Anda di halaman 1dari 12

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP

TAHUN AKADEMIK 2023

Mata Kuliah : Study Al-Hadist


Semester/ Kelas : II (Dua) / D (Daring Murni)
Jurusan / program studi : Manajemen Pendidikan Islam
Hari /Tanggal : Kamis, 08 Juni 2023
Dosen Pengampu : Dr. Imam Syafe’i, M.Pd
Petunjuk :1. Isilah pertanyaan pada lembar jawaban yang telah disediakan
2. jangan lupa menulis Nama,NIM, dan mata kuliah
3. periksalah dengan teliti jawaban anda,jangan sampai ada yang belum dijawab
4. Apabila ada soal yang belum jelas harap bertanya pada pengawas
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini!
a. Apa yang dimaksud dengan Nuzul al-qur`an
Jawab.
Nuzulul Quran terdiri dari kata nuzul dan Alquran. Penggunaan kata nuzul dalam istilah
Nuzulul Quran atau turunnya Alquran tidaklah dapat dipahami maknanya secara harfiah,
yaitu menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, sebab Alquran
tidaklah berbentuk fisik atau materi.
Mengutip pendapat dari Jalaluddin al-Suyuthi pengertian Nuzulul Quran diartikan secara
majazi, yaitu penyampaian wahyu kepada Nabi Muhammad SAW dari alam ghaib ke alam
nyata melalui perantara malaikat Jibril.
Secara sederhana Nuzulul Quran diartikan dengan peristiwa turunnya Alquran yang juga
sekaligus waktu di mana peresmian Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul oleh
Allah SWT.

b. Sebutkan tahapan-tahapan Nuzul-al-qur`an dan apa tujuan Allah menurunkan al-Qur`an


secara bertahap.
Jawab. 
Syekh Manna al-Qaththan menjelaskan dalam kitab Mabâhits fî Ulûm al-Qur’ân bahwa
pendapat yang paling kuat menyatakan Alquran diturunkan sebanyak dua kali, yaitu:
Pertama, diturunkan sekaligus pada Lailatul Qadar ke Baitul ‘Izzah di langit dunia. Peristiwa
ini direkam dalam Alquran di berbagai surat. Salah satu isyarat yang menyebut hal ini dalam
surat al-Baqarah ayat 185:

ِ ۚ َ‫ت ِّمنَ ْاله ُٰدى َو ْالفُرْ ق‬


‫ان‬ ِ َّ‫ضانَ الَّ ِذيْٓ اُ ْن ِز َل فِ ْي ِه ْالقُرْ ٰانُ هُدًى لِّلن‬
ٍ ‫اس َوبَي ِّٰن‬ َ ‫… َش ْه ُر َر َم‬
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang
hak dan yang batil)….”
M Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa kata inzal yang dipakai pada
ayat di atas umumnya digunakan untuk menunjuk kepada turunnya sesuatu secara utuh
sekaligus. Adapun yang dimaksud dengan sekaligus yaitu Alquran turun sekaligus dari Lauh
Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah dari langit dunia pada malam lailatul Qadar.
Oleh sebab itu, Allah SWT menggunakan kata inzal untuk menunjukkan turunnya Alquran
secara sekaligus.
Kedua, diturunkan dari langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama 23 tahun.
Peristiwa ini salah satunya direkam dalam surat Al Jatsiyah ayat 2:
‫ب ِمنَ هّٰللا ِ ْال َع ِزي ِْز ْال َح ِكيي ِْم‬
ِ ‫تَ ْن ِز ْي ُل ْال ِك ٰت‬
“Diturunkannya Kitab (Alquran) ini (berasal) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.”
Syekh Manna al-Qaththan berpendapat kata tanzîl yang digunakan ayat di atas menunjukkan
isyarat turunnya Alquran secara bertahap atau berangsur-angsur. Arti bertahap di sini adalah
Alquran turun berangsur-angsur di Makkah selama tiga belas tahun dan sepuluh tahun di
Madinah. Hal ini merujuk kepada pendapat yang paling kuat. Meski terjadi perselisihan
kapan waktu terjadinya Nuzulul Quran, akan tetapi banyak umat Islam di Indonesia
mengisinya dengan kegiatan mengkhatamkan Alquran yang ditutup dengan doa bersama.
Kegiatan ini dilakukan setiap 17 Ramadhan. Adapun pada 24 Ramadhan merupakan waktu
10 hari terakhir dari bulan suci yang kerap digunakan umat Islam untuk memaksimalkan
ibadah salah satunya dengan itikaf.
c. Coba jelaskan Ayat yang pertama kali turun kepada Muhammad yaitu ketika
Muhammad menjadi Nabi ialah Surat al-Alaq 1-5. Sedangkan ayat yang pertama kali turun
kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul yaitu Surat Al-Mudatsir : 1-9
Jawab.
Pendapat pertama didasarkan dari keterangan hadits Aisyah RA yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Muslim. Menurut hadits tersebut, surah yang pertama kali turun adalah
permulaan ayat surah Al Alaq yakni ayat 1-5. Diketahui, kelima ayat tersebut turun melalui
Malaikat Jibril pada pada 17 Ramadhan 610 M di Gua Hira. Pendapat ini pula yang banyak
diyakini dan diikuti para ulama hingga kini.
Mayoritas ulama sepakat, mengutip Tafsir Al-Fatihah oleh Muhammad Rasyid Ridha,
kelima ayat pertama surah Al Alaq disebut sebagai ayat pengantar sebelum Rasulullah SAW
menyampaikan wahyu pada umatnya. Khususnya, berkenaan dengan keadaan Rasulullah
SAW.
"(Surah Al Alaq ayat 1-5) merupakan pemberitahuan kepada beliau bahwa sekalipun umi
(tidak bisa baca tulis), dirinya akan dapat menyebut nama Allah dan mengeluarkan umatnya
dari kebodohan," bunyi keterangan buku tersebut.
Berikut bunyi bacaan surah Al Alaq ayat 1-5 dan terjemahannya,

َ َ‫ا ْق َرْأ بِاس ِْم َربِّكَ الَّ ِذي خَ ل‬


(1) ‫ق‬
(2) ‫ق‬ٍ َ‫ق اِإْل ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ َ‫خَ ل‬
(3) ‫ا ْق َرْأ َو َربُّكَ اَأْل ْك َر ُم‬
(4) ‫الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬
(5) ‫َعلَّ َم اِإْل ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬
Artinya: (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, (2) Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,
(4) Yang mengajar (manusia) dengan pena. (5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Diceritakan oleh Kuswoyo dalam buku bertajuk Pengantar Studi Ilmu-ilmu Al-Qur'an,
kelima ayat di atas turun ketika Rasulullah SAW bertahannus atau beribadah di Gua Hira.
Tepatnya, sebuah gua di Jabal Nur yang letaknya sekitar 3 mil atau 4,8 km dari Kota Mekah.
Pada suatu malam, Malaikat Jibril diceritakan datang menemui Rasulullah SAW. Kemudian,
Jibril mendekap Rasulullah SAW ke arah dadanya dan melepaskannya secara berulang
sebanyak tiga kali.
Selama melakukan itu, Jibril berulang kali pula mengatakan iqra atau bacalah. Rasulullah
SAW pun menjawabnya dengan, "Ma ana bi qaarii (saya tidak bisa membaca)."
Hingga pada dekapan ketiga, Jibril membacakan lafaz dari kelima ayat surah Al Alaq.
Menurut catatan sejarah, peristiwa itu pula yang kemudian ditetapkan sebagai malam
Nuzulul Qur'an atau turunnya Al-Qur'an.

Pendapat Kedua : Surat Al-Muddattsir


Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah firman Allah :
)1( ‫يَا َأيُّهَا ْال ُم َّدثِّ ُر‬
( wahai orang yang berselimut ).
Ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh dua syaikh ahli hadis : Dari Abu Salamah
bin Abdurrahman; dia berkata : Aku telah bertanya kepada Abu Jabir bin Abdullah; yang
manakah diantara Qur`an itu yang turun pertama kali ? dia menjawab Yaa ayyuhal
mudassir. Aku bertanya lagi : ataukah Iqra` Bismi rabbik ? dia menjawab : Aku katakan
kepadamu apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepada kami : ` Sesungguhnya aku berdiam
diri di gua hira`. Maka ketika habis masa diamku, aku turun dan aku telusuri lembah. Aku
lihat kemuka, kebelakang, kekanan dan kekiri. Lalu aku lihat kelangit, kemudian aku melihat
jibril yang amat menakutkan. Maka aku pulang ke Khadijah. Khadijah memerintahkan
mereka untuk menyelimuti aku. Lalu Allah menurunkan ` Wahai orang yang berselimut;
bangkitlah lalu berilah peringatan.`

1. Jelaskan! Bagaimana proses kodifikasi Al-Qur`an sejak turunnya Ayat pertama


Proses kodifikasi Al Quran dibagi menjadi tiga periode, yakni pada masa Nabi
Muhammad, masa Khalifah Abu Bakar, dan Khalifah Utsman bin Affan.

a. Kodifikasi Al Quran pada masa Rasulullah


Kodifikasi Al Quran sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad masih hidup. Saat
itu, kodifikasi dilakukan dengan dua cara, yakni hafalan dan penulisan.

b. Kodifikasi Al Quran pada masa Abu Bakar


Salah satu hal yang melatarbelakangi kodifikasi Al Quran pada masa Abu Bakar
adalah banyaknya penghafal Al Quran yang gugur dalam Perang Yamamah.
Mengetahui hal itu, Umar bin Khattab khawatir akan punahnya Al Quran apabila tidak
segera dibukukan.
Umar bin Khattab menyampaikan kekhawatirannya kepada Khalifah Abu Bakar. Abu
Bakar kemudian menindaklanjutinya dengan memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk
menghimpun (menulis) Al Quran dalam satu mushaf.
Zaid bin Tsabit segera melaksanakannya dengan mengumpulkan ayat-ayat Al Quran
yang tertulis di pelepah kurma, lempengan batu, hingga dari hafalan orang-orang
penghafal Al Quran. Setelah melalui proses yang amat panjang, jadilah mushaf di
tangan Abu Bakar, yang kemudian pindah ke tangan Umar bin Khattab, dan setelah itu
berpindah tangan ke Hafshah binti Umar.

c. Kodifikasi Al Quran pada masa Usman Bin Affan


Kodifikasi mushaf Al Quran yang dilakukan oleh Khalifah Utsman bin Affan
dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan dalam cara membaca serta huruf Al Quran.
Hal itu terjadi karena Islam semakin menyebar ke berbagai penjuru dan di setiap
daerah terdapat imam pengajar yang saling menyatakan bacaannya yang benar.
Perbedaan yang menimbulkan perselisihan itu diketahui oleh Hudzaifah bin Yaman,
yang turut serta dalam misi penaklukkan Armenia dan Azerbaijan. Utsman bin Affan,
Khulafaur Rasyidin Pemilik Dua Cahaya Setelah mendapat laporan dari Hudzaifah bin
Yaman, Khalifah Utsman meminjam mushaf yang dibawa oleh Hafshah binti Umar.
Utsman kemudian membentuk tim pembukuan Al Quran yang terdiri dari Zaid bin
Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa'id bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam.
Mereka diminta menduplikasi mushaf yang asli menjadi beberapa mushaf agar tidak
terjadi lagi perbedaan dalam cara membaca serta huruf Al Quran. Mushaf-mushaf
yang selesai ditulis dikenal sebagai Mushaf Utsmani dan dikirimkan ke seluruh
pelosok wilayah Islam. Setelah itu, Khalifah Utsman bin Affan memerintahkan agar
versi lain yang beredar sebelum terbit Al Quran Mushaf Utsmani dibakar, supaya tidak
ada perbedaan lagi yang membingungkan dan dapat menimbulkan perpecahan di
kalangan umat Islam. Hingga saat ini, Al Quran yang dibaca oleh umat Islam di
seluruh dunia merupakan Al Quran dengan Mushaf Utsmani.
2. a. Sebutkan apa saja isi dari Al-Qur`an itu!
Menurut pendapat beberapa ulama isi kandungan Al-Qur’an itu antara lain :
1. Petunjuk mengenai aqidah, yang mewajibkan beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat,
Kitab-kitab, Rasul-rasul, dan Hari Kiamat, serta Qadha dan Qadar. Hal ini merupakan
garis pembeda antara Iman dan Kafir.
2. Petunjuk mengenai syari’ah, yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam berhubungan
dengan Allah dan dengan sesama insan demi kebahagiaan hidup manusia didunia ini dan
diakhirat kelak.
3. Petunjuk tentang akhlak, mengenai yang baik dan buruk yang harus diindahkan oleh
manusia dalam kehidupan individual maupun kehidupan sosial.
4. Kisah-kisah umat manusia dizaman lampau, seperti riwayat dan cerita para pendusta ajaran
Allah seperti Fir’aun, Namrud, Qorun dan sebagainya.
5. Berita-berita tentang zaman yang akan datang. Tentang ini akan dikaji kehidupan akhir
manusia yang disebut kehidupan akhirat.
6. Benih dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
7. Hukum yang berlaku bagi alam semesta. Dalam butir satu dan tujuh dimuka, sudah
disebutkan sifat sunnatullah yang berlaku di alam semesta, antara lain (1) pasti, (2) tetap,
dan (3) objektif.
Menurut S.H Nasr, sebagai pedoman abadi Al-Qur’an mempunyai tiga jenis petunjuk bagi
manusia.
1. Ajaran tentang susunan alam semesta dan posisi manusia didalamnya.
2. Al-Qur’an berisi ringkasan sejarah manusia, rakyat biasa, raja-raja, orang-orang suci, para
nabi sepanjang zaman dan segala cobaan yang menimpa mereka.
3. Al-Qur’an berisi sesuatu yang sulit dijelaskan dalam bahasa modern.

b. Apa saja nama-nama lain dari Al-qur`an itu dan berikan penjelasan
1. Al-Kitab Al Quran memiliki nama lain adalah Al-Kitab yang artinya kitab. Hal ini
tertuang dalam Quran surat Al Baqarah ayat 2 yang berbunyi
Arab: َ‫ْب ۛ فِ ْي ِه ۛ هُدًى لِّ ْل ُمتَّقِ ْي ۙن‬ َ ِ‫ٰذل‬
َ ‫ك ْال ِك ٰتبُ اَل َري‬
Artinya: Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
2. Al-Huda
Nama lain Alquran adalah Al-Huda yang artinya petunjuk. Hal ini tertulis dalam Quran surat Al
Baqarah ayat 185 yang berbunyi
Arab: َ‫ص ْمهُ ۗ َو َم ْن َكان‬ ُ َ‫ان فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّشه َْر فَ ْلي‬ ِ ۚ َ‫ت ِّمنَ ْاله ُٰدى َو ْالفُرْ ق‬ ٍ ‫اس َوبَي ِّٰن‬ ِ َّ‫ضانَ الَّ ِذيْٓ اُ ْن ِز َل فِ ْي ِه ْالقُرْ ٰانُ هُدًى لِّلن‬ َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
‫َم ِر ْيضًا اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِّم ْن اَي ٍَّام اُ َخ َر ۗ ي ُِر ْي ُد هّٰللا ُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َواَل ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم ْال ُع ْس َر ۖ َولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّرُوا هّٰللا َ ع َٰلى َما ه َٰدى ُك ْم‬
َ‫َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬
Artinya: Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka
berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib
menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, agar kamu bersyukur.

3. Al-Furqan
Al-Fuqan memiliki arti pembeda. Nama lain Alquran ini tertuang dalam Quran surat Al-Furqan
ayat 1
Arab: ‫ك الَّ ِذيْ نَ َّز َل ْالفُرْ قَانَ ع َٰلى َع ْب ِد ٖه ِليَ ُكوْ نَ لِ ْل ٰعلَ ِم ْينَ نَ ِذ ْيرًا‬
َ ‫ۙ تَ ٰب َر‬
Artinya: Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya
(Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia).
4. Ar-Rahmah
Nama lain Alquran yang perlu diketahui lainnya adalah Ar-Rahmah. Nama ini memiliki arti
rahmat yang seperti terdapat dalam Quran surat Al-Isra ayat 82
ٰ ‫ونُن َِّز ُل منَ ْالقُرْ ٰان ما هُو شفَ ۤا ٌء َّورحْ مةٌ لِّ ْلمْؤ من ْي ۙنَ واَل يز ْي ُد‬
Arab: ‫الظّلِ ِم ْينَ اِاَّل خَ َسارًا‬ ِ َ َ ِِ ُ َ َ ِ َ َ ِ ِ َ
Artinya: Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah
kerugian.
5. Ar-Ruh
Ar-Ruh memiliki arti ruh. Nama lain ini terdapat dalam Quran surat Asy Syuraa ayat 52 yang
berbunyi
Arab: ‫ك رُوْ حًا ِّم ْن اَ ْم ِرنَا ۗ َما ُك ْنتَ تَ ْد ِريْ َما ْال ِك ٰتبُ َواَل ااْل ِ ْي َمانُ َو ٰل ِك ْن َج َع ْل ٰنهُ نُوْ رًا نَّ ْه ِديْ بِ ٖه َم ْن نَّ َش ۤا ُء ِم ْن ِعبَا ِدنَا‬
َ ‫َو َك ٰذلِكَ اَوْ َح ْينَٓا اِلَ ْي‬
ِ ‫ي اِ ٰلى‬
‫ص َرا ٍط ُّم ْستَقِي ۙ ٍْم‬ ْٓ ‫ك لَتَ ْه ِد‬
َ َّ‫ۗ َواِن‬
Artinya: Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur'an) dengan
perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur'an) dan apakah
iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur'an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa
yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar
membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus,
6. Asy-Syifa
Asy-Syifa yang berarti obat. Nama lain ini Allah SWT firmankan dalam Quran surat Yunus ayat
57 yang berbunyi
Arab: َ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َج ۤا َء ْت ُك ْم َّموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَ ۤا ٌء لِّ َما فِى الصُّ ُدوْ ۙ ِر َوهُدًى َّو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُمْؤ ِمنِ ْين‬
Artinya: Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu,
penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang
beriman.

7. Al-Haq
Al-Haq artinya kebenaran. Nama lain Al Quran ini tertuang di dalam Quran surat Al Baqarah
ayat 147 yang berbunyi
Arab: َ‫ق ِم ْن َّربِّكَ فَاَل تَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْال ُم ْمت َِر ْين‬
ُّ ‫اَ ْل َح‬
Artinya: Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad)
termasuk orang-orang yang ragu.

8. Al-Mauizhah dan Al-Bayan


Al-Mauizhah dan Al-Bayan memiliki arti nasehat dan penerangan. Nama lain Alquran ini tertulis
di dalam surat Al-Imran ayat 138 yang berbunyi
Arab: َ‫اس َوهُدًى َّو َموْ ِعظَةٌ لِّ ْل ُمتَّقِ ْين‬
ِ َّ‫ان لِّلن‬
ٌ َ‫ٰه َذا بَي‬
Artinya: Inilah (Al-Qur'an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
9. Adz-Dzikru
Pemberi peringatan adalah Adz-Dzikru. Nama ini tertulis di dalam Al Quran surat Al Hijr ayat 9
yang berbunyi
Arab: َ‫اِنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر َواِنَّا لَهٗ لَ ٰحفِظُوْ ن‬
Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya.
10. An-Nuur
An-Nuur artinya adalah cahaya. Nama lain Alquran ini tertuang dalam Quran surat Al-Maidah
ayat 15 yang berbunyi
Arab: ٌ‫ب َويَ ْعفُوْ ا ع َْن َكثِي ٍْرەۗ قَ ْد َج ۤا َء ُك ْم ِّمنَ هّٰللا ِ نُوْ ٌر َّو ِك ٰتب‬
ِ ‫ب قَ ْد َج ۤا َء ُك ْم َرسُوْ لُنَا يُبَيِّنُ لَ ُك ْم َكثِ ْيرًا ِّم َّما ُك ْنتُ ْم تُ ْخفُوْ نَ ِمنَ ْال ِك ٰت‬
ِ ‫ٰيٓا َ ْه َل ْال ِك ٰت‬
‫ُّمبِي ۙ ٌْن‬
Artinya: Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan
kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang
dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menjelaskan.
11. Al-Burhan
Al-Burhan adalah nama lain Alquran yang berarti bukti kebenaran. Nama ini tertulis di dalam
Quran surat An-Nisa ayat 174
ٌ ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َج ۤا َء ُك ْم بُرْ ه‬
Arab: ‫َان ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َواَ ْنزَ ْلنَٓا اِلَ ْي ُك ْم نُوْ رًا ُّمبِ ْينًا‬
Artinya: Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu,
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang
benderang (Al-Qur'an).

12. Al-Busyra
Al-Busyra memiliki arti berita gembira. Nama lain tersebut menjadi keistimewaan Al-Quran dan
tertulis dalam Quran surat An-Nahl ayat 89 yang berbunyi
Arab: ‫ب تِ ْبيَانًا لِّ ُكلِّ َش ْي ٍء َّوهُدًى‬ َ ‫ك َش ِه ْيدًا ع َٰلى ٰهُٓؤاَل ۤ ۗ ِء َونَ َّز ْلنَا َعلَ ْي‬
َ ‫ك ْال ِك ٰت‬ َ ِ‫ث فِ ْي ُك ِّل اُ َّم ٍة َش ِه ْيدًا َعلَ ْي ِه ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ِه ْم َو ِجْئنَا ب‬
ُ ‫َويَوْ َم نَ ْب َع‬
َ‫َّو َرحْ َمةً َّوبُ ْش ٰرى لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْين‬
Artinya: Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas
mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas
mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu,
sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (Muslim).

c. Al-Qur`an banyak menceritakan kisah-kisah masa lalu…. Apa saja faedah yang bias
Anda ambil dari cerita/kisah itu
a) Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok syariat yang
dibawa oleh para nabi:

b. Meneguhkan hati Rasulullullah dan hati umat Muhammad atas agama Allah, memperkuat
kepercayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta
hancurnya kebatilan dan para pembelanya.

c Membenarkan para nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta


mengabadikan jejak dan peninggalannya.
d) Menampakkan kebenaran Muhammad dalam dakwahnya dengan apa yang diberitakannya
tentang hal ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang kurun dan generasi.

e) Menyibak kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang membeberkan keterangan dan petunjuk
yang mereka sembunyikan, dan menentang mereka dengan isi kitab mereka sendiri sebelum
kitab itu diubah dan diganti.

f. Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar dan
memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya ke dalam jiwa

3. Jelaskan!
a. Apa yang dimaksud nasikh dan mansukh.?
Nasikh dalam Ulumul Qur’an diartikan sebagai sesuatu yang membatalkan, menghapus,
memindahkan, maka Mansukh  diartikan sesuatu yang dibatalkan, dihapus  dan dipindahkan.
Sedang  pengertian secara terminologi adalah mengangkatkan hukum syara'  dengan perintah
atau khitab Allah yang datang kemudian dari padanya.

Dalam Al Qur’an, kata nasakh ditemukan sebanyak empat kali dengan berbagai
bentuknya, Yaitu dalam Qur’an Surah Al Baqarah ayat 106, Surah A1-A’raf ayat 154, Surah
A1-Hajj ayat 52, dan Surah Al Jatsiah ayat 29. Nasikh-Mansukh berasal dari kata nasakh.
Dari segi etimologi, kata ini dipakai untuk  beberapa pengertian: menghilangkan,
melenyapkan, atau menghapus, dapat juga berarti memindahkan(memindahkan sesuatu dari
suatu tempat ke tempat lain). Kata nasakh dapat juga berarti mengganti atau menukar,
membatalkan dan mengubah, dapat juga berarti pengalihan. Sesuatu yang membatalkan,
menghapus, memindahkan dan sebagainya dinamakan nasikh. Sedangkan bagian yang
dihapus dinamakan mansukh. Singkatnya dalam Al Qur’an dan Tafsirnya disebutkan nasikh
ialah ayat yang menasakh dan mansukh ialah ayat yang dinasakh.
            Pengertian nasakh secara terminology menurut Manna’ Khalil al Qattan sebagaimana
termaktub dalam buku Studi Ilmu-ilmu Al Qur’an nasakh ialah “mengangkat(menghapus)
hukum syara’ dengan dalil hukum (khitab) syara’ yang lain”. Menurut Muhammad ‘Abd
Azhim al Zarqaniy sebagaimana dikutip Dr Usman, M.Ag dalam buku Ulumul Qur’an, bahwa
nasakh adalah mengangkat/menghapus hukum syara’ dengan dalil syara’ yang lain yang
datang kemudian.

            Mengenai nasakh, al Syatibi sebagaimana dikutip oleh Dr. M Quraish Shihab
menandaskan bahwa para ulama mutaqaddimin(ulama abad I hingga III H) memperluas arti
nasakh, mencakup hal-hal, yaitu :

1. Pembatalan hukum yang ditetapkan terdahulu oleh hukum yang ditetapkan kemudian
2. Pengecualian hukum yang bersifat umum oleh hukum yang bersifat khusus yang datang
kemudian
3. Penjelasan yang datang kemudian terhadap hukum yang bersifat samar
4. Penetapan syarat terhadap kukum terdahulu yang belum bersyarat.  
Bahkan menurut Muhammad Azhim al Zarqaniy seperti dikutip oleh Quraish Shihab
diantara para ulama tersebut ada yang beranggapan bahwa suatu ketetapan hukum yang
ditetapkan oleh satu kondisi tertentu telah menjadi mansukh apabila ada ketentuan lain
yang berbeda akibat adanya kondisi lain, seperti misalnya perintah untuk bersabar atau
menahan diri pada periode Makkah disaat kaum muslim lemah, dianggap telah dinasakh
oleh perintah atau izin berperang pada periode Madinah.
    Pengertian yang begitu luas tersebut dipersempit oleh para ulama yang datang
kemudian(muta’akhirin). Menurut mereka nasakh terbatas pada ketentuan hukum yang
datang kemudian guna membatalkan atau mencabut atau menyatakan berakhirnya masa
pemberlakuan hukum yang terdahulu, sehingga ketentuan hukum yang berlaku adalah yang
ditetapkan terakhir. Sedang mansukh menurut Syaikh Manna’ adalah” hukum yang
diangkat atau yang dihapuskan” Dalam buku Al Qur’an dan Tafsirnya Departemen Agama
RI disebutkan bahwa” Nasakh dalam arti istilah adalah mengangkat atau menghapuskan
hukum syara’ dengan dalil syara’. Nasikh ialah dalil syara’ yang menghapus suatu hukum,
dan mansukh ialah hukum syara’ yang telah dihapus.

b. Sebutkan macam-macam nasikh?


 a. Naskh al-Qur‘an dengan al-Qur‘an. Para ulama yang mengakui adanya naskh, telah
sepakat adanya naskh al Qur‘an dengan al-Qur‘an, dan itu-pun telah terjadi menurut
mereka. Salah satu contohnya ayat „iddah satu tahun di-nasakh-kan dengan ayat „iddah
empat bulan sepuluh hari.
 b. Naskh al-Qur‘an dengan Sunnah. Naskh yang macam ini terbagi dua, pertama: naskh
al-Qur‘an dengan hadis aha}d. Jumhur ulama berpendapat, hadis ah}ad tidak bisa me-
naskh-kan al-Qur‘an, karena al-Qur‘an adalah nash yang mutawatir, menunjukkan
keyakinan tanpa ada praduga atau dugaan padanya, sedangkan hadis ah}ad adalah nash
yang bersifat zhanni. Dan tidak sah pula menghapus suatu yang sudah diketahui dengan
suatu yang sifat dugaan/diduga.
 c. Naskh sunnah dengan al Qur‘an. Jumhur ulama membolehkan naskh seperti ini. Salah
satu contohnya seperti berpuasa pada hari al-Syu‘ara yang ditetapkan berdasarkan sunnah
riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a.
‫وي شبء أفطس‬
ٍ ‫ي شبءصبو‬ ٍ ٌ‫ع عبئشت قبنت كبٌ عبشىزاء صيبو فه ًّب َأصل زيضبٌ كب‬
ٍ
Artinya: Dari Aisyah ia berkata: “Hari Asyura itu adalah wajib berpuasa. Ketika
diturunkan (kewajiban berpuasa) bulan Ramadhan, maka ada orang yang mau berpuasa
dan ada pula yang tidak berpuasa. (HR. Bukhari Muslim).
Maksudnya semula berpuasa pada hari Asyura itu wajib, tetapi setelah turun ayat yang
mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan, maka puasa pada hari Asyura itu tidak wajib
lagi.
 d. Naskh sunnah dengan sunnah, sunnah macam ini terbagi pada empat macam, yaitu:
Naskh sunnah mutawatir dengan sunnah mutawatir, naskh sunnah ah}ad dengan sunnah
ah}ad, naskh sunnah ah}ad dengan sunnah mutawatir, dan naskh sunnah mutawatir
dengan sunnah ah}ad

c. Bagaimana Pendapat Ulama Tafsir tentang naskh nashi dan Mansukh?


umhur ulama berpendapat bahwa keberadaan nasikh  dan mansukh adalah suatu yang
niscaya baik secara dalil naqli ataupun dalil aqli, namun bagi yang menolak pun, mereka
memiliki landasan yang dikutip dari al-Qur’an dan argumentasi logis yang sulit dibantah

Anda mungkin juga menyukai