Anda di halaman 1dari 10

ULUMUL QURAN

PENGUMPULAN ALQURAN PADA MASA RASULULLAH SAW


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Quran
Dosen Pengampu : Drs. Arison Sani, M. A.

Disusun oleh :

Fia Rizka Rahmadhani 18210973

Lailatussyifa Ramadhani 18210995

Fajriyah Sillia 18210965

PROGRAM STUDI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
PROGRAM STRATA SATU (S1)
INSTITUT ILMU ALQUR’AN (IIQ) JAKARTA
2018M/1440
KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat Allah SWT yang mana atas limpahan Rahmat dan Karunia nya
serta Nikmat dan Hidayah nya kami dapat menyelesaikan makalah Ulumul Quran yang
berjudul “Pengumpulan Mushaf pada masa Rasulullah saw” pada waktu yang telah
ditentukan. Sholawat serta salam tak lupa pula kita junjungkan kepada nabi besar kita
pemimpin umat seluruh alam yakni Nabiyullah Muhammad SAW berkatnya cahaya ilmu itu
bisa bersinar melewati gelapnya kebodohan. S emoga kita mendapat syafaat beliau di hari
akhir kelak. Amiin Yarabbal Alamin.

Makalah ini memuat tentang “Pengumpulan Mushaf pada masa Rasulullah SAW”
tujuan dari makalah ini adalah salah satunya memenuhi tugas dari mata kuliah Ulumul
Quran, dan juga untuk menambah wawasan kita terhadap pengetahuan sejarah dari sejarah
nya pengumpulan mushaf. Pemakalah menyadari bahwa makalah ini belum lah sempurna,
jadi pemakalah sangatlah tak kebaratan ada yang berkenan untuk memberikan kritik dan
saran.

Pemakalah mengucapkan terima kasih pada semua pihak atas dorongan dan
partisipasinya, semoga makalah ini memberikan pengetahuan dan wawasan yang luas dan
juga bermanfaat bagi pemakalah dan para pembaca. Semoga kita dapat mengamalkan ilmu
yang kita ketahui. Aamiin

Jakarta, 26 November 2018

Pemakalah
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. KATA PENGANTAR
Ketika Alquran diturunkan, nabi Muhammad SAW segera berusaha
menghafalnya. Sebagaimana dicatat dalam sejarah beliau adalah seorang yang ummy
yang tidak bisa membaca dan menulis. Namun, kemudian Allah SWT
menganugrahkan kepada beliau suatu anugrah yang tak pernah seorang pun menerima
dan mendapat anugrah itu yaitu anugrah dapat otomatis membaca dan menghafal dan
memahami Alquran. Nabi menghafal dan menyampaikan nya pada para sahabat
sehingga para sahabat menghafalnya dan ada yang menulis juga, mengingat pada
masa itu fasilitas tulis menulis sangatlah terbatas.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian pengumpulan Alquran
2. Pengumpulan Alquran pada masa Rasulullah saw

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian pengumpulan Alquran
2. Mengetahui sejarah pengumpulan Alquran pada masa Rasulullah saw
BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENGUMPULAN AL-QUR'AN


Yang dimaksud dengan pengumpulan Al-Qur'an (jam'u Al- Qur'an) ada dua hal:
Pertama, penghafalan Al-Qur'an (hifzhuhu fi as-shudur), dan kedua, penulisannya huruf demi
huruf, ayat demi ayat dan surat demi surat, baik dalam lembaran-lembaran yang masih
terpisah-pisah maupun dalam lembaran-lembaran yang sudah dibukukan dalam satu mushhaf
(jam'uhu fi assuthur).1

Pengumpulan Al-Qur'an dalam sejarahnya berlangsung dalam tiga periode:

(1) Pada masa Rasulullah SAW

(2) Pada masa khalifah Abu Bakar Ash-shiddiq RA

(3) Pada masa khalifah Utsman ibn 'Affan RA.

Masing-masing periode punya ciri-ciri sendiri. Periode pertama ditandai dengan


penghafalan dan penulisan Al-Qur'an di media-media sederhana (seperti tulang dan kulit
binatang, pelepah kurma dll). Periode kedua ditandai dengan pembukuan Al-Qur'an dalam
sebuah mushaf oleh panitia tunggal Zaid ibn Tsabit. Periode ketiga ditandai dengan
pembukuan Al-Qur'an dalam beberapa mushaf dengan sistem penulisan yang akomodatif
terhadap qiraat, yang kemudian dikirimkan kebeberapa ibu kota propinsi (waktu itu) untuk
menjadi mushaf standar bagi umat Islam.

1 Prof. Dr. H. Yuniar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, hlm 81.


B. PENGUMPULAN AL-QUR’AN PADA MASA RASULULLAH SAW
Ketika Al-Qur'an diturunkan, Nabi Muhammad SAW segera berusaha menghafalnya
karena untuk beliau pribadi, itulah satu- satunya cara memelihara Al-Qur'an, sebab,
sebagaimana dicatat oleh sejarah beliau seorang ummy yang tidak bisa membaca dan
menulis. Tapi kemudian Allah SWT menganugerahkan kepada beliau sebuah keistimewaan
yang tidak diberikan kepada siapa pun, yaitu kemampuan otomatis membaca, menghafal dan
memahami Al-Qur'an. Allah SWT berfirman:

"Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Quran karena hendak cepat-cepat
(menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu)
dan (membuatmu pandai) membaca. Apabila Kami telah seIesai membacakannya, maka
ikutilah bacaan itu. Kemudian sesungguhnya akan tanggungan Kami-lah penjelasannya" (QS.
AlQiyamah 75:16-19)

Jaminan itu perlu diberikan oleh Allah SWT mengingat Nabi adalah sumber rujukan para
sahabat. Nabi lah yang kemudian membacakan ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan kepada
para sahabat baik secara langsung untuk maksud tersebut atau secara tidak langsung dengan
mengulang-ulang membacanya waktu shalat. Di samping itu secara khusus beliau
mendiktekan ayat- ayat yang turun itu kepada para penulis wahyu yang ditunjuk khusus oleh
Rasulullah sendiri. Kemudian ayat-ayat tersebut disebarluaskan oleh para sahabat baik
kepada sesama sahabat maupun kepada umat Islam lainnya. Di samping jaminan itu, setiap
tahun Malaikat Jibril datang memdereskan semua ayat-ayat yang sudah turun kepada Nabi,
dan pada tahun terakhir Malaikat Jibril datang dua kali.2

Para sahabat berlomba-lomba menghafal ayat-ayat yang diturunkan. Mereka saling


membantu dan berbagi hafalan. Sehingga jumlah mereka yang hafal Al-Qur'an tidak terhitung
banyaknya. Diantaranya Abu Bakar, 'Umar, 'Ustman, 'Ali, Thalhah, Sa'ad, Ibnu Mas'ud,
Huzaifah, Salim Maula Abi Hudzaifah, Abu Hurairah, Ibnu 'Umar, Ibnu 'Abbas, 'Amru ibn
'Ash,
Abdullah ibn 'Amru, Mu'awiyah, Ibnu Zubair, Abdullah ibn Saib, 'Aisyah, Hafshah, Ummu
Salamah ( semuanya dari Muhajirin), Ubaiyya ibn Ka'ab, Muadz ibn Jabal, Zaid ibn Tsabit,
Abu Darda', Anas ibn Malik, Abu Zaid dan lain-lain dari golongan penghafal. Sebagai
gambaran banyaknya jumlah penghafal Al-Qur'an dapat kita lihat pada jumlah para
penghafalAl-Qur'an yang gugur dalam beberapa peristiwa. Al-Qurthubi menyebutkan: "Telah

2 Prof. Dr. H. Yuniar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, hlm 83.


gugur pada hari Yamamah 70 orang qurra'dan dalam peristiwa Sumur Ma'unah pada zaman
Rasul sejumlah itu juga.3

Banyaknya para sahabat yang hafal Al-Qur'an tidaklah mengherankan karena:

(1) Secara tradisi mereka sudah terbiasa dan terlatih hafaJ menghafal, terutama
mertghafal syair-syair dan garis ketururtan (ansab)

(2) mereka sangat rnencintai Al-Qur'an

(3) fasilitas tulis menulis yang sangat terbatas. Sampai sekarang pun bangsa Arab
masih memelihara tradisi hafal-menghafal tersebut. Pergilah ke Masjidil Haram pada bulan
Ramadhan, anda akan menyaksikan hufazh cilik membaca satu juz setiap malam selama
bulan Ramadhan.

Sebagaimana disinggung di atas, setiap kali ayat-ayat turun Rasulullah SAW


mendiktekan kepada para penulis wahyu yang ditunjuk khusus untuk itu. Nabi tidak hanya
mendiktekan ayat demi ayat tapi sekaligus memberikan petunjuk letak ayat itu dimana.
Sesudah ayat mana pada surat mana, atau dengan kata lain Nabi sudah memberikan petunjuk
tentang tartib al-ayat wa as- suwar. Ibnu Abbas mengatakan: "Jika satu surat diturunkan
kepada Rasulullah SAW, beliau memanggil sebagian penulis wahyu kemudian
memerintahkan:
"Letakkan surat ini pada tempat ini, begini-begini" (HR.Tirmidzi)

Dalam kitabnya al-Mustadrak, sebagaimana dikutip oleh as- Suyuthi, Hakim


meriwayatkan dengan sanad sesuai dengan syarat asy-Syaikhain bahwa Zaid ibn Tsabit
mengatakan: "Kami pada masa Rasulullah SAW menyusun al-Qur'an pada Riqa". Yang
dimaksud oleh Zaid dengan menyusun Al-Qur'an di sini adalah menyusun surat demi surat

3 Prof. Dr. H. Yuniar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, hlm 83. Tentang riwayat Anas dalam riwayat Shohih Al-
Bukhari yang menyebutkan bahwa Juma’ Al-Qur’an pada zaman Nabi hanya 4 orang yaitu Abu Darda’, Mu’adz
bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid. Adz Dzarqoni menjelaskan bahwa pembatasan jumlah penghafal Al-
Qur’an pada zaman Nabi oleh Anas tersebut bersifat nishbi atau idhafi bukan haqiqi. Buktinya pada riwayat
lain juga dalam sahih Al-Bukhari,waktu ditanya oleh Qatadah tentang hal yang sama, Anas juga menyebutkan 4
nama tersebut tapi tanpa Abu Darda’, tempatnya digantikan oleh Ubayyah bin Ka’b. Dalam dua kesempatan
itu, Anas hanya menyebut nama-nama yang terlintas dalam ingatannya waktu itu sehinngga orangnya bias
berbeda. Sama sekali bukan membatasi yang hafal hanyalah mereka yang disebutkan namanya itu. Sebab,
sebagaimana yang dikatakan oleh Mawardi, tidak mungkin Anas dapat mengetahui semua sahabat penghafal
Al-Qur’an waktu itu, disamping jumlahnya memang banyak, tentu Anas harus bertemu dengan mereka satu
persatu untk kemudian masingmasing menyatakan, belum menghafal Al-Qur’an seluruhnya pada zaman Nabi.
Kemungkinan hal itu terjadi sangat kecil.
dan ayat demi ayat sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW yang bersifat tauqifi
(berdasarkan petunjuk Allah sebagaimana yang disampaikan oleh Malaikat Jibril).

Media yang dipakai waktu itu memang sederhana sekali, bahkan seadanya, mengingat
fasilitas tulis menulis yang sangat terbatas. Misalnya pelepah kurma, batu tipis, kulit
binatang, daun, dan lain-lain.

Para penulis wahyu yang masyhur antara lain: Abu Bakar ash.Shiddiq, 'Umar ibn
Khathab, 'Utsman ibn Affan, 'Ali ibn Abi Thalib, Mu'wiyah ibn Abi Sufyan, Zaid ibn Tsabit,
Ubayya ibn Ka'ab, Khalid ibn Walid, dan Tsabit ibn Qais'. Ada yang menjadi penulis wahyu
sejak periode Makkah dan ada yang hanya pada periode Madinah. Disamping penulis wahyu
resmi yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW kita menyakini tentu masih ada sahabat lain yang
dengan inisiatif sendiri menuliskannya.

Penulisan para sahabat tersebut mencakup Al-Ahruf As-sa'bah sebagaimana Al-


Qur'an diturunkan, mencakup yang dinasakh tilawahnya (mansukh at-tilawah), sebagian
hanya berdasarkan khabar wahid, dan penulisannya tidak tersusun sesuai dengan urutan surat
dan ayat dan tidak terkumpul dalam mushaf atau shuhuf.

Sekalipun ayat-ayat yang diturunkan dituhskan oleh para penulis wahyu, tapi yang
menjadi acuan utama dalam transfer Al- Qur'an dari Rasul kepada sesama umat Islam
bukanlah tulisan itu. Tapi hafalan atau periwayatan secara lisan.

Kenapa pada zaman Nabi SAW Al-Qur'an tidak dihimpun dalam satu mushaf? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, Az- Zarqani mengemukakan beberapa alasan:

(1) Umat Islam belum membutuhkannya karena para Qura' banyak, hafalan lebih
diutamakan daripada tulisan, alat tulis menulis sangat terbatas, dan yang lebih penting lagi
Rasul masih hidup sebagai rujukan utama.

(2) Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur selama lebih kurang 23 tahun,


dan masih mungkin ada ayat-ayat yang akan dinasakh oleh Allah SWT

(3) Susunan ayat dan surat-surat Al- Qur'an tidaklah berdasarkan kronologis
turunnya.
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan

Dari tuturan makalah diatas dapat kita ketahui bahwa Alquran diturunkan pada nabi
yang dalam sejarah dikatakan kalua nabi adalah seorang yang ummy tapi allah memberikan
anugrah yang tak terhinga yaitu kemampuan otomatis membaca dan menghafal dan
memahami makna Alquran itu sendiri. Lalu beliau membagikannya pada para sahabat dan
para sahabat memperluaskan kepada para sahabat lain dan umat islam yang lain. Para sahabat
berlomba lomba menghafal dan tidak mengherankan kenapa banyak para sahabat yang hafal
Alquran salah satunya yang telah dijelaskan pada makalah adalah fasilitas tulis yang sangat
terbatas, hal ini tidak menghambat para sahabat dan umat muslim untuk menghafal Alquran.
Mengingat pada masa itu faslitas yang terbatas media yang digunakan memang sederhana
sekali, bahkan seadanya. Misalnya pelepah kurma, batu tipis dan kulit binatang dan lain lain.
Sekalipun ayat yang diturunkan ditulis oleh para penulis wahyu, tapi yang menjadi acuan
utama dalam transfer Alquran dari rasul kepada umat nya bukanlah tulisan itu tapi hafalan
atau periwayatan secara lisan.
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Yunahar. KULIAH ULUMUL QURAN. Bandung : ITQAN, PUSTAKA PELAJAR.


2013.

Anda mungkin juga menyukai