BAB 1
ULUMUL QURAN
POINT 1 ada pula Madinah yang menjadi trendsenter pencetakan mushaf terbesar. Ia
dikenal dengan Mujamma’ al-Malik Fahd. Mujamma’ merupakan sebuah kompleks
percetakan mushaf terbesar di dunia yang terletak di Barat Laut kota Madinah. Luas
Mujamma’ dianggarkan 250,00 Meter persegi.
POINT 2 Mujamma’ mampu menghasilkan sekitar 10 juta mushaf setiap tahun. Bahkan awal
tahun 2009 jumlah tersebut bertambah mencapai 13 juta setahun. Bahkan untuk memberikan
kemudahan bagi umat Islam, pihak Mujamma’ telah menyediakan produk-produk tersebut dalam
bentuk digital.
FUNGSI MUJAMA SEBAGAI KOMPLEK PERCETEKAN DI MADINAH
BAB II
ASBABUNUZUL
PENGERTIAN ASBABUNNUZUL
Asbaun Nuzul, yaitu ilmu yang membahas tentang sebab-sebab turunnya ayat Alquran. .
Namun ada beberapa ulama mengatakan bahwa di dalam Alquran terdapat sejumlah ayat yang
diturunkan karena suatu permasalahan (sebab).
Asbabun nuzul berasal dari 2 kata, yaitu azbabun dan nuzul. Azbabun memiliki arti sebab
atau karena, sedangkan nuzul artinya turun.
Jika kedua kata tersebut digabungkan menjadi asbabun nuzul, maka artinya sebab-sebab
turunnya ayat Alquran. Asbabun nuzul terdiri atas 2 macam, yaitu dalam bentuk peristiwa
dan dalam bentuk pertanyaan.
CONTOH DALAM BENTUK PERISTIWA
asbabun nuzul dalam bentuk peristiwa yaitu berupa pertengkaran. Peristiwa berupa pertengkaran,
seperti adanya perselisihan dari suku Aus dan segolongan dari suku Khasraj.
Adanya peristiwa tersebut menyebabkan turunnya ayat Alquran surat Ali-imran ayat 100. Ada
pun arti dari surat Ali-imran ayat 100 yaitu: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu
mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan
mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman”.(QS.Ali’Imran: 100).
CONTOH DALAM BENTUK PERTANYAAN
Pertanyaan yang berhubungan dengan masa lalu. Salah satu pertanyaannya yaitu tentang
Zulkarnain. Dari pertanyaan tersebut, maka turunlah ayat Alquran surat Al Kahfi ayat 83. Ada
pun arti dari surat Al Kahfi ayat 83 yaitu: “Mereka akan bertanya kepadamu Muhammad tentang
Zulkarnain, Katakanlah: “Aku akan bacakan cerita tentangnya”. (QS. Al Kahfi:83)
Pertanyaan selanjutnya yaitu hal yang berhubungan dengan kejadian pada saat itu. Salah satu
pertanyaannya yaitu tentang ruh. Dari pertanyaan tersebut, maka turunlah ayat Alquran surat Al
Isra’ ayat 85. Ada pun arti dari surat Al Isra’ ayat 85 yaitu: “Dan mereka bertanya kepadamu
tentang ruh, Katakanlah "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberikan
pengetahuan melainkan sedikit”. (QS. Al-Isra’:85)
MANFAAT ASBABUNNUZUL
Terdapat berbagai arti dan contoh asbabun nuzul, di antara seperti ayat yang telah disebutkan di
atas. Asbabun nuzul tentu bisa memberikan banyak manfaat bagi umat Muslim. Salah satu
manfaat mengetahui asbabun nuzul yaitu dapat mengetahui hikmah rahasia yang
terkandung dalam pengsyari’atan hukum dalam ayat Alquran.
◦ Pengertian Mansukh
Mansukh adalah sesuatu yang dibatalkan, dihapus, dipindahkan, diganti, dan
dipalingkan.
◦ Latar Belakang
Dalam pembentukan kemaslahatan manusia tidak dapat dielakkan, adanya
Nasikh Mansukh terhadap beberapa hukum terdahulu dan diganti dengan hukum
yang sesiuai dengan tuntutan realitas zaman, waktu, dan kemaslahatan manusia.
CONTOH DALIL YANG MENUJUKAN ADANYA NASIHK DAN MANSUHK
MACAM-MACAM NASIHK
1. Nash Yang Mansukh Hukumnya, Namun Lafazhnya Tetap
Inilah jenis nash mansukh yang paling banyak. Yaitu hukum syar’i dihapuskan, tidak diamalkan,
namun lafazhnya tetap. Contohnya firman Allah: "Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin
itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu niscaya mereka dapat
mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) diantaramu, maka
mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu
kaum yang tidak mengerti." (QS Al Anfal: 65).
2. Nash Yang Mansukh Lafazhnya, Namun Hukumnya Tetap
BAB 3
MUNASABAH
PENGERTIAN MUNASABAH
– Kata munasabah secara etimologi berarti al-muqarabah (kedekatan), al-
musyakalah (keserupaan) dan al-muwafaqoh(kecocokan)
– Sedangkan secara terminologi (istilah), munasabah dapat didefinisikan sebagai berikut:
– Menurut Manna’ Al-Qathtan:
hal ini seperti hubungan antara ayat-ayat dalam surat Al-Ghasyiyah : 17-20
ك ْٱل َع ِظ ِيم
َ ِّ ِم َربƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒبِّحْ بِٱ ْسƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒفَ َس
“Semua yang berada dilangit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah
(menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Al-Hadid :1)
Misalnya antara surat Al-Fatihah dan surat Al-Baqarah, dimana dalam surat Al-Fatihah
berisi tema global tentang aqidah, muamalah, kisah, janji, dan ancaman. Sedangkan
dalam surat Al-Baqarah menjadikan penjelas yang lebih rinci dari isi surat Al-Fatihah.
Hubungan antara ayat dengan ayat berikutnya
Hubungan antara ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu surat.
Contoh dalam masalah ini misalnya dalam surat Al-Mu`minun : 1 , yang berbunyi “ qad
aflaha al-mu`minun” lalu dibagian akhir surat tersebut berbunyi “ innahu la yuflihu
alkafirun “ . Ayat pertama menginformasikan keberuntungan bagi orang-orang
mukmin,sedangkan ayat kedua dibagian akhir berisi tentang ketidakberuntungan orang-
orang kafir.
Hubungan antara kandungan ayat Al-Quran dengan Fasilah
Dalam satu surat terdapat kolerasi antara awal surat dan akhirannya. Misalkan , dalam
surat al-Qasas dimulai dengan kisah Nabi Musa AS. dan Fir`aun serta pasukannya ,
sedangkan penutup surat tersebut menggambarkan pernyataan Allah SWT agar umat
Islam jangan menjadi penolong bagi orang-orang kafir, sebab Allah SWT lebih
mengetahui tentang hidayah.
PENEGERTIAN MUKJIZAT
– Pengertian Mukjizat secara lughawi/bahasa, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), mukjizat artinya kejadian atau peristiwa ajaib yang sukar dijangkau
oleh kemampuan akal manusia.
– Karomah adalah kejadian yang luar biasa yang diberikan Allah kepada
hambaNya yang shaleh dan taat kepadaNya. Orang shaleh yang tinggi
ketaatannya kepada Allah disebut wali (wali Allah).
PENGERTIAN TARJAMAH
Bahasa ; Kata terjemah berasal dari bahasa arab “tarjama” yang berarti menafsirkan dan
menerangkan dengan bahasa yang lain (fassara wa syaraha bi lisanin akhar), kemudian
kemasukan “ta’ marbutah” menjadi al-tarjamatun yang artinya pemindahan atau penyalinan dari
suatu bahasa ke bahasa lain.
Didalam buku Manahil al-Irfan, karya al-Zarqani dijelaskan bahwa menurut tinjauan bahasa kata
terjemah mengandung 4 pengertian,
1. Menyampaikan pembicaraan, kepada orang yang belum mengetahuinya
2. Menafsirkan pembicaraan, dengan bahasa aslinya
3. Menafsirkan pembicaraan, dengan bahasa lain yang bukan bahasa aslinya
4. Pemindahan pembicaraan ; dari suatu bahasa ke bahasa lain.
2. Metode Ijmālī
Metode Ijmālī dalah menafsirkan al-Qur‟an dengan cara menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an
dengan singkat dan global, yaitu penjelasannya tanpa menggunakan uraian atau penjelasan
yang panjang lebar, dan kadang menjelaskan kosa katanya saja.
a. Contoh-contoh Kitab Tafsir
Di antara kitab-kitab tafsir yang menggunakan Metode Ijmālīadalah :
1) Tafsīr al-Jalālain karya Jalal al-Din al-Suyuṭi dan Jalal al-Din alMahally
2) al-Tafsīr al-Mukhtaṣar karya Commite Ulama (Produk Majlis Tinggi Urusan Ummat Islam)
3) ṣafwah al-Bayān li Ma‟aniy al-Qur‟an karya Husnain Muhammad Makhmut
4) Tafsīr al-Qur‟an karya Ibn Abbas yang dihimpun oleh al-Fairuz Abady.
HEREMENETIKA
Kata hermeneutika berasal dari mitos yunani tentang hermes yang merupakan utusan dewa yang
bertugas untuk menyampaikan pesan dari dewa pada manusia. Hermeneutika sendiri berasal dari
kata ”Hermeneuin” yang artinya seni menerangkan makna atau seni interpretasi
makna.
Mengacu dalam keagamaan, hermeneutika didefinisikan sebagai sekumpulan kaidah atau pola
yang harus diikuti oleh seorang mufassir dalam memahami teks keagamaan.
TAFSIR TERPUJI DAN TIDAK
Tafsir yang terpuji (mahmudah), yakni tafsir al-Qur‟an yang didasarkan dari ijtihad
yang jauh dari kebodohan dan penyimpangan serta sesuai dengan kaedah bahasa Arab.
Tafsir yang tercela (mazmumah), yakni tafsir al-Qur‟an tanpa dibarengi dengan
pengetahuan yang benar. Artinya, tafsir yang didasarkan hanya kepada keinginan
seseorang dengan mengabaikan peraturan dan persyaratan tata bahasa dan kaedah-
kaedah hukum Islam.
TAFSIR FALSAFI
Tafsir falsafi menurut Quraisy Shihab adalah upaya penafsiran al-Quran dikaitkan dengan
persoalan-persoalan filsafat
TAFSIR ILMI
merupakan suatu metode penafsiran yang menerangkan istilah-istilah ilmiah yang terkandung
pada perumpamaan-perumpamaan yang terdapat dalam al-Qur’an yang kemudian melahirkan
berbagai macam pengetahuan dan teori-teori filsafat
.
TAFSIR MUNASABAH
Munasabah adalah keterikatan ayat-ayat al-qur'an sehingga seolah-olah merupakan satu
ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan redaksi.
BAB 6
ULUMUL HADIST
Masa ini disebut masa periwayatan hadits secara terbatas (12-40 H). Para
sahabat menyampaikan amanat sedikit demi sedikit menyampikan hadits
kepada orang lain setelah nabi saw wafat. Hal tersebut dilakukan mereka
dengan penuh kehati-hatian karena takut berbuat salah. Sabda nabi saw:
“ Ketahuilah ! Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada orang yang ghaib (tidak
hadir) diantaramu. (diriwayatkan ibnu Abdil bari dari abu bakrah)Sampaikanlah daripadaku
walaupun hanya satu ayat (maksudnya satu hadist). Riwayat bukhari dari Abdullah bin Amr bin
Ash.’’
Periwayatan yang dilakukan para sahabat yang pergi kekota-kota lain, dilakukan mereka dengan
menyampaikan hadits kepada para sahabat lain dan tabi’in dengan sangat dibatasi dan sekedar
keperluan, tidak bersifat pelajaran. Terutama pada masa Abu bakar dan Umar lebih sangat
berhati-hati karena ingin menjaga jangan sampai terjadi pendustaan dalam mentabligkannya
yang diancam dosa besar. Sabda nabi saw :Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja,
maka tempatnya disediakan di neraka. (riwayat jama’ah perawi hadist)Para sahabat disamping
terbatas dalam meriwayatkan hadist, juga sangat berhati-hati dalam menerima sesama sahabat
dengan memperhatikan rawi/periwayat dan marwi (hadits yang diriwayatkan), tidak
memperbanyak menerima hadits atau meriwayatkannya.Baru pada masa khalifah Ustman dan
Ali bin abi thalib dimulai pengembangan hadits dan periwayatannya, mereka meriwayatkan
hadits dengan dua cara, yaitu:
a. Dengan lafazd asli seperti diterima dari nabi.
b. Dengan maknanya, walupun lafzdnya lain, karena yang penting adalah menyampaikan
maksud isinya.
BAB 7
TAHAMUL
SYARAT-SYARAT TAHAMUL
Adapun syarat-syarat bagi seseorang diperbolehkan untuk mengutip hadits dari orang lain
adalah:
· Penerima harus dlobid (memiliki hafalan yang kuat atau memiliki dokumen yang valid).
· Berakal sempurna.
· Tamyis.
Ulama’ hadist memiliki beberapa rumusan dalam kategori usia tamyiz. Untuk batasan minimal
seseorang bisa dikatakan tamyis dalam hal ini ulama hadistpun masih berbeda pendapat. Ada
yang mengatakan harus berusia 5 tahun atau 10 tahun, atau berusia 20 tahun, bahkan ada
ada yang mengatakan minimal berusia 30 tahun.
Beberapa ulama’ hadist masih berselisih dalam pembahasan anak-anak dalam menerima hadist,
mayoritas ulama’ hadist menganggap mereka boleh menerima riwayat hadits, sementara yang
lain berpendapat bahwa hadits yang diterima mereka tidak sah.
Mayoritas ulama hadits, ushul, dan fikih sepakat menyatakan bahwa seorang guru yang
menyampaikan sebuah hadits harus Mempunyai ingatan dan hafalan yang kuat (Dlabit),
serta memilik integritas keagamaan (‘Adalah) yang kemudian melahirkan tingkat
kredibilitas (Tsiqahi).
Yaitu murid mendengar sendiri dari perkataan gurunya, baik dengan cara
mengimlakkan maupun bukan, baik dari hafalannya maupun membaca tulisannya.
Al-Qiro’ah (Membacadarisyeikh)
Gambarannya: seorang perawi membaca hadits kepada seorang syeikh, dan syeikh
mendengarkan bacaannya untuk meneliti, baik perawi yang membaca atau orang lain
yang membaca sedang syeikh mendengarkan.
Al-Ijazah
Artinya seorang syeikh mengizinkan muridnya meriwayatkan hadits, baik dengan ucapan
ataupun tulisan. Gambarannya: seorang syeikh mengatakan kepada salah seorang
muridnya: “aku izinkan kepadamu untuk meriwayatkan dari kudemikian”
Al-Munawalah(Menyerahkan)
Yaitu seorang syeikh menulis sendiri atau dia menyuruh orang lain menulis riwayatnya
kepada orang yang hadir di tempatnya atau yang tidak hadir di situ.
Mukatabah ini ada yang disertakan dengan ijazah, dan ada yang tidak pakai ijazah, tetapi
kedua-dua macam itu boleh dipakai.
Al-I’lam(Memberitahu)
Yaitu seorang syeikh memberitahu seorang murid nya bahwa hadits ini atau kitab ini
adalah riwayatnya dari fulan, dengan tidak disertakan izin untuk meriwayatkan dari
padanya.
Al-Wahsiyyah(Mewasiati)
Yaitu seorang syeikh mewasiatkan disaat mendekati ajalnya a atau dalam perjalanan,
sebuah kitab yang ia wasiatkan kepada sang perawi. Riwayat yang seorang diterima
dengan jalan wasiat ini boeh dipakai menurut sebagian ulama, namun yang benar adalah
tidak boleh dipakai.
Al-Wijadah(Mendapat)
Yaitu seorang perawi mendapat hadits atau kitab dengan tulisan seorang syeikh dan ia
mengenal syeikh itu, sedangkan hadits-haditsnya tidak pernah didengarkan ataupun
ditulis oleh si perawi. Dalam menyampaikan hadits atau kitab yang didapati dengan jalan
wijadah ini, sirawi berkata.Dari uraian di atas kelompok kami menyimpulkan bahwa
dalam menerima dan menyampaikan (meriwayatkan) hadits ada 8 (delapan) metode
yaitu: As-Sama’ (mendengar lafadz guru), Al-Qiro’ah (membaca dari syeikh), Al-Ijazah,
Al-Munawalah (menyerahkan), Al-Kitabah, Al-I’lam (memberitahu), Al-Wahsiyah
(mewasiati), Al-Wijadah (mendapat).
1. Sanad
Secara bahasa sanad berarti sandaran, sedangkan menurut istilah adalah sebagai berikut :
ص ُل اِلَى ا ْل َم ْت ِن ُ سنَ ُد ُه َو الطَّ ِر ْي
ِّ ق ا ْل َم َو َّ ال
"Sanad adalah jalan yang menghubungkan pada matan hadits".
Untuk lebih memudahkan pemahaman, sanad bisa kita artikan sebagai rantai yang
di dalamnya berisi para periwayat hadits (para rawi) yang
menghubungkan pada matan hadits (isi hadits), yang sambung dari
Nabi Muhammad SAW.
Atau bisa juga didefinisikan :
َر َواةُ ْال َح ِديْث الِّ ِذ ْينَ نَقَلُوْ هُ ِإلَ ْينَا
Para periwayat hadits yang menukilkan (menyampaikan) hadits kepada kita.[2]
Dengan kata lain sanad adalah orang-orang yang meriwayatkan hadits dari tingkatan
sahabat hingga hadits itu sampai kepada kita.
MATAN
MUKHARIJ
Makna harfiah kata mukharrij yang berasal dari kata kharraja adalah orang yang
mengeluarkan. Makna tersebut juga bisa didatangkan dari kata akhraja dengan isin
fa’ilnya mukhrij. Menurut para ahli hadits, yang dimaksud dengan mukharrij adalah
sebagai berikut: (Mukhrij atau mukharrij: orang yang berperan dalam pengumpulan
hadits). Dapat juga didefinisikan Mukharrijul Hadits adalah orang yang
menyebutkan perawi hadits. Istilah ini berbeda dengan al-muhdits/al-muhaddits yang
memiliki keahlian tentang proses perjalanan hadits serta banyak mengetahui nama-nama
perawi, matann-matan dengan jalur-jalur periwayatannya, dan kelemahan hadits.
Pengertian rawi di sini bisa bermakna 2 macam :
Ilmu Rijalul Hadits adalah ilmu yang berkaitan dengan para perawi
yang meriwayatkan hadits-hadist nabi.
Ilmu Rijalul hadis terbagi atas dua ilmu yang besar:
1. Ilmu Tarikhir Ruwah : Ilmu sejarah perawi-perawi hadits.
2. Ilmu jahri wat Ta’dil : Ilmu yang menerangkan adil tidaknya perawi hadits.
*Objek kajiannya adalah seluruh para perawi
Adapun ruang lingkup ilmu Rijal al-Hadis adalah sejarah kehidupan para
tokoh tersebut, meliputi masa kelahiran dan wafat mereka, negeri asal, di
negeri mana saja tokoh-tokoh tersebut mengembara dan dalam jangka
berapa lama, kepada siapa saja mereka memperoleh hadis dan kepada siapa
saja mereka menyampaikan Hadis.
Dalam menyusun kitab Ath-Thabaqat, ia menggunakan dua macam sumber, yaitu:
1. Sumber musyafahah (dari mulut ke mulut) dan mendengar sendiri melalui wawancara dengan
para perawi.
2. Sumber tulisan.
Tokoh perintis ilmu rijal al-hadis ini adalah Sufyan ats-Tsauri (wafat 161 H), Al Bukhari
(wafat 256 H), Muhammad Ibnu Sa’ad (wafat 230 H), As Suyuti (wafat 911 H), ‘Aisyah(isteri
Rasul saw), dll.
Ada juga yang berpendapat bahwa ta’dil adalah menunjukkan atau membayangkan
kebaikan atau kelurusan seorang rawi. Perawi harus dapat dipercaya, handal, adil, dan
tegar.
Musthafa Al-Siba’i berpendapat bahwa Jarh wat ta’dil adalah cabang ilmu hadis yang secara
khusus membicarakan tentang sisi negatif dan positif perawi hadis.
BAB 9
HADIS SAHIH
Hadis dari satu segi dapat dibagi menjadi dua, yaitu secara kuantitas dan
kualitas. Yang dimaksud segi kuantitasnya adalah penggolongan hadis
ditinjau dari banyaknya rawi yang meriwayatkan hadis. Sedangkan
hadis berdasarkan kualitasnya adalah penggolongan hadis dilihat dari
aspek diterima atau ditolaknya.
. Hadis Ditinjau dari Segi Kuantitas.
MUTAWATIR
Arti Mutawatir
Mutawatir dalam segi bahasa memiliki arti yang sama dengan kata “mutataabi’,artinya:”
beruntun atau beriring-iringan”, maksudnya beriring-iringan antara satu dengan yang
lain tanpa ada jaraknya”.
Dengan demikian jika misalnya suatu hadis diriwayatkan oleh 10 sahabat, kemudian
diterima oleh 5 orang tabi’in dan seterusnya hanya diriwayatkan oleh 2 orang tabi’it
tabi’in, maka tidak termasuk hadis mutawatir.
AHAD
Hadits Ahad
hadis yang jumlah rawinya tidak sampai pada jumlah mutawatir,tidak
memenuhi syarat mutawatir, dan tidak pula sampai pada
derajat mutawatir. Ada juga ulama yang mendefinisikan hadis ahad secara singkat,
yakni hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat hadis mutawatir, hadis selain
hadis mutawatir, atau hadis yang sanadnya sah dan bersambung hingga sampai kepada
sumber- nya (Nabi) tetapi kandungannya memberikan pengertian zhannidan tidak sampai
kepada qath’i dan yaqin.
Di kalangan para ulama’ ahli hadis terjadi perbedaan pendapat mengenai kedudukan hadis
ahad untuk digunakan sebagai landasan hukum. Sebagian ulama’ ahli hadis berkeyakinan
bahwa hadis ahad tidak bisa dijadikan landasan hukum untuk masalah akidah. Sebab,
menurut mereka, hadis ahad bukanlah qat’i as-Subut (pasti ketetapannya). Namun menurut
para ahli hadis yang lain dan mayoritas ulama, bahwa hadis ahad wajib diamalkan jika telah
memenuhi syarat kesahihan hadis yang telah disepakati.
HADIS MANSYUR
Definisi hadist Masyhur “ Hadist yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, namun
belum mencapai derajat mutawatir.”
Dari definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa hadis masyhur adalah hadis yang
diriwayatkan dari Nabi saw. oleh beberapa orang sahabat namun tidak mencapai tingkat
mutawatir. bisa jadi, pada thabaqah (tingkatan) tabiin atau setelahnya hadis itu
diriwayatkan secara mutawatir. Tetapi, ini tidak terjadi pada setiap thabaqah.
Dari segi tingkatannya, hadis masyhur adalah termasuk paling tinggi, sebab rawi hadis masyhur
ini yang paling dekat untuk mencapai derajat mutawatir. Hanya saja, ada pada salah satu
tingkatan rawinya tidak mencapai derajat mutawatir.
HADIS AZIZ
Definisi hadis aziz : “Hadis yang diriwayatkan oleh dua orang pada satu habaqah.
Kemudian pada habaqah selanjutnya banyak rawi yang meriwayatkannya.”
Dari definisi tersebut di atas, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan hadis aziz yaitu hadis yang
pada salah satu atau setiap thabaqah (tingkatan) rawinya hanya dijumpai dua rawi saja.
Suatu hadis yang dikatagorikan sebagai hadis aziz yaitu:
• Pada tiap-tiap thabaqah (tingkatan) hanya terdapat dua rawi saja.
• Pada salah satu thabaqah (tingkatan) hanya terdapat dua rawi, meskipun thabaqah yang lainnya
lebih dari tiga rawi.
HADIS GARIB
“Hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi, di manapun tempat sanad itu terjadi.”
Dari definisi tersebut di atas, dapat katakan bahwa yang dimaksud dengan hadis garib yaitu hadis
yang diriwayatkan oleh hanya seorang rawi saja, baik dalam seluruh tingkatan sanad atau pada
salah satu tingkatan sanadnya. Adapun yang dimaksud dengan sanad menyendiri pada suatu
hadis yaitu rawi yang meriwayatkan hadis secara sendirian tanpa ada rawi yang lain.
Hadis garib juga biasa disebut hadis fardun yang artinya sendirian. Ibnu Hajar menganggap
bahwa antara garib dan fardun adalah sinonim, baik secara bahasa maupun secara istilah. Akan
tetapi, kebanyakan para ahli hadis membedakan antara garib dan fardun, yakni istilah fardun
merujuk kepada garib mutlak, sedangkan istilah garib dipakai pada garib nisbi. Hal ini sesuai
dengan pengklasifisian hadis garib yang memang dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a) Hadis Garib Mutlak (fardun).
b) Hadis Garib Nisbi.
2.Hadis Hasan
Kata hasan berasal dari kata al-husnu yang berarti al-jamalu, yang
3.Hadis Da’if.
hadis daif adalah Hadis yang tidak memenuhi syarat
diterimanya suatu hadis dikarenakan hilangnya salah satu syarat dari
beberapa syarat yang ada.
Ada perbedaan pendapat mengenai masalah hukum
menggunakan hadis da’if. Mayoritas ulama membolehkan
mengambil hadis iaif sebagai hujjah, apabila terbatas pada masalah
fadal’ilul 'amal.
BAB 10
FUNGSI HADIS
PENGERTIAN HADIS
Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik itu ucapan,
perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Berikut ini adalah penjelasan mengenai ucapan, perbuatan,
dan perkataan.
MACAM-MACAM HADIS
1) Hadits Qauliyah (ucapan)
2) Hadits Fi’liyah (perbuatan)
3) Hadits Taqririyah (perkataan)
KEDUDUKAN HADIS
FUNGSI HADIS
1) Menguatkan dan menegaskan hukum-hukum yang tersebut dalam Al-Qur’an
atau disebut fungsi ta’kid dan taqrir.
2) Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an.
3) Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Qur’an.
4) Merinci apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara garis besar.
5) Membatasi apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara umum.
6) Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam Al-Qur’an.