Anda di halaman 1dari 5

BAB II

SEJARAH TURUNNYA AL QURAN

A. Beberapa Pandangan Ulama Tentang Turunnya Al-Quran


Alquran merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan Allah SWT kepada
rasulnya yang terakhir yaitu nabi Muhammad SAW, sekaligus sebagai mukjizat yang
terbesar diantara mukjizat-mukjizat yang lain. Turunnya Alquran dalam kurun waktu
kurang lebih 23 tahun, dibagi menjadi dua fase. Pertama diturunkan di Mekkah yang
biasa disebut dengan ayat-ayat Makiyah. Dan yang kedua diturunkan di Madinah disebut
dengan ayat-ayat Madaniyah. Septi Aji Fitra Jaya (2019)

Imam As Suyuthi dalam karyanya Al Itqan Fi Ulumil Qur'an mengatakan bahwa para
ulama terbagi menjadi tiga pendapat soal bagaimana Al Qur'an diturunkan.

1. Pendapat Syekh Manna al-Qaththan

Al Qur'an diturunkan secara sekaligus ke langit dunia pada malam Lailatur Qadar.
Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur selama 20, 23 atau 25 tahun kepada
Rasulullah SAW.

Pendapat ini didasarkan pada riwayat Imam Hakim dan Baihaqi dari sahabat Ibnu Abbas
radhiyallahu 'anhu berkata: Al Qur’an diturunkan pada malam (lailatul) qadr secara
sekaligus ke langit dunia, di tempat bintang-bintang berada, dan Allah menurunkannya
kepada Rasul-Nya saw. sebagian mengiringi sebagian yang lainnya.”

Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa Ibnu Abbas berkata: “Telah diturunkan Al-
Qur‘an pada malam yang satu ke langit dunia, yaitu malam (lailatul) qadr. Setelah itu
diturunkan selama dua puluh tahun.

2. Imam Fakhrudin ar-Razi

Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia selama 20 kali lailatul qadr atau 23 kali, yang
setiap malam Allah menentukan apa yang akan diturunkan-Nya dalam sepanjang satu
tahun. Setelah itu Allah menurunkannya secara bertahap secara keseluruhan pada seluruh
tahun yang ada.

Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Fakhrudin ar-Razi sebagai suatu pembahasan.
Beliau berkata, “Kemungkinan ia diturunkan pada setiap saat lailatul qadr sesuatu yang
diperlukan oleh manusia untuk diturunkan dari Lauh Mahfudz ke langit dunia, kemudian
berhenti.”

Menurut Ibnu Katsir, pendapat tersebut dinukil juga oleh Imam Al Qurthubi dari mufassir
Muqatil bin Sulaiman.
3. Pendapat asy-Sya’bi

Beliau berpendapat bahwa Al Qur'an telah dimulai turunnya pada saat lailatul qadr,
kemudian diturunkan secara bertahap pada waktu-waktu yang berbeda-beda dari seluruh
waktu yang ada.

Ibnu Hajar berkata di dalam kitabnya, Syarah Bukhari: pendapat yang pertama
itulah yang shahih yang mu’tamad (yang dapat dijadikan sebagai pegangan).
Imam As Suyuthi sepakat dengan Ibnu Hajar dengan mengatakan: inilah pendapat
yang diceritakan oleh Imam al-Mawardi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim melalui
jalan periwayatan adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas, ia berkata:
Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus dari sisi Allah, dari Lauh Mahfudz kepada
para malaikat yang mulia. Mereka itulah para penulis di langit dunia, kemudian oleh
mereka disampaikan kepada Jibril secara bertahap dalam waktu dua puluh malam, dan
oleh Jibril disampaikannya kepada Nabi saw. secara bertahap pula selama dua puluh
tahun.

Berdasarkan periodesasi waktu dan tempat, sebagian besar ulama pada umumnya berpendapat
bahwa Alquran diturunkan dalam dua periode dan tempat yang berbeda, yang masing-masing
mempunyai corak tersendiri. Moh. Ali (2010)

1. Periode pertama dinamakan Periode Makkah. Turunnya Alquran periode pertama


ini terjadi ketika Nabi SAW bermukim di Makkah, yaitu selama 12 tahun 5 bulan 13
hari, sampai Nabi SAW melakukan hijrah.

Sebagian ulama ada pula yang menyebut periode ini sebagai periode sebelum hijrah.
Ayat atau surat yang diturunkan pada masa itu kemudian disebut dengan ayat atau surat
Makkiyyah.

2. Periode kedua adalah Periode Madinah, yaitu masa setelah Nabi Muhammad SAW
hijrah ke Madinah dan menetap di sana hingga wafatnya beliau. Ada sejumlah ulama
yang menandai periode ini dengan sebutan periode hijrah. Periode Madinah ini yakni
selama 9 tahun 9 bulan 9 hari. Ayat atau surat yang turun dalam periode ini kemudian
dinamakan ayat ataupun surat Madaniyyah.

B. Asbabun Nuzul Al-Quran

1. Pengertian Asbabun Nuzul

Menurut Bahasa, Asbabun nuzul berasal dari dua kata yaitu asbabun dannuzul.
Asbabun artinya sebab atau karena, sedangkan nuzul artinya turun. Jadiasbabun nuzul
adalah sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an.
Menurut Al-Zarqani, asbab al-nuzul adalah suatu kejadian yangmenyebabkan
turunnya satu atau beberapa ayat, atau suatu peristiwa yang dapatdijadikan petunjuk
hukum berkenaan turunnya sutu ayat.
Sebenarnya jika yang dimaksud dengan Asbabun Nuzul adalah hal-hal
yangmenyebabkan turunnya ayat-ayat al-Qur’an, maka semua ayat Al-Qur’an
mempunyai Asbabun Nuzul nya. Karena tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an ialah
hendak mentransformasikan umat Nabi Muhammad dari zaman jahiliyah kearah yang
lebih baik agar kita senantiasa berada di jalan Nya. Kondisi objektif yanglebih
buruk itulah yang menjadi sebab ayat ayat Al-Qur’an diturunkan. Selama kurang lebih 23
tahun ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan bagaikan suatu paket yang tak dapat dipisahkan
antara satu ayat dengan yang lainnya. Nunung Susfita (2015)

2. Pentingnya Asbabun Nuzul

Seperti yang dikemukakan sebelumnya asbab al-nuzul, adalah suatu peristiwa yang
menjelaskan latar belakang sejarah yang menyebabkan diturunkannya ayat-ayat Qur’an.
Dengan mengetahui latar peristiwa dari diturunkannya Qur’an, para penafsir sangat
terbantu dalam memberikan interpretasi terhadap suatu ayat dalam kaitannya dengan
suatu masalah atau problem yang ingin dipecahkan.
Oleh karena itu, para ulama menyebutkan bahwa untuk mengetahui terlebih dahulu
kisah dan latar belakang diturunkan ayat tersebut. Keniscayaan untuk mengetahui asbab
al-nuzul suatu ayat sebelum menafsirkan dan menyimpulkan maknanya adalah hal yang
3. Pendekatan untuk Mengetahui Asbab Nuzul
Asbab al-nuzul dalam arti sebab-sebab khusus yang mengiringi turunnya suatu ayat
bukanlah merupakan pendapat perseorangan atau individu, tetapi merupakan peristiwa
sejarah yang dinukilkan atau diriwayatkan oleh oleh parawi (pewarta) hadis melalui suatu
seleksi yang ketat dengan syarat-syarat ilmiah yang dikenal dalam ilmu sejarah dan hadis.
Oleh karena itu jalan untuk mengetahui sebab nuzul suatu ayat tidak dapat dilepaskan dari
pendekatan ilmu hadis, yaitu melalui sumber riwayat yang shahih yang diriwayatkan
secara berantai, mulai dari sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in hingga kepada periwayat hadis
yang menulisnya dalam suatu kitab atau buku hadis.
C. Jenis-Jenis Asbab An-Nuzul
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbab an-nuzul dapat dibagi;
1. Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid

Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat/wahyu. Terkadang


wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab, misalnya Q.S Al-Ikhlas:
1-4 yang berbunyi:
Ayat-ayat yang terdapat pada surah di atas turun sebagai tanggapan terhadap orang-
orang musyrik Makkah sebelum nabi hijrah, dan terhadap kaum ahli kitab yang ditemui di
Madinah setelah hijrah.
Contoh yang lain: “Peliharalah semua sholatmu, dan(pelihara)shalat wustha.
Berdirilah untuk Allah( dalam shalatmu) dengan khusyu’.
Ayat di atas menurut riwayat diturunkan berkaitan dengan beberapa sebab berikut ;
a. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa nabi Saw. Shalat dzuhur di waktu hari yang
sangat panas. Shalat seperti ini sangat berat dirasakan oleh para sahabat. Maka turunlah
ayat tersebut di atas. ( HR. Ahmad, Bukhari, Abu Daud).
b. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa nabi saw. . Shalat dzuhur di waktu yang sangat
panas. Di belakang rasulullah tidak lebih dari satu atau dua shaf saja yang mengikutinnya.
Kebanyakan diantara mereka sedang tidur siang, adapula yang sedang sibuk berdagang.
Maka turunlah ayat tersebut diatas (HR. Ahmad, An-Nasa’i, Ibnu Jarir).
c. Dalam riwayat lain dikemukakan pada zaman rasululah SAW. Ada orang-orang yang
suka bercakap-bercakap dengan kawan yang ada di sampingnya saat mereka shalat. Maka
turunlah ayat tersebut yang memerintahkan supaya diam pada waktu sedang shalat (HR.
Bukhari muslim, Tirmidzi, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Majah).
d. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ada orang-orang yang bercakap-cakap di
waktu shalat, dan ada pula yang menyuruh temannya menyelesaikan dulu
keperluannya( di waktu sedang shalat). Maka turunlah ayat ini yang memerintahkan
supaya khusyuk ketika shalat.
2. Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid
Satu sebab yang melatarbelakangi turunnya beberapa ayat. Contoh Q.S Ad-
dukhan/44: 10,15, dan 16, yang artinya:
10. Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas
15. Sungguh (kalau) Kami melenyapkan azab itu sedikit saja, tentu kamu akan kembali
(ingkar).
16. (Ingatlah) pada hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan keras. Kami pasti
memberi balasan.
Asbab an-nuzul dari ayat-ayat tersebut adalah; dalam suatu riwayat dikemukakan,
ketika kaum Quraisy durhaka kepada nabi saw.. Beliau berdo’a supaya mereka
mendapatkan kelaparan umum seperti kelaparan yang pernah terjadi pada zaman nabi
yusuf. Alhasil mereka menderita kekurangan, sampaisampai merekapun makan tulang,
sehingga turunlah (QS. Ad-dukhan/44: 10).
Kemudian mereka menghadap nabi saw untuk meminta bantuan. Maka rasulullah
saw berdo’a agar di turunkan hujan. Akhirnya hujanpun turun, maka turunnlah ayat
selanjutnya (QS. Addukhan/44: 15), namun setelah mereka memperoleh kemewahan
merekapun kembali kepada keadaan semula (sesat dan durhaka) maka turunlah ayat ini
(QS. Ad-dukhan/44: 16) dalam riwayat tersebut dikemukakan bahwa siksaan itu akan
turun di waktu perang badar.
sangat urgen agar penafsir tidak salah mengambil kesimpulan dari suatu informasi
ajaran Qur’an. Suaidi, P. (2016)

Anda mungkin juga menyukai