan Muhamadiyah. Bertahun-tahun
reformasi bergulir, kiprah umat Islam dalam panggung politik pun semakin
diperhitungkan.
Umat Islam mulai kembali memunculkan dirinya tanpa malu dan takut lagi
menggunakan label Islam. Perpolitikan Islam selama reformasi juga berhasil
menjadikan Pancasila bukan lagi sebagai satu-satunya asas. Partai-partai politik juga
boleh menggunakan asas Islam.
16

Kemudian bermunculanlah berbagai partai politik dengan asas dan label Islam. Partaipartai politik yang berasaskan Islam, antara lain PKB, PKU, PNU, PBR, PKS, PKNU,
dan lain-lain. Dalam kondisi bangsa yang sangat memprihatinkan sekarang, sudah
waktunya umat Islam untuk terjun dalam perjuangan politik yang lebih serius. Umat
islam tidak boleh lagi bermain di wilayah pinggiran sejarah. Umat Islam harus
menyiapkan diri untuk memunculkan pemimpin-pemimpin yang handal, cerdas,
berahklak

mulia,

profesional,

dan

punya

integritas

diri

yang

tangguh.

Umat Islam di Indonesia diharapkan tidak lagi termarginalisasi dalam panggung


politik. Politik Islam harus mampu merepresentasikan idealismenya sebagai rahmatan
lil alamin dan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa ini.

17

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan ummah kepada usaha untuk mendukung dan
melaksanakan syariat Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan. Dan bertujuan untuk
meyimpulkan segala sudut Islam yang syumul melalui satu institusi yang mempunyai
syahksiyyah untuk melaksanakan undang undang.
3.2 Saran
Saran yang mungkin diberikan yakni memahami lebih dalam lagi mengenai Politik Islam karena
dengan mempelajari dan memahami kita nantinya akan dapat menerapkannya untuk kedepannya
agar lebih baik.

18

Daftar Pustaka

Nurcholish Madjid, Kata Sambutan dalam Munawir Syadzali, Islam dan Tata
Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran (Jakarta: UIPress, 1993), h. vivii

Bagi Ilmu, 2012, Sistem Politik dalam Islam,


http://bagiilmublogspot.blogspot.co.id/2012/06/sistem-politik-dalam-islam.html,
(diakses pada 14-03-2016, 20.00)

Permata Hatiku, 2012, Sejarah Politik Islam,


https://permatahatiku2020.wordpress.com/2012/04/25/apa-itu-politik-islam/ ,
(diakses pada 14-03-2016, 20.22)

Syahruddinalga, 2011, Pengertian Politik Islam,


http://syahruddinalga.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-sistem-politik-islam.html,
(diakses pada 14-03-2016, 20.45)

Unidar.ac.id, 2014, Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional,


http://mei133.student.unidar.ac.id/2014/07/kontribusi-umat-islam-dalam.html,
(diakses pada 14-03-2016, 21.34)

http://www.quran30.net/p/sitemap.html , (diakses pada 14-03-2016, 19.40)

19

Lampiran

20

Anda mungkin juga menyukai