Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ILMU AL-QUR'AN

SEJARAH PENULISAN AL-QUR'AN

DOSEN PENGAMPU: Saripudin, MH.

Di Susun Oleh:

1. Masjudin Khaer (202315331100324)

2. Nur Azizah (202315331100325)

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM (STEI) HAMZAR

KEC. WANASABA LOMBOK TIMUR

TA 2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh
kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah, Muhammad SAW
untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing
mereka kejalan yang lurus.

Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses kodifikasi dan penulisan Qur’an dapat
menjamin kesuciannya secara meyakinkan. Qur’an ditulis sejak Nabi masih hidup. Begitu wahyu
turun kepada Nabi, Nabi langsung memerintahkan para sahabat penulis wahyu untuk
menuliskannya secara hati-hati. Begitu mereka tulis, kemudian mereka hafalkan sekaligus
mereka amalkan.

Pada awal pemerintahan khalifah yang pertama dari Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar
Shiddiq, Qur’an telah dikumpulkan dalam mushhaf tersendiri. Dan pada zaman khalifah yang
ketiga, ‘Utsman bin ‘Affan, Qur’an telah sempat diperbanyak. Alhamdulillah Qur’an yang asli
itu sampai saat ini masih ada.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah “Al-
Qur’an dan Sejarah Penulisan Al-Qur’an”.
Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka
dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :
1. Apakah definisi dari Al-Qur’an?
2. Bagaimana sejarah penulisan Al-Qur’an?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa definisi dari Al-Qur’an.
2.Mengetahui sejarah penulisan Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Al-Qur'an
Al-Qur’an adalah risalah Allah SWT pada manusia semuanya. Seperti dijelaskan dalam
surat Al-Furqan ayat pertama, sebagai berikut :

َ ‫ع ٰلى‬
‫ع ْبد ِٖه ِليَ ُك ْونَ ل ِْل ٰعلَمِ يْنَ نَ ِذي ًْرا‬ َ َ‫ي ن ََّز َل ْالفُ ْرقَان‬
ْ ‫ت َٰب َركَ الَّ ِذ‬
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia “
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (Q.S. Al-Furqan:1)
Namun para ulama telah berbeda pendapat dalam menjelaskan kata Al-Qur’an dari sisi:
derivasi (isytiqaq, cara melafalkan (apakah memakai hamzah atau tidak, dan apakah ia
merupakan kata sifat atau kata jadian. Para ulama yang mengatakan bahwa cara melafalkannya
:menggunakan hamzah pun telah terpecah menjadi dua pendapat
1. Sebagian dari mereka, diantaranya Al-Lihyani, berkata bahwa kata “Al-Qur’an” merupakan
kata jadian dari kata dasar “qara’a” (membaca) sebagaimana kata rujhan dan ghufran.
2. Sebagian dari mereka, diantaranya Al-Zujaj, menjelaskan bahwa kata “Al-Qur’an”
merupakan kata sifat yang berasal dari kata dasar “al-qar” (yang artinya menghimpun.
Para ulama yang mengatakan bahwa cara melafalkan kata “Al-Qur’an” dengan tidak
menggunakan hamzah pun terpecah menjadi dua kelompok:
1. Sebagian dari mereka, diantaranya adalah Al-Asy’ari, mengatakan bahwa kata “Al-Qur’an”
diambil dari kata kerja “qarana” (menyertakan) karena Al-Qur’an menyertakan surat, ayat dan
huruf.
2. Al-Farra’ menjelaskan bahwa kata “Al-Qur’an” diambil dari kata dasar “qara’in” (penguat)
karena Al-Qur’an terdiri darikata-kata yang saling menguatkan dan kemiripan antara satu ayat
dengan ayat yang lainnya.
Pendapat lain bahwa Al-Quran sudah merupakan sebuah nama personal (al-‘alam asy-
syakhsyi), bukan merupakan derivasi, bagi kitab yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW.
Al-Qur’an pun merupakan sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW sebagai bukti bahwa
Nabi Muhammad adalah benar-benar rasul yang diutus oleh Allah SWT. Rasullullah juga pernah
menantang orang-orang arab dengan Al-Qur’an, padahal Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa
mereka dan mereka pun ahli dengan bahasa itu dan retorikannya. Namun ternyata mereka tidak
mampu membuat apa pun seperti Al-Qur’an, atau membuat sepuluh surah saja, bahkan satu
surah pun seperti Al-Qur’an. Maka terbuktilah kemukjizatan Al-Qur’an dan terbukti pula
kerasulan Nabi Muhammad SAW.
B. Proses Penulisan Al-Qur’an
Proses penulisan Al-Qur’an terdiri dari beberapa tahapan atau masa. Yaitu pada masa Nabi
Muhammad SAW, masa khulafa’ur rasyidin, dan pada masa setelah khulafa’ur rasyidin.
1. Pada Masa Nabi Muhammad SAW`
Kedatangan wahyu merupakan sesuatu yang sangat dirindukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Sehingga kerinduan Nabi Muhammad SAW terhadap kedatangan wahyu tidak sengaja
diekspresikan dalam bentuk hafalan, tetapi juga dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu penulisan
Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad ditempuh dengan dua cara :
a. Pertama, al Jam’u fis Sudur.
Rasulullah amat menyukai wahyu, ia senantiasa menunggu turunnya wahyu dengan rasa
rindu, lalu menghafal dan memahaminya. Persis seperti dijanjikan Allah SWT dalam surat Al-
Qiyamah ayat 17, sebagai berikut :
ٗ‫علَ ۡينَا َجمۡ عَهٗ َوقُ ۡر ٰانَه‬
َ ‫ا َِّن‬
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya.” (Q.S. Al-Qiyamah:17).

Oleh sebab itu, Nabi Muhammad SAW adalah hafiz (penghafal) Al-Qur’an pertama dan
merupakan contoh paling baik bagi para sahabat dala menghafalnya, sebagai ralisasi kecintaan
mereka kepada pokok agama dan sumber risalah. Setiap kali Nabi Muhammad SAW menerima
wahyu, para sahabt langsung menghafalnya diluar kepala.
b. Kedua, al Jam’u fis Suthur.
Selain di hafal, Rasulullah juga mengangkat para penulis wahyu Al-Qur’an dari sahabat-
sahabat terkemuka seperti Ali, Mu’awiyah, Ubay bin Ka’b dan Zaid bin Sabit. Bila ayat turun,
beliau memerintahkan mereka menuliskan dan menunjukan tempat ayat tersebutdalam surah,
sehingga penulisan pada lembaran itu membantu penghafalan didalam hati.
Proses penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW sangatlah sederhana.
Mereka menggunakan alat tulis sederhana dan berupa lontaran kayu, pelepah kurma, tulang
belulang dan berbagai tempat lainnya. Selain para sekretaris Nabi Muhammad SAW tersebut,
para sahabat juga melakukannya tanpa sepengetahuan Nabi Muhammad SAW.
2. Pada Masa Khulafa’ur Rasyidin
a. Pada Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Sepeningal Rasulullah SAW, istrinya `Aisyah menyimpan beberapa naskah catatan
(manuskrip) Al Quran, dan pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a terjadilah Jam’ul Quran yaitu
pengumpulan naskahnaskah atau manuskrip Al Quran yang susunan surah-surahnya menurut
riwayat masih berdasarkan pada turunnya wahyu (hasbi tartibin nuzul).
Usaha pengumpulan tulisan Al-Qur’an yang dilakukan Abu Bakar terjadi setelah Perang
Yamamah pada tahun 12 H. Peperangan yang bertujuan menumpas habis para pemurtad dan juga
para pengikut Musailamah Al-Kadzdzab itu ternyata telah menjadikan 70 orang sahabat
penghafal Al-Qur’an syahid. Khawatir akan hilangnya Al-Qur’an karena para penghafal Al-
Qur’an banyak yang gugur dalam medan perang. Lalu Umar bin Khattab menemui Khalifah Abu
Bakar Ash-Shiddiq untuk mengumpulkan Al-Qur’an dari berbagai sumber, baik yang tersimpan
didalam hafalan maupun tulisan.
Namun pada awalnya Abu Bakar pun tidak setuju dengan apa yang diusulkan oleh Umar
bin Khattab. Karena menurutnya, Nabi Muhammad SAW pun tidak pernah melakukannya.
Tetapi Umar bin Khattab terus membujuk Abu Bakar untuk melakukannya, dan akhirnya Allah
SWT membukakan hati Abu Bakar untuk menerima usulan tersebut. Kemudian Abu Bakar pun
memerintahkan Zaid bin Sabit untuk melakukannya. Seperti Abu Bakar sebelumnya, Zaid bin
Sabit pun menolak perintah Abu Bakar dengan alas an yang sama. Setelah terjadi musyawarah,
akhirnya Zaid bin Sabit pun setuju.
b. Pada Masa Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan.
Pada masa pemerintahan Usman bin ‘Affan terjadi perluasan wilayah islam di luar Jazirah
arab sehingga menyebabkan umat islam bukan hanya terdiri dari bangsa arab saja (’Ajamy).
Kondisi ini tentunya memiliki dampak positif dan negatif.
Salah satu dampaknya adalah ketika mereka membaca Al Quran, karena bahasa asli mereka
bukan bahasa arab. Fenomena ini di tangkap dan ditanggapi secara cerdas oleh salah seorang
sahabat yang juga sebagai panglima perang pasukan muslim yang bernama Hudzaifah bin Al-
Yaman.
Inisiatif ‘Utsman bin ‘Affan untuk menyatukan penulisan Al-Qur’an tampaknya sangat
beralasan. Betapa tidak, menurut beberapa riwayat, perbedaan cara membaca Al-Qur’an pada
saat itu sudah berada pada titik yang menyebabkan umat Islamsaling menyalahkan dan pada
ujungnya terjadi perselisihan diantara mereka.

‘Utsman bin ‘Affan memutuskan agar mushaf-mushaf yang beredar adalah mushaf yang
memenuhi persyaratan berikut:

1. Harus terbukti mutawatir, tidak ditulis berdasarkan riwayat ahad,


2. Mengabaikan ayat yang bacaannya dinasakh dan ayat tersebut tidak diyakini dibaca kembali di
hadapan Nabi Muhmmad SAW pada saat-saat terakhir,
3. Kronologi surat dan ayat seperti yang dikenal sekarang ini, berbeda dengan mushaf Abu bakar
yang susunan mushafnya berbeda dengan mushaf ‘Utsman bin ‘Affan.
4. Sistem penulisan yang digunakan mushaf mampu mencakupi qira’at yang berbeda sesuai
dengan lafazh-lafazh Al-Qur’an ketika turun,
5. Semua yang bukan mushaf Al-Qur’an dihilangkan.Pada masa ini, Al-Qur’an mulai dalam
tahap penyempurnaan dalam penulisannya. Mushaf yang ditulis pada masa ‘Utsman bin ‘Affan
tidak memiliki harakat dan tanda titik sehingga dapat dibaca dengan salah satu qira’at yang tujuh.
Setelah banyak orang non-Arab memeluk Islam, mereka merasa kesulitan membaca mushaf yang
tidak berharakat dan bertitik itu. Pada masa khalifah ‘Abd Al-Malik (685-705), ketidak
memadainya mushaf ini telah dimaklumi para sarjana muslim terkemuka saat itu dan pada
karena itu pula penyempurnaan mulai segera dilakukan.
3. Pada Masa Setelah Khulafa’ur Rasyidin.
Pada masa ini, Al-Qur’an mulai dalam tahap penyempurnaan dalam penulisannya. Mushaf
yang ditulis pada masa ‘Utsman bin ‘Affan tidak memiliki harakat dan tanda titik sehingga dapat
dibaca dengan salah satu qira’at yang tujuh. Setelah banyak orang non-Arab memeluk Islam,
mereka merasa kesulitan membaca mushaf yang tidak berharakat dan bertitik itu. Pada masa
khalifah ‘Abd Al-Malik (685-705), ketidak memadainya mushaf ini telah dimaklumi para sarjana
muslim terkemuka saat itu dan pada karena itu pula penyempurnaan mulai segera dilakukan.
Upaya penyempurnaan itu tidak berlangsung sekaligus, tetapi bertahap dan dilakukan oleh
setiap generasi sampai abad III H (atau akhir abad IX M.).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari kesimpulan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan risalah Allah
SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk pedoman hidup manusia dan juga
sebagai mukzijatnya serta sebagai bukti keRasulannya. Dan sejarah pengumpulan dan penulisan
Al-Qur’an seperti yang kita baca saat ini merupakan atas kehendak para sahabat nabi. Dan awal
mula yang mengusulkan pengumpulannya adalah atas inisiatif Umar bin Khattab.
B. Saran
Kita sebagai umat Islam seharusnnya lebih giat untuk membaca dan mengamalkan isi ajaran
yang terkandung didalam Al-Qur’an. Sebagaimana para sahabat nabi yang telah berupaya
mengumpulkan, menuliskan, serta merapihkan susunan isi Al-Qur’an namun tidak merubah satu
kata pun isi ketika awal turun kepada Nabi Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna Khalil (2011). Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.
Amrullah, M. (2010). Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an.
Anwar, Rosihon. (2010). Ulum Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai