PENDAHULUAN
kepada umatnya. Al-Qur’ an. Al-Qur’an jika diibaratkan lautan maka, al-
qur’an merupakan lautan yang sangat luas. Sebab, para sejarawan dan
pandang. Baik dari sudut bahasa serta sastranya, wujud dan huruf yang
memperbincangkannya.1
qara’a yang mempunyai arti membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat
Dari sudut pandang yang lain surat alqiyamah ayat 17 dan 18 ini
oleh malaikat jibril. Dan bacaan itu akan tetap tinggal dalam ingatan nabi
muhammad.3
3
Quran kemena, https://quran.kemenag.go.id/surah/75 (09 Jnauari 2023)
mengatakan bahwasannya masyarakat arab pada saat itu yang cakap dalam
membaca dan menulis hanya belasan orang saja. Namun, Pada masa itu
masyarakat arab memiliki hafalan yang kuat dan bisa diandalkan. 4 Pada saat
itu masyarakat arab disebut dengan masyarakat yang ummi yakni masyarakat
Hal ini juga tercantum dalam al-qur’an surah al-jumuah ayat 2 yang
berbunyi5 :
bahwasannya allah lah yang mengutus seorang rasul dari golongan mereka
sendiri yakni golongan yang masih buta huruf, belum mengetahui cara
membaca dan menulis yakni, nabi muhammad SAW dengan beberapa tugas
yakni :
4
M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulum al-Qur’an, Jilid 5 (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2013), 20.
5
Q.S al jumuah : 2.
2. Mengajarkan al-qur’an kepada umatnya yang berisikan syariah agama
bahwasannya, nabi muhammad dan bangsa arab yang buta huruf, dalam hal
wahyunya, nabi selalu memanggil Zaid bin Ṡabit untuk menuliskan wahyu-
wahyu tersebut.7 selain Zaid bin Ṡabit para sahabat juga menuliskan wahyu
yang turun atas dasar kemauan nya sendiri. Wahyu-wahyu yang turun tersebut
6
Quran kemeaq, https://quran.kemenag.go.id/surah/62 (09 Januari 2023)
7
M. Mustofa al-‘Azami, Sejarah Teks Al-Qur’ān dari Wahyu sampai Kompilasi, Jilid.1 Penerjemah
Sohirin Solihin, dkk. (Jakarta: Gema Insani, 2005), 73.
8
Nasruddin, “Sejarah Penulisan Al-Qur’ān (Kajian Antropologi Budaya)”, Jurnal Rihlah II, No. 1, (Mei
2015), 56.
Upaya untuk mengkodifikasikan al-qur’an pada masa nabi waktu
itu belum dilakukan. Karena wahyu pada saat itu masih turun dan juga belum
para penghafal al-qur’an yang meninggal dunia. Ada beberapa pendapat yang
menjadi korban maka Khalifa Umar bin Khattab tergerak hatinya untuk
Khalifa Abu Bakar menolak usulan Khalifa Umar untuk pembukuan al-
qur’an. Namun, Khalifa Umar tiada henti untuk meyakinkan usulan nya
kepada Khalifa Abu Bakar. Hingga pada akhirnya Khalifa Abu Bakar setuju
dan membentuk sebuah tim pembukuan yang dipimpin oleh zaid bin Ṡabit.11
kekhalifahan Usman bin Affan. Pada masa ini Islam sudah menyebar luas ke
9
Enang Sudrajat, “Pentashihah Muṣḥaf Al-Qur’ān di Indonesia”, Jurnal Suhuf 6, No. 1, (2013), 60.
10
Manna al-Qaṭṭān, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, jilid. 1, terj. Aunur Rafiq el-Mazni, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2005), 158.
11
M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulum al-Qur’an, Jilid 5 (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2013), 28.
Pada tiap wilayah sudah popular bacaan sahabat yang mengajarkan mereka
membaca al-qur’an. seperti bacaan penduduk Syam yang meniru bacaan dari
Ubay bin Ka‟ab, penduduk Kufah meniru bacaan Abdullah bin Mas‟ud, serta
sebagian lain menjajaki bacaan Abu Musa al- Asy‟ari. 12 Di antara mereka ada
pada pertikaian, silih merasa sangat benar sehingga nyaris mengkufurkan satu
sama lain.13
yang tepat. Hasil dari musyawarah tersebut Khalifah Usman mengutus empat
sahabat yakni, Zaid bin Ṡabit, Abdullah bin Zubair, sa’id ibn al-ash dan
supaya orang- orang membakar mushaf selainnya. 14 Dari mushaf yang ditulis
pada masa Usman inilah kalangan muslimin di segala pelosok menyalin al-
qur’an. Metode dan model al-qur’an ini yang dikenal sebagai rasm Usmani.
hanya berupa tulisan yanag terdiri dari simbol dasar yang hanya
12
Muhammad Ali ash-Shabuni, al-Tibyan fi Ulum al-Qur‟an, terj. Moch. Chudlori Umar, Moh. Matsna
(Bandung: Alma’arif, 1996), 94.
13
Fahd bin Abdurrahman al-Rumi, Dirasat fi„Ulum al-Qur‟an, terj. Amirul Hasan, Muhammad
(Yogyakarta: Ttitian Ilahi, 1996), 117
14
Muhammad Ali ash-Shabuni, al-Tibyan fi Ulum al-Qur‟an, terj. Moch. Chudlori Umar, Moh. Matsna
(Bandung: Alma’arif, 1996), 95.
menggambarkan struktur konsonan dalam sebuah kata. Biasanya dituliskan
dalam dentuk garis, lurus tanpa titik dan baris.15 Teks awal al-qur’an dan
bani umayyah yang kelima, yakni pada masa abdul malik bin marwan sekitar
aswad al-duali ini juga dijuluki sebagai bapak bahasa arab. Abu aswad al-
atas huruf, lambang kasrah dengan menggunakan titik pada depan bawah
akhir huruf.
15
Manna‟ al-Qattan, Mabahith fi Ulum al-Qur’an (Surabaya: al-Hidayah, TT), 150.
16
Tanda baca dalam bentuk titik
17
Maftuh bastul birri, mari Memakai Al-qur’an Rasm Usmani (RU) Kajian Tulisan Al-Qur’an dan
Pedoman Menulisnya, (Kediri: Lirboyo, 2018), 114-115.
18
Amir dariri, “abu al-aswad ad-duali, politikus yang menjadi ahli nahwu pertama”
http://www.ppwalisongo.id/berita/detail/203/abu-al-aswad-ad-duali-politikus-yang-
menjadi-ahli-nahwu-pertama (09 Januari 2023)
2. nashr bin ‘ashim
nashr bin ‘ashim merupakan salah satu murid dari abu aswad
yang pertama memberikan tanda titik pada huruf-huruf tersebut. hal ini ia
Selain abu aswad-al duali dan nashr bil a’shim al-khalil bin
ahmad juga merupakan ulama yang populer dalam ilmu tata bahasa arab.
Beliau juga penemu dari ilmu arudh dan ilmu tenang wazan-wazan syair
harakat dari abu aswad al-duali yang awalnya titik menjadi satu garis.
Satu garis di atas huruf untuk fatha, satu garis di bawah huruf untuk
kasrah, dan wau kecil di atas huruf untuk dhammah. Al-khalil bin ahmad,
menuliskan al-qur’an adalah para sahabat yang ditunjuk dan dipercaya oleh
nabi. Pendapat yang kedua, rasm mushaf ini bersifat ijtihadi yakni sebuah
bentuk tulisan yang telah disepakati dan disetujui oleh Khalifah Usman.
Pendapat yang ketiga, rasm mushaf ini bersifat istilahi yakni diperbolehkan
salah dan dianggap menyesatkan umat. Kepala dari lajna pentashihan mushaf
yang ada divideo tersebut adalah mushaf yang diterbitkan oleh darul ma’rifah
beirut. Mushaf tersebut ditulis menggunakan riwayat warsy dari Imam Nafi’.
Dan mushaf tersebut menggunakan khat maghribi yang mana khat tersebut
tanda wakaf nya berdasarkan dari hasil musyawarah kerja ulama (musker)
indonesia I s.d IX (1974 s.d 1983) dan dijadikan sebagai pedoman dari
20
Eva Nugraha, “Konsep al-Nabi al-Ummi dan Implikasinya pada Penulisan Rasm”, Jurnal-Refleksi 13,
No.2 (April 2012) 277-278.
penerbitan mushaf di Indonesia.21 Namun, Mushaf dengan standar Indonesia
ini sedikit mendapatkan perdebatan boleh atau tidaknya. Karena hal ini
al-qur’an.
qur’an dengan rasm usmani ialah kiai Maftuh dari Pondok Pesantren
Murottilir Quran Lirboyo. Hal ini jelas tertuang dalam bukunya yang berjudul
mari memakai al-qur’an rasm usmani. menurut beliau mushaf dengan standar
ini masih banyak kekurangannya. Dalam hal ini kyai maftuh menemukan
masih banyak ketidak orisinilan dalam mushaf yang digarap oleh Departemen
murottilir quran lirboyo. Pada mulanya kiai maftu merintis pendidikan Al-
sorogan pada tahun 1977 M. Kemudian sekitar tahun 1979 M, kiai Maftuh
21
Badan Penulisan dan Pengembangan Agama, Mengenal Al-qur’an Standar Indonesia, (Jakarta:
Departemen Agama R.I, 1994/ 1995), 1.
Pesantren Lirboyo yang khusus membidangi al-Qur’an. Dengan nama pondok
Pondok Pesantren Lirboyo yang berada di sebelah barat dari Pondok Induk
pada metode hafalan dan membaca al-Qur’an yang baik dan benar secara tartil
lebih lanjut tentang penggunaan al-qur’an dengan rasm usmani serta upaya
qur’an dengan rasm usmani. Penulisan tersebut penulis angkat dalam skripsi
B. Identifikasi Masalah
ini:
1. Beberapa umat islam yang belum mengetahui tentang ilmu rasm.
Lirboyo.
C. Pembatasan Masalah
Lirboyo.
D. Rumusan Masalah
Qur’an Lirboyo?
2. Bagaimana upaya penerapan penggunaan mushaf usmani pada Pondok
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
berikut:
1. Secara teoritis
2. Secara praktis
berstandar usmani.
b. Bagi pengajar
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini secara garis besarnya terbagi menjadi lima bab, dimana
setiap bab nya memiliki sub-sub bab nya masing-masing. Pada bab pertama
yakni pendahuluan. Pada bab ini berisi latar belakang, identifikasi masalah,
Bab kedua, berisi tentang kajian pustaka, dimana pada bagian ini
bab satu sesuai dengan teori pada bab dua dan hasil penelitian pada bab tiga.
Pembahasan pada bab empat ini meliputi analisis dari penggunaan dan upaya
Quran Lirboyo.
Bab terakhir yakni bab kelima berisikan kesimpulan yang didapat
dari hasil yanag didapatkan serta berisikan saran terkait dengan penulisan.