Disusun oleh :
Puji syukur khadirat Allah SWT yang mana atas limpahan Rahmat dan Karunia nya
serta Nikmat dan Hidayah nya kami dapat menyelesaikan makalah Ulumul Quran yang
berjudul “Pengumpulan Mushaf pada masa Rasulullah saw” pada waktu yang telah
ditentukan. Sholawat serta salam tak lupa pula kita junjungkan kepada nabi besar kita
pemimpin umat seluruh alam yakni Nabiyullah Muhammad SAW berkatnya cahaya ilmu itu
bisa bersinar melewati gelapnya kebodohan. S emoga kita mendapat syafaat beliau di hari
akhir kelak. Amiin Yarabbal Alamin.
Makalah ini memuat tentang “Pengumpulan Mushaf pada masa Rasulullah SAW”
tujuan dari makalah ini adalah salah satunya memenuhi tugas dari mata kuliah Ulumul
Quran, dan juga untuk menambah wawasan kita terhadap pengetahuan sejarah dari sejarah
nya pengumpulan mushaf. Pemakalah menyadari bahwa makalah ini belum lah sempurna,
jadi pemakalah sangatlah tak kebaratan ada yang berkenan untuk memberikan kritik dan
saran.
Pemakalah mengucapkan terima kasih pada semua pihak atas dorongan dan
partisipasinya, semoga makalah ini memberikan pengetahuan dan wawasan yang luas dan
juga bermanfaat bagi pemakalah dan para pembaca. Semoga kita dapat mengamalkan ilmu
yang kita ketahui. Aamiin
Pemakalah
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. KATA PENGANTAR
Ketika Alquran diturunkan, nabi Muhammad SAW segera berusaha
menghafalnya. Sebagaimana dicatat dalam sejarah beliau adalah seorang yang ummy
yang tidak bisa membaca dan menulis. Namun, kemudian Allah SWT
menganugrahkan kepada beliau suatu anugrah yang tak pernah seorang pun menerima
dan mendapat anugrah itu yaitu anugrah dapat otomatis membaca dan menghafal dan
memahami Alquran. Nabi menghafal dan menyampaikan nya pada para sahabat
sehingga para sahabat menghafalnya dan ada yang menulis juga, mengingat pada
masa itu fasilitas tulis menulis sangatlah terbatas.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian pengumpulan Alquran
2. Pengumpulan Alquran pada masa Rasulullah saw
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian pengumpulan Alquran
2. Mengetahui sejarah pengumpulan Alquran pada masa Rasulullah saw
BAB 2
PEMBAHASAN
"Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Quran karena hendak cepat-cepat
(menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu)
dan (membuatmu pandai) membaca. Apabila Kami telah seIesai membacakannya, maka
ikutilah bacaan itu. Kemudian sesungguhnya akan tanggungan Kami-lah penjelasannya" (QS.
AlQiyamah 75:16-19)
Jaminan itu perlu diberikan oleh Allah SWT mengingat Nabi adalah sumber rujukan para
sahabat. Nabi lah yang kemudian membacakan ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan kepada
para sahabat baik secara langsung untuk maksud tersebut atau secara tidak langsung dengan
mengulang-ulang membacanya waktu shalat. Di samping itu secara khusus beliau
mendiktekan ayat- ayat yang turun itu kepada para penulis wahyu yang ditunjuk khusus oleh
Rasulullah sendiri. Kemudian ayat-ayat tersebut disebarluaskan oleh para sahabat baik
kepada sesama sahabat maupun kepada umat Islam lainnya. Di samping jaminan itu, setiap
tahun Malaikat Jibril datang memdereskan semua ayat-ayat yang sudah turun kepada Nabi,
dan pada tahun terakhir Malaikat Jibril datang dua kali.2
(1) Secara tradisi mereka sudah terbiasa dan terlatih hafaJ menghafal, terutama
mertghafal syair-syair dan garis ketururtan (ansab)
(3) fasilitas tulis menulis yang sangat terbatas. Sampai sekarang pun bangsa Arab
masih memelihara tradisi hafal-menghafal tersebut. Pergilah ke Masjidil Haram pada bulan
Ramadhan, anda akan menyaksikan hufazh cilik membaca satu juz setiap malam selama
bulan Ramadhan.
3 Prof. Dr. H. Yuniar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, hlm 83. Tentang riwayat Anas dalam riwayat Shohih Al-
Bukhari yang menyebutkan bahwa Juma’ Al-Qur’an pada zaman Nabi hanya 4 orang yaitu Abu Darda’, Mu’adz
bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid. Adz Dzarqoni menjelaskan bahwa pembatasan jumlah penghafal Al-
Qur’an pada zaman Nabi oleh Anas tersebut bersifat nishbi atau idhafi bukan haqiqi. Buktinya pada riwayat
lain juga dalam sahih Al-Bukhari,waktu ditanya oleh Qatadah tentang hal yang sama, Anas juga menyebutkan 4
nama tersebut tapi tanpa Abu Darda’, tempatnya digantikan oleh Ubayyah bin Ka’b. Dalam dua kesempatan
itu, Anas hanya menyebut nama-nama yang terlintas dalam ingatannya waktu itu sehinngga orangnya bias
berbeda. Sama sekali bukan membatasi yang hafal hanyalah mereka yang disebutkan namanya itu. Sebab,
sebagaimana yang dikatakan oleh Mawardi, tidak mungkin Anas dapat mengetahui semua sahabat penghafal
Al-Qur’an waktu itu, disamping jumlahnya memang banyak, tentu Anas harus bertemu dengan mereka satu
persatu untk kemudian masingmasing menyatakan, belum menghafal Al-Qur’an seluruhnya pada zaman Nabi.
Kemungkinan hal itu terjadi sangat kecil.
dan ayat demi ayat sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW yang bersifat tauqifi
(berdasarkan petunjuk Allah sebagaimana yang disampaikan oleh Malaikat Jibril).
Media yang dipakai waktu itu memang sederhana sekali, bahkan seadanya, mengingat
fasilitas tulis menulis yang sangat terbatas. Misalnya pelepah kurma, batu tipis, kulit
binatang, daun, dan lain-lain.
Para penulis wahyu yang masyhur antara lain: Abu Bakar ash.Shiddiq, 'Umar ibn
Khathab, 'Utsman ibn Affan, 'Ali ibn Abi Thalib, Mu'wiyah ibn Abi Sufyan, Zaid ibn Tsabit,
Ubayya ibn Ka'ab, Khalid ibn Walid, dan Tsabit ibn Qais'. Ada yang menjadi penulis wahyu
sejak periode Makkah dan ada yang hanya pada periode Madinah. Disamping penulis wahyu
resmi yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW kita menyakini tentu masih ada sahabat lain yang
dengan inisiatif sendiri menuliskannya.
Sekalipun ayat-ayat yang diturunkan dituhskan oleh para penulis wahyu, tapi yang
menjadi acuan utama dalam transfer Al- Qur'an dari Rasul kepada sesama umat Islam
bukanlah tulisan itu. Tapi hafalan atau periwayatan secara lisan.
Kenapa pada zaman Nabi SAW Al-Qur'an tidak dihimpun dalam satu mushaf? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, Az- Zarqani mengemukakan beberapa alasan:
(1) Umat Islam belum membutuhkannya karena para Qura' banyak, hafalan lebih
diutamakan daripada tulisan, alat tulis menulis sangat terbatas, dan yang lebih penting lagi
Rasul masih hidup sebagai rujukan utama.
(3) Susunan ayat dan surat-surat Al- Qur'an tidaklah berdasarkan kronologis
turunnya.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Dari tuturan makalah diatas dapat kita ketahui bahwa Alquran diturunkan pada nabi
yang dalam sejarah dikatakan kalua nabi adalah seorang yang ummy tapi allah memberikan
anugrah yang tak terhinga yaitu kemampuan otomatis membaca dan menghafal dan
memahami makna Alquran itu sendiri. Lalu beliau membagikannya pada para sahabat dan
para sahabat memperluaskan kepada para sahabat lain dan umat islam yang lain. Para sahabat
berlomba lomba menghafal dan tidak mengherankan kenapa banyak para sahabat yang hafal
Alquran salah satunya yang telah dijelaskan pada makalah adalah fasilitas tulis yang sangat
terbatas, hal ini tidak menghambat para sahabat dan umat muslim untuk menghafal Alquran.
Mengingat pada masa itu faslitas yang terbatas media yang digunakan memang sederhana
sekali, bahkan seadanya. Misalnya pelepah kurma, batu tipis dan kulit binatang dan lain lain.
Sekalipun ayat yang diturunkan ditulis oleh para penulis wahyu, tapi yang menjadi acuan
utama dalam transfer Alquran dari rasul kepada umat nya bukanlah tulisan itu tapi hafalan
atau periwayatan secara lisan.
DAFTAR PUSTAKA