Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fajriyatun Nadhifatu Aliyah

NIM : 07020220024
Prodi : SAA/B1
UAS STUDI HADIST

1.a) Perbedaan hadist, sunnah, khabar, dan atsar adalah:

 Hadits => disandarkan kepada nabi mengenai perkataan, perbuatan dan


persetujuan.
 Sunnah => disandarkan kepada nabi dan para sahabat mengenai perbuatan.
 Khabar => disandarkan kepada nabi dan selainnya mengenai perkataan dan
perbuatan
 Atsar => disandarkan kepada sahabat mengenai perkataan dan perbuatan.

b.) Sanad adalah rentetan orang yang menghubungkan dari satu perawi hadist
hingga sampai pada Nabi Muhammad SAW.

Matan adalah akhir dari sanad dan inti dari hadist karena mengandung segala hal
yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Rawi adalah seseorang yang menghimpun hadist nabi kedalam suatu kitab hadist
setelah diambil dari hadist guru.

c.) Cara meriwayatkan hadist:

 “Sama Min Lafadz al-Syaikh”, yakni mendengan sendiri dari perkataan


gurunya, baik secara dikte atau bukan, baik dari hafalannya maupun dibaca
dari tulisannya, maupun mendengan dari balik hijab, asal berkeyakinan
bahwa suara yang didengar adalah suara gurunya, kemudian dia sampaikan
kepada orang lain.
 Al-Qira’ah ‘ala al-Syaikh (‘aradh) yakni murid membaca Hadis didepan
gurunya, baik ia sendiri yang menyampaikan atau yang mendengar dan yang
meriwayatkan.
 Ijazah yaitu pemberian izin dari seseorang kepada orang lain untuk
meriwayatkan Hadis darinya atau dari kitab-kitabnya.
 Munawalah yaitu seorang guru memberikan sebuah naskah asli kepada
muridnya atau salinan yang sudah dikoreksinya untuk diriwayatkannya.
 Mukhtabah yaitu seorang guru yang menulis sendiri atau menyuruh orang
lain untuk menulis beberapa Hadis kepada orang ditempat lain atau yang ada
dihadapannya.
 Wijadah yaitu memperoleh tulisan Hadis orang lain yang tidak
diriwayatkandengan sama’, qira’ah maupun selainnya, dari pemilik Hadis
atau pemilik tulisan tersebut.
 Wishilah yaitu pesan seseorang dikala akan meninggal atau bepergian
dengan sebuah kitab atau tulisan supaya diriwayatkan.
 I’lam yaitu pemberitahuan guru kepada muridnya bahwa Hadis yang
diriwayatkannya adalah riwayatnya sendiri yang diterima dari seorang guru
dengan tidak mengatakan (menyuruh) agar simurid meriwayatkannya.

2. a.) Perbedaan hadist dirayah dan hadist riwayah

 Hadist Dirayah : Ilmu yang mempelajari tentang kaidah-kaidah yang


digunakan untuk mengetahui keadaan sanad dan matan hadist tersebut, cara
menerima dan menyampaikan hadist, sifat-sifat rawi dan marwi itu dapat
diterima atau ditolak
 Hadist Riwayah : Ilmu yang mempelajari tentang cara penukilan,
periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan hadist yang disandarkan pada
Rasulullah SAW.

b.) Perberdaan hadist qudsi dengan hadist nabawi terletak pada makna hadist.
Hadis qudsi isi atau makna hadistnya berasal dari Allah sedangkan hadist
nabawi isi atau maknanya berasal dari Rasulullah SAW.

c.) Sahabat ialah orang yang pernah bertatap muka langsung dengan nabi,
sedangkan tabiin ialah orang yang pernah bertemu dengan sahabat nabi bukan
kepada nabi, biasanya tabiin hidup setelah wafatnya Rasulullah SAW.

3. a.) Berdasarkan kualitasnya, ulama’ membagi hadist dalam 3 kategori yaitu:

 Hadist shahih
 Hadist hasan
 Hadist dha’if
Hadist shahih adalah hadist yang bersambung sanad-nya, adil dan dlabith
( kuat hafalannya ) periwayatnya, tidak syadz (ganjil,menyimpang) dan tidak
cacat.

Hadist hasan adalah hadist yang bersambung sanad-nya dengan periwayatan


hadist yang adil, rendah tingkat ke dlabith an nya, mulai dari awal sanad sampai
akhir tidak syadz dan tidak cacat.

Hadist dha’if adalah hadist yang tidak memenuhi sifat-sifat hadist shahih dan
hadist hasan.

b.) Hadist maudhu’ adalah hadist yang disandarkan pada Rasulullah secara
dibuat-buat dan dusta, baik itu disengaja atau tidak sengaja, padahal beliau tidak
mengatakan, tidak memperbuatnya dan tidak mentaqrirnya.

Contoh hadist maudhu’:

‫رجب شهر هللا وشعبان شهري و رمضان شهر أمتي‬

“ Rajab adalah bulan Allah, sya’ban adalah bulanku, dan ramadhan adalah
bulan umatku “

Hadist ini diriwayatkan dari Ibnu Jahdzom, dia adalah seorang pemalsu hadist.

c.) ‫ير َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ أَبِي‬ ٍّ ‫ضان روى أَبُو أَحْ َم َد ْب ِن َع ِد‬
ٍ ‫ي َح َّدثَنَا َعلِ ُّي بْنُ َس ِعي ِد ب ِْن بَ ِش‬ َ ‫اب النهى أَن يُقَال َر َم‬
‫َم ْع َش ٍر‬

َ‫ضان‬َ ‫ اَل تَقُولُوا َر َم‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ َ‫َح َّدثَنِي أَبِي ع َْن َس ِعي ٍد ْال َم ْقب ُِريِّ ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ ق‬
َ ‫ال قَا َل َرسُول هللا‬
‫فَإِ َّن‬

َ ‫ َش ْه ُر َر َم‬t‫ َولَ ِك ْن قُولُوا‬،ِ ‫ضانَ ا ْس ُم هَّللا‬


‫ضان‬ َ ‫َر َم‬

d.) Ada 11 orang ulama yang berpendapat bahwa hadist tersebut dhoif, dan ada
6 orang ulama yang berpendapat bahwa sanad dari hadist tersebut lemah.

4.) NALAR IDEOLOGIS PENGGUNAAN HADIST DALAM TAFSIR AL-


JALALAYN
VOL.7 NO.2 (2017)

Berangkat dari pertanyaan bagaimana strategi yang digunakan oleh al-Suyût}î dan
al-Mah}allîdalam menyebarkan ideologi melalui hadis Nabi, maka dengan
spesifikasi bahasan terakait penafsiran terhadap ayat tentang pencurian dan
perzinaa, kajian ini menemukan bahwaterdapat beberapa strategi yang
digunakan oleh al-Suyût}î dan al-Mah}allîdalam menyebarkan ideologi
mazhabal-Shâfi‘î yang dianutnya melalui hadis yang dijadikan acuan dalam
menafsirkan Alquran khususnya terkait dua tema di atas. strategi tersebut meliputi
beberapa proses, pertama: seleksi, yaitu dengan memilih hadis Nabi sebagai
acuan penafsiran disamping adanya pilihan lain seperti Alquran, pendapat
sahabat Nabi, tabi‘in dan sebagainya. Kedua, reproduksi, yaitu dengan benar-
benar memilih hadis sebagai acuan penafsiran, bukan yang lain. Ketiga,
penyimpulan. Pada dasarnya, meskipun pengacuan terhadap hadis sudah
melalui proses seleksi dan reproduksi, namun, tidak bisa dipungkiri bahwa
terdapat ragam hadis dalam tema yang sama misalnya, dalam hal pencurian
dan perzinaan dalam konteks tertentu saling bertolak belakang. Dalam
proses penyimpulan ini, al-Suyût}î dan al-Mah}allî memberikan gambaran
denganmengeneralisir,seakan-akanhanya hadistersebutyang ada dan hanya
seperti itu harusnya dipahami. Keempat, transformsi lokal, yaitu menampilkan
hadis sedemikian rupa sebagaimana tampak pada paparan keduanya dalam
Tafsîr al-Jalâlayn.

Anda mungkin juga menyukai