BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sebagai bentuk perhatian pada kehidupan manusia yang dinamis dan selalu
mereka tidur kembali tak terluput tentang kemana dan pada siapa satu hasrat
ikatan pernikahan ini, perlu diperjelas kepada siapa saja seseorang boleh
B. Rumusa Masalah
untuk dinikahi?
1
2
C. Tujuan Penulisan
tugas kolektif dari dosen pengampuh mata kuliah bimbingan perkawinan yang
telah mengamanahkan judul ini kepada kami selaku kelompok empat. Selain
dari itu, penulisan ini juga bertujuan sebagai bahan bacaan dan penambah
wawasan bagi para pembaca dan menjadi sumber ilmiah dikemudian hari jika
diperlukan.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
dan agama sebagai bentuk fitrah manusia. Dalam pokok hukum perdata
sah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama1.
memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku menurut agama, jika ia tidak
itu belum merupakan sesuatu yang urgen bagi dirinya dan ia masih sanggup
menahan diri nya dari perbuatan maksiat. Akan tetapi, pernikahan bisa saja
atas niat buruk, berdasarkan dendam, belum siap untuk itu yang kemudian
1
Subekti, 1985, Poko-pokok Hukum Perdata,Intermasa:Jakarta. Hal. 23
2
Khatib Syarbini, 959H, Mughni Al-Muhtaj Jilid. 3, dar al hadis:Beirut. Hal. 123
3
4
juga menjadi haram hukum nya jika dilaksanakan dnegan orang-orang yang
terlaran untuk menikah dengan nya, sehingga lazim hal ini disebut dengan
mahrom.
Pernikahan merupakan suatu ibadah yang amat besar dan memeiliki nilai
Ibadah dalam setiap kejadian jam, menit bahkan detik nya. Pernikahan
merupakan suatu anjuran nabi Muhammad SAW bahkan dikecam oleh nabi
tersebut:
Dari textual hadis ini dapat dipahami bahwa. Baginda nabi mengecam
menjelaskan bahwa huruf lam yang masuk kedalam fi’il mudhari’ kemudian
3
Ibnu Majah, 1999, Sunan Ibnu Majah, Darussalam:Riyadh. No. 1846
4
5
dimasuki oleh adwat syarat yang mengubah fungsi perubahan zaman dan hal
nya, sehingga lam nafi’ tersebut memiliki pelarangan kemasa yang akan
tersebut memiliki syarat dan ketentuan yang berlaku secara agamis, yang telah
diatur dalam hadis yang di tulis oleh Ibnu Hajar Al-Asqolani dalam kitab nya
Teks ayat ini secara jelas merujuk kepada pemuda yang mampu dengan syarat
berhubungan badan. Akan tetapi, berhubungan badan saja belum cukup untuk
mental menanggung amanah yang berat. Secara kontekstual hadis ini berlaku
mampu mengemban amanah yang berat, termasuk bagi para duda yang ingin
menikah kembali.
Pernikahan di anjurkan oleh nabi melalui media hadis quli dan fi’li
4
Ndang Kurnia, ilmu An-Nahwi li Tadris al-Wustho, Pekan Baru:DeHa pers. Hal. 24
5
Ibnu Hajar Al-asqolani, Bulughul Maram juz I, jakarta:Toha Putra. Hal. 345
5
6
dalam hukum Islam tentang sesiapa yang boleh di nikahi dan yang tidak boleh
tentang wanita yang haram untuk dinikahi ialah golongan tertentu yang
mu’aqqod ataupun dengan kata lain ialah golongan yang diharamkan untuk
ditentukan oleh syara’ maupun adat istiadat setempat. Untuk menggali hal itu
terlebih dalam pemakalah menyusun sub bab selanjutnya dengan judul yang
Dari terminology diatas, dapat kita ketahui bahwa aturan Islam bersifat
kaffah dan sholih likulli zaman. Hal ini dapat dibuktikan dengan tata cara dan
tata atutran Islam yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dimulai
ia bangun tidur hingga ia tertidur kembali. Tidak satupun ada hal yang luput
dari aturan Islam. Demikian pula tentang hasrat seksualitas yang dimiliki oleh
setiap ciptaan tuhan yang terkhusus kepada manusia, sudah menjadi tanggung
jawab agam kemana hasrat itu harus disalurkan, kapan ia harus di salurkan
6
7
siapa saja diperbolehkan dan dilarang untuk meletakkan tulang rusuk dan di
gandeng dari hayat hingga ajal menjemput. Dalam Islam ada istilah
segolongan wanita yang menjadi terlarang untuk dinikahi tanpa batas waktu
nya. Pelarangan yang tanpa batas waktu ini dikarenakan sebab nasab,
tanpa batas waktu. Maka, Muaqqod merupakan kebalikan ataupun lawan dari
tertentu, setelah waktu atau keadaan tersebut hilang. Maka, wanita itu kembali
SWT dalam bentuk nash yang berisikan larangan ataupun dengan kata
6
Muabbad disini maksudnya ialah yang dilarang untuk dinikahi selama-lama nya,
adapula Muaqqod ialah wanita yang dilarang untuk dinikahi karena sebab tertentu dalam
waktu tertentu
7
Mahmud Yunus, kamus indonesia-arab, Jakarta: Mahmud Yunus Wazurriyyat. Hal.
410
8
AlHamdani, 2002, Risalah Nikah, Jakarta:Amani. Hal. 98
7
8
berbunyi:
َدَخَلتُم ِّب ِّه َّن فَإِّن لَم تَ ُكونُوا دَخَلتُم ِّب ِّه َّن فَ ََّل ُجنَا َح َعلَي ُكم َو َح ََّلئِّ ُل أَبنَا ِّئ ُك ُم الَّذِّينَ ِّمن أَص ََّل ِّب ُكم َوأَن ت َج َمعُوا َبين
anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu
campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada
Dalam nash ini Allah secara tegas memulai awalan ayat tersebut
8
9
larangan ialah suatu keharaman kecuali ada dalil yang akan menyalahi
bahwa akan tetap dalam keadaan haram wanita yang disebutkan oleh An-Nisa
tersebut sampai kapan pun. Terkecuali, jika ada nash yang akan membantah
disebutkan oleh An-Nisa tersebut. Diantara wanita yang diharamkan tersebut ialah:
1. Ibu kandung
Ibu dalam nash ini adalah orang yang telah menjadikan kita ada, ataupun
2. Anak-anak perempuan
Anak yang dimaksudkan oleh ayat ini ialah hasil hubungan seksualitas
antara seorang suami terhadap isteri nya yang sah. Adapun anak yang lahir
diluar nikah, ulama memiliki perbedaan pendapat akan hal ini. Akan tetapi,
pendapat yang masyhur diantara kita ialah pendapat Imam Syafi’I RH dan
Menurut imam Syafi’I anak yang lahir diluar nikah tidak memiliki nasab
dan hubungan perwalian dengan ayah biologis nya. sehingga, anak yang lahir
9
Abdul Hamid Hakim, 1927, Mabadi awwaliyah, Jakarta:Toha Putra. Hal. 8
10
Ibid.
9
10
sendiri11. Adapun menurut konsep Imam Hanafi. Anak yang lahir diluar
nikah masih tetap dianggap sebagai anak nasab dari sang Bapak biologis nya,
meskipun sang anak tersebut lahir diluar hubungan pernikahan yang sah
Makhluqoh Min Maain (tercipta dari mani bapak biologis) nya tersebut12.
Pemakalah mengambil sikap bahwa, anak yang terlahir diluar nikah masih
tetap dianggap sebagai seorang anak sebagaimana dalam hukum Islam dan
fatwa Imam Hanafi. Karena hal ini dapat menjaga maqoshid syariah yang
3. Saudara-saudara perempuan
ataupun sebapak. Sebab hal ini bersifat umum tanpa adanya takhsis ataupun
Maksudnya ialah seluruh adik ataupun kakak dari golongan ayah haram
Sama hal nya dengan Ammah, Kholah ataupun saudara dari ibu kandung
11
Asy-Syarbini,2012, Mughni Al-Muhtaj Juz III, Beirut: Dar El Makrifah.
Hal. 233
12
Riri Wulandari, 2018, skripsi status nasab anak diluar nikah perspektif
mazhab Hanafi dan mazhab Syafi’I dan Implikasinya terhadap hak-hak
anak,Lampung:UIN Raden Intan. Hal. 21-22
10
11
Maksud anak dari saudara laki-laki ini ialah seluruh keturunan anak
Maksud dari hal ini ialah konsep pelarangan selama-lama nya karena
sesusuan ataupun Mushahharoh. Ibu yang sudah pernah menyusui kita ini
9. Saudara sesusuan
saudara kandung.
Ibu dari isteri kita menjadi terhalang untuk dinikahi dikarenakan sebab
persemendaan. Hal ini dikarenakan bahwa posisi ibu mertua kita menempati
posisi yang sama dengan posisi ibu kandung kita dalam pandangan islam.
Mutaallim “ada tiga orang tua mu selama di dunia yang pertama ialah orang
tua yang telah melahirkan dan membesarkan mu, yang kedua ialah mereka
yang telah menjadikan mu sebagai menantunya dan yang ketiga ialah guru
11
12
Pelarangan menikahi mertua merupakan suatu hal yang wajar diatur dan
ditetapkan oleh Allah. Karena, jika Agama tidak melarang hal ini, tentu akan
Anak tiri yang berada pengasuhan seorang suami. Menjadi haram untuk
dinikahi apabila sang suai telah melakukan hubungan badan dengan ibu
kandung anak tiri tersebut. Akan tetapi keadaan haram dinikahi ini bisa saja
berubah menjadi boleh apabila sang suami belum bergaul atau berhubungan
12. Menantu
tanpa batas waktu. Karena hal ini telah tergambar jelas dalam paparan
mertua diatas.
agama. Akan tetapi hal itu dilarang jika dilaksanakan dalam waktu yang
bersamaan.
haram untuk dinikahi baik secara Muabbad ataupun Muaqqod. Pelarangan itu akan
terus ada sampai ada syarat-syarat yang menyatakan bahwa hal itu telah hilang
13
Burhanuddin AzZarnujy, Ta’limul Mutaallim, Semarang:Perpustakaan Al-Alawi.
Hal. 34
12
13
lain nya yang dilarang oleh agama untuk dinikahi. Sebagaimana berikut:
1. Nenek
nya selesai maka perempuan ini tidak boleh dinikahi, jika telah
masa ‘iddah-nya, maka ini boleh dikawini lagi oleh bekas suami
yang dulu15.
14
M.Saleh al Usmani, A.Aziz Ibn Muhammad Daud. Pernikahan Islami:
Dasar Hukum Hidup Berumah Tangga. Risalah Gusti,1991. Hal 11
15
Ali Yusuf As Subki. Fiqih keluarga:pedoman berkeluarga dalam islam,
Amazah: Jakarta.2010. hal 128
13
14
tetap dalam keadaan menikah secara hukum yang kelima ini tidak
boleh, baik ketika ia dalam massa iddah akibat talak Raj’i atau
‘iddah.
merdeka
14
15
boleh
15
16
Yahudi16.
Artinya :
16
Ibid. hal 131
16
17
Baqarah : 221)
7. Perempuan Murtad.
atas orang kafir dan tidak pula bagi seorang murtad karena ia telah
Mumtahanah:10)
berihram tidak menikah dan tidak dinikahkan dan tidak boleh pula
meminang”
17
Op. Cit. Hal 11
17
18
bertaubat.
Artinya :
pernikahan.
dengan tetua adat (ninik mamak ) dan pemangku adat desa Muara
18
19
suatu hukum setidsaknya ada dua menurut nya. yang pertama ialah
19
20
mereka. Kalau adat tersebut hanya berlaku pada sebagian orangnya saja,
maka adat itu tidak bisa dijadikan sebagai standar hukum secara umum.
Misalnya ketika ada orang yang sedang jual beli di Indonesia. Lalu
nominal uang, maka yang dimaksud uang disitu adalah uang rupiah.
menyerahkan mata uang lain, maka perbuatan orang ini tidak bisa
syarat didalam adat harus ada dalilnya. Tapi yang penting adat
ada dua insan yang saling cinta karena Allah dan ingin
20
21
wallahualam.
dilarang untuk dinikahi baik secara abadi maupun dengan keterikatan waktu.
Dalam menyatukan dan mengetahui hikmah dari semua ini penulis akan
yaitu:
21
22
zaman mesir kuno. Para raja dan bangsawan mesir kuno biasanya
menikah dengan orang luar yang tidak memiliki darah yang sama
jika sesorang dengan gen yang berasal dari keturunan yang sama
22
23
semati.
23
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
adakalanya berlaku berdasarkan limit waktu. Penyebab dari hal ini karena tiga
1. Nasab
2. Mushahharah
3. Dan persemendaan
Adapula hal diluar itu ialah karena persoalan agama, kafaah dan juga adat
Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi. Haram menikahi disini
ada dua yaitu yang bersifat selamanya dan yang bersifat sementara. Haram
seorang yang pada waktu itu haram untuk menikahi wanita tertentu, tetapi
apabila penghalang itu telah hilang maka halal untuk menikahi wanita
tersebut.
ini. Dengan dibacanya makalah yang jauh dari kata sempurna ini, kami
24
25
berharap masukan dan kritikan yang membangun dari para pembaca, agar
makalah ini nantinya bisa menjadi rujukan bahan bacaan yang berguna bagi
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Kurnia, Ndang, ilmu An-Nahwi li Tadris al-Wustho, Pekan Baru:DeHa pers. 2012.
Wulandari, Ririn, skripsi status nasab anak diluar nikah perspektif mazhab Hanafi
dan mazhab Syafi’I dan Implikasinya terhadap hak-hak anak,Lampung:UIN Raden Intan.
2018.
2007.
Amazah.Jakarta.2010.
26