Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH STUDI ISLAM

PRANATA SOSIAL TENTANG POLITIK DAN PEMERINTAHAN DALAM ISLAM


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Islam

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Yunasril Ali, M.A.
Kamal Fiqry Musa, Lc., M.A.

Disusun Oleh:
Salma Medina Ali
11200480000078

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2020 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pranata Sosial Tentang Politik Dan
Pemerintahan Dalam Islam”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Studi
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang politik dan pemerintahan dalam Islam bagi para pembaca dan juga penulis.

Saya ucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. H. Yunasril Ali, M.A. dan bapak Kamal Fiqry
Musa, Lc., M.A. selaku dosen mata kuliah Studi Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya
mengimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan makalah ini.

Tangerang Selatan, 21 November 2020

Penulis

1 | p o l i ti k d a n p e m e r i n t a h a n d a l a m I s l a m
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………...………………1
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….2
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………3
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………...............3
C. Tujuan Pembahasan …………………………………………………………...………….3
BAB II: PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Politik dan Pemerintahan ...…...……………………………………..4
B. Macam-macam Sistem Politik dan Pemerintahan dalam Islam serta Praktiknya dalam
Sejarah…………………………………………………………………………………….5
C. Peranan Para Pakar Muslim dalam Bidang Politik dan Pemerintahan………………….7
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………….9
B. Kritik dan Saran …………………………………………………………………..............9
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….….10

2 | p o l i ti k d a n p e m e r i n t a h a n d a l a m I s l a m
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa Islam merupakan agama universal, yang mana
memberi pedoman disetiap aspek kehidupan manusia. Tanpa terkecuali dalam kehidupan
bangsa dan negara, dan mampu memberikan kesempatan bagi interfensi yang sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat, sehingga mampu menjadi bidang kehidupan
politik yang dinamis dan sangat luas, namun tetap sejalan dengan fitrah manusia.

Politik yang dimaksud disini adalah politik Islam, yakni sistem politik yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW, Khulafaur Rasyidin, dan reaktualisasi dari tokoh-tokoh
modern Islam.

Politik Islam dalam hal ini yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin
paling tidak hakikat dan struktur politiknya secara esensial memiliki urgensitas untuk
direaktualisasikan pada masyarakat di era modern ini. Sebagai seorang Muslim, sudah
seharusnya kita mengetahui dan mempelajari tentang bagaimana kehidupan politik dan
pemerintahan Islam. Maka dari itu, makalah ini diharapkan mampu memberikan wawasan
mengenai sistem politik dan pemerintahan Islam yang dapat dipahami oleh para pembaca.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian sistem politik dan pemerintahan?
2. Bagaimana macam-macam sistem politik dan pemerintahan dalam Islam serta
praktiknya dalam sejarah?
3. Bagaimana peranan para pakar Muslim dalam bidang politik dan pemerintahan?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem politik dan pemerintahan.
2. Untuk mengetahui macam-macam sistem politik dan pemerintahan dalam Islam
serta praktiknya dalam sejarah.
3. Untuk mengetahui peranan para pakar Muslim dalam bidang politik dan
pemerintahan.

3 | p o l i ti k d a n p e m e r i n t a h a n d a l a m I s l a m
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Politik dan Pemerintahan


1. Pengertian Politik

Menurut bahasa, istilah politik berasal dari kata politics (Inggris) yang berarti mengatur, strategi,
cara, dan jalan untuk meraih kekuasaan. Dalam Islam, istilah politik dikenal dengan siyasah
syar’iyyah yang kemudian populer diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan politik
Islam. Dalam Al Muhith, siyasah berakar kata sâsa -yasûsu. Dalam kalimat Sasa addawaba
yasusuha siyasatan bererti Qama ‘alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusinya,
melatihnya, dan mendidiknya).

Sedangkan menurut istilah, kajian tentang politik Islam di dalam khazanah fiqih sangat beragam
dan variatif. Antar satu ulama dengan ulama yang lain berbeda-beda di dalam pengunaan
terminologi. Sebagai contoh ragam termologi politik Islam tersebut adalah fiqh as-siyasah, as-
siyasah as-syar’iyyah, fiqh ad-daulah, al-hukumah al-islamiyyah, dan al-ahkam as-
sulthaniyyah. Walaupun istilah yang dipakai itu berbeda, tetapi pada prinsipnya memiliki
maksud yang sama yaitu politik Islam.

Politik islam itu sendiri dapat diartikan sebagai pengurusan kemaslahatan umat manusia sesuai
dengan syara’. Pandangan politik menurut syara’, realitanya pasti berhubungan dengan masalah
mengatur urusan rakyat baik oleh negara maupun rakyat.
2. Pengertian Pemerintahan

Secara etimologi, pemerintahan berasal dari: (a) Kata dasar "pemerintah" berarti melakukan
pekerjaan menyeluruh. (b) Penambahan awalan "pe" menjadi "pemerintah" berarti badan yang
melakukan kekuasaan memerintah. (c) Penambahan akhiran "an" menjadi "pemerintahan" berarti
perbuatan, cara, hal atau urusan daripada badan yang memerintah tersebut.

Pemerintahan memang tidak identik dengan negara, karena negara bersifat statis, sedangkan
pemerintahan bersifat dinamis. Namun antara negara dengan pemerintahan tidak dapat dipisah
karena pemerintahlah yang berfungsi melaksanakan urusan-urusan kenegaraan. Suatu

4 | p o l i ti k d a n p e m e r i n t a h a n d a l a m I s l a m
pemerintahan menentukan corak sistem yang dianut oleh negara. Corak pemerintahan
melahirkan bentuk sebuah negara. Bentuk negara menjadi penting bila pemerintah suatu negara
menjadi mesin kekuasaan yang dijalankan oleh seorang pemimpin.

Di dalam literatur kenegaraan Islam dikenal dengan istilah Imamah, khilafah dan Imarat.
Sehubungan dengan hal ini Abd Muin Salim mengatakan:

"Pemerintahan sebagai salah satu struktur dasar sistem politik merupakan lembaga yang
menyelenggarakan mekanisme politik atau roda pemerintahan yang dipimpin oleh seorang
pejabat yang disebut "wali" atau "amir" atau dengan istilah lainnya yang dikenal dalam
perpustakaan politik dan ketatanegaraan Islam.”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem pemerintahan dipahami sebagai suatu sistem hubungan
tata kerja antar lembaga-lembaga negara.

B. Macam-macam Sistem Politik dan Pemerintahan dalam Islam serta Praktiknya


dalam Sejarah

Menurut Hasan al-Banna sebagaimana dikutip oleh Muhammad Abdul Qadir Abu Faris,
pemerintahan Islam adalah pemerintah yang terdiri dari pejabat-pejabat pemerintah yang
beragama Islam, melaksanakan kewajiban-kewajiban agama Islam dan tidak melakukan maksiat
secara terang-terangan, melaksanakan hukum-hukum dan ajaran-ajaran agama Islam. Sistem
pemerintahan yang pernah dipraktikkan dalam Islam sangat terkait dengan kondisi konstektual
yang dialami oleh masing-masing umat.

Dalam rentang waktu yang panjang sejak abad ke-7 Masehi hingga sekarang, umat Islam pernah
mempraktekkan beberapa sistem pemerintahan yang meliputi sistem pemerintahan khilafah
(khilafah berdasarkan syura dan khilafah monarki), imamah, monarki dan demokrasi.

Berbicara mengenai sistem pemerintahan, maka pemerintahan yang dimaksud yaitu


pemerintahan dalam perspektif Islam yang pastinya membahas dengan menengok pemerintahan
di masa Nabi Muhammad Saw (negara Madinah). Rasulullah Saw adalah yang pertama kali
membentuk pemerintahan Islam, sesudah hijrah dari Mekkah ke Madinah.

5 | p o l i ti k d a n p e m e r i n t a h a n d a l a m I s l a m
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa masa kenabian adalah masa yang pertama dari sejarah
Islam, dari semenjak Rasulullah memulai dakwahnya hingga beliau wafat. Pada masa ini adalah
masa berwujudnya puncak keagungan Islam. Masa kenabian itu, terbagi kepada dua periode
yang dipisahkan oleh hijrah.

Di dalam periode yang pertama, timbul benih masyarakat Islam dan pada periode ini ditetapkan
dasar-dasar Islam yang pokok. Pada periode yang kedua, nampak masyarakat Islam dalam
bentuk kemasyarakatan sebagai satu kesatuan yang bergerak menuju kepada satu tujuan.

Terbentuknya Negara Madinah, akibat dari perkembangan penganut Islam yang menjelma
menjadi kelompok sosial dan memiliki kekuatan politik riil pada pasca periode Mekkah di bawah
pimpinan Nabi. Di Madinah, posisi Nabi dan umatnya mengalami perubahan besar, Di kota itu,
mereka mempunyai kedudukan yang baik dan merupakan umat yang kuat dan dapat berdiri
sendiri. Nabi sendiri menjadi kepala dalam masyarakat yang baru dibentuk itu dan yang akhirnya
merupakan suatu negara. Dengan kata lain di Madinah Nabi Muhammad bukan lagi hanya
mempunyai sifat Rasul, tetapi juga mempunyai sifat Kepala Negara.

Praktek pemerintahan yang dilakukan Muhammad SAW sebagai Kepala Negara tampak pada
pelaksanaan tugas kenegaraan yang tidak terpusat pada diri beliau. Dalam piagam Madinah
beliau diakui sebagai pemimpin tertinggi, yang berarti pemegang kekuasaan legislatif, eksekutif
dan yudikatif.

Walaupun, pada masa itu orang-orang belum mengenal teori pemisahan atau pembagian
kekuasaan, namun dalam praktiknya beliau mendelegasikan tugas-tugas eksekutif dan yudikatif
kepada para sahabat yang dianggap mampu mengembaninya. Timbulnya berbagai masalah yang
dihadapi dan perkembangan wilayah kekuasaan menuntut adanya peta pembagian tugas. Untuk
pemerintahan di Madinah, Nabi menunjuk beberapa sahabat sebagai pembantu beliau, sebagai
katib (sekretaris), sebagai 'amil (pengelola zakat) dan sebagai qadhi (hakim).

Dari sebagian contoh praktik pemerintahan yang dilakukan oleh Muhammad SAW tersebut,
tampak bahwa beliau dalam kapasitasnya sebagai Kepala Negara dalam memerintah Negara
Madinah dapat dikatakan amat demokratis. Sekalipun undang-undangnya berdasarkan wahyu
Allah yang beliau terima, dan Sunnah beliau termasuk Piagam Madinah. Beliau tidak bertindak
otoriter sekalipun itu sangat mungkin beliau lakukan.

6 | p o l i ti k d a n p e m e r i n t a h a n d a l a m I s l a m
Setelah Rasulullah wafat, pemerintahan digantikan dengan sistem kekhalifahan. Khilafah adalah
pemerintahan Islam yang tidak dibatasi oleh teritorial, sehingga kekhalifahan Islam meliputi
berbagai suku dan bangsa. Ikatan yang mempersatukan kekhalifahan adalah Islam sebagai
agama. Pada intinya, khilafah merupakan kepemimpinan umum yang merupakan pengganti
Nabi Muhammad Saw, dengan tugas yang sama, yakni mempertahankan agama dan
menjalankan kepemimpinan dunia. Lembaga ini disebut khilafah (kekhalifahan). Orang yang
menjalankan tugas itu disebut khalifah.

Setelah Rasulullah wafat, masyarakat Madinah bersepakat untuk mendirikan kekhalifahan bagi
Abu Bakar, kemudian Umar, Usman, dan Ali, sesudah masing-masing dari ketiganya wafat. Para
sahabat telah bersepakat sepanjang hidup mereka atas kewajiban mendirikan kekhalifahan, meski
mereka berbeda pendapat tentang orang yang akan dipilih sebagai khalifah, tetap mereka tidak
berbeda pendapat secara mutlak mengenai berdirinya kekhalifahan. Oleh karena itu,
kekhalifahan (khilafah) adalah penegak agama dan sebagai pengatur soal-soal duniawi
dipandang dari segi agama.

C. Peranan Para Pakar Muslim dalam Bidang Politik dan Pemerintahan

Al-Farabi

Pemilik nama lengkap Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin Tarkas bin Auzalagh, lahir
pada 870 Masehi di Utrar, wilayah yang kini menjadi bagian dari negara Uzbekistan. Kota
tersebut memiliki sebutan lain, yaitu Farab yang menjadi asal mula nama gelarnya.

Banyak pakar menilai, pemikiran al-Farabi dipengaruhi oleh gagasan para filsuf Yunani Kuno,
semisal Plato atau Aristoteles. Menurutnya, tatanan bermasyarakat bertujuan untuk
menghasilkan kebahagiaan bagi setiap warga, baik di dunia maupun akhirat kelak.

Al-Farabi telah menghasilkan karya-karya yang berkaitan dengan ilmu politik diantaranya as-
Siyasah al-Madaniyah dan Ara’ Ahl al-Madinah al-Fadhilah. Menurutnya, ada dua kualitas,
yakni negara utama (al-madinah al-fadhilah) dan negara bukan utama.

Sifat utama dapat dilekatkan pada suatu negara bila di dalamnya masyarakat hidup rukun dan
saling bekerja sama. Tiap warga diibaratkan sebagai satu bagian tubuh yang apabila salah
satunya terluka, maka rasa sakitnya dirasa seluruh badan.

7 | p o l i ti k d a n p e m e r i n t a h a n d a l a m I s l a m
Selain itu, al-Farabi juga memiliki pandangan bahwa peran kepala negara sangat penting. Hal ini
karena, dialah yang mengarahkan tiap elemen masyarakat agar dapat mencapai tujuan
berbahagia. Seorang kepala negara harus memiliki kapasitas intelektual yang di atas rata-rata.
Ilmuwan Muslim yang wafat pada 950 Masehi itu terinspirasi dari negara ideal menurut Plato. 

Ibnu Khaldun

Pemilik nama lengkap Wali al-Din Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakr
Muhammad al-Hasan bin Khaldun, lahir di Tunis, Afrika Utara, pada 1332. Dunia modern
mengenangnya sebagai Bapak Sosiologi.

Ibnu Khaldun pernah aktif di dalam dunia pemerintahan. Namun, penguasa saat itu, Abu al-
Abbas menolaknya dan bahkan berupaya memenjaranya. Ibnu Khaldun pun hijrah ke Spanyol
melalui Maroko. Pada masa inilah, dia menulis kitab besar, Al-Ibar. Kitab itu terdiri atas enam
jilid dan dibuka dengan pendahuluan berjudul Muqaddimah.

Terkait persoalan politik kenegaraan, dia berpandangan bahwa agama adalah faktor penting
yang dapat menyatukan berbagai perbedaan di dalam masyarakat. Agama pun mesti menjadi
penggerak solidaritas sosial. Dia juga mengajukan tesis tentang lima fase perkembangan negara,
yakni sejak awal kebangkitan hingga kehancuran. Patut diduga, pemikirannya ini tak lepas dari
pengalamannya diburu rezim yang otoritatif.

8 | p o l i ti k d a n p e m e r i n t a h a n d a l a m I s l a m
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam sebagai agama universal, menjadi pedoman dalam menjalankan seluruh aspek kehidupan
manusia. Politik dan pemerintahan salah satunya. Politik merupakan pemikiran yang mengurus
kepentingan masyarakat. Pemikiran tersebut berupa pedoman, keyakinan hukum atau
aktivitas dan informasi. Berdasarkan paparan mengenai prinsip politik islam, maka
reaktualisasi terhadap prinsip tersebut merupakan hal yang perlu dilakukan di era modern saat
ini.

B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu,
saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga mampu membuat karya
yang jauh lebih baik dimasa yang akan datang.

9 | p o l i ti k d a n p e m e r i n t a h a n d a l a m I s l a m
DAFTAR PUSTAKA

Mawardi, Imam, dkk. (2012). Pranata Sosial di dalam Islam. Magelang: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Studi Islam Universitas Muhammadiyah Magelang.
Zawawi, Abdullah. (2015). Politik Dalam Pandangan Islam. Jurnal Ummul Qura. Vol 5(1), 85.
Zuhraini. (2014). Islam: Negara, Demokrasi, Hukum dan Politik. Jurnak Studi Keislaman. Vol
14(1), 29.
Wijaksono, Dwi Setiyo. 2019. “Karakteristik Pemikir Politik Islam”,
https://www.kompasiana.com/dwistiyowijaksono/5db961d5d541df35f955beb4/karakteristik-
pemikir-politik-islam?page=all#sectionall, diakses pada 23 November 2020 pukul 15.30
Rizqa, Hasanul. 2020. “Tiga Pemikir Politik Islam Era Klasik”,
https://republika.co.id/berita/q7orab458/tiga-pemikir-politik-islam-era-klasik, diakses pada 23
November 2020 pukul 17.10

10 | p o l i ti k d a n p e m e r i n t a h a n d a l a m I s l a m

Anda mungkin juga menyukai