Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an ialah mukjizat terbesar yang diturunkan oleh Allah

kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril guna disampaikan

kepada umatnya. Al-Qur’ an. Al-Qur’an jika diibaratkan lautan maka, al-

qur’an merupakan lautan yang sangat luas. Sebab, para sejarawan dan

ilmuwan Islam telah mempelajari Al-Qur’an dari berbagai macam sudut

pandang. Baik dari sudut bahasa serta sastranya, wujud dan huruf yang

digunakannya, isi kandungannya, serta kronologis turunya surah dan ayat.

Namun semua itu tentu tidak akan pernah tuntas dalam

memperbincangkannya.1

Kata al-quran dalam bahasa merupakan masdar dari kata kerja

qara’a yang mempunyai arti membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat

ditemukan dalam surat al-qiyamah ayat 17 dan 18, yang berbunyi:

١٨ ‫ َفِإَذا َقَرۡأ َٰنُه َفٱَّتِبۡع ُقۡر َءاَنۥُه‬١٧ ‫َعُه َو ُقۡر َءاَنۥُه‬


‫ِإَّن َعَلۡي َنا َج ۥ‬

“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di


dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya (17) Apabila Kami
telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.(18) 2
1
Nasruddin, “Sejarah Penulisan Al-Qur’ān (Kajian Antropologi Budaya)”, Jurnal Rihlah II, No. 1, (Mei
2015), 69.
2
Q.S. al-qiyamah: 17-18.
Pada surat al-qiyamah ayat 17 dan 18 tersebut allah menjelaskan

bahwasannya allah melarang nabi muhammad untuk mengikuti bacaan dari

malaikat jibril dan allah memberikan bimbingan kepadanya bagaimana cara

untuk membaca ayat tersebut dengan sempurna. Sehingga nabi muhammad

akan selalu menghafalnya dan tidak lupa.

apabila malaikat jibril sedang membacakan ayat-ayat yang akan

diturunkan hendaklah nabi muhammad diam dan mendengarkan bacaannya.

Namun, apabila malaikat jibril telah menyelesaikan bacaan dari ayat-ayat

yang harus diturunkan, maka hendaklah nabi muhammad membacanya dan ia

akan senantiasa mengingat dan menghafalnya.

Dari sudut pandang yang lain surat alqiyamah ayat 17 dan 18 ini

mempunyai arti apabila malaikat jibril selesai membacakan ayat-ayatnya

maka, hendaklah nabi muhammad segera untuk mengamalkan hukum-hukum

dan syariatnya. Semenjak perintah ini diturunkan nabi muhammad senantiasa

mengikuti dan mendengarkan dengan memperhatikan wahyu yang dibacakan

oleh malaikat jibril. Dan bacaan itu akan tetap tinggal dalam ingatan nabi

muhammad.3

Al-qur’an diturunkan dengan kondisi masyarakat arab yang belum

cakap dalam membaca dan menulis. terdapat sebuah Riwayat yang

3
Quran kemena, https://quran.kemenag.go.id/surah/75 (09 Jnauari 2023)
mengatakan bahwasannya masyarakat arab pada saat itu yang cakap dalam

membaca dan menulis hanya belasan orang saja. Namun, Pada masa itu

masyarakat arab memiliki hafalan yang kuat dan bisa diandalkan. 4 Pada saat

itu masyarakat arab disebut dengan masyarakat yang ummi yakni masyarakat

yang belum mengenal cara membaca dan menulis.

Hal ini juga tercantum dalam al-qur’an surah al-jumuah ayat 2 yang

berbunyi5 :

‫ِه ِت ِه ِه‬ ‫يِف‬ ‫َّل ِذ‬


‫ُه َو ا ي َبَعَث اُأْلِّمِّيَني َرُس واًل ِّم ْنُه ْم َيْتُل و َعَلْي ْم آَيا َوُيَزِّك ي ْم َو ُيَعِّلُم ُه ُم‬
)٢( ‫اْلِكَتاَب َواِحْلْك َم َة َو ِإن َك اُنوا ِم ن َقْبُل َلِف ي َض اَل ٍل ُّم ِبٍني‬
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka
dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”

Dalam surat al-jumuah ayat 2 tersebut allah menjelaskan

bahwasannya allah lah yang mengutus seorang rasul dari golongan mereka

sendiri yakni golongan yang masih buta huruf, belum mengetahui cara

membaca dan menulis yakni, nabi muhammad SAW dengan beberapa tugas

yakni :

1. Membacakan ayat – ayat al-qur’an yang mana didalamnya terkandung

petunjuk dan bimbingan kebaikan untuk hidup dinunia dan di akhirat.

4
M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulum al-Qur’an, Jilid 5 (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2013), 20.
5
Q.S al jumuah : 2.
2. Mengajarkan al-qur’an kepada umatnya yang berisikan syariah agama

dan hukum-hukum serta hikmah yang terkandung di dalamnya.

3. Membersihkan umat nya dari akidah yang menyesatkan, kemusrikan,

sifat-sifat jahiliyyah sehingga mereka berakidahkan tauhid yang

mengesakan allah. Serta, tidak mempercayai kembali kepada berhala

yang sebelumnya mereka sembah.

Di dalam surat al-jumuah tadi disebutkan secara khusus

bahwasannya, nabi muhammad dan bangsa arab yang buta huruf, dalam hal

tersebut bukan berarti kerasullan nabi muhammad diperuntukkan untuk

bangsa arab saja. Namun, itu diperuntukkan semua makhluk termasuk

didalamnya yakni para jin dan manusia.6

Pada semasa nabi masih hidup para sahabat belajar al-qur’an

kepada nabi dengan menggunakan hafalan. namun, nabi juga menyampaikan

pentingnya membaca dan menulis. Sehingga Ketika allah menurunkan

wahyunya, nabi selalu memanggil Zaid bin Ṡabit untuk menuliskan wahyu-

wahyu tersebut.7 selain Zaid bin Ṡabit para sahabat juga menuliskan wahyu

yang turun atas dasar kemauan nya sendiri. Wahyu-wahyu yang turun tersebut

dituliskan diatas pelepah kurma, bebatuan, kayu, tulang binatang.8

6
Quran kemeaq, https://quran.kemenag.go.id/surah/62 (09 Januari 2023)
7
M. Mustofa al-‘Azami, Sejarah Teks Al-Qur’ān dari Wahyu sampai Kompilasi, Jilid.1 Penerjemah
Sohirin Solihin, dkk. (Jakarta: Gema Insani, 2005), 73.
8
Nasruddin, “Sejarah Penulisan Al-Qur’ān (Kajian Antropologi Budaya)”, Jurnal Rihlah II, No. 1, (Mei
2015), 56.
Upaya untuk mengkodifikasikan al-qur’an pada masa nabi waktu

itu belum dilakukan. Karena wahyu pada saat itu masih turun dan juga belum

terdapat kebutuhan yang mendesak. Sehingga wahyu-wahyu yang telah ditulis

oleh para sahabat masih tersebar dimana-mana.9

Pada masa ke khalifaan Abu Bakar yakni pada tahun 12 H terjadilah

perang yamamah. Dalam perang yamamah ini menyebabkan cukup banyak

para penghafal al-qur’an yang meninggal dunia. Ada beberapa pendapat yang

menyampaikan jumlah para penghafal yanag meninggal sebanyak 70 orang,

sedangkan pendapat yang lain mengatakan sebanyak 500 orang. 10

Dikarenakan perang ini menimbulkan banyak para penghafal al-qur’an yang

menjadi korban maka Khalifa Umar bin Khattab tergerak hatinya untuk

mengusulkan pembukuan al-qur’an kepada Khalifa Abu Bakar. Pada mulanya

Khalifa Abu Bakar menolak usulan Khalifa Umar untuk pembukuan al-

qur’an. Namun, Khalifa Umar tiada henti untuk meyakinkan usulan nya

kepada Khalifa Abu Bakar. Hingga pada akhirnya Khalifa Abu Bakar setuju

dan membentuk sebuah tim pembukuan yang dipimpin oleh zaid bin Ṡabit.11

Pemeliharaan Al-qur’an terus dilakukan sampai pada masa

kekhalifahan Usman bin Affan. Pada masa ini Islam sudah menyebar luas ke

bermacam penjuru, orang-orang Islam sudah terpencar di bermacam wilayah.

9
Enang Sudrajat, “Pentashihah Muṣḥaf Al-Qur’ān di Indonesia”, Jurnal Suhuf 6, No. 1, (2013), 60.
10
Manna al-Qaṭṭān, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, jilid. 1, terj. Aunur Rafiq el-Mazni, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2005), 158.
11
M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulum al-Qur’an, Jilid 5 (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2013), 28.
Pada tiap wilayah sudah popular bacaan sahabat yang mengajarkan mereka

membaca al-qur’an. seperti bacaan penduduk Syam yang meniru bacaan dari

Ubay bin Ka‟ab, penduduk Kufah meniru bacaan Abdullah bin Mas‟ud, serta

sebagian lain menjajaki bacaan Abu Musa al- Asy‟ari. 12 Di antara mereka ada

perbandingan bunyi huruf serta wujud bacaan. Permasalahan ini berujung

pada pertikaian, silih merasa sangat benar sehingga nyaris mengkufurkan satu

sama lain.13

Sebagai Khalifah Usman bin Affan, kemudian mengumpulkan para

sahabat dan para cendekiawan untuk bermusyawarah guna menemukan solusi

yang tepat. Hasil dari musyawarah tersebut Khalifah Usman mengutus empat

sahabat yakni, Zaid bin Ṡabit, Abdullah bin Zubair, sa’id ibn al-ash dan

Abdurrahman ibn Hisyam untuk menyalin dan memperbanyak mushaf.

setelah itu mengirimkannya ke segala wilayah, berikutnya ia mengintruksikan

supaya orang- orang membakar mushaf selainnya. 14 Dari mushaf yang ditulis

pada masa Usman inilah kalangan muslimin di segala pelosok menyalin al-

qur’an. Metode dan model al-qur’an ini yang dikenal sebagai rasm Usmani.

Penulisan alquran pada masa rasulullah dan masa para khalifah

hanya berupa tulisan yanag terdiri dari simbol dasar yang hanya

12
Muhammad Ali ash-Shabuni, al-Tibyan fi Ulum al-Qur‟an, terj. Moch. Chudlori Umar, Moh. Matsna
(Bandung: Alma’arif, 1996), 94.
13
Fahd bin Abdurrahman al-Rumi, Dirasat fi„Ulum al-Qur‟an, terj. Amirul Hasan, Muhammad
(Yogyakarta: Ttitian Ilahi, 1996), 117
14
Muhammad Ali ash-Shabuni, al-Tibyan fi Ulum al-Qur‟an, terj. Moch. Chudlori Umar, Moh. Matsna
(Bandung: Alma’arif, 1996), 95.
menggambarkan struktur konsonan dalam sebuah kata. Biasanya dituliskan

dalam dentuk garis, lurus tanpa titik dan baris.15 Teks awal al-qur’an dan

naskah arab umumnya tidak menggunakan tanda baca dan diakritik. 16

Diakritik sendiri dalam al-qur’an baru diperkenalkan pada masa pemerintahan

bani umayyah yang kelima, yakni pada masa abdul malik bin marwan sekitar

tahun 66-68 hijriyah/685-705 masehi.

Seiring berjalannya waktu penulisan al-qur’an pun berangsur

mengalami perbaikan, bebrapa ulama memberikan perbaikan dalam tanda

baca alqur’an diantaranya yakni17:

1. abu aswad al-duali

abu aswad al-duali merupakan seorang ulama dalam bidang

nahwu.18nahwu sendiri merupakan tata bahasa dalam bahasa arab. Abu

aswad al-duali ini juga dijuluki sebagai bapak bahasa arab. Abu aswad al-

duali memberikan lambang fatha dengan menggunakan titik pada depan

atas huruf, lambang kasrah dengan menggunakan titik pada depan bawah

huruf, sedangkan lambang dhammah dengan menggunakan titik pada

akhir huruf.

15
Manna‟ al-Qattan, Mabahith fi Ulum al-Qur’an (Surabaya: al-Hidayah, TT), 150.
16
Tanda baca dalam bentuk titik
17
Maftuh bastul birri, mari Memakai Al-qur’an Rasm Usmani (RU) Kajian Tulisan Al-Qur’an dan
Pedoman Menulisnya, (Kediri: Lirboyo, 2018), 114-115.
18
Amir dariri, “abu al-aswad ad-duali, politikus yang menjadi ahli nahwu pertama”
http://www.ppwalisongo.id/berita/detail/203/abu-al-aswad-ad-duali-politikus-yang-
menjadi-ahli-nahwu-pertama (09 Januari 2023)
2. nashr bin ‘ashim

nashr bin ‘ashim merupakan salah satu murid dari abu aswad

al-duali. Beliau juga dianggap sebagai ulama yang terkemua dibidang

nahwu. Dan diriwayatkan bahwasannya nashr bin’ashim adalah orang

yang pertama memberikan tanda titik pada huruf-huruf tersebut. hal ini ia

lakukan atas perintah dari al-hajjaj bin yusuf Nashr bina’shim

memberikan perubahan dengan menambahkan titik pada suatu huruf guna

untuk membedakan dengan huruf yang lain.

3. Al-khalil bin ahmad,

Selain abu aswad-al duali dan nashr bil a’shim al-khalil bin

ahmad juga merupakan ulama yang populer dalam ilmu tata bahasa arab.

Beliau juga penemu dari ilmu arudh dan ilmu tenang wazan-wazan syair

arab. Peran beliau dalam penulisan alqur’an yakni mengubah sistem

harakat dari abu aswad al-duali yang awalnya titik menjadi satu garis.

Satu garis di atas huruf untuk fatha, satu garis di bawah huruf untuk

kasrah, dan wau kecil di atas huruf untuk dhammah. Al-khalil bin ahmad,

juga memberikan lambang untuk tanwin yakni dengan memberikan

lambang dua garis dan dua wau kecil.19

Persoalan al-qur’an tidak berhenti di pengkodifikasian nya saja

dalam penulisannya menggunakan rasm usmani ini pun menuai perbedaan

pendapat di beberapa ulama. Pendapat ulama yang pertama, berpendapat


19
Manna‟ al-Qattan, Mabahith fi Ulum al-Qur’an (Surabaya: al-Hidayah, TT), 151.
bahwa penulisan al-qur’an ini bersifat taufiqi yakni yang berhak untuk

menuliskan al-qur’an adalah para sahabat yang ditunjuk dan dipercaya oleh

nabi. Pendapat yang kedua, rasm mushaf ini bersifat ijtihadi yakni sebuah

bentuk tulisan yang telah disepakati dan disetujui oleh Khalifah Usman.

Pendapat yang ketiga, rasm mushaf ini bersifat istilahi yakni diperbolehkan

menulis al-qur’an selain menggunakan rasm mushaf usmani.20

Pada tahun 2018 bulan oktober terdapat video yang

menggemparkan sosial media yakni tentang video mushaf al-qur’an yang

salah dan dianggap menyesatkan umat. Kepala dari lajna pentashihan mushaf

al-qur’an menjawab terkait video yang viral tersebut bahwasannya mushaf

yang ada divideo tersebut adalah mushaf yang diterbitkan oleh darul ma’rifah

beirut. Mushaf tersebut ditulis menggunakan riwayat warsy dari Imam Nafi’.

Dan mushaf tersebut menggunakan khat maghribi yang mana khat tersebut

berbeda dengan mushaf standar Indonesia.

Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa mushaf saat ini sangat

beragam. Saat ini di Indonesia sendiri memiliki mushaf dengan standar

Indonesia. Mushaf standar Indonesia ini dibakukan penulisannya, harakat, dan

tanda wakaf nya berdasarkan dari hasil musyawarah kerja ulama (musker)

indonesia I s.d IX (1974 s.d 1983) dan dijadikan sebagai pedoman dari

20
Eva Nugraha, “Konsep al-Nabi al-Ummi dan Implikasinya pada Penulisan Rasm”, Jurnal-Refleksi 13,
No.2 (April 2012) 277-278.
penerbitan mushaf di Indonesia.21 Namun, Mushaf dengan standar Indonesia

ini sedikit mendapatkan perdebatan boleh atau tidaknya. Karena hal ini

menyebabkan umat muslim di Indonesia tidak memperhatikan pentingnya

memahami mushaf standar Usmani untuk menghindari kesalahan membaca

al-qur’an.

Salah satu ulama’ yang tetap menyuarakan untuk menggunakan al-

qur’an dengan rasm usmani ialah kiai Maftuh dari Pondok Pesantren

Murottilir Quran Lirboyo. Hal ini jelas tertuang dalam bukunya yang berjudul

mari memakai al-qur’an rasm usmani. menurut beliau mushaf dengan standar

indonesia yang diterbitkan oleh departemen agama RI pada tahun 1983/1984

ini masih banyak kekurangannya. Dalam hal ini kyai maftuh menemukan

masih banyak ketidak orisinilan dalam mushaf yang digarap oleh Departemen

agama RI pada tahun1983/1984 itu.

kiai Maftuh sendiri merupakan pengasuh dari pondok pesantren

murottilir quran lirboyo. Pada mulanya kiai maftu merintis pendidikan Al-

Qur’an untuk pertama kalinya ada di pesantren Lirboyo dengan sistem

sorogan pada tahun 1977 M. Kemudian sekitar tahun 1979 M, kiai Maftuh

mendirikan sebuah madrasah khusus yang bernama Madrasah Murottilil

Qur’an (MMQ). Karena semakin banyaknya santri yang mengaji, maka

sekitar tahun 1978 M. MMQ berdiri sebagai lembaga pendidikan Pondok

21
Badan Penulisan dan Pengembangan Agama, Mengenal Al-qur’an Standar Indonesia, (Jakarta:
Departemen Agama R.I, 1994/ 1995), 1.
Pesantren Lirboyo yang khusus membidangi al-Qur’an. Dengan nama pondok

pesantren murottilil quran (PPMQ), sesuai dengan TAP BPKP2L’09 yang

disahkan pada tanggal 6 juli 2009.

Pondok Pesantren Murottilir Quran (PPMQ) adalah salah satu unit

Pondok Pesantren Lirboyo yang berada di sebelah barat dari Pondok Induk

Lirboyo. Pondok Pesantren Murottilil Qur’an memadukan antara pendidikan

al-Qur’an dan pendidikan diniyah. PPMQ Lirboyo lebih menitik beratkan

pada metode hafalan dan membaca al-Qur’an yang baik dan benar secara tartil

dengan menggunakan al-Qur’an Rasm Usmani.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti

lebih lanjut tentang penggunaan al-qur’an dengan rasm usmani serta upaya

penerapan dari Pondok Pesantren Murottilir Quran dalam menggunakan al-

qur’an dengan rasm usmani. Penulisan tersebut penulis angkat dalam skripsi

ini dengan judul “Penggunaan Mushaf Standar usmani Pada Ponsok

Pesantren Murottilir Quran Lirboyo”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas peneliti sedikit menguraikan berbagai

masalah yang ditemukan inilah yang dimaksud dengan dentifikasi masalah.

Berikut beberapa identifikasi masalah yang peneliti temukan dalam penelitian

ini:
1. Beberapa umat islam yang belum mengetahui tentang ilmu rasm.

2. Beredarnya mushaf dengan berbagai model penulisannya (rasm).

3. Mushaf standar Indonesia yang menuai pro dan kontra.

4. Kiai Maftuh yang menyuarakan untuk tetap menggunakan rasm Usmani.

5. Penggunaan rasm usmani di Pondok Pesantren Murottilir Quran Lirboyo.

6. Upaya penerapan mushaf usmani di Pondok Pesantren Murottilir Quran

Lirboyo.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah disini ialah dari berbagai masalah yang telah

diidentifikasi oleh peneliti diatas, peneliti memilih beberapa masalah yang

dirasa urgen untuk diselesaikan, yakni sebgai berikut :

1. Penggunaan mushaf usmani pada Pondok Pesantren Murottilil Qur’an

Lirboyo.

2. Upaya penerapan penggunaan mushaf usmani pada Pondok Pesantren

Murottilil Qur’an Lirboyo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

didapatkan sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan mushaf usmani pada Pondok Pesantren Murottilil

Qur’an Lirboyo?
2. Bagaimana upaya penerapan penggunaan mushaf usmani pada Pondok

Pesantren Murottilil Qur’an Lirboyo?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui penggunaan mushaf usmani pada Pondok Pesantren

Murottilil Qur’an Lirboyo.

2. Mengetahui upaya penerapan penggunaan mushaf usmani pada Pondok

Pesantren Murottilil Qur’an Lirboyo.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Secara teoritis

Penulis mengaharapkan hasil dari penelitian ini dapat

menambah kekayaan dalam ilmu pendidikan, khususnya bagi mahasiswa

Pendidikan agama islam.

2. Secara praktis

a. Bagi peserta didik

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu para

peserta didik untuk menghindari kesalahan dalam membaca al-qur’an

berstandar usmani.
b. Bagi pengajar

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memudahkan

para guru khsusnya pengajar al-qur’an berstandar usmani dalam

mengajarkan membaca al-qur’an berstandar usmani.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini secara garis besarnya terbagi menjadi lima bab, dimana

setiap bab nya memiliki sub-sub bab nya masing-masing. Pada bab pertama

yakni pendahuluan. Pada bab ini berisi latar belakang, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, penelitian terdahulu,

definisi operasional dan sistematika penulisan.

Bab kedua, berisi tentang kajian pustaka, dimana pada bagian ini

penulis akan memberikan

Pada bab ketiga berisi tentang pokok pembahasan yakni tentang

Pondok Pesantren Murottilir Quran Lirboyo, sejarah beridirinya Pondok

Pesantren Murottilir Quran, penggunaan serta upaya penerapan mushaf

Usmani di pondok Peantren Murottilir Quran Lirboyo.

Bab keempat, berisikan jawaban atas rumusan masalah yang ada di

bab satu sesuai dengan teori pada bab dua dan hasil penelitian pada bab tiga.

Pembahasan pada bab empat ini meliputi analisis dari penggunaan dan upaya

penerapan pada penggunaan mushaf Usmani di Pondok Pesantren Murottilir

Quran Lirboyo.
Bab terakhir yakni bab kelima berisikan kesimpulan yang didapat

dari hasil yanag didapatkan serta berisikan saran terkait dengan penulisan.

Anda mungkin juga menyukai